JURNAL NERS
Research & Learning in Nursing Science
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
Abstrak
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kematian pada anak di negara
berkembang. Faktor risiko terjadianya ISPA pada balita salah satunya adalah perilaku merokok.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku merokok pada orang tua dengan kejadian ISPA
pada balita di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun 2019.Jenis penelitian ini adalah
analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita yang ada di
Desa Pulau Jambu yang berjumlah 150 orang tahun 2019 dengan sampel sebanyak 60 orang dengan teknik
pengambilan sampel simple random sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu berupa
kuesioner.Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian
didapatkan bahwa ada hubungan yang antara perilaku merokok pada orang tua dengan kejadian ISPA pada
balita di Desa Pulau Jambu tahun 2019 dengan p value 0,003. Diharapkan kepada keluarga terutama kepala
keluarga untuk tidak merokok ketika ada balita karena akan mengakibatkan terjadinya penyakit ISPA
Kata Kunci : Perilaku Merokok pada Orang Tua, ISPA pada balita
Daftar Bacaan : 31 ( 2008 – 2018
kemanusia.Timbulnya gelaja biasanya cepat,
PENDAHULUAN yaitu dalam waktu beberapa jam sampai
A. LatarBelakang beberapa hari.Gejalanya meliputi demam,
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza
investasi untuk keberhasilan pembangunan (pilek), sesaknapas, mengi, atau kesulitan
bangsa.Untuk itu diselenggarakan bernapas (Masriadi,2017).
pembangunan kesehatan secara menyeluruh Menurut World Health Organzation (WHO)
dan berkesinambungan.Tujuan Sistem tahun 2016 jumlah penderita ISPA adalah
Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya 59.417 anak dan memperkirakan di Negara
pembangunan kesehatan oleh semua potensi berkembang berkisar 40-80 kali lebihtinggidari
bangsa, baik masyarakat, swasta maupun Negara maju. WHO menyatakan tembakau
pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan membunuh lebih dari 5 juta orang pertahun,
berdayaguna, sehingga tercapai derajat dan diproyeksikanakan membunuh 10 juta
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sampai tahun 2020.Dari jumlah itu 70 persen
(Departemen Kesehatan RI, 2015). korban berasal dari Negara berkembang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Safarina, 2015).
merupakan salah satu masalah kematian pada Penyakit infeksi saluran pernapasan akut
anak di Negara berkembang.ISPA adalah (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan
penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, yang utama karena merupakan penyebab
biasanyamenular, yang dapat menimbulkan kematian dan kesakitan yang terbanyak di
berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari dunia. Infeksi saluran pernapasan atas
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan merupakan penyebab kematian dan kesakitan
sampai penyakit yang parah dan mematikan, balita dan anak di Indonesia.Angka kejadian
tergantung, factor lingkungan,factor pejamu. penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA)
Namun demikian, sering juga ISPA pada balita dan anak di Indonesia masih tinggi
didefenisikan sebagai penyakit saluran (Safarina, 2015)
pernapasan akut yang disebabkan oleh agen Menurut Kemenkes RI (2017)
infeksius yang ditularkan dari manusia kasus ISPA mencapai 28% dengan 533,187
kasus yang ditemukan pada tahun 2016 dengan Berdasarkan latar belakang yang telah
18 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi diuraikan diatas maka perlu dilakukan
di atasang kanasional. Selain itu ISPA juga penelitian untuk mengetahui hubungan antara
sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak perilaku merokok pada orang tua dengan
di rumah sakit dan Puskesmas kejadian ISPA pada balita diDesa Pulau Jambu
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun 2019”.
Provinsi Riau Kabupaten Kampar angka
kejadian ISPA pada anak tahun 2017 sebanyak METODE PENELITIAN
5.674 dan mengalami peningkatan pada tahun A.Desain penelitian
2018 sebanyak 65.669 atau sekitar 56,6%. Jenis penelitian ini adalah
Hal ini menunjukan peningkatan kejadian surveianalitikdengan rancangan cross
ISPA pada anak (Dinkes Provinsi Riau, sectional, yaitu rancangan penelitian dengan
2018).ISPA pada umumnya disebabkan oleh melakukan pengukuran atau pengamatan
serangan langsung ke saluran pernapasan variabel independen dan variabel dependen
bagian atas melalui mata, mulut dan hidung. saat bersamaan. Adapun rancangan penelitian
Penyebab ISPA adalah virus atau bakteri. dalam penelitian ini adalah:
Virus yang utama penyebab terjadinya ISPA
adalah Rhinovirus dan Coronavirus. Virus lain 1.Rancangan Penelitian
yang juga menjadi penyebab ISPA adalah virus Rancangan penelitian meliputi
Parainfluenza, Respiratory syncytial virus, dan proses perencanaan dan pelaksanaan
Adenovirus (Maulina, 2013). penelitian. Adapun rancangan penelitian
Faktor risiko terjadianya ISPA pada balita dalam penelitian ini adalah:
salah satunya adalah perilaku
merokok.Merokok merupakan suatu kebiasaan Penelitian dimulai
yang dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun di lain pihak dapat Menentukan subjek
menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu penelitian
Melakukan
sendiri maupun orang yang ada disekitarnya
Menentukan faktor pengamatan
(Maulina, 2013). Risiko (perilaku dan
Kebiasaan merokok orang tua didalam merokok orang tua) pengukuran
rumah menjadikan balita dan anak sebagai bersamaan
perokok pasif yang selalu terpapar asap rokok.
Rumahyang orang tuanya mempunyai Menentukan Hasil
kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan kejadian pengamatan dan
kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan (Kejadian ISPA) pengukuran
dengan rumah balita dan anak yang orang
tuanya tidak merokok didalam rumah
(Rahmayatul, 2013).
Hasil analisis
Menurut Safarina (2015) asap rokok juga
dapat menyebabkan pencemaran udara dalam
rumah yang dapat merusak mekanisme paru-
Sumber: hidayat (2014)Skema 3.1. Rancangan
paru. Asap rokok juga diketahui sebagai
Penelitian
sumber oksidan. Jika terdapat asap rokok yang
berlebihan maka dapat merusak sel paru- paru
baik sel saluran pernapasan maupun sel 2.Alur Penelitian
jaringan paru seperti alveoli, maka sangat Penelitian ini dapat dibuat dalam alur
rentan bagi balita dan anak-anak berada dalam penelitian sebagai berikut:
lingkungn rumah tersebut.
Berdasarkan survey awal di Desa Pulau Izin Universitas
Jambu yang peneliti lakukan terhadap 10 orang PahlawanTuanku Tambusai
ibu yang mempunyai balita, 6 orang ibu Riau
mengatakan anaknya menderita ISPA karena
adanya perilaku merokok orang tua terutama
ayah dan 4 orang ibu mengatakan bahwa Izin Lokasi Penelitian di
anaknya terkena ISPA karena perubahan cuaca Puskesmas Kuok
dan tertular dari teman yang menderita ISPA
Populasi: Seluruh balita di
Jurnal Ners Universitas Pahlawan DesaISSN
Pulau2580-2194
jambu=150 (Media Online)
114 | HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA HIPERTENSI TENTANG HIPERTENSI DENGAN KEPATUHAN
MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPA TAHUN 2019
HASIL PENELITIAN
2. Kejadian ISPA Bab ini menyajikan mengenai hasil penelitian
Untuk kejadian ISPA pada balita alat tentang hubungan perilaku merokok orang tua
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan Kejadian ISPA pada Balita. Penelitian ini
lembar checklist dan data sekunder yang dilakukan pada tanggal 24-25 Juli 2019 dengan
didapat dari medical Record Puskesmas. jumlah responden 60 orang.
x100%
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menyajikan pembahasan
tentang hubungan perilaku merokok orang tua
keterangan : dengan kejadian ISPA pada balita di Desa Pulau
p = Persentase Jambu wilayah Kerja Puskesmas Kuok tahun
f=Frekuensi 2019. Adapun ulasan penelitian dapat dilihat pada
N= Jumlah Seluruh Observasi. tabel berikut:
A. Hubungan Perilaku Merokok Orang
Tua dengan Kejadian ISPA pada Balita
2.Analisa bivariat Tahun 2019
Analisa bivariat digunakan untuk Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari
melihat hubungan antara variabel 34 balita yang perilaku orang tuanya negatif,
independen dengan variabel terdapat 6 balita (28,6%) tidak mengalami
dependen.Analisa bivariat akan ISPA, sedangkan dari 26 balita yang perilaku
2
menggunakan uji Chi-Square( X ) dengan orang tuanya positif, terdapat 11 balita
menggunakan tingkat kepercayaan 95% (28,2%) yang mengalami ISPA. Berdasarkan
dengan rumus: uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 (p <
0,05), dengan derajat kemaknaan (α = 0,05).
( ) Ini berarti ada hubungan yang signifikan
X2 antara perilaku merokok orang tua dengan
kejadian ISPA pada balita
Menurut asumsi peneliti balita yang orang
tua tidak mempunyai kebiasaan merokok
Keterangan : terkena ISPA hal ini disebabkan karena faktor
0: Nilai observasi lingkungan yang kurang bersih sedangkan
E : Nilai harapan responden yang mempunyai kebiasaan
Dasar pengambilan keputusan yaitu merokok tetapi anaknya tidak menderita ISPA
berdasarkan Probabilitas : disebabkan karena perilaku ibu yang selalu
a. Jika Probabilitas (p) ≤ α (0,05) Ha membawa anaknya iminusasi sehingga
diterima dan Ho ditolak kekebalan tubuh anak meningkat
b. Jika Probabilitas (p) > α (0,05) Ha tidak Hasil penelitian ini sesuai dengan
terbukti dan Ho gagal ditolak. penelitian Umami (2015) yang menyatakan