Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ners Volume 3 Nomor 1 Tahun 2019 Halaman 112 – 117

JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners

HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI


DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

Nia Aprilla1, Emdas Yahya2, Ririn3


Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
niaaprilla.ariqa@gmail.com

Abstrak

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kematian pada anak di negara
berkembang. Faktor risiko terjadianya ISPA pada balita salah satunya adalah perilaku merokok.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku merokok pada orang tua dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun 2019.Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita yang ada di
Desa Pulau Jambu yang berjumlah 150 orang tahun 2019 dengan sampel sebanyak 60 orang dengan teknik
pengambilan sampel simple random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa
kuesioner.Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan yang antara perilaku merokok pada orang tua dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Pulau Jambu tahun 2019 dengan p value 0,003. Diharapkan kepada keluarga terutama kepala
keluarga untuk tidak merokok ketika ada balita karena akan mengakibatkan terjadinya penyakit ISPA
Kata Kunci : Perilaku Merokok pada Orang Tua, ISPA pada balita
Daftar Bacaan : 31 ( 2008 – 2018
kemanusia.Timbulnya gelaja biasanya cepat,
PENDAHULUAN yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
A. LatarBelakang beberapa hari.Gejalanya meliputi demam,
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza
investasi untuk keberhasilan pembangunan (pilek), sesaknapas, mengi, atau kesulitan
bangsa.Untuk itu diselenggarakan bernapas (Masriadi,2017).
pembangunan kesehatan secara menyeluruh Menurut World Health Organzation (WHO)
dan berkesinambungan.Tujuan Sistem tahun 2016 jumlah penderita ISPA adalah
Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya 59.417 anak dan memperkirakan di Negara
pembangunan kesehatan oleh semua potensi berkembang berkisar 40-80 kali lebihtinggidari
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun Negara maju. WHO menyatakan tembakau
pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan membunuh lebih dari 5 juta orang pertahun,
berdayaguna, sehingga tercapai derajat dan diproyeksikanakan membunuh 10 juta
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sampai tahun 2020.Dari jumlah itu 70 persen
(Departemen Kesehatan RI, 2015). korban berasal dari Negara berkembang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Safarina, 2015).
merupakan salah satu masalah kematian pada Penyakit infeksi saluran pernapasan akut
anak di Negara berkembang.ISPA adalah (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan
penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, yang utama karena merupakan penyebab
biasanyamenular, yang dapat menimbulkan kematian dan kesakitan yang terbanyak di
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari dunia. Infeksi saluran pernapasan atas
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan merupakan penyebab kematian dan kesakitan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, balita dan anak di Indonesia.Angka kejadian
tergantung, factor lingkungan,factor pejamu. penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA)
Namun demikian, sering juga ISPA pada balita dan anak di Indonesia masih tinggi
didefenisikan sebagai penyakit saluran (Safarina, 2015)
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen Menurut Kemenkes RI (2017)
infeksius yang ditularkan dari manusia kasus ISPA mencapai 28% dengan 533,187

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


113 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

kasus yang ditemukan pada tahun 2016 dengan Berdasarkan latar belakang yang telah
18 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi diuraikan diatas maka perlu dilakukan
di atasang kanasional. Selain itu ISPA juga penelitian untuk mengetahui hubungan antara
sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak perilaku merokok pada orang tua dengan
di rumah sakit dan Puskesmas kejadian ISPA pada balita diDesa Pulau Jambu
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun 2019”.
Provinsi Riau Kabupaten Kampar angka
kejadian ISPA pada anak tahun 2017 sebanyak METODE PENELITIAN
5.674 dan mengalami peningkatan pada tahun A.Desain penelitian
2018 sebanyak 65.669 atau sekitar 56,6%. Jenis penelitian ini adalah
Hal ini menunjukan peningkatan kejadian surveianalitikdengan rancangan cross
ISPA pada anak (Dinkes Provinsi Riau, sectional, yaitu rancangan penelitian dengan
2018).ISPA pada umumnya disebabkan oleh melakukan pengukuran atau pengamatan
serangan langsung ke saluran pernapasan variabel independen dan variabel dependen
bagian atas melalui mata, mulut dan hidung. saat bersamaan. Adapun rancangan penelitian
Penyebab ISPA adalah virus atau bakteri. dalam penelitian ini adalah:
Virus yang utama penyebab terjadinya ISPA
adalah Rhinovirus dan Coronavirus. Virus lain 1.Rancangan Penelitian
yang juga menjadi penyebab ISPA adalah virus Rancangan penelitian meliputi
Parainfluenza, Respiratory syncytial virus, dan proses perencanaan dan pelaksanaan
Adenovirus (Maulina, 2013). penelitian. Adapun rancangan penelitian
Faktor risiko terjadianya ISPA pada balita dalam penelitian ini adalah:
salah satunya adalah perilaku
merokok.Merokok merupakan suatu kebiasaan Penelitian dimulai
yang dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun di lain pihak dapat Menentukan subjek
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu penelitian
Melakukan
sendiri maupun orang yang ada disekitarnya
Menentukan faktor pengamatan
(Maulina, 2013). Risiko (perilaku dan
Kebiasaan merokok orang tua didalam merokok orang tua) pengukuran
rumah menjadikan balita dan anak sebagai bersamaan
perokok pasif yang selalu terpapar asap rokok.
Rumahyang orang tuanya mempunyai Menentukan Hasil
kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan kejadian pengamatan dan
kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan (Kejadian ISPA) pengukuran
dengan rumah balita dan anak yang orang
tuanya tidak merokok didalam rumah
(Rahmayatul, 2013).
Hasil analisis
Menurut Safarina (2015) asap rokok juga
dapat menyebabkan pencemaran udara dalam
rumah yang dapat merusak mekanisme paru-
Sumber: hidayat (2014)Skema 3.1. Rancangan
paru. Asap rokok juga diketahui sebagai
Penelitian
sumber oksidan. Jika terdapat asap rokok yang
berlebihan maka dapat merusak sel paru- paru
baik sel saluran pernapasan maupun sel 2.Alur Penelitian
jaringan paru seperti alveoli, maka sangat Penelitian ini dapat dibuat dalam alur
rentan bagi balita dan anak-anak berada dalam penelitian sebagai berikut:
lingkungn rumah tersebut.
Berdasarkan survey awal di Desa Pulau Izin Universitas
Jambu yang peneliti lakukan terhadap 10 orang PahlawanTuanku Tambusai
ibu yang mempunyai balita, 6 orang ibu Riau
mengatakan anaknya menderita ISPA karena
adanya perilaku merokok orang tua terutama
ayah dan 4 orang ibu mengatakan bahwa Izin Lokasi Penelitian di
anaknya terkena ISPA karena perubahan cuaca Puskesmas Kuok
dan tertular dari teman yang menderita ISPA
Populasi: Seluruh balita di
Jurnal Ners Universitas Pahlawan DesaISSN
Pulau2580-2194
jambu=150 (Media Online)
114 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

4.Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23-25Juli
Sampel :sebagian Balita di tahun 2019 diDesa Pulau Jambu Wilayah Kerja
Desa Pulau jambu Puskesmas kuo
n=60
Populasi Dan Sampel
Penyebaran Kuesioner 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu yang mempunyaibalita
Desa Pulau Jambuyang berjumlah 150
Pengolahan Data orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah
Analisa Univariat
orang tua yang memiliki balita di Desa
Pulau Jambu yang memiliki kriteria
Analisa Bivariat
sebagai berikut:
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
Hasil Penelitian
Adapun kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah
Skema 3.2 alur penelitian a) Orang Tua Balitayang
bertempat tinggal di Desa
Pulau Jambu
3.Prosedur Penelitian b) Orang Tua Balita yang bersedia
1) Mengajukan surat pengambilan data di menjadi responden
Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar dan c) Orang tua yang menjaga
menentukan Puskesmas tempat anaknya secara langsung
penelitian 2) Kriteria eksklusi
1) Mengajukan surat izin pengambilan data Adapun kriteria eksklusi
ke Puskesmas Kuok dalam penelitian ini adalah:
2) Melakukan pengambilan data di a) Orang tua balita yang tidak
Puskesmas Kuok berada di tempat saat
3) Melakukan seminar proposal dilakukan penelitian
4) Melakukan penelitian b) Tidak bersedia menjadi
5) Pengolahan data responden
6) Melakukan seminar hasil c) Orang tua yang anaknya
dititipkan ke PAUD
1. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang akan diteliti pada
penelitian ini adalah Alat Pengumpulan Data
a. Variable Independen: 1. Perilaku Merokok orang tua.
Variabel bebas adalah variabel yang Alat pengumpulan data yang digunakan
mempengaruhi, yaitu faktoryang diukur untuk perilaku merokok orang tuapada
untuk menentukan hubungan fenomena penelitian yaitu berupa kuesioner.Alat
yang diobservasi. Variabel bebas dalam ukur yang digunakan menggunakan skala
penelitian ini adalah perilaku merokok likert yang terdiri dari 4 kategori. Untuk
orang tua pernyataan positif menggunakan kategori:
b. Variable dependen Sangat Sering (4), Sering (3), Jarang (2)
Variabel dependen adalah faktor-faktor yang dan Tidak Pernah (1), dan untuk
diobservasi dan diukur untuk menentukan pernyataan negatif menggunakan kategori
adanya pengaruh variabel bebas. Variabel Sangat
dependen dalam penelitian ini adalah Sering (1), Sering (2), Jarang (3) dan
kejadian ISPA. Tidak Pernah (4). Pertanyaan negatif yaitu
pada soal nomor 1 sampai 10

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


115 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

HASIL PENELITIAN
2. Kejadian ISPA Bab ini menyajikan mengenai hasil penelitian
Untuk kejadian ISPA pada balita alat tentang hubungan perilaku merokok orang tua
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan Kejadian ISPA pada Balita. Penelitian ini
lembar checklist dan data sekunder yang dilakukan pada tanggal 24-25 Juli 2019 dengan
didapat dari medical Record Puskesmas. jumlah responden 60 orang.

Analisa Data A.Analisa Univariat


Analisa data Analisis data dalam penelitian ini Analisa univariat dalam penelitian ini yaitu
menggunakan: perilaku merokok orang tua dan kejadian ISPA
1.Analisa Univariat pada balita.
Analisa univariat bertujuan untuk B.Analisa Bivariat
menjelaskan atau mendeskripsikan Analisa bivariat ini menggambarkan hubungan
karakteristik setiap variabel penelitian. perilaku merokok orang tua dengan kejadian ISPA
Bentuk analisa univariat tergantung dari pada balita
jenis datanya. Pada umumnya dalam Berdasarkan hasil penelitian diketahui nilai
analisis ini hanya menghasilkan distribusi POR=6,3 Hal ini berarti responden yang orang
frekuensi dan persentase dari setiap tuanya merokok berisiko 6 kali mengalami
variabel dengan rumus : ISPA dibandingkan dengan responden dengan
orang tua tidak merokok.

x100%
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menyajikan pembahasan
tentang hubungan perilaku merokok orang tua
keterangan : dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Pulau
p = Persentase Jambu wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun
f=Frekuensi 2019. Adapun ulasan penelitian dapat dilihat pada
N= Jumlah Seluruh Observasi. tabel berikut:
A. Hubungan Perilaku Merokok Orang
Tua dengan Kejadian ISPA pada Balita
2.Analisa bivariat Tahun 2019
Analisa bivariat digunakan untuk Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari
melihat hubungan antara variabel 34 balita yang perilaku orang tuanya negatif,
independen dengan variabel terdapat 6 balita (28,6%) tidak mengalami
dependen.Analisa bivariat akan ISPA, sedangkan dari 26 balita yang perilaku
2
menggunakan uji Chi-Square( X ) dengan orang tuanya positif, terdapat 11 balita
menggunakan tingkat kepercayaan 95% (28,2%) yang mengalami ISPA. Berdasarkan
dengan rumus: uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 (p <
0,05), dengan derajat kemaknaan (α = 0,05).
( ) Ini berarti ada hubungan yang signifikan
X2 antara perilaku merokok orang tua dengan
kejadian ISPA pada balita
Menurut asumsi peneliti balita yang orang
tua tidak mempunyai kebiasaan merokok
Keterangan : terkena ISPA hal ini disebabkan karena faktor
0: Nilai observasi lingkungan yang kurang bersih sedangkan
E : Nilai harapan responden yang mempunyai kebiasaan
Dasar pengambilan keputusan yaitu merokok tetapi anaknya tidak menderita ISPA
berdasarkan Probabilitas : disebabkan karena perilaku ibu yang selalu
a. Jika Probabilitas (p) ≤ α (0,05) Ha membawa anaknya iminusasi sehingga
diterima dan Ho ditolak kekebalan tubuh anak meningkat
b. Jika Probabilitas (p) > α (0,05) Ha tidak Hasil penelitian ini sesuai dengan
terbukti dan Ho gagal ditolak. penelitian Umami (2015) yang menyatakan

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


116 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

sebagian besar keluarga merokok menjelaskan bahwa jika terdapat seorang


menyebabkan ISPA pada balita di wilayah perokok atau lebih dalam rumah akan
kerja Puskesmas Sempor II yaitu 67,3%. memperbesar risiko anggota keluarga
Menurut asumsi peneliti merokok pada menderita sakit, seperti gangguan pernapasan
orang tua seringkali dipengaruhi oleh serta dapat meningkatkan risiko untuk
kurangnya kesadaran orang tua dalam mendapat serangan ISPA khususnya pada
menjaga kesehatan anak sehingga mereka balita. Anak-anak yang orang tuanya perokok
dengan bebasnya merokok baik didalam lebih mudah terkena penyakit saluran
rumah maupun diluar rumah, karena tidak pernapasan. Gas berbahaya dalam asap rokok
menghiraukan bahaya rokok terhadap merangsang pembentukan lendir, debu dan
kesehatan orang lain. Kebiasaan merokok bakteri yang tertumpuk tidak dapat
juga tidak lepas dari status pekerjaan dikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis,
seseorang, pada penelitian ini kepala keluarga lumpuhnya serat elastis di jaringan paru-paru
yang merokok ditemukan pada keluarga yang dan mengakibatkan pecahnya kantong udara
pekerjaanya pedagang atau wiraswasta, hal ini Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
menunjukkan bahwa pekerjaan dagang identik penelitian Marhamah di Desa Bontongan
dengan mudahnya memperoleh rokok, karena Kabupaten Enrekang (2012) dengan desain
dalam keseharian mereka memperjual belikan cross sectional menunjukkan bahwa terdapat
rokok sehingga keinginan untuk merokok hubungan yang bermakna antara keberadaan
akan semakin kuat hal itu akan menjadi suatu perokok dengan kejadian ISPA pada anak
kebiasaan. balita, dengan nilai p=0,026.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan
yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-
hari.Di mana-mana mudah menemui orang KESIMPULAN
merokok, baik laki-laki maupun wanita, anak
kecil maupun orang tua, kaya maupun Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan
miskin.Merokok merupakan bagian hidup judul “Hubungan Perilaku meroko orang tua
masyarakat.Prevalensi merokok telah dengan Kejadian ISPA pada balita di desa Pulau
menurun di banyak Negara maju dalam Jambu tahun 2019 dapat diambil kesimpulan
beberapa tahun terakhir, tetapi tetap tinggi di sebagai berikut :
negara-negara berkembang.Tembakau 1. Sebagian besar perilaku merokok orang tua
membunuh 70% korban berasal dari Negara balita adalah negatif yaitu 33 orang (55%)
berkembang termasuk Indonesia (Bustan 2. Sebagian besar balita mengalami ISPA yaitu
2007). sebanyak 39 orang (65%).
Keterpaparan asap rokok pada balita 3. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku
sangat tinggi, hal ini disebabkan karena merokok orang tua dengan kejadian ISPA pada
anggota keluarga yang merokok biasanya balita di desa Pulau Jambu tahun 2019 dengan p
merokok dalam rumah pada saat bersantai value 0,001
bersama anggota keluarga yang lainnya,
misalnya pada saat menonton atau setelah SARAN
selesai makan (Marhamah, 2012) 1.Bagi Masyarakat dan Orang Tua
Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa asap Agar keluarga dan masyarakat
rokok dari orang tua atau penghuni rumah dapat meningkatkan kesadaran untuk tidak
yang satu atap dengan balita merupakan merokok ketika ada balita karena akan
bahan pencemaran dalam ruang tempat mengakibatkan terjadinya penyakit ISPA
tinggal yang serius serta akan menambah 2.Bagi Puskesmas
resiko kesakitan dari bahan toksik pada anak- Agar pihak Puskesmas lebih
anak. Paparan yang terus-menerus akan memperhatikan tentang permasalahan
menimbulkan gangguan pernapasan dan keluarga dengan melakukan penyuluhan
memperberat timbulnya infeksi saluran berupa pentingnya fungsi keluarga dan
pernapasan akut dan gangguan paru-paru pada pencegahan kejadian ISPA.
saat dewasa. Semakin banyak rokok yang 3.Bagi Penelitian Selanjutnya
dihisap oleh keluarga semakin besar Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan risiko terhadap kejadian ISPA, menjadi informasi atau referensi bagi penulis
khususnya apabila merokok dilakukan oleh lain yang ingin melakukan penelitian lebih
ibu. Dachroni (dalam Salim, 2012)

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


117 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

lanjut tentang fungsi keluarga dan kejadian Maulina.(2013). Faktor-Faktor Yang


ISPA Berhubungan Dengan Kejadian ISPA
Pada Balita Di Wilayah Kerja UPTD
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Luwuk Timur Kabupaten
Banggai Provinsi Sulawesi Tengah.
Andriani.(2013). Faktor Penyebab Terjadinya Diakses tanggal 21 Mei 2019
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada Balita di Puskesmas Nasution (2017). Faktor-Faktor yang
Nalumsari (Studi Kasus di Desa Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
Tunggul Pandean. Diakses tanggal 15 dan Hubungannya dengan Status
Mei 2019 Penyakit Periodontal Remaja di Kota
Medan
Artini. (2012). Pedoman Pemberantasan infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA)untuk Mishra. (2011). Hubungan Peran Orang Tua
penanggulangan pneumonia pada Dalam Pencegahan ISPA dengan
balita. Diakses tanggal 01 Januari Kekambuhan ISPA pada Anak di
2018 Puskesmas Martubung

Danusantoso.(2012). Ilmu Pnyakit Paru Edisi 2. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian


Jakarta: EGC Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Diana. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan Rahmayatul. (2013). Hubungan Faktor


dengan kejadian ISPA pada balita di Lingkungan Dan Perilaku Keluarga
Puskesmas Bunga Raya Kabupaten Terhadap Kejadian Penyakit ISPA
Siak Provinsi Riau. Diakses tanggal Pada Balita Di Desa Banjararjo,
14 Maret 2019
Rahajoe.(2012). Suhardjo.(2010). Analisis Faktor
Farida. (2013). Hubungan Kebiasaan Merokok Resiko Kejadian Pneumonia Pada
Anggota Keluarga dan Pemberian Anak Umur Kurang Dari 1 Tahun Di
ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA RSUD Labuang Haji Kota
pada Balita di Puskesmas Pekauman Makasar.Med Nus Vol 26 No.3.
Banjarmasin
Rasmaliah.(2014). Faktor-Faktor Yang
Hartono.(2015). Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berhubungan Dengan Kejadian ISPA
(ISPA) Gangguan Kesehatan Pada Pada Balita Di Wilayah Kerja
Anak. Jakarta: Salemba Medika Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten
Tasikmalaya. Diakses tanggal 21 Mei
Irmawati.(2014). Hubungan Kualitas Fisik Rumah 2019
Terhadap Kejadian ISPA Pasca
Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Safarina.(2015). Hubungan Faktor Lingkungan
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumah dan Karakteristik Individu
Tiganderket Karo Sumatera Utara. dengan Gangguan Saluran
Diakses tanggal 14 Mei 2019 Pernapasan Anak Balita di Wilayah
Puskesmas Pekik Nyaring Kabupaten
Kurniadi.(2013). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.
Paru. Surabaya: Airlangga Universit Diakses tanggal 14 Mei 2019
y Press
Suryo.(2010). Karakteristik penderita ISPA di
Masriadi.(2017). Hubungan Merokok dengan Kabupaten Bondowoso tahun 2016.
Kejadian ISPA Pada Balita Di Diakses tanggal 25 Maret 2019
Wilayah Kerja Puskesmas Bangko
Kecamatan Bangko Kabupaten Sugito.(2009). Stop Rokok. Jakarta: Penebar
Merangin Provinsi Jambi. Diakses Swadaya
tanggal 14 Mei 2019

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)


118 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019

Jurnal Ners Universitas Pahlawan ISSN 2580-2194 (Media Online)

Anda mungkin juga menyukai