Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN KERACUNAN

Disusun oleh :

1. Aida Fitriana (P1337420717013)


2. Indriyani Setianingsih (P1337420717014)
3. Dwi Kusno S (P1337420717015)
4. Faishal Ibrahim (P1337420717016)
5. Ganis Riski Y (P1337420717017)
6. Evada Safitri (P1337420717018)
7. Anik Handayani (P1337420717019)
8. Mahya Zulfiana (P1337420717020)
9. Hevin Nova R (P1337420717021)
10. Trisky Danes F (P1337420717022)
11. Dewi Nurfita S (P1337420717023)
12. Santika Dwi S (P1337420717024)
PARIKESIT

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh


dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada
kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat
menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat
pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular
berbisa maupun akibat gas beracun. Mengingat masih sering terjadi
keracunan maka untuk dapat menambah pengetahuan, kami
menyampaikan materi mengenai keracunan tersebut.

Sebagian besar pajanan terhadap gas beracun terjadi dirumah.


Keracunan dapat terjadi akibat pencampuran produk pembersih rumah
tangga yang tidak semestinya atau rusaknya alat rumah tangga yang
melepaskan karbon monoksida. Pembakaran kayu, bensin, oli, batu bara,
atau minyak tanah juga menghasilkan karbon monoksida. Gas karbon
monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
menimbulkan iritasi, yang membuatnya amat berbahaya. Penncegahan
dan penyuluhan pasien dibahas di akhir bab ini.

Menelan zat racun atau racun dapat terjadi di berbagai


lingkungan dan pada kelompok usia yang berbeda-beda. Keracunan di
rumah biasannya terjadi jika anak menelan pembersih alat rumah tangga
atau obat-obatan. Penyimpanan yang tidak semestinya bahan-bahan ini
dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Tanaman, pestisida, dan
produk cat juga merupakan zat beracun yang potensial di rumah tangga.
Karena gangguan mental atau penglihatan, buta huruf, atau masalah
bahasa, lansia dapat menelan obat-obatan dengan jumlah yang salah.

2
Selain itu, keracunan dapat terjadi di lingkungan perawatan kesehatan saat
obat-obatan diberikan tidak sebagaimana mestinya.

Hal yang sama, keracunan juga dapat terjadi di lingkungan


perawatan kesehatan jika obat-obatan yang normalnya hanya diberikan
melalui rute subkutan atau intramuscular diberikan lewat, atau jika obat-
obatan yang salah disuntikan. Keracunan karena suntikan juga dapat
terjadi di lingkup penyalahgunaan seperti jika [ecandu heroin tidak sengaja
menyuntiki pemutih atau heroin yang terlalu banyak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana patofisiologi keracunan yang diakibatkan oleh zat kimia,
gigitan ular dan serangga serta karena gas?
2. Apakah tanda dan gejala dari keracunan tersebut?
3. Bagaimana cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada
pasien dengan keracunan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mempelajari patofisiologi akibat keracunan.
2. Menjelaskan tanda dan gejala keracunan.
3. Mengetahui cara pertolongan pertama dan perawatan lanjutan pada
pasien dengan keracunan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Keracunan
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh
dengan berbagai cara yang menghambat respon pada sistem biologis dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.

3
Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada
kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat
menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat
pada beberapa tumbuhan dan hewan. Beberapa contoh keracunan antara
lain keracunan obat dan zat kimia, gigitan ular dan serangga, dan
keracunan gas.

B. Jenis-jenis Keracunan
1. Keracunan pada sistem pencernaan
a. Keracunan bahan kimia
1) Etiologi
a) Baygon
Baygon termasuk ke dalam Insektisida golongan
karbamat, akibat insektisida biasanya terjadi karena kecelakaan
dan percobaan bunuh diri.
b) Amphetamin
Amphetamine adalah sejenis obat-obatan yang biasanya
berbentuk pil, kapsul dan serbuk yang dapat memberikan
rangsangan bagi perasaaan manusia. Salah satu jenis
amphetamine, adalah methamphetamine. Tingkah laku yang
kasar dan tak terduga, merupakan hal biasa bagi pemakai
kronis. Jika kamu menggunakan amphetamine, maka
amphetamine ini akan merangsang tubuh melampaui batas
maksimum dari kekuatan fisik yang ada.
c) Morpin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah.
Morfin merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 )
. Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih
atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara
dihisap dan disuntikkan.

2) Manifestasi Klinis

4
a) Sianosis
b) Takipnoe, dispnea
c) Nadi lemah
d) Takikardi
e) Aritmia jantung
f) Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa mulut dan
esofagus, mual dan muntah
g) Malaise

3) Penatalaksanaan
a) Antidote
Pada pasien yang sadar :
- bilas lambung
- Injeksi sulfas atropin 2 mg (8 ampul) Intra muscular
- 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM,
diulang tiap 30 menit sampai terjadi artropinisasi.
- Setelah atropinisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1
ampul) IM tiap 4 jam selama 24 jam .
Pada pasien yang tidak sadar
- injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena (16 ampul)
- 30 menit kemudian berikan SA 2 mg (8 ampul) IM,
diulangi setiap 30 menit sampai klien sadar.
- Setelah klien sadar, berikan SA 0,5 mg (2 ampul) IM
sampai tercapai atropinisasi, ditandai dengan midriasis,
fotofobia, mulut kering, takikardi, palpitasi, dan tensi
terukur.
- Setelah atropinisasi tercapai, berikan SA 0,25 mg (1
ampul) IM tiap 4 jam selama 24 jam.
b) Penanganan syok
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani
kemungkinan syok yang tepat, dengan memasang IV line,
mungkin ini berhubungan dengan kerja kardio depresan

5
dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena di
ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume
darah, sampai dengan meningkatnya permeabilitas kapiler.
Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan
darah, tekanan vena sentral dan suhu. Stabilkan fungsi
kardioaskuler dan pantau EKG.
4) Tes Diagnostik
a) Pemeriksaan khusus, misalnya pengukuran kadar AChE
dalam sel darah merah dan plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik.
b) Keracunan kronik : bila kadar AChE menurun sampai 25 –
50 %, setiap individu yang berhubungan dengan insektisida
ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan bekerja
kembali bila kadar AChE telah meningkat > 75 % N.

b. Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah masuknya zat toxic (racun) dari bahan
yang kita makan ke dalam tubuh karena ikut tertelan bersama
makanan.

Ciri-ciri makanan beracun yaitu sebagai berikut:


1. Warna lebih terang disebabkan penggunaan pewarna
2. Lihat dan sentuh makanan tersebut, jika terlalu lembut dan gurih bisa saja
menggunakan penyedap rasa yang berlebihan
3. Saat membeli ikan atau daging coba cek apakah menggunakan formalin
atau tidak. Jangan terkecoh, jika ikan tidak dikerungi lalat maka
kemungkinan besar ikan menggunakan formalin

Manifestasi secara umum pada keracunan makanan, yaitu:


1. Sakit mendadak, bisa berupa kram perut, umumnya terjadi beberapa saat
setelah mengonsumsi makanan yang mengandung racun, atau dalam

6
waktu 12-72 jam. Keadaan ini merupakan salah satu usaha tubuh menolak
racun yang masuk ke perut.
2. Muntah dan diare, Merupakan akibat umum dari keracunan makanan,
dimana tubuh melakukan usaha untuk membersihkan diri dari racun yang
masuk.
3. Gejala berkembang cepat karena dosis besar
4. Anamnese menunjukkan ke arah keracunan, terutama kasus percobaan
bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan
5. Keracunan kronis dicurigai bila digunakannya obat dalam waktu lama atau
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.

Jenis-jenis keracunan makanan:

1. Keracunan Jengkol

Jengkol (Pethelolobium
labatum) merupakan bahan
makanan seperti yang
mengandung vitamin B1.
Menurut berbagai penelitian
menunjukkan bahwa jengkol
juga kaya akan karbohidrat,
protein, vitamin A, vitamin B,
Vitamin C, fosfor, kalsium,
alkaloid, minyak atsiri, steroid,
glikosida, tanin, dan saponin. Khusus untuk vitamin C terdapat kandungan
80 mg pada 100 gram biji jengkol, sedangkan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan per hari adalah 75 mg untuk wanita dewasa dan 90 mg untuk
pria dewasa. Cara pengolahannya bermacam-macam, bisa dibuat emping
(emping jengkol), dimakan mentahnya sebagai lalap, dan lain-lain.
Jengkol mempunyai bau yang khas yang tidak sedap, tetapi banyak orang
yang menyukainya. Kejengkolan dapat terjadi setelah memakan jengkol
dalam jumlah yang banyak, baik yang dimasak maupun mentahnya.
Bahkan yang berupa emping sekalipun yang telah digoreng dapat
menimbulkan kejengkolan karena dalam biji mengandung zat yang
dinamakan asam jengkol (hamud jengkol). Asam jengkol terjadi di dalam
biji jengkol disebabakan pengaruh kondensi Formaldehyde dan Cysteine.
Asam jengkol sukar larut dalam air dingin dalam 30o C kadar larut 1:2000
di dalam air mendidih 1:200. Perlu juga diperhatikan bagi orang yang
mempunyai indikasi penyakit ginjal atau fungsi ginjalnya kurang baik agar
waspada terhadap peristiwa kejengkolan, karena dapat berakibat fatal.
Kejengkolan sebenarnya belum dapat dipastikan. Apakah penyebabnya

7
karena keadaan perorangan, atau karena sifat dari asam jemgkol yang
sukar larut dalam air dingin sehingga mengakibatkan tersumbatnya
(terganggunya fungsi ginjal)

1) Manifestasi Klinis kejengkolan


a) Rasa nyeri (kolik) di daerah pinggang atau daerah pusar (ari - ari) dan
kadang disertai kejang - kejang
b) Mual, muntah
c) Output urine sedikit, adakalanya urine berwarna merah bercampur
putih seperti air pencuci beras (dalam urine terdapat sel - sel darah
merah dan sel darah putih)
d) Perut kembung dan susah BAB)
e) Nafas dan Urine berbau jengkol
2) Penatalaksanaan
a) Beri klien air putih yang banyak supaya kadar asam jengkolat lebih
encer, sehingga lebih mudah dibuang melalui urin.
b) Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat
minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat
dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan anak 2-5 mEq/kg
berat badan natrium bikarbonat diberikan secara infus selama 4-8 jam.
c) Antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi sekunder.

2. Singkong

Singkong
merupakan tanaman
umbi-umbian yang
tumbuh diseluruh
indonesia. Dibebrapa
daerah dipulau jawa
singkong bahkan merupakan makanan untama penduduk.

8
Singkong merupakan bahan makanan yang mengandung kalori
seperti beras. Perbedaannya adalah singkong mengandung protein 1 %
sedangkan beras mengandung protein 7,5 %.

a. Etiologi
Penyebab keracunan singkong ialah asam sianida yang terkandung
didalamnya.

b. Gejala klinis
Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong.
Gejalan keracunan singkong ini antara lain:
a. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
b. Sesak nafas , takikardi, cyanosis dan hipotensi
c. Perasaan pusing, lemah,kesadaran menurun ( apatis- koma)
d. Renjatan atau kejang
e. Syok

c. Penatalaksanaan
Sebelum dibawa kerumah sakit pasien dapat diberikan pertolongan
pertama oleh penolong atau keluarga pasien dengan memberikan arang
aktif, namun dalam pemberian arang aktif ini harus berhati-hati dan
sesuai dengan dosis yang tercantum dalam kemasannya. Rangsang
muntah dapat dilakukan jika arang aktif tidak tersedia dan perjalanan
kerumah sakit membutuhkan waktu lebih dari 20 menit.
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain :
a) Stabilisasi pasien melalui penatalaksanaan jalan nafas, fungsi
pernafasan dan sirkulasi.
b) Bila makanan diperkirakan masih ada dilambung (kurang dari 4
jam setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau
membuat penderita muntah.

9
c) Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara
intravena perlahan. Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara
inhalasi.
d) Bila timbul cyanosis dapat diberikan oksigen.
e) Beri 10 cc Na Nitrit 5% iv dalam 3 menit.
f) Beri 50 cc Na thiosulfat 25% iv dalam 10 menit
g) Bila gejala sangat berat, bawa kerumah sakit.

d. Pencegahan keracunan
a. Kenali jenis singkong dengan cara jika pada singkong terdapat
bercak biru sebaiknya tidak dikonsumsi, kemungkinan kandungan
HCNnya tinggi dan tidak banyak berkurang walaupun sudah dicuci
dan dimasak.

2. Keracunan Sirkulasi
a. Gigitan ular dan serangga
Beberapa ular berbisadapat dikenali melalui ukuran, bentuk,
warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saatmerasa terancam.
Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran
gigitaring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.
1) Gigitan ular
a. Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu:
- Elapidae : memiliki taring pendek dan tegak permanen.
Beberapa contoh anggota famili ini adalah ular cabai
(Maticora intestinalis).

- Hidrophidae : yang termasuk famili ini adalah ular tali


(Dendrelaphis pictus).

10
- Viperidae : Viperidae memiliki taring panjang yang
secara normal dapat dilipat ke bagian rahang atas. Ada
dua subfamili pada Viperidae, yaitu Viperinae
danCrotalinae. Crotalinae memiliki organ untuk
mendeteksi mangsa berdarah panas (pit organ), yang
terletak di antara lubang hidung dan mata. Beberapa
contoh Viperidae adalah ular bandotan (Vipera
russelli), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), dan
ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris).

b. Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur.
Bisa tersebut bersifat:
1) Eurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat
fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis:
kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu,
derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
2) Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase
dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan
mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai
akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi

11
klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada
tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal
ginjal.
3) Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering
berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang
menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot.
4) Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang
menimbulkan kerusakan otot jantung.
5) Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat
vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya
kardiovaskuler.
6) Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada
penyebaran bisa.
c. Gigitan Serangga
Insect bites adalah gigitan atau sengatan serangga. Insect
bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang
menyengat atau menggigit seseorang.Beberapa contoh masalah
serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan seranggadi
antaranya adalah:
1) Reaksi alergi berat (anaphylaxis)
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam
kehidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda
atau gejalanya adalah:
- Terkejut (shock), dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah
- tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-
organ penting (vital)
- Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut
atau kerongkongan/tenggorokan
- Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak
tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)

12
- Pusing dan kacau
- Mual, diare, dan nyeri pada perut
- Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
2) Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
a). Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam

b). Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat

c). Laba-laba gembel (hobo)

d). Kalajengking

3) Reaksi racun dari serangan labah, tawon, atau semut api

13
Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu
mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-
lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu
kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah
yang banyak.
a) Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat
menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan
sangat banyak reaksi alergi
b) Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari
rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari
perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
c) Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
d) infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan
e) Penyakit serum (darah)
Sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk
mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum
menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan
bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari
setelah penggunaan anti serum
f) Infeksi virus
Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada
seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
g) Infeksi parasit
Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.
d. Manifestasi Klinis
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada
semua gigitan ular.
1) Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra
menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka
dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh.
Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar
sisi gigitan luka.

14
2) Perdarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid
Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal, seperti
otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka
gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama.
Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau
bahkan kematian.
3) Efek sistem saraf, bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek
langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat
beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan,
berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya,
korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan
bernafas, dan kesemutan.
4) Kematian otot, bisa dari russell’s viper (Daboia russelli), ular laut,
dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan
kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang
mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein.
Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
5) Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat
mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan
kebutaan sementara pada mata.
Sedangkan gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan
tergantung dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi.
Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan,
bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan
atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa
rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut
terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan
mengakibatkan peradangan akut.Rasa gatal dengan bintik-bintik
merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsandan hampir
meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut
anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan
serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada

15
tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari
serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah
jarangsekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan
gagal ginjal.

e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Gigitan Ular:
1. Antidote
Mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat
seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan
luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi
bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak
digunakan.
2. Penanganan syok
a. Selalu mengasumsikan bahwa semua gigitan ular dapat
mengancam kehidupan.
b. Bila melakukan triage kasus gigitan ular maka selalu
dimasukkan kedalam katagori emergency.
c. Pasang IV line pada semua kasus.
d. Berhati – hati ketika memilih lokasi pemasangan IV
line atau pengambilan sample darah pada kasus
koagulopahty, yang betujuan untuk mencegah
pendarahan. Khususnya pada pembuluh darah
subclavia, jugular, femur.
e. Hindari melakukan penyuntikan intra muscular jika
memungkinkan terjadinya coagulopathy.
f. Lakukan pemeriksaan whole blood clotting time
(WBCT).
g. Jika terjadi gangguan pada pernafasan akibat paralysis,
persiapkan untuk intubasi dan pemasangan ventilator
eksternal.
h. Jika terjadi shock, tangani dengan pemberian cairan.

16
3. Bidai

Cara melalukan pembalutan pada gigitan ular:

 Pasang balut “pressure bandage” lebar dari bagian


bawah ke arah atas termasuk pada bagian gigitan
secepat mungkin dari kejadian gigitan.

 Jangan lepaskan celana atau pakaian di tempat gigitan


krn pergerakan pada tempat gigitan memperbesar
peluang meluasnya racun ke peredaran darah.

 Balutan harus seketat seperti pada kejadain terkilir.


Korban harus menghindari gerakan yang tidak
diperlukan.

 Perluas balutan selebar mungkin

 Setelah pembalutan pertama, lakukan pembidaian


dengan meletakkan bidai yang panjangnya menutupi
dua sendi dari tungkai yang terkena gigitan.

 Rekatkan dengan pembalutan dengan stabil. Jangan


biarkan korban berjalan.

Penatalaksanan gigitan serangga:


Segera lepas serangga dari tempat gigitannya, dengan
menggunakan minyak pelumas Setelah terlepas (kepala dan
tubuh serangga) luka dibersihkan dengan sabun dan diolesi
calamine (berfungsi untuk mengurangi gatal) atau krim
antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl). Bila tersengat
lebah, ambil sengatnya dengan jarum halus, bersihkan dan

17
oleskan krim antihistamin atau kompres es bagian yang
tersengat.
f. Tes Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaaan kimia
darah, hitung sel darah lengkap, penentuan golongan darah
dan uji silang, waktu protrombin, waktu tromboplastin
parsial, hitung trombosit, urinalisis, penentuan kadar gula
darah, BUN dan elektrolit.
2) Untuk gigitan yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen,
fragilitas sel darah merah, waktu pembekuan dan waktu
retraksi bekuan.

4. Keracunan Gas
a. Karbon monoksida
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa
karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak
sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran
sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak
berbau, tidak berasal dan pada suhu udara normal berbentuk gas
yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi
bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan
yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin.Sumber utama
karbon monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran, knalpot
mobil, pemanasan tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak
sempurna dari produk-produk terbakar, seperti bongkahan arang.
b. Manifestasi Klinis
1) Awal gejalanya yaitu :sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi pada
kulit, berkeringat banyak, pyrexia, pernapasan meningkat, mental
dullness dan konfusion, gangguan penglihatan, konvulsi,
hipotensi, myocardinal, dan ischamea.
2) Kemungkinan terjadi kematian akibat sukar bernafas sangat tinggi

18
Kematian terhadap kasus keracunan karbon monoksida
disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular
hypoxia).
3) Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan juga
gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas
dengan gas lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih
kuat terhadap karbon monoksida dari pada oksigen. Sehingga
jika terdapat CO dan O2, sel darah merah akan cenderung
berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan
terbentuk dengan hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan
terbentuk karboksi haemoglobin sehingga oksigen tidak dapat
terbawa. Ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250
kali lebih cepat dari oksigen.
4) Mengganggu aktivitas selular lainnya yaitu dengan mengganggu
fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar oksigen seperti
otak dan jantung.
5) Gejala klinis saturasi darah oleh karbon monoksida adalah
sebagai berikut:
a) Konsentrasi CO dalam darah kurang dari 20%, tidak ada
gejala.
b) Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi
sesak.
c) Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala, lesu,
mual, nadi dan pernapasan meningkat sedikit.
d) Konsentrasi CO dalam darah 30% hingga 40%, gejala sakit
kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang
daya koordinasi gerakan.
e) Konsentrasi CO dalam darah 40% sampai 50%, gejala
kebingungan makin meningkat dan setengah sadar.
f) Konsentrasi CO dalam darah 60% hingga 70%, gejala tidak
sadar, kehilangan daya mengkontrol feses dan urin.

19
g) Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%, gejala koma,
nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan
pernapasan

c. Penatalaksaan

1. Antidote
a) Bawa pasien ke udara segar dengan segera, buka semua pintu dan
jendela.
b) Longgarkan semua pakaian ketat.
c) Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlukan.
d) Cegah menggigil, bungkus pasien dalam selimut.
e) Pertahankan pasien setenang mungkin.
f) Jangan berikan alkohol dalam bentuk apapun.
2. Penanganan syok
Tindakan Pada dasarnya tindakan pertama yang harus dilakukan
adalah melakukan ABC (airway, Breathing and Circulation) bukan
mencari penyebab Keracunan. Disini dimaksudkan adalah hal utama
yang harus dilakukan adalah stabilisasi pasien, lakukan prioritas
masalah dan lakukan tindakan yang sesuai. Contoh apabila diduga
mengalami Keracunan dengan gejala sesak segera bebaskan jalan
nafas.
Stabilisasi
Lakukan stabilisasi dengan mengutamakan masalah utama yang
ada.
Langkah stabilisasi adalah sebagai berikut:
a) Perhatikan dan tangani jalan nafas
b) Perhatikan perdarahan dan kontrol perdarahan jika ada.
c) Segera cegah dan tangani syok dengan pemberian produk
darah jika perlu.

20
d) Cari dan perhatikan adanya cidera yang berkaitan dengan
proses penyakit lain
e) Kaji, tetapkan, tangani status asam basa dan elektrolit.
f) Perhatikan status jantung (denyut nadi, suara, aliran dll)
lakukan pemeriksaan singkat, dengan penekanan pada
wilayah-wilayah yang mungkin memberi petunjuk ke arah
diagnosis toksikologi,meliputi :
Tanda-tanda vital
Evaluasi yang teliti terhadap tanda-tanda vital yang
meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan
tingkat kesadaran.
a) Mata
Mata merupakan sumber informasi yang
penting untuk toksikologis, karena beberapa
kasus toksikologis menyebabkanperubahan
pada mata. Tetapi dalam menentukan prognosis
Keracunan gejala ini tidak bisa dijadikan
pegangan.
b) Mulut
Mulut mungkin menunjukkan tanda-tanda
terbakar yang disebabkan oleh unsur korosif
atau mungkin menunjukkan bekas tertentu yang
menjadi cirikas dari suatu bahan toksik.
c) Kulit
Kulit sering menunjukkan adanya kemerahan
atau keluar keringat yang berlebihan.
d) Abdomen
Perubahan bising usus biasanya menyertai
perubahan tingkat kesadaran. Pada kesadaran
tingkat III biasanya bising usus negatif, dan
pada tingkat IV selalu negatif, sehingga
pemeriksaan ini bisa dipakai untuk

21
mencocokkan tingkat kesadaran, misalnya pada
orang yang bersimulasi.
e) Sistem saraf
Seizure fokal atau deficit motorik menunjukkan
adanya lesi struktural daripada toksik atau
ensefalopati metabolic

3. Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik menggunakan ruang


bertekanan untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam
darah. Tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik
adalah sekitar dua setengah kali lebih besar dari tekanan
normal di atmosfer. Hal ini membantu darah membawa
oksigen lebih banyak ke organ dan jaringan tubuh Anda.

Terapi hiperbarik dapat membantu mempercepat


penyembuhan luka, terutama luka terinfeksi. Terapi ini dapat
digunakan untuk mengobati:

 Emboli udara atau gas


 Infeksi tulang (osteomielitis) yang belum membaik dengan
perawatan lain
 Luka bakar
 Keracunan karbon monoksida
 Beberapa jenis infeksi otak atau sinus
 Penyakit dekompresi (misalnya, cedera menyelam)
 Gangrene gas
 Infeksi jaringan lunak nekrosis
 Menyediakan cukup oksigen ke paru-paru selama prosedur
pembersihan paru-paru pada pasien dengan kondisi medis
tertentu
 Cedera radiasi (misalnya, kerusakan akibat terapi radiasi
untuk kanker)
 Cangkok kulit
 Luka yang belum sembuh dengan perawatan lain
(misalnya, ulkus kaki pada penderita diabetes)

22
d. Tes Diagnostik
1) Elektrokardiografi
2) Radiologi
Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk
menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal.
3) Analisa Gas Darah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain
Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar
elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium.
Tanda-tanda oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul,
seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status
mental.
4) Tes fungsi ginjal Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara
lengsung.
5) Skrin toksikologi
Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan.
Skrin negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi
mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk
mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam
laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keracunan adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, atau melalui kulit atau mukosa yang
menimbulkan gejala klinis
B. Saran
 Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan
pertolongan yang cepat dan benar.
 Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda
vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran,
sehingga penanganan tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing,
Circulatory) tidak terlambat dimulai.

24
Daftar Pustaka

Gallo, Hudak. 2010. Keperawatan Kritis pendekatan Holistik Volume 2. Jakarta:


EGC

Hardisman.2014.Gawat Darurat Medis Praktis. Padang : Gosyen Publishing

Krisanty, Paula.2009.Asuhan keperawatan Gawat Darurat.Jakarta.Trans Info


Media

25

Anda mungkin juga menyukai