Anda di halaman 1dari 6

BAB 5

MASALAH KHUSUS
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN
PERHITUNGAN KEBUTUHAN VOLUME PENGECORAN PELAT Zone 2
As 4-6 LANTAI 6

5.1 URAIAN UMUM


Pelat atau slab merupakan bagian dari elemen gedung yang berfungsi
untuk menahan beban-beban transversal melalui aksi lentur ke masing-masing
tumpuan. Pelat adalah beton bertulang yang dipakai sebagai lantai, atap, dan
dinding dari suatu gedung. Sistem lantai suatu konstruksi dapat berbentuk
bermacam-macam seperti padat dicor di tempat dan pelat-pelat bertulang.
Pelat lantai merupakan bidang alas suatu ruangan yang digunakan
sebagai tempat melaksanakan aktivitas yang dari segi konstruksi terbagi atas
lantai dasar dan lantai tingkat. Lantai dasar adalah lantai yang berada dan dibuat
berhubungan langsung di atas tanah. Sedangkan lantai tingkat dibuat tidak
berhubungan langsung dengan tanah dan berfungsi sebagai pemisah antara
ruang bawah dan ruang atas. Perencanaan elemen pelat lantai tidak kalah
pentingnya dengan perencanaan balok, kolom, dan pondasi. Pelat lantai yang
tidak direncanakan dengan baik bisa menyebabkan lendutan dan getaran saat
ada beban yang bekerja pada pelat tersebut.

5.2 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAT


Adapun tahapan pelaksanaan dari metode pelaksanaan pekerjaan pelat
lantai pada proyek pembangunan gedung D BPOM adalah sebagai berikut :

55
Mulai

Persiapan

Marking

Pemasangan Scaffolding

Pemasangan Bekisting Pelat Lantai

Pembesian Pelat Lantai

Persiapan Pengecoran

Pengecoran

Pembongkaran Bekisting

Curing

Selesai

Gambar 5.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Lantai

56
1. Persiapan
Persiapan dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan
lancar. Persiapan ini berupa perizinan, menyediakan bahan material,
peninjauan di lapangan, dan alat yang akan digunakan.
2. Marking
Pekerjaan marking elevasi dilakukan untuk mendapatkan acuan dalam
melaksanakan pekerjaan pelat lantai. Untuk persiapan, surveyor
mempersiapkan dan mempelajari gambar kerja terlebih dahulu kemudian
mempersiapkan alat yang digunakan yaitu waterpass.
3. Pemasangan Scaffolding
Tahap pemasangan scaffolding adalah sebagai berikut :
a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk
balok. Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka scaffolding
untuk pelat lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame
tambahan dengan menggunakan joint pin. Perhitungkan ketinggian
scaffolding pelat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya.
b. Pada U-head dipasang balok kayu (girder) sejajar dengan arah cross
brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintang.
4. Pemasangan Bekisting Pelat Lantai
Tahap pemasangan bekisting adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan papan plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding
untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Plywood dipasang
serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat
menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.
b. Setelah bekisting telah terpasang dengan rapat, sebaiknya diolesi
dengan solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada
bekisting. Sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan
pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk
pekerjaan berikutnya.
c. Melakukan pengecekan tinggi level pada bekisting pelat dan balok
dengan waterpass setelah pemasangan bekisting pelat dianggap
selesai.

57
5. Pembesian Pelat Lantai
Setelah tulangan balok terpasang, selanjutnya adalah tahap pembesian
pelat adalah sebagai berikut :
a. Pembesian pelat dilakukan langsung diatas bekisting pelat yang sudah
siap. Besi tulangan diangkat menggunakan tower crane dan dipasang
diatas bekisting pelat.
b. Merakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian
pasang tulangan D10 – 150
c. Selanjutnya secara menyilang dan tulangan diikat menggunakan kawat
bendrat.
d. Meletakkan beton decking antara tulangan bawah pelat dan bekisting
alas pelat.
e. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap
terjaga sesuai dengan tebal pelat lantai yang direncanakan, maka
diperlukan pemasangan kaki ayam. Kaki ayam tersebut terbuat dari
tulangan ulir dan diletakkan di antara tulangan atas dan bawah.
f. Apabila terdapat sambungan pada penulangan maka penempatan
sambungan ditempat-tempat dengan tegangan maksimum harus
dihindarkan, karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada
daerah sambungan adalah bagian yang terlemah.
g. Setelah pembesian pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist
atau pemeriksaan untuk tulangan. Untuk pembesian pelat lantai yang
diperiksa adalah penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah
dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di
pelat lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya.
6. Persiapan Pengecoran
Adapun persiapan yang dilakukan sebelum pengecoran dimulai adalah
sebagai berikut :
a. Telah mendapat izin dari MK
Quality control mengajukan ijin pengecoran ke MK atas permintaan
supervisor.
b. Supervisor mempersiapkan lokasi pengecoran dengan melaksanakan
checklist pembesian kemudian mempersiapkan tenaga pengecoran

58
serta peralatannya, juga ikut serta dalam melaksanakan joint
calculation bersama logistik dan supplier beton.
7. Pengecoran
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok,
peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran diantaranya yaitu:
bucket, truck mixer, vibrator, lampu penerangan, dan papan perata.
Adapun proses pengecoran pelat adalah sebagai berikut :
a. Proses pengecoran pelat zone 2 As 4-6 Lantai 6 menggunakan bucket
yang diangkut oleh tower crane ke tempat pengecoran.
b. Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian disiram air untuk
membersihkan bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran
sebelumnya. Selanjutnya mempersiapkan satu keranjang dorong untuk
mengambil sampel dan slump test yang diawasi oleh pihak engineer
dan MK.
c. Setelah dinyatakan oke, pengecoran siap dilaksanakan.
d. Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran
berlangsung. Diambil beton yang keluar dari truck mixer kemudian
dituang ke bucket lalu bucket diangkut dengan tower crane.
e. Setelah bucket sampai pada tempat pengecoran, petugas bucket
membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area
pengecoran.
f. Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke bagian pelat
dan diratakan dengan scrub secara manual lalu check level dengan
waterpass. 1 pekerja vibrator memasukkan alat ke dalam adukan
kurang lebih 5-10 menit di setiap bagian yang dicor. Pemadatan
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya rongga udara pada
beton yang akan mengurangi kualitas beton.
g. Setelah dipastikan pelat bersamaan dengan balok telah terisi beton
semua, permukaan beton segar tersebut diratakan dengan
menggunakan balok kayu yang panjang dan memperhatikan batas
ketebalan pelat yang telah ditentukan sebelumnya.
h. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor
yang telah ditentukan. Idealnya waktu pengecoran dilakukan 6 sampai
8 jam.
59
8. Pembongkaran Bekisting
Pekerjaan pembongkaran bekisting pelat dan balok dilakukan bersamaan
apabila beton telah cukup umur yakni selama 7 hari. Beton yang cukup
umur ialah beton yang dapat menahan berat sendiri dan beban dari luar.
Bekisting yang telah dibongkar dibersihkan dari sisa-sisa beton yang
melekat dan disimpan pada tempat yang terlindung untuk menjaga
bekisting untuk pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan pembongkaran bekisting
pelat dan balok dilakukan dengan tidak mengurangi keamanan dan
kemampuan struktur.
9. Curing
Perawatan pada pelat dilakukan dengan cara menyemprotkan zat kimia
khusus untuk perawatan beton. Perawatan beton ini dalam dunia proyek
dikenal dengan istilah curing beton yang bertujuan agar beton mencapai
kemampuan maksimal sesuai yang sudah direncanakan.

60

Anda mungkin juga menyukai