Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK III

“EKSTRAKSI DAUN KUNYIT DENGAN MENGGUNAKAN


PELARUT ETANOL”

Kelompok 2:

1. Sisilia Fil Jannati 18030194012


2. Syafira Humairoh 18030194013
3. Wulan Pryanti 18030194043
4. Resti Diah Sugita 18030194048
5. Iktifaul Ulya 18030194091
PKB 2018

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kunyit (Curcuma Longa L) merupakan tanaman yang sering


dijumpai di Indonesia, namun pemanfaatan tanaman ini masih hanya sebatas
rimpangnya saja, sedangkan bagian daunnya masih minim pemanfaatan
padahal terkandung senyawa metabolit sekunder yang bermanfaat seperti
flavonoid, steroid, kurkumin, minyak atsiri, tanin. Tumbuhan kunyit sering
dimanfaatkan sebagai pewarna dan pengharum makanan. Pemanfaatan daun
kunyit oleh penduduk hanya sekedar sebagai bahan masakan yang tidak
digunakan dalam jumlah pemanfaatannya. Pemanfaatan daun kunyit ini dengan
menggunakan metode ekstraksi. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai
proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase
ke fase yang lainnya. Ekstraksi dibedakan menjadi dua, yaitu
ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi padat-
cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada
padatan menggunakan pelarut organik, sedangkan Ekstraksi
cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar
perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda
yang tidak saling bercampur. Terdapat tiga golongan pelarut
yaitu pelarut polar, semipolar, dan nonpolar.

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengekstraksi flavonoid pada daun kunyit menggunakan pelarut etanol

1.3 Variabel

1.3.1 Variabel manipulasi : -

1.3.2 Variabel kontrol : Daun kunyit dan Etanol

1.3.3 Variabel respon : Ekstrak daun kunyit (senyawa flavonoid)


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ekstraksi

Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses


pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase yang lainnya.
Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup besar.
Pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik, karena entropi diperoleh
melalui pencampuran bukan pemisahan, metode ekstraksi dikembangkan
berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika
perpindahan massa tidak dapat diabaikan (Majid dan Nurkholis, 2008).
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air)
dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik) (Yazid, 2005). Ekstraksi
pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa cair
yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan “bersih” baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara
ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk
kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-
pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di
laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling
sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat
“Counter Current Craig” (Alimin dkk, 2007).
Menurut Estien Yazid (2005), berdasarkan bentuk campuran yang
diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi Padat-Cair
Zat yang diekstraksi di dalam campuran yang berbentuk padatan.
Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat
berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon,
antibotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi Cair-Cair
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair.
Ekstraksi cair-cair sering disebut ekstraksi pelarut, banyak dilakukan
untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam
larutan air

2.2 Ekstraksi Padat-Cair

Ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat


pada padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak
dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga
diiris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian padatan yang telah halus
dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring
dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke
dalam pelarut godog. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan
menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut
organik sampai semua analit terekstrak (Khamidinal, 2009).
Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah transfer difusi komponen
terlarut dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses
yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi
keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstrak dari bahan padat
dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam pelaut pengekstraksi
(Purwanto, 2017).
Teori Dasar Ekstraksi adalah istilah yang digunakan untuk operasi yang
melibatkan perpindahan suatu konstituen padat atau cair (solute) kedalam
cairan lain yaitu solvent atau pelarut. Prinsip dasar ekstraksi adalah
berdasarkan kelarutan. Untuk memisahkan zat terlarut yang diinginkan atau
menghilangkan komponen zat terlarut yang tidak diinginkan dari fasa padat,
maka fasa padat dikontakkan dengan fas cair. Pada kontak dua fasa tersebut,
zat terlarut terdifusi dari fasa padat ke fasa cair sehingga terjadi pemisahan dari
komponen padat. Ekstraksi padat cair dapat dilakukan dengan berbagai
metode, seperti ekstraksi dengan bantuan gelombng mikro, sonikasi, dan
tekanan tinggi.
Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya kemampuan senyawa dalam
suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut oleh suatu
pelarut tertentu. Faktor penting dalam ekstraksi adalah pemilihan pelarut,
pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat menarik komponen aktif
dalam campuran. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan
pelarut adalah selektivitas, sifat pelarut, kemampuan untuk mengekstraksi,
tidak bersifat racun, kemudahan untuk diuapkan, dan harganya yang relative
murah (Fajriati dkk, 2011).

2.3 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas dasar


perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang
digunakan adalah pelarut organik, dan sebaliknya (Khamidinal, 2009).
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui
corong pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi
kesetimbangan konsentrasi solut pada kedua pelarut. Setelah didiamkan
beberapa saat akan terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah
dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis
selanjutnya (Yazid, 2005).
Cara ini digunakan jika harga D cukup besar (˃ 1000). Bila hal ini
terjadi, maka satu kali ekstraksi sudah cukup untuk memperoleh solut secara
kuantitatif. Namun demikian, ekstraksi akan semakin efektif jika dilakukan
berulangkali menggunakan pelarut dengan volume sedikit demi sedikit (Alimin
dkk, 2007).
Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang tak dapat
campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam
dua fase pada kesetimbangan. Nernst pertama kalinya memberikan pernyataan
yang jelas mengenai hukun distribusi ketika pada tahun 1981 ia menunjukkan
bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat
campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada
kesetimbangan adalah konstanta pada suatu temperatur tertentu:
[ A ]1
= tetapan
[ A ]2
[ A ]1 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun
hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada
kenyataannya hubungan ini tidaklah eksak. Yang benar, dalam pengertian
termodinamik, angka banding aktivitas bukannya rasio konsentrasi yang
seharusnya konstan. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara
suatu rasio yang konstan terhadap aktivitas spesies itu dalam fase cair yang
lain:

a{ A }
1
 = KDA
a[ A ]
2

a[ A] Di sini  menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati


1

KDA disebut koefisien distribusi dari spesies A (Day dan Underwood, 2001).


Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu
pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan
kedua fasa cair itu sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi
perpindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media
pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat
ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya
dalam daerah yang sempit). Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang
berarti performansi ekstraksi yang besar haruslah diusahakan agar terjadi
bidang kontak yang seluas mungkin di antara kedua cairan tersebut. Untuk itu
salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes kecil (misalnya dengan
bantuan perkakas pengaduk) (Rahayu, 2009).
Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi  yang tidak dapat lagi atau sukar
sekali dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang
penting perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap
ada. Hal ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera
disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah
terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa
homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat
dipisahkan dari cairan yang lain (Rahayu, 2009).

2.4 Pelarut Ekstraksi

Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongn pelarut


yaitu (Ansel, 2008) :
a) Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung
universal digunakan karena biasanya walapun polar, tetap dapat menyari
senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Salah satu
contoh pelarut polar adalah : air, metanol, etanol, asam asetat.
b) Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan
senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah :
aseton, etil asetat, kloroform.
c) Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam
pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak bebagai jenis minyak.
Contoh : heksana, eter.

Adapun beberapa syarat-syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi yaitu (Ansel,
2008) :

a. Tidak toksik dan ramah lingkungan


b. Mampu mengekstrak semua senyawa dan simplisisa
c. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
d. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisisa yang
diekstrak
e. Murah/ekonomis

2.5 Daun Kunyit


Tumbuhan kunyit merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh di
Benua Asia dengan pemanfaatan sebagai pewarna dan pengharum makanan.
Pemanfaatan daun kunyit oleh penduduk hanya sekedar sebagai bahan
masakan yang tidak digunakan dalam jumlah besar. Bahkan sebagian besar
daun kunyit ini dianggap sebagai limbah dan minim pemanfaatannya (Fitri,
2017). Padahal daun kunyit memiliki senyawa bioaktif flavonoid (16,89
mg/kg) (Suryana dan Katja, 2009). Senyawa fenolik seperti flavonoid yang
terdapat dalam tumbuhan ini mempunyai kemungkinan berperan dalam
menentukan sifat-sifat tersebut (Droby dkk., 1998). Sifat – sifat anti jamur dan
anti bakteri ini yang memberikan kemungkinan tumbuhan kunyit dapat
digunakan sebagai pengawet makanan.
Salah satu bahan pengawet non makanan yang sering digunakan oleh
industri kecil adalah formalin. Formalin yang dikenal sebagai pengawet mayat
kini banyak disala hgunakan oleh sebagian pedagang makanan cepat saji
seperti ; bakso, mie basah, cilok dan lain sebagainya (Faradilla dkk, 2014).
Sebagai bahan pengganti formalin maka dapat kita gunakan bioformalin yang
aman untuk dipakai dalam mengawetkan makanan. Senyawa flavonoid dan
tanin merupakan senyawa yang dapat mencegah perkembangan bakteri
pembusuk atau disebut juga antibakteri (Rofik dan Rita, 2012).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

1. Pisau 1 buah
2. Botol plastik 1 buah
3. Nampan plastik 1 buah
4. Gelas kaca 1 buah
5. Panci kecil 1 buah
6. Kompor 1 set

3.2 Bahan

1. Daun kunyit secukupnya


2. Etanol secukupnya
3. Air secukupnya

3.3 Prosedur

1. Pembuatan Ekstrak Daun Kunyit


Prosedur pertama yang harus dilakukan ialah menyiapkan alat dan
bahan. Lalu daun kunyit yang sudah dicuci bersih, dipisahkan dengan
tangkai daunnya. Langkah selanjutnya ialah daun kunyit dipotong tipis-
tipis dan dikeringkan dalam beberapa hari hingga kering. Berikunya yaitu
membuat alat ekstraksi sederhana yaitu dengan memotong botol menjadi 2
bagian. Daun kunyit yang telah kering dimasukkan ke dalam potongan
botol bagian atas, lalu diletakkan diatas potongan botol bagian bawah
dengan arah tempat tutup botol berada dibawah. Kemudian ditambahkan
etanol dan dibiarkan hingga larut ke bagian bawah. Setelah itu, larutan
dipindahkan ke dalam gelas kaca dan dimasukkan ke dalam panci yang
berisi air mendidih untuk menguapkan etanol sehingga akan menghasilkan
ekstrak daun kunyit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan sebelum sesudah Dugaan/ Reaksi Kesimpulan
Perc.
1. Daun Kunyit - Daun - Daun kunyit Flavonoid dalam Flavonoid dalam daun
kunyit : dikeringkan : daun kunyit kunyit bersifat polar
Dicuci sampai bersih lembaran daun kunyit bersifat polar larut dalam pelarut
Dipisahkan dengan tangkai daunnya daun, segar kering akan larut dalam polar seperti etanol
Dipotong tipis-tipis - Etanol 70% - Daun kunyit pelarut polar yang ditandai dengan
Dikeringkan beberapa hari hingga kering : larutan kering + seperti etanol perubahan larutan dari
Dimasukkan ke dalam botol bagian atas tidak etanol : larutan (Harbone,1987). tidak berwarna
yang telah dipotong menjadi dua berwarna berwarna hijau menjadi hijau.
Diletakkan diatas bagian bawah botol encer
yang telah dipotong - Dipanaskan
Ditambahkan etanol hingga menghasilkan dalam
larutan penangas air :
Dipindahkan ke dalam gelas kaca ekstrak daun
Dipanaskan dalam penangas air untuk kunyit, larutan
menguapkan etanol berwarna hijau
Ekstrak Daun Kunyit kental
4.2 Analisis dan Pembahasan

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan dari pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen tersebut.
Ekstraksi biasa digunakan untuk memisahkan dua zat berdasarkan perbedaan
kelarutan.

Dalam percobaan eksraksi daun kunyit, langkah pertama yang harus


dilakukan adalah mencuci daun kunyit yang akan digunakan hingga bersih. Hal
ini dilakukan agar kotoran dan bakteri yang menempel pada daun kunyit dapat
hilang sehingga, dihasilkan ekstrak yang higienis dan terjamin kebersihannya.
Apabila kotoran dan bakteri tidak dihilangkan maka, dapat mempengaruhi hasil
ekstraksi.

Setelah itu, daun dipisahkan dari tangkainya. Lalu, daun di potong tipis-
tpis. Hal ini dilakukan agar didapat hasil ekstraksi yang maksimal, karena
dengan di potong tipis-tpis maka, luas permukaan daun menjadi kecil, sehingga
hasil ekstraksi mudah didapat. Kemudian, daun kunyit dikeringkan beberapa
hari dengan menggunakan sinar matahari, hingga daun mengering. Setelah itu,
daun kunyit yang sudah kering dimasukkan kedalam botol bagian atas.
Sebelumnya, botol dipotong menjadi dua bagian, dengan bagian atas botol
diletakkan diatas bagian bawah botol namun dengan posisi bagian atas botol
yang terbalik sehingga menyerupai bentuk corong.

Lalu, etanol ditambahkan pada daun kunyit. Fungsi penambahan etanol


adalah sebagai pelarut. Dalam percobaan ini etanol digunakan sebagai pelarut
karena, flavonoid dalam daun kunyit yang bersifat polar akan larut dalam
pelarut polar seperti etanol (Harbone,1987). Pelarut yang sering digunakan
dalam ekstraksi rempah adalah heksana, aseton, etanol, metanol, isopropanol
dan etil asetat. Etanol, metanol, dan isopropanol merupakan senyawa alkohol.
Alkohol banyak dipilih sebagai pelarut yang baik untuk ekstraksi kunyit
maupun daun kunyit. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ekstrak
alkohol daun kunyit berpotensi untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Naz
et al., 2012; Lawhavinit et al., 2010).
Setelah itu, ekstrak daun kunyit dipindahkan ke dalam gelas kaca. Lalu,
dipanaskan dalam penangas air untuk menguapkan etanol. Fungsi dari
penguapan etanol adalah, agar tidak ada lagi pelarut yang tecampur dalam hasil
ekstrak tesebut. Sehingga dihasilkan ekstrak daun kunyit yang murni.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kunyit


berupa larutan berwarna hijau yang mengandung senyawa flavonoid, dengan
metode perkolasi sederhana menggunakan pelarut etanol.

5.2 Saran

Memahami teori dari beberapa sumber sangat dibutuhkan untuk


mempermudah dalam melakukan proses praktikum sehingga diperoleh hasil
pengamatan yang sesuai dan memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI
Press.

Droby S., Cohen L., Daus A., Weiss B., Horev B., Chalutz E., Katz H.,, Keren
Tzur M.,, Shachnai A.,(1998), Commercial Testing of Aspire: A Yeast
Preparation for the Biological Control of Postharvest Decay of Citrus,
Biological Control, 12:2, pp. 97-101

Fajriati, I., Rizkiyah, M., Muzakky. 2011. “Studi Ekstraksi Padat Cair
Menggunakan Pelarut HF dan HNO3 pada Penentuan logam Cr dalam
Sampel Sungai di Sekitar Calon PLTN Muria”.  Jurnal  ILMU  DASAR, Vol.
12 No. 1, 15 : 22.

Faradilla.,Yustini A., Elmatris. 2014. Identifikasi Formalin Pada Bakso yang


dijual beberapa tempat di kota. Sumatra Barat: Fakultas kedokteran,
Universitas Andalas.

Fitri. 2013. Pengaruh Marinasi Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma Domestica Val)
Terhadap Kadar Air, Nilai Ph, Kadar Lemak Dan Kadar Protein Daging
Itik, Fakultas Peternakan Dan Pertanian. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Harborne & Turner. 1987. Phitochemical Method. London: Chapman and Hall.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Majid, N.T., Nurkholis. 2008. “Pembuatan Teh Rendah Kafein melalui Proses
Ekstraksi dengan Pelarut Etil Asetat”, 2 : 8.

M.S. Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris. 2007. Kimia Analitik. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.

Naz S, Akbar I, Ilyas S, Jabeen S. 2012. Antibacterial activity of different


varieties of curcuma longa rhizome extracts against pathogenic bacteria.
Asian J Chem 24: 2875-2877.
Purwanto A, C Supriyanto & Samin P. 2007. Validasi Metode Pengujian Cr, Cu,
dan Pb dengan Metode Spektrometri Serapan Atom. Prosiding PPI-
PDIPTN, Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN, Yogyakarta.

Rahayu, Suparni Setyowati Rahayu, “Ekstraksi Cair”, chem.-is-try.org. 28


Agustus 2009. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-
industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/. Diakses pada tanggal 25 April
2020.

Rofik S., Rita D.R. 2012. Ekstrak Daun Api- Api (Avicennia Marina) Untuk
Pembuatan Bioformalin Sebagai Antibakteri Ikan Segar. Semarang: Teknik
Kimia, Universitas Wahid Hasyim.

R.A. Day dan A.L. Underwood. 2001. Quantitative Analysis. Terj. Iis


Sopyan. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Suryanto dan Katja. 2009. Aktivitas Penangkal Radikal Bebas Dan Penstabil
Oksigen Singlet Dari Ekstrak Daun Kunyit (Curcuma Domestica Val.),
Manado: Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sam Ratulangi.

Yazid, Estien Yazid. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI.


LAMPIRAN
DOKUMENTASI
No Gambar Keterangan
1 Daun kunyit dicuci hingga bersih

2 Dipisahkan tangkai daun kunyit

3 Dipotong tipis-tipis
4 Dikeringkan beberapa hari hingga
kering

5 Disiapkan alat ekstraksi sederhana


dengan cara memotong botol
plastic menjadi 2 bagian

6 Dimasukkan daun kunyit kering ke


dalam botol bagian atas
7 Diletakkan diatas potongan botol
bagian bawah

8 Ditambahkan etanol 70%

9 Dihasilkan larutan berwarna hijau

10 Dipanaskan dalam air mendidih


untuk menguapkan pelarut etanol
70%
11 Dihasilkan ekstrak daun kunyit
berwarna hijau
ALUR PERCOBAAN

Daun Kunyit

Dicuci sampai bersih


Dipisahkan dengan tangkai daunnya
Dipotong tipis-tipis
Dikeringkan beberapa hari hingga kering
Dimasukkan ke dalam botol bagian atas yang
telah dipotong menjadi dua
Diletakkan diatas bagian bawah botol yang telah
dipotong
Ditambahkan etanol hingga menghasilkan
larutan
Dipindahkan ke dalam gelas kaca
Dipanaskan dalam penangas air untuk
menguapkan etanol
Ekstrak Daun Kunyit

Anda mungkin juga menyukai