Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alendi Amara

Nim: 1707015026
Kelas : 6B
Mata Kuliah : Tafsir Responsif Gender

Nasib Perempuan Masa Pra-Islam


Sejarah mencatat bahwa jauh sebelum datangnya Islam, dunia telah mengenal adanya dua
peradaban besar (Yunani dan Romawi) dan dua agama besar ( Yahudi dan Nasrani).
Bagaimana nasib kaum perempuan saat itu?
Ternyata sesungguhnya kedudukan perempuan saat itu (sebelum datangnya Islam) sangatlah
rendah dan hina. Mereka dianggap sebagai manusia yang tidak memiliki hak, jiwa
kemerdekaan dan kemuliaan. Mereka menganggap perempuan adalah sumber dari segala
malapetaka dan bencana dunia.
Dalam peradaban Yunani, perempuan sangat dilecehkan dan dihinakan. Mereka memandang
perempuan sama rendahnya dengan barang dagangan yang bisa diperjualbelikan di pasar.
Perempuan boleh dirampas haknya sehingga sama sekali tidak diakui hak-hak sipilnya,
sebagai contoh dalam pandangan mereka perempuan tidak perlu mendapat warisan dan tidak
mempunyai hak untuk menggunakan hartanya sendiri.
Sementara dalam peradaban Romawi, perempuan berada dalam kekuasaan ayahnya. Dan
kalau sudah menikah maka kekuasaannyapun jatuh ke tangan suaminya- sebuah kekuasaan
kepemilikan bukan kekuasaan pengayoman - dan kondisi ini berlangsung sampai abad
keenam masehi. (Ali Yafi, 1995 : 264)
Ajaran agama Yahudi menganggap perempuan seperti barangwarisan yang dapat diwariskan
kepada keluarganya jika suaminya telah meninggal. Mereka menempatkan martabat
perempuan sebagai pelayan (budak), sehingga ayahnya berhak untuk menjualnya. Dan
mereka juga beranggapan bahwa perempuan tidak bisa mewarisi apapun kecuali jika ayahnya
tidak punya anak laki-laki.
Ajaran agama Nasrani memiliki persamaan dengan ajaran agama Yahudi dalam
menempatkan kaum perempuan di lingkungan masyarakat. Bahkan lebih kejam lagi, dimana
mereka memandang perempuan sebagai pangkal dari segala kejahatan, kesalahan dan dosa.
Mereka mengajarkan bahwa perempuan hanyalah pemuas nafsu laki-laki. Namun pada saat
perempuan haidh, mereka menganggap perempuan itu sebagai najis yang harus dijauhi.
(Ummu Syafa, 2005 : 4)
Begitupun dengan bangsa-bangsa lain seperti, India, Cina bahkan bangsa Arab pada masa
Jahiliyah, semuanya menempatkan posisi kaum perempuan dalam posisi yang teramat rendah
dan hina. Sebagaimana tersebut dalam sejarah bahwa pada zaman jahiyah orang Arab merasa
malu apabila istrinya melahirkan seorang anak perempuan karena itu dianggap sebagai aib
terbesar bagi keluarga. Oleh karena itu, bayi perempuan yang baru lahir langsung dikubur
hidup-hidup. Ini pernah pula dilakukan oleh sahabat Umar Bin Khatab di masa Jahiliyah.
Saat itu para suami tidak lagi memperdulikan jerit tangis sang bayi dan ibunya. Hal ini
digambarkan Al Quran dalam Surat At Takwir ayat 8-9 yang artinya :“Apabila bayi
perempuan dikubur hidup-hidup bertanya, karena dosa apakah ia di bunuh ?”
Perlakuan buruk lainorang Arab jahiliyah terhadap kaum perempuan adalah dijadikannya
budak-budak (pembantu-pembantu) perempuan mereka untuk melacur dan mereka mendapat
keuntungan dari pelacuran tersebut.
Demikianlah nasib kaum perempuan masa lalu dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia di awal
abad ketujuh sebelum datangnya Islam. Eksistensi mereka tidak lebih dari makhluk tanpa
harga diri yang kehilangan hak dan kepemilikannya. Posisinya teramat rendah dan hina.

Nasib Perempuan Pasca Islam


Bila kita kembali membuka sejarah khususnya di Indonesia, sesungguhnya kondisi
kesetaraan kaum perempuan dengan kaum laki-laki terjadi jauh sebelum R.A. Kartini di
Jateng dan Raden Dewi Sartika di Jabar mengumandangkan emansipasi perempuan yang
menuntut adanya persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam segala
bidang terutama di bidang pendidikan. Karena empat abad yang lalu, dengan datangnya Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhamad Saw. berkat pejuangan beliau, kaum perempuan tidak lagi
direndahkan dan dihinakan .
Islam telah mampu mengangkat derajat kaum perempuan menjadi sejajar dengan kaum laki-
laki. Islam memberikan derajat yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam hal pahala
dan derajat mereka di sisi Allah SWT sebagaimana diungkapkan Al-Qur’an dalam surat An-
Nahl ayat 97.
Islam telah mengangkat mereka dari lembah kehinaan dan sumber keburukan,
menyelamatkan mereka dari kekejaman perlakuan keji manusia biadab di jaman jahiliyah.
Bahkan Islam telah memberikan penghargaan dan penghormatan yang setinggi-setingginya
kepada kaum perempuan. Sebuah kedudukan yang teramat mulia dan luhur. Hal ini tercantum
dalam sebuah hadist Rasulullah Saw yang artinya :
“Bahwa pada suatu ketika Rasulullah Saw ditanya oleh seorang sahabat : “Ya Rasululullah,
kepada siapa aku harus berbakti selain kepada Allah swt?”. Rasul menjawab: “Ibumu”,
sahabat bertanya lagi: “ Ya Rasulullah kepada siapa lagi aku harus berbakti?”. Rasulullah
menjawab: “Ibumu”. Sahabat itu bertanya lagi: “Ya Rasulullah kepada siapa lagi aku harus
berbakti?”. Rasul Saw masih menjawab : “Ibumu”. Ke-empat kalinya sahabat tersebut
bertanya lagi: “Ya Rasulullah kepada siapa lagi aku harus berbakti?”, Rasulullah Saw baru
menjawab: “Bapakmu”.
Sampai tiga kali Rasul menyebutkan bahwa kita harus berbakti dan menghormati ibu.
Sementara bapak, Rasul Saw hanya menyebutkan satu kali. Hal ini menunjukkan begitu
pentingnya berbakti dan menghormati ibu –seorang perempuan- yang telah mengandung,
melahirkan dan membesarkan kita. Secara logika, hal ini memang bisa dipahami, mengapa
seorang ibu harus lebih dihormati dari seorang bapak?. Jawabannya adalah karena ada Tiga
hal kelebihan (kodrat) ibu yang tidak bisa dilakukan oleh bapak, yaitu: (1)Mengandung,
(2)Melahirkan, dan (3)Menyusui. Ketiga kodrati kaum perempuan inilah yang menjadikan
kedudukan perempuan (ibu) menjadi teramat mulia dan luhur.
Namun adanya ketiga kodrat tersebut, tidak menghalangi kaum perempuan untuk berkarya
(karier) di luar rumah. Sehingga saat ini telah susah dihitung dengan jari, seorang perempuan
yang beranimengungkapkan sesuatu, baik melalui suara, gerak, ekpresi, serta keterlibatan
mereka dalam segala bidang. Keberadaan mereka tidak saja diakui komunitas internal tapi
juga mendapat acungan jempol dari komunitas eksternal yang selama ini sering
menyangsikan potensi mereka. Penyangsian akan ilmu, kemampuan dan keberanian,
kekuatan fisik yang terbatas, kelemahan pada mental, hingga kecerdasan otak dalam
menganalisa sesuatu.
Sesungguhnya potensi kaum perempuan sebagai salah satu unsur dalam menunjang
pembangunan Nasional di Indonesia tidak disangsikan lagi, karena separuh dari penduduknya
adalah perempuan. Apalagi angka-angka statistik tentang populasi rakyat Indonesia
menggambarkan bahwa perempuan Indonesia merupakan suatu potensi sumber daya manusia
yang cukup besar. Kalau potensi yang besar ini tidak didorong dan didukung serta
dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan nasional, maka kemungkinan bangsa dan
negara ini akan mengalami kelambanan atau bahkan kemunduran .
Ini berarti kaum perempuan mempunyai peluang besar untuk berperan aktif dalam
pembangunan nasional. Terbukti saat ini keberadaan mereka bermunculan ibarat jamur di
musim hujan, karena memang sudah saatnya kaum perempuan berani untuk tampil menjadi
yang terdepan dalam mengasah ketajaman intelektual dan mengerahkan kemampuan yang
mereka miliki. Dan pada akhirnya, tindakan mereka ini juga mendapat respon yang positif
dari kaum laki-laki.
Contoh nyata dapat kita lihat dalam keterlibatan mereka dalam ranah politik di tata
pemerintahan Indonesia. Dulu sedikit sekali perempuan Indonesia yang dapat menjadi
anggota dewan (MPR/DPR), menteri dan jabatan – jabatan penting lainnya, namun sekarang
banyak jabatan - jabatan penting yang dijabat oleh perempuan Indonesia. Bahkan sekitar
tahun 2002/2003 presiden RI juga dijabat oleh seorang perempuan (Presiden Megawati
Soekarno Putri). Kalau dulu jabatan menteri yang dijabat perempuan hanya menteri peranan
wanita (sekarang Mentri Pemberdayaan Perempuan), namun saat ini banyak jabatan menteri
yang dijabat perempuan seperti menteri keuangan dan menteri kesehatan. Dulu jarang sekali
perempuan dapat menjabat sebagai kepala daerah, namun sekarang banyak jabatan kepala
daerah baik tingkat Kabupaten ataupun Provinsi yang yang dijabat perempuan Indonesia.
Melihat fenomena diatas, ada kenyataan yang menarik antara kiprah politik perempuan
dengan laki-laki, ternyata keduanya mempunyai potensi yang sama, yakni sama-sama
berpotensi baik dan tidak tertutup kemungkinan mempunyai potensi buruk. Sayangnya,
stigma umum kerap mengatakan kalau potensi buruk lebih banyak kemungkinan terlakoni
pada perempuan. Dan stigma ini semakin kuat ketika pentas politik Indonesia di tahun 2003
menampilkan politikus perempuan yang tidak seperti yang dibayangkan. Walau tidak semua
seperti itu, tetapi pemandangan fenomenal itu bisa menguatkan stigma tidak enak (tidak baik)
untuk kiprah politik kaum perempuan yang sesungguhnya mampu berbuat banyak untuk
bangsa ini.
Sebagai contoh adalah seorang politikus perempuan (Ratu Balqis) yang diceritakan Al Quran
dalam Surat An Naml ayat 32 - 35. Mencermati ayat tersebut, maka akan terlihat jelas
bagaimana sosok Ratu Balqis seorang penguasa tertinggi Kerajaan Saba di negeri Yaman
dalam membuat kebijakan politik untuk negeri yang dipimpinnya. Ia lebih mengedepankan
musyawarah dengan bawahannya dibanding kepentingan pribadi, lebih menempuh jalan
damai dibanding peperangan, serta lebih mementingkan kemaslahatan yang banyak bagi
rakyat yang dipimpinnya. Itulah fakta sejarah yang ditampilkan Al Quran yang
mengungkapkan bahwa pernah ada seorang politikus perempuan yang begitu piawai dalam
mengelola jabatan politiknya dan begitu bijak dalam menelurkan kepentingan-kepentingan
politiknya.
Ungkapan diatas bukan membanding-bandingkan antara peran politik perempuan dengan
laki-laki. Apalagi menarik garis dikotomi antar keduanya karena Allah SWT menciptakan
kedua jenis manusia bukan untuk saling menyalahkan, tapi justru sebagai mitra untuk saling
melengkapi. Mitra suami dalam lingkungan keluarga, menjadi mitra kaum laki-laki di dalam
lingkungan sosial kemasyarakatan.
Salah satu bukti hasil perjuangan kaum perempuan Indonesia saat ini adalah dengan
keluarnya Undang-undang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan dengan
disahkannya UU Pornografi dan Pornoaksi –meski masih pro dan kontra- dimana kedua UU
tersebutbetul-betul melindungi hak-hak kaum perempuan. Ini menunjukan betapa kaum
perempuan Indonesia telah begitu mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. UU KDRT
melindungi perempuan dari sikap dzalim suami, dimana sepanjang tahun 2007 terjadi 146
kasus KDRT pada istri (Suara Merdeka, 12 Nov. 2008:13). Dan dengan adanya UU
Pornografi dan Pornoaksi diharapkan semoga kaum perempuan tidak lagi menjadi komoditas
yang diperjualbelikan pada beberapa jenis industri, akan tetapi justru dapat menjadi rambu-
rambu bagi perempuan Indonesia dalam menumpahkan ekspresinya.
Dalam rangka menyongsong seratus tahun kebangkitan perempuan Indonesia, maka kaum
perempuan Indonesia harus terus mengasah ketajaman intelektual dan mengerahkan segenap
potensi yang dimiliki sehingga selain akan terus melahirkan karya-karya yang positif juga
mampu bersaing dengan mitranya kaum laki-laki dalam mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan di bumi pertiwi tercinta ini, tentu saja dengan tanpa meninggalkan kodratnya
sebagai perempuan. Dan akhirnya, semoga hidayah dan taufik-Nya senantiasa menyertai
semua aktivitas kita untuk mencapai ridho-Nya Amiin.
Surah An-Nisa (4) ayat 1 ::

‫اح َد ٍة َو َخ لَ َق ِم ْن َه ا َز ْو َج َه ا‬
ِ ‫سو‬ ِ ِ َّ
َ ٍ ‫اس َّات ُق وا َر بَّ ُك ُم ال ذ ي َخ لَ َق ُك ْم م ْن َن ْف‬
ُ َّ‫يَا أَيُّ َه ا الن‬
Artinya :: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.

Tafsiran :: Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan yang telah menciptakan kalian dari
satu nafs (jiwa). Dari satu nafs itu Dia menciptakan pasangannya, dan dari sepasang nafs tersebut
Dia kemudian memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya dari nafs
yang satu itulah kalian berasal. Takutlah kepada Allah, tempat kalian memohon segala yang kalian
butuhkan dan yang nama-Nya kalian sebut dalam setiap urusan. Peliharalah tali silaturahmi dan
janganlah kamu putuskan hubungan silaturahmi itu, baik yang dekat maupun yang jauh.
Sesungguhnya Allah selalu mengawasi diri kalian. Tidak ada satu pun urusan kalian yang tersembunyi
dari-Nya. Allah akan membalas itu semua.

Anda mungkin juga menyukai