Baja II Saiful Ulum
Baja II Saiful Ulum
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
SAIFUL ULUM
NIM : 1713025
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
SAIFUL ULUM
NIM : 1713025
Dosen Pengampu,
2
LEMBAR SOAL
Dosen Pengampu,
3
LEMBAR ASISTENSI
4
6. 24 april Tulis di lembar asistensi:
1. Lengkapi PPIUG yang di gunakan
pada perhitungan.
Perjelas table 4.1
5
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan dan
mengajarkan manusia dengan kalam dan mengajarkan manusia apa yang belum
diketahuinya, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya pada akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan “Tugas Desain Konstruksi Baja II”. Shalawat beserta salam
semoga tercurah limpahkan kepada sang pendidik manusia, yang telah membawa
manusia dari alam kebodohan kepada alam yang terang benderang oleh ilmu
pengetahuan yakni Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga tercurah kepada keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan tabiut serta
kepada umatnya yang selalu berpegang teguh menjalankan ajarannya.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman,
Dosen Pengampu Bapak Harriad Akbar Syarif, ST. MT, dan semua pihak yang
telah membantu dan memotivasi penyusun dalam penulisan Tugas Besar ini,
mudah-mudahan apa yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT. Aamiin.
Penyusun menyadari dalam penulisan tugas besar ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahasa maupun dari segi
pembahasannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca
akan memperbaiki penulisan ini.
Penyusun
Saiful ulum
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR SOAL
LEMBAR ASISTENSI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan .....................................................................................1
1.3 Batasan Masalah ..........................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan ..................................................................................2
BAB II STUDI PUSTAKA
2.1 Prinsip Perencanaan .....................................................................................3
2.2 Material ........................................................................................................3
2.2.1 Sifat Mekanis Baja.............................................................................3
2.2.2 Baja Struktural ...................................................................................4
2.3 Kombinasi Pembebanan ..............................................................................4
2.4 Batang Tarik ................................................................................................5
2.5 Luas Netto Efektif .......................................................................................7
2.6 Geser Blok (Block Shear).............................................................................7
2.7 Batang Tekan ...............................................................................................8
2.8 Sambungan Las ...........................................................................................8
2.9 Respon Spektrum Gempa ............................................................................9
BAB III DESAIN PENDAHULUAN
3.1 Dimensi Struktur Bangunan ......................................................................11
3.2 Material .....................................................................................................12
BAB IV PEMBEBANAN
4.1 Beban Mati (D) ..........................................................................................13
4.2 Beban Hidup (L) ........................................................................................13
4.3 Sistem Kerja Beban ...................................................................................14
ii
4.4 Provis Keamanan .......................................................................................14
4.5 Kombinasi Pembebanan ............................................................................15
4.6 Pembebanan ...............................................................................................15
4.6.1 Perencanaan Plat Lantai ..................................................................15
4.6.2 Perencanaan Balok ..........................................................................17
BAB V ANALISA STRUKTUR
5.1 Kombinasi Pembebanan ............................................................................20
5.2 Tabel Hasil Running SAP2000 .................................................................21
5.2.1 Tabel Balok diurutkan dari momen 3-3 paling besar ......................21
5.2.2 Tabel Kolom diurutkan dari momen 3-3 paling besar .....................23
5.3 Tampilan SAP2000 Struktur .....................................................................25
BAB VI DESAIN STRUKTUR
6.1 Menghitung Kecukupan Profil Balok Struktur ..........................................27
6.2 Menghitung Kecukupan Profil Kolom Struktur (Frame 1342) .................34
6.3 Data Perencanaan Sambungan ..................................................................38
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ................................................................................................40
7.2 Saran ..........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.2.1 Balok diurutkan dari Momen 3-3 paling besar ..................................21
Tabel 5.2.2 Kolom diurutkan dari Momen 3-3 paling besar .................................23
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
C. Untuk lebih memahami pemakaian metode LRFD dalam mendesain struktur
yang menggunakan material baja.
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.2 Material
2.2.1 Sifat Mekanis Baja
a. Sifat mekanis baja
1. Modulus elastisitas (E) : 200.000 MPa
2. Modulus geser (G) : 80.000 MPa
3. Angka poisson (µ) : 0,3
4. Koefisien pemuaian (α) : 12 x 10-6 /ºc
b. Tegangan leleh untuk perencanaan (fy) tidak boleh diambil melebihi
nilai yang diberikan pada tabel 2.1
c. Tegangan putus untuk perencanaan (fu) tidal boleh diambil melebihi
nilai yang diberikan pada tabel 2.1
3
Tabel 2.1 Sifat Mekanis Baja Struktural
Jenis Baja Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan
minimum, fu minimum, fy minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
(Sumber : SNI 03-1729-2015)
4
E. 1,2 D + 1,0 E + L + 0,2 S
F. 0,9 D + 1,0 W
G. 0,9 D + 1,0 E
Keterangan :
D : Beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
lantai, atap, plafon, partisitetap, tangga, dan peralatan layan tetap (Dead).
L : Beban hidup yang menimbukan oleh penggunaan gedung, termasuk kejut
tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain
(Live).
Lr : Beban hidup diatap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja
peralatan dan material, atau selama penggunaan oleh orang dan benda
bergerak (Roof Live).
S : Beban salju (Snow).
R : Beban air hujan (Rain).
W : Beban angin (Wind).
E : Beban gempa (Earthquake Load).
(a) Pelat (b) Bulat Pejal (c) Profil Kanal (d) Profil Siku
(e) Profil Siku Ganda (f) Profil Siku (g) Profil WF (h) Profil Kanal Ganda
5
(i) Profil S
Menurut SNI 03- 1729-2002 pasal 10.1 dinyatakan bahwa semua komponen
struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar itu, maka harus
memenuhi Tu ≥ ⱷ .Tn (2.1)
Kondisi leleh dari luas penampang kotor bila kondisi leleh yang menetukan,
maka tahanan nominal Tn dari batang Tarik memenuhi persamaan:
Tn = Ag . fy (2.2)
Keterangan : Ag = luas penampang kotor (mm2)
fy = kuat leleh material (MPa)
Kondisi fraktur dari luas penampang efektif pada sambungan, bila pada
kondisi fraktur yang menentukan, maka tahanan nominal Tn dari batang
tersebut memenuhi persamaan:
Tn = Ae . fu (2.3)
Dengan : Ae = luas penampang efektif = U . An
An = luas netto penampang (mm2)
fu = kuat fraktur material (MPa)
Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil dari pada untuk
kondisi leleh, sebab kondisi fraktur lebih berbahaya, dan sebaiknya tipe
keruntuhan jenis ini dihindari.
6
Luas Netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih besar dari
pada 85 % luas bruttonya
An ≥0,85 Ag (2.4)
Apabila gaya tarik disalurkan dengan menggunakan alat sambung las, maka
akan ada 3 macam kondisi, yaitu :
1. Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan plat,
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang maka Ae = Ae.
2. Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja Ae = luas penampang
yang disambung las (U=1).
3. Bila gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang sepanjang
kedua sisi bagian ujung elemen Ae = U . Ag.
7
2.7 Batang Tekan
Secara umum ada tiga ragam keruntuhan dari batang tekan yaitu tekuk lentur
(flexural buckling), tekuk lokal (local buckling), dan tekuk torsional (torsional
buckling). Berikut ini adalah penjelasan dari ragam keruntuhan tersebut:
A. Tekuk lentur yang disebut juga tekuk Euler adalah jenis keruntuhan tekuk
yang paling sering terjadi dan akan banyak dibahas dalam bab ini. Elemen
yang mendapat lentur akan menjadi tidak stabil.
B. Tekuk local terjadi jika beberapa bagian penampang dari suatu kolom
menekuk akibat terlalu tipis sebelum ragam tekuk lain terjadi. Ketahanan
suatu kolom terhadap tekuk local diukur dari rasio lebar-tebal bagian
penampang.
C. Tekuk torsional dapat terjadi pada kolom dengan susunan penampang
tertentu. Kolom seperti ini akan runtuh oleh tekuk torsi atau kombinasi
tekuk torsi dan lentur.
Suatu komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat
beban terfaktor Nu, menurut SNI 03-1729-2002, pasal 9.1 harus memenuhi:
Nu ≥ ⱷ . Nn (2.6)
Dengan: ⱷ = 0,85
Nu = beban terfaktor
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur = Ag . fcr
A. Las tumpul
1. Bila sambungan dibebani gaya tarik atau tekan aksial, maka:
∅𝑅𝑛𝑤 = 0,90 x 𝑡𝑐 x 𝑓𝑦𝑤
8
B. Las sudut
∅𝑅𝑛𝑤 = 0,75 x 𝑡𝑐 x 0,6 x 𝑓𝑢𝑤
Dimana:
9
S = τ = tegangan geser tanah (kg/cm2)
σ = tegangan normal masing-masing lapisan tanah (kg/cm2)
c = nilai kohesi pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau
∅ = sudut geser pada lapisan paling dasar lapisan yang ditinjau
hi = tebal masing-masing lapisan tanah
10
DESAIN PENDAHULUAN
11
Gambar 3.2 Gambar 2 Dimensi Struktur
3.2 Material
3.2.1 Kolom : WF 400.400.45.70
12
BAB IV
PEMBEBANAN
13
Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana
fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan gedung ini terdiri
dari:
1. Beban atap = 100 kg/m2
2. Beban lantai = 250 kg/m2
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua
bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung
tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari
system pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan
dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung
yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel.
14
kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari
kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian, dan tingkat pengawasan.
4.6 Pembebanan
4.6.1 Perencanaan Plat Lantai
Untuk lantai dasar
Lantai 2-9
a. Beban mati
1. Beban plafond dan penggantung = 18 kg/m2
2. Beban plasteran tebal 2,5 cm = 0,025 x 2100 = 52,50 kg/m2
3. Beban lantai keramik tebal 1 cm = 0,015 x 2400 = 36 kg/m2
4. Mechanical & Penggantung = 25 kg/m2
5. Spesi = 10,5
Beban mati total = 130 kg/m2
15
b. Beban hidup = 250 kg/m2
16
Lantai 3 = 0,9 x 250,00 = 225 kg/m2 = 2,20649 kN/m2
Lantai 2 = 1,0 x 250,00 = 250 kg/m2 = 2,45166 kN/m2
Lantai 1 = 1,0 x 250,00 = 250 kg/m2 = 2,45166 kN/m2
Lantai 10
a. Beban mati
1. Beban plafond dan penggantung = 18 kg/m2
2. Beban plasteran tebal 2,5 cm = 0,025 x 2100 = 52,50 kg/m2
3. Water Proof = 5 kg/m2
4. Mechanical & Penggantung = 25 kg/m2
Beban mati total = 105,5 kg/m2
b. Beban hidup = 100 kg/m2
17
Gambar 4.2 Pelat Lantai Dimensi Struktur
18
BAB V
ANALISA STRUKTUR
Keterangan :
D = Beban mati
L = Beban hidup
Lr = Beban pekerja
S = Beban salju
R = Beban air hujan
W = Beban angin
E = Beban gempa
19
5.2 Tabel Hasil Running SAP2000
5.2.1 Tabel Balok diurutkan dari Momen 3-3 paling besar
Tabel 5.2.1 Gaya-gaya pada Balok (tidak semua ditampilkan)
Dari tabel tersebut, didapat nilai momen pada balok yang paling besar yaitu
Balok 1055 di lantai 11 untuk balok interior bentang 4 m seperti pada gambar di
atas.
20
Gambar Diagram Gaya-Gaya Dalam pada Balok 1055 Interior 4 m
21
5.2.2 Tabel Kolom diurutkan dari Momen 3-3 paling besar
Tabel 5.2.2 Gaya-gaya pada Kolom (tidak semua ditampilkan)
Dari tabel tersebut, didapat nilai gaya aksial pada kolom yang paling besar
yaitu kolom 1357 yang ditinjau untuk kolom ukuran 400 x 400 mm2.
22
Gambar Gaya-gaya Diagram pada Kolom 1357
23
Gambar 5.3 Struktur Bangunan 3 Dimensi
24
Gambar 5.5 Tampilan SAP Struktur 2 Dimensi (xy)
25
BAB VI
DESAIN STRUKTUR
Setelah diketahui seluruh gaya yang bekerja pada struktur yang dilihat pada
bab 5, maka selanjutnya mengecek kecukupan struktur dengan beban yang
dihitung oleh SAP2000. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan software
Microsoft Excel.
26
Momen A (MA) = 387475 Nmm (momen ¼ bentang)
Momen B (MB) = 774950 Nmm (momen pada tengah bentang)
Momen C (MC) = 1162425 Nmm (momen pada ¾ bentang)
Jarak sokongan lateral = 5500
Profil WF 250x250x9x14
Data Profil
ht = 250 mm IX = 108000000 mm4
bf = 250 mm Iy = 36500000 mm4
tw = 9 mm rx = 106 mm
tf = 14 mm ry = 62,90 mm
r = 16 mm SX = 867000 mm3
A = 9218 mm2 Sy = 292000 mm3
h1 =t f +r = 30 mm
h2 =ht −2 h1 = 190 mm
h=ht −t f = 236 mm
I y h2
I w= = 5,08 x 1011 mm4
4
t w h t2
ZX= + ( bf −t w )( ht −t f ) t f = 951316 mm3
4
27
A. Periksa Kelangsingan Penampang Kompak
Penampang kompak: λ < λp
1,43
Karena 0,25 < λcx < 1,2 maka digunakan ω x =
1,6−(0,67∗λ cx )
1,43
ωx= =1,157
1,6−(0,67∗0,544)
28
Perhitungan dilanjutkan ke Tahanan Nominal
N n= A g × F cr
fy
N n= A g ×
ωx
410
N n=9218×
1,157
N n=3266534,1 N=3266,534 KN (Arah Sumbu Kuat X)
Tahanan Nominal harus mampu menahan tahanan Ultimate dari hasil
analisa SAP2000 yaitu N u=4,333 KN
Nu< ∅ Nn
4,333< 0,85× 9218
10,911<7835,3 … OK ‼
N n= A g × F cr
29
fy
N n= A g ×
ωy
410
N n=9218× =2608,27 KN
1,449
Cek Penampang:
h
λ= =21,11
tw
500 Nu
λ p=
√f y[2,33−
∅b ∙ N n ]
500 4,333
λ p=
√ 410 [
2,33−
0,9∙ 2608,27
=57,49]
λ< λ p
21,11<57,49 Memenuhi!!
Perbesaran momen:
K ∙ L 4000
= =37,736
rx 106
30
π ∙ E ∙ Ag
N el =
37,7362
3,14 ( 200000 ) (9218)
N el = =4065,2578 KN
1423,994
1
σ b=
Nu
1−
N el
1
σ b= =1,001
4,333
1−
4065,2578
Z x =951316
M n=Z x f y
M n=951316 × 410=390,0396 KN
M ' u=σ b M un
M ' u=1,001× 136,73=136,874 KNm
Maka:
Nu Mu
+ <1
Z ∙ ∅ ∙ N n ∅b∙ M n
4,333 136,874
+ <1
951316 ×0,8 ×2608,27 0,9 ×390,0396
0,389<1 Memenuhi!!
31
Untuk tekuk lokal pelat badan
h2 665
Web = < maka, 8,889 < 32,84
tw √f y
32
6.2 Menghitung Kecukupan Profil Kolom Struktur (Frame 1057)
33
Untuk tekuk lokal pelat sayap
bt 250
Flens = < maka, 3,09 < 12,35
2t f √ f y
Pelat sayap termasuk elemen kompak
N n= A g × F cr
fy
N n= A g ×
ωy
34
410
N n=77010 × =28993,66 kN
1,089
Cek Penampang:
h
λ= =4,8
tw
500 Nu
λ p=
√f y[2,33−
∅b ∙ N n ]
500 7401,29
λ p=
√ 410 [
2,33−
0,9∙ 28993,66 ]
=50,531
λ< λ p
4,8 <50,531 Memenuhi!!
Cek Geser
1. Kuat geser
35
Kuat geser nominal pelat badan harus dihitung sebagai berikut:
V n=0,6 f y A w
Dimana:
Aw = Luas kotor pelat badan
Vn = 0,6 x 250 x 1000
Vn = 1500000 MPa mm2 = 1500 kN
2. Kuat geser
V n< ∅ V n
Dimana:
∅ = Faktor reduksi
Vn = kuat geser nominal badan
V n< ∅ V n
1,064< 0,85× 1500
1,064<1350 … OK ‼
π ∙ E ∙ Ag
N el =
17,1432
3,14 ( 200000 ) (77010)
N el = =164566,0917 kN
293,878
1
σ b=
Nu
1−
N el
1
σ b= =1,047
7401,29
1−
164566,0917
Z x =12421125
M n=Z x f y
M n=12421125 × 410=5092,66 kN
36
M ' u=σ b M un
M ' u=1,047 ×81,13=84,950 kNm
Maka:
Nu Mu
+ <1
Z ∙ ∅ ∙ N n ∅b∙ M n
7401,29 84,950
+ <1
12421125 ×0,8 ×15772,08 0,9× 5092,66
0,019<1 Memenuhi!!
∅Tn = 211649,00 N
Tebal plat = 12 mm
fuw = 400 MPa
fu = 340 MPa
Ukuran las
Max = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
Kuat rencana
∅Rnw = ∅ . Te . 0,6 . fuw
37
= 0,75 . 7,07 . 0,6 . 400
= 1273 N/mm
Kuat runtuh
∅Rn = ∅ . T . 0,6 . fu
= 0,75 . 12 . 0,6 . 340
= 1836 N/mm
Panjang las
∅Tn
Lw =
∅ R nw
211649
Lw = =166,312 mm
1272,6
Jadi, digunakan las dengan ukuran = 167
Syarat
Lw < Lx < 1,5 . Lw
166,312 < 167 < 249,5 Memenuhi syarat!!
38
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Desain gedung perkantoran di Jakarta ini dikerjakan berdasarkan peraturan
SNI 03-1729-2015 mengunakan rincian profil sebagai berikut:
1. Balok : WF 250.250.9.14
2. Kolom : WF 400.400.45.70
3. Mutu Baja : BJ 41
4. Tinggi Bangunan : 44 m
5. Lebar Bangunan : 20 m
6. Panjang Bangunan : 16 m
7. Sambungan : Las fuw = 410 MPa
8. Momen maks balok : 136,728 kN.m
9. Momen maks kolom : 81,1293 kN.m
7.2 Saran
1. Perencanaan Struktur harus didesain sebaik mungkin, agar didapar profil
yang aman dan ekonomis.
2. Gambar bestek perencanaan harus direncanakan sedetail mungkin agar
mudah dalam pelaksanaan di lapangan.
3. Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perancangan
struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi dan estetika,
sehingga diharapkan perancangan dapat dilaksanakan mendekati kondisi
sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perancangan yaitu kuat, ekonomis dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
ANALISIS STRUKTUR
DENGAN SAP2000 v.14
41
Gambar Tampilan SAP Struktur 3 Dimensi
42
Gambar Tampilan SAP Struktur 2 Dimensi
1
Gambar Bending Moment Diagram (BMD)
1
Gambar Profil untuk Kolom
1
400
45
400
70
250
250
14
1
Gambar Rencana Sambungan Las Sudut
1
2
Tabel Gaya-gaya Dalam Berdasarkan Analisis Struktur
3
Tabel Element Forces – Balok Tengah
2
Tabel Profil Baja yang digunakan
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
PPIUG (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung)
2
LAMPIRAN B
GAMBAR DESAIN