Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ibadah dalam Islam

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’
(terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu
antara lain adalah:

 Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
Rasul-Nya.
 Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang
paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
 Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’
(mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut)
adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:


ُ ُ
ُ‫اق ُذو ْالقُوَّ ِة ْال َمتِين‬ ِ ‫ُون َما أ ِري ُد ِم ْنهُم مِّن رِّ ْز ٍق َو َما أ ِري ُد أَن ي ُْط ِعم‬
ُ ‫ُون إِنَّ هَّللا َ ه َُو الرَّ َّز‬ َ ِ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل‬
ِ ‫نس إِاَّل لِ َيعْ ُبد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku
tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Menurut makna umum, ibadah adalah segala sesuatu yang disukai dan diridhai Allah Swt, baik
ibadah tersebut berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang terang (eksplisit) maupun yang
tersirat (implisit).

Menurut Islam, pengertian ibadah dibagi ke dalam dua tema besar, yaitu pengertian ibadah secara
umum dan khusus.

1. Ibadah khash (khusus)

 makna khash menurut ahli ushul adalah hukum yang tidak jelas illat, sebab, alasan, atau
hikmahnya.
 makna khash menurut fuqaha adalah hukum yang dilakukan seorang hamba untuk
mengharapkan pahala dan dikerjakan sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah Swt

2. Ibadah Aam (umum)


'aam (baca: am) adalah hukum yang dilakukan atas ketetapan Allah serta diridhai oleh-Nya. Dalam
hal ini, pengertian ibadah menurut fiqh adalah pengertian yang khash.

2. Fungsi Ibadah

Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya.
Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-
Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ ُ‫ُون َعنْ عِ َبا َدتِي َس َي ْد ُخل‬


َ ‫ون َج َه َّن َم َداخ ِِر‬
‫ين‬ َ ‫َو َقا َل َر ُّب ُك ُم ْادعُونِي أَسْ َت ِجبْ َل ُك ْم ۚ إِنَّ الَّذ‬
َ ‫ِين َيسْ َت ْك ِبر‬
“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min: 60]

Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak
pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk
berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya.
Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.Di antara keutamaan ibadah bahwasanya
ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju
kesempurnaan manusiawi.

Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi
segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah
lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman,
demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan
ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan
minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya
tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa
tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah
kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka
kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu
sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.

Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang
tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan
yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni
ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan
manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.

Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati
melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya
kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.

Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk


melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang
ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit,
semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya
dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap
dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia
berharap dan takut hanya kepada Allah saja. Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya
ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari siksa
api Neraka.

3. Aspek Ibadah

Sebenarnya ibadah mencakup setiap aspek kehidupan manusia sebagaimana yang disyariatkan
dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan
dengan Al Quran dan Sunnah. ALLAH menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi
ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita,
pergaulan kita, percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun kita
berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah. Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan
pelajaran, perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan dan
perhubungan antar bangsa pun, semua itu perlu menjadi ibadah kita kepada ALLAH. Itulah yang
dikatakan ibadah dalam seluruh kehidupan kita baik yang lahir maupun yang batin.

Corak – corak ibadah untuk uraian lebih lanjut mengenai ibadah agar dapat kita fahami lebih luas
dan sesuai dengan tuntutan syariat Islam, maka di sini diuraikan tiga peringkat ibadah yang
mencakup aspek kehidupan kita.

 Ibadah asas
 Ibadah cabang-cabang
 Ibadah yang lebih umum
a) Ibadah asas

Ibadah yang asas merangkum soal-soal akidah dan keyakinan kita kepada ALLAH, para malaikat,
kitab-kitab, rasul-rasul, hari pembalasan, ketentuan dan ketetapan ALLAH baik ataupun buruk. Itulah
yang kita sebut rukun iman. Termasuk dalam uraian ibadah yang asas itu ialah rukun Islam yaitu
syahadat, shalat lima waktu, puasa, zakat fitrah dan rukun haji (bagi mereka yang mampu). Kedua
bentuk ibadah yang asas itu yaitu rukun iman dan rukun Islam adalah wajib ain atau fardhu ain bagi
setiap muallaf. Berarti sebelum kita dapat melaksanakan ibadah-ibadah yang lain, kedua perkara itu
perlu ada pada diri kita dan telah dapat kita tanamkan dalam jiwa kita.

b) Ibadah Cabang

Adapun ibadah yang menjadi cabang-cabang dari ibadah asas tadi yaitu yang bertalian erat dengan
asas meliputi perkara mentajhizkan (menyelenggarakan) jenazah, menegakkan jihad, membangun
gelanggang pendidikan dan pelajaran atau mewujudkan perancangan ekonomi Islam seperti
mewujudkan perusahaan-perusahaan asas yang melayani keperluan umat Islam. Termasuklah di
dalamnya perusahaan yang dapat menghasilkan makanan wajib seperti gula, tepung, garam, kecap
dan perusahaan minuman seperti susu, kopi, teh dan bentuk-bentuk minuman ringan lainnya. Selain
dari itu di dalam bidang tersebut, termasuk juga penggalakan usaha-usaha pertanian yang akan
menghasilkan beberapa makanan asas bagi umat Islam seperti beras, gandum, ubi dsb. serta
perikanan yang dapat menghasilkan ikan basah atau ikan kering. Kalau kita tilik dari satu sudut, pasti
kita akan merasakan bahwa hal itu merupakan persoalan asas dalam perjuangan kita menegakkan
ibadah kepada ALLAH. Tentulah kita tidak mau darah daging kita berasal dari zat yang bertentangan
dengan syariat ALLAH, yang pasti bisa merusak ibadah asas kita.

Dalam menegakkan bentuk pendidikan dan pelajaran, kita semestinya menitikberatkan hasil mutlak
dari acuan pendidikan kita pada jiwa anak-anak yang dibina mulai dari peringkat taman kanak-kanak,
sekolah menengah sampai universitas. Sehingga lulusannya nanti dapat menyambung perjuangan
menegakkan syariat ALLAH. Selain dari itu ibadah yang tergolong dalam cabang-cabang itu ialah
membangun klinik dan rumah sakit Islam, soal-soal politik serta pembentukan dan penyusunan
sistem organisasi dalam negara Islam.Hal-hal yang termasuk dalam jenis ibadah yang kedua ini kita
namakan fardhu kifayah. Kita tentu lebih maklum apa sebenarnya fardhu kifayah itu yaitu fardhu
yang menitikberatkan pada soal kemasyarakatan Islam yang juga merupakan urat saraf dan nadi
penghubung antara sesama Islam.

Hal itu sangat besar artinya untuk seluruh individu Islam karena bila tidak ada satu orang pun yang
mengerjakannya maka seluruh masyarakat itu akan menerima beban dosa dari ALLAH. Namun
seandainya ada satu pihak melaksanakan tuntutan fardhu tersebut, maka pihak itu telah melepaskan
tanggungan dosa bagi seluruh masyarakat Islam. Karena itulah fardhu kifayah merupakan urat nadi
penghubung antara sesama Islam. Cuma masyarakat Islam tidak memahami peranan fardhu kifayah
tersebut, karena itu hubungan ukhuwah Islamiah tidak begitu menonjol di zaman sekarang.
Seandainya fardhu kifayah itu dapat memberi makna, sudah pasti kita merasa bersyukur sekiranya
ada di kalangan kita yang telah melepaskan tanggungan dosa umum dan sudah pasti kita akan
memberikan dukungan kepadanya. Karena itu tidak akan ada istilah gagal dalam melaksanakan
fardhu kifayah.Kecil timbangannya tetapi besar maknanya. Itulah yang disebut sunat ain. Tergolong
di dalamnya yaitu shalat sunat rawatib, shalat witir, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa syawal,
puasa Senin dan Kamis, bersedekah dan membaca Al Quran. Pelaksanaan ibadah itu mendatangkan
pahala sedangkan jika tidak dilakukan tidak akan mendatangkan dosa. Namun karena ibadah itu
memberikan manfaat maka lebih baik jika dikerjakan.

c) Ibadah Umum

Dan ibadah ketiga yaitu ibadah yang lebih umum yaitu hal-hal yang merupakan pelaksanaan mubah
saja tetapi bisa menjadi ibadah dan mendatangkan pahala. Amalan seperti itu dapat menambah
bakti kita kepada ALLAH agar setiap perbuatan dalam hidup kita ini tidak menjadi sia-sia. Tergolong
dalam amalan-amalan itu seperti makan, minum, tidur, berjalan-jalan, berwisata dan sebagainya.

4. Latihan Spiritual dalam Islam

Latihan penyempurnaan diri dilakukan dengan perilaku ritual keagamaan, seperti beribadah, tetapi
tidak hanya beribadah melainkan juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan
spiritual. Religiositas adalah kenyataan yang terjadi dalam sepanjang perjalanan sejarah umat
manusia. Religiositas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan. mulai dari hubungan dengan
masyarakat hingga hubungan dengan Allah SWT

5. Pengertian dan Fungsi Moral

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adapt kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatan bahwa moral adalah
pennetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita
dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama
membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.

Namun demikian dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama,
kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk
menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan moral tolak ukurnya yang digunakan
adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan
demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada dalam konsep-konsep, sedangkan etika
berada dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.

Dengan demikian tolak ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah laku manusia
adalah adat istiadat, kebiasaan dan lainnya yang berlaku di masyarakat.Etika dan moral sama artinya
tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk
perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.

Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut
conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'ad. Dalam
kesadaran moral mencakup tiga hal. Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan
tindakan yang bermoral. Kedua, kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu
suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Ketiga, kesadaran moral dapat pula muncul
dalam bentuk kebebasan.

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih
mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh
masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan
harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan
perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah
daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau
paksaan dari luar.

Lebih jauh menurutnya fungsi pokok agama adalah mengintegrasikan hidup. Bahwa agama
dengan nilai-nilai moralnya amat diperlukan dalam kehidupan manusia. Contoh kecil dari hubungan
agama dan moral ini dapat dilihat dari fenomena dewasa ini tentang kekhawatiran masyarakat
terhadap perubahan-perubahan sosial yang merugikan akhlak atau moral di kalangan penduduk
kota-kota besar. Dalam hal ini nilai-nilai moral dalam agama dirasa penting untuk diterapkan.

6. Ajaran Moral dalam Islam

Dalam Islam, al-Qur’an misalnya menginginkan untuk menegakkan kehidupan masyarakat yang
egaliter, baik sosial,politik dan sebagainya yang ditegakkan pada dasar-dasar etika. Hal tersebut
dapat dilihat dari ayat-ayat yang menyiratkan tentang “memakmurkan bumi” atau “menjauhi
kerusakan di dunia”. Juga dapat dilihat dari ayat tentang tugas manusia yang dinyatakan dengan
amar ma’ruf dan nahi mungkar. Sampai di sini semakin jelalah akan adanya hubungan yang tak
teroisakan antara nilai-nilai agama yang diinternalisakan kepada manusia dengan pendidikan agama
dengan pendidikan moral.

Lima Nilai Moral Islam dikenal pula sebagai Sepuluh Perintah Tuhan versi Islam. Perintah-perintah
ini tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-An'aam 6:150-153 di mana Allah menyebutnya sebagai Jalan
yang Lurus (Shirathal Mustaqim ):

1) Tauhid (Nilai Pembebasan)


 Katakanlah: "Bawalah ke mari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya
Allah telah mengharamkan yang kamu haramkan ini." Jika mereka mempersaksikan, maka
janganlah kamu ikut (pula) menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak
beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka.
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,

2) Nikah (Nilai Keluarga)


 Berbuat baiklah terhadap kedua orang tua Ibu dan Bapak
 Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan
 Janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji (homoseks, seks bebas
dan incest), baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.
3) Hayat (Nilai Kemanusiaan)
 Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh
Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).
4) Adil (Nilai Keadilan)
 Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
 Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan
beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya.
 Dan apabila kamu bersaksi, maka hendaklah kamu berlaku adil kendati pun dia
adalah kerabat (mu), dan
5) Amanah (Nilai Kejujuran)
 Penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat,
 Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia;
dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.

Anda mungkin juga menyukai