Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maria Natalia Ponga

NIM : 01.2.17.00614
Program Studi : S1 Keperawatan tingkat 3
Tugas Individu Mata Kuliah : Keperawatan Kegawatdaruratan
Dosen Pengajar : Dr. Thomas Aribowo K., Sp., B

Berdasarkan materi kuliah dan diskusi pertemuan pertama, berikut saya berikan skenario kasus
pasien dan diskusi yang perlu anda jawab :

Skenario 1 :

Laki laki 25 tahun KLL ditabrak sepeda motor saat menyebrang jalan. Keadaan pasien tidak
membuka mata saat dibangunkan namun masih mengerang nyeri dan dapat menggerakkan
tangannya. Luka berdarah di wajah dan tungkai atas. Pengendara lain yang melintas menolong
dengan menidurkan di trotoar dan menghubungi IGD terdekat. Anda ditugaskan ketempat
kejadian untuk menjemput pasien dengan ambulans gawat darurat.

Diskusi 1:

Langkah-langkah apa yang anda lakukan saat tiba di tempat kejadian?

Skenario 2 :

Pasien anda masukkan ke ambulan, didapatkan data-data sebagai berikut setelah anda periksa :

1. Airway (jalan napas) : pasien mengorok

2. Breathing : jumlah pernapasan 20x/menit, pergerakan dinding dada simetris, pada auskultasi
suara napas kedua paru ada dan normal.

3. Sirkulasi : akral dingin, Nadi : 110 x/menit, Tekanan darah: 80/50 mmHg

4. Disability : Glasgow coma scale : E2V2M5

5. Exposure : deformitas di tungkai atas kanan, angulasi (+), rotasi (+), luka dengan perdarahan
aktif, kesan : fraktur terbuka femur kanan
Diskusi 2 :

Tindakan life saving yang dapat anda lakukan sebelum tiba di IGD?

Diskusi 3 :

Jelaskan menurut pandangan anda apakah peranan anda sebagai perawat di instalasi gawat
darurat

Silahkan dijawab 3 diskusi diatas disertai literatur acuannya (buku teks, jurnal, makalah,
link website, dll)

Jawaban

Pada diskusi 1
Keadaan darurat sudah diketahui dan si pengendara atau penolong di tempat kejadian telah
melaksanakan prosedur keadaan darurat. Saksi mata yang mengetahui kejadian menghubungi
pihak yang berwenang (bila di tempat kerja sesuai dengan prosedur keadaan darurat yang sudah
ditetapkan). Pelaporan berisi pada beberapa hal seperti nama pelapor (seorang pengendara lain
yang melintas di lokasi kejadian), lokasi kejadian, kondisi korban apakah dalam keadaan sadar
atau tidak sadar (Keadaan pasien saat itu tidak sadar dan tidak membuka mata tetapi saat
dibangunkan oleh pengendara tersebut masih mengerang nyeri dan dapat menggerakkan
tangannya lalu memindahkan korban ke trotoar), cedera yang dialami (Adanya luka berdarah di
wajah dan tungkai atas).
Langkah-langkah yang akan dilakukan oleh saya sebagai perawat saat tiba di tempat kejadian
yaitu :
1. Pastikan keamanan diri sendiri (petugas kesehatan terkait), dalam hal ini alat pelindung
diri (seperti handscoon dan masker)
2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien (memberikan ruang bagi pasien
untuk ketersediaan oksigen)
3. Kemudian cek kesadaran pasien
Lakukan dengan metode AVPU
- A : Alert = pasien dalam keadaan tidak sadar dan tidak membuka mata tetapi saat
dibangunkan oleh petugas kesehatan tersebut
- V : Verbal = petugas kesehatan memanggil korban dengan berbicara keras di telinga
korban (pasien berespon dengan menggerakkan tangannya)
- P : Pain = pemberian rangsangan nyeri pada pasien (saat petugas kesehatan melihat
keadaan pasien, salah satu petugas kesehatan mengecek bagian tubuh mana yang
dirasakan nyeri oleh pasien)
- U : Unresponsive = setelah diberi rangsang nyeri , pasien bereaksi dengan mengerang
nyeri saat dicek oleh petugas kesehatan
3. Mengamankan pasien dengan hati-hati dengan memperhatikan kondisi tungkai yang
sebelumnya diberikan pembidaian dan menaikkan pasien ke mobil ambulans dengan
menggunakan brankart untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan
4. Saat didalam ambulans petugas kesehatan mengecek respon pasien dengan pengecekan
masalah A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability), dan E (Eksposure)

Pada diskusi 2

Setelah pasien dimasukkan kedalam ambulans, tindakan life saving pada pasien yang dapat saya
lakukan sebelum tiba di IGD
1. Airways
Adanya suara napas tambahan yaitu snoring (mengorok). Tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan pengelolaan jalan nafas dimana jika terjadi sumbatan di pangkal lidah
dapat membuka jalan nafas dengan teknik head tilt dan chin lift (head tilt jangan
dilakukan pada trauma), cara lain dengan jaw trust lalu kemudian membebaskan jalan
nafas dengan menggunakan pipa oro-pharyngeal (jangan dipakai jika reflex muntah
masih (+) derajat A dan V dari AVPU atau GCS >10),dapat juga dengan membebaskan
jalan nafas dengan naso-pharyngeal (Tidak merangsang muntah, hati-hati pada pasien
dengan fraktura basis cranii, ukuran untuk dewasa 7 mm atau sebesar jari kelingking
kanan), kemudian pengelolaan jalan nafas teknik lanjut adalah dengan intubasi trakea
dengan laringoskopi (pertimbangan untuk intubasi trakea yaitu 1. Sukar memberikan
pernapasan buatan, 2. Mencegah risiko aspirasi ke paru, 3. Perlu mencegah hiperkarbia
(cedera kepala), 4. GCS= 8 atau lebih rendah. Perhatikan risiko tindakan intubasi : 1.
Hipoksia dan spasme pita suara, 2. Bradikardia, 3. Tekanan Intra Kranial naik, 4. Gerak
leher memperberat cedera cervical)
2. Breathing
Jalan nafas 20x/menit, pergerakan dinding dada simetris, pada auskultasi suara nafas
kedua paru ada dan normal. Karena keadaan pasien yang normal (nilai breathing,
oksigenasi, dan frekuensi ventilasi tambahan) maka penanganan selanjutnya beralih ke
circulation (sirkulasi).
3. Circulation (Sirkulasi)
Akral dingin, nadi : 110x/menit, tekanan darah : 80/50 mmHg. Dalam penanganan
kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir
pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan
berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan
akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Dalam penanganan syok
hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik vena, mengurangi
cardiac output, dan memperburuk status atau keadaan syok. Walaupun oksigenasi dan
ventilasi penting, kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merusak pada pasien dengan
syok hipovolemik. Beberapa prosedur seperti memulai pemberian infus, penghentian
perdarahan dan fiksasi ekstremitas, dapat dilakukan ketika pasien sudah dibebaskan.
Namun, tindakan yang memperlambat pemindahan pasien sebaiknya ditunda. Namun,
infus intravena dan resusitasi cairan harus dimulai dan dilanjutkan dalam perjalanan ke
tempat pelayanan kesehatan.
4. Disability
Pada saat pemeriksaan pasien saat itu GCS adalah E2V2M5. Ditemukan bahwa tingkat
kesadaran pasien yaitu somnolen, dimana kesadaran menurun, cedera kepala sedang,
respon psikologi yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban
verbal dengan respon mengerang. Tindakan yang dapat dilakukan adalah menilai pupil:
besarnya,isokor atau tidak, reflex cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi kemudian
evaluasi dan re-evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan sirkulasi.
5. Exprosure
Deformitas di tungkai atas, angularis (+), rotasi (+), luka dengan perdarahan aktif, kesan :
fraktur terbuka femur kanan. Tindakan yang dilakukan adalah reduksi dan imobillisasi
fraktur. Reduksi fraktur dilakukan untuk menurunkan nyeri dan membantu mencegah
formasi hematum reduksi dapat dilakukan dengan menggunakan traksi. Bidai pneumatik
dipasang untuk menurunkan kehilangahan darah dengan memberikan tekanan dan
tamponadeu pada formasi hematum. Traksi diperlukan untuk menahan tulang paha agar
tidak memberikan tekanan pada jaringan lunak akibat kontraksi massa otot paha yang
besar dan kuat pada saat mengalami spasme. Pemberian analgesik yang tepat managemen
nyeri harus segera diberikan. Apabila status hemodinamik baik, maka pemberian
narkotika intravena biasanya dapat menurunkan respon nyeri. Saat pasien kehilangan
banyak darah akibat perdarahan luka dialami petugas kesehatan segera memberikan
tindakan pemberian transfusi darah, terutama pada fraktur femur terbuka dengan adanya
penurunan kadar hemoglobin. Tindakan ini dilakukan dengan maksud menghentikan
perdarahan agar mengurangi efek terjadinya syok hipovolemik dimana dengan cara
mengambil kasa steril lalu tekan pada area perdarahan secara terus-menerus hingga
tampak perdarahan mulai berkurang. Lalu dilanjutkan pada masalah deformitas tungkai
atas yang tampak fraktur terbuka femur kanan yang sebelumnya perdarahan ataupun
kotoran lainnya telah dibersihkan terlebih dahulu lalu kemudian dilakukan teknik
pembalutan luka dengan benar dengan memperhatikan keseluruhan respon pasien.

Pada Diskusi 3

4 Peranan Perawat di Instalasi Gawat Darurat :


1. Perawat kepala ruang gawat darurat
- Melaksanakan fungsi perencanaan
- Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan
- Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian.
2. Perawat pembimbing
- Melaksanakan bimbingan dan pengawasan tenaga keperawatan dan peserta didik
sesuai dengan perkembangan IPTEK keperawatan,
- Berperan serta dalam kegiatan serta dalam kegiatan penelitian bidang kesehatan atau
keperawatan, bersama kepala ruang gawat darurat menusun program pendidikan
mengenai asuhan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat
- Menciptakan kerjasama serta koordinasi yang harmonis antara sesame perawat dan
tim keperawatan lain
- Melakukan evaluasi hasil bimbingan
- Mengikuti pertemuan ilmiah baik dibidang kesehatan maupun keperawatan, dan
menaati peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan rumah sakit
3. Ketua grup
Ketua grup adalah seorang tenaga keperawatan professional yang bertanggung jawab dan
berwenang mengetuai sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien di ruang gawat darurat.
Perannya :
- Mengawasi kinerja perawat anggota kelompoknya
- Menjaga dan memelihara lingkungan kerja agar tetap bersih dan rapi
- Menciptakan kerjasama serta koordinasi yang harmonis antara sesame perawat dan
tim kesehatan lain dan menaati peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan rumah
sakit
4. Perawat Pelaksana
- Mengkaji keadaan pasien
- Membuat rencana keperawatan
- Melakukan evaluasi dan melakukan pencatatan atau dokumentasi, menyiapkan,
memelihara peralatan agar selalu siap pakai
- Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang IGD dan lingkungannya,
peraturan, tata tertib yang berlaku, fasilitas yang adadan penggunaannya
Daftar Pustaka Literatur

http://ganalakimiaunpad.blogspot.com/2010/09/pertolongan-pertama-gawat-darurat-ppgd.html?
m=1

https://www.indohcf.com/files/2016-02/workshop-nrs-dr.-sylvana-airway-3.pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/viewFile/3799/245
9&ved=2ahUKEwi617S9wqnoAhXBUn0KHX3HDCAQFjAEegQIAxAB&usg=AOvVaw2wFf
cydMbj2RmQxmXJmU1X

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/6806/1/ARDHYANZAH
%2520ANSAR_opt.pdf&ved=2ahUKEwjN5aGgzqnoAhUKT30KHZJtBDI4ChAWMAJ6BAgI
EAE&usg=AOvVaw0DhAWukHIgJWK5OVcWOIgt

https://www.slideshare.net/mobile/AuliaAmani/modul-kesadaran-menurun-word

Helmi,Zairin Noor.2012.Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah Ortopedi.Jakarta:Salemba


Medika.

http://repository.maranatha.edu/21849/3/0830130_Chapter1.pdf

Anda mungkin juga menyukai