Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

RAPID EMERGENCY MEDICINE SCORE

Kelompok 3

Kelas 6B

Disusun oleh :

Ana Sulistiya 201702054

Berliana Crishmawati 201702057

Iffah Wardah Fauziyyah 201702070

Julian Widyantoro 201702073

Lulut Oktavia 201702079

Reka Riesta Ardiyanti 201702089

Tsalisa Regita Cahyani 201702097

Yoqi Putra Prastya 201702102

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2020

11
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Rapid Emergency
Medicine Score”
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Kegawatdaruratan. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi
mahasiswa dalam menyusun makalah.
Terimakasih kepada Bu Tantri Arini,S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku dosen Keperawatan
Kegawatdaruratan dan juga kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi mahasiswa dalam
menyusun makalah.
            Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sekalian demi memperbaiki  makalah ini dalam penulisan lain di kemudian hari.
            Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua. Sekian dan
terimakasih.

Madiun, 13 Maret 2020


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasien yang datang ke ruang gawat darurat memiliki derajat berat penyakit yang
bervariasi. Pelayanan gawat darurat mengutamakan penatalaksanaan kondisi patologis
yang serius dan mengancam nyawa. Kegagalan mengenali pasien yang memiliki risiko
mortalitas tinggi dapat menyebabkan luaran yang buruk. Laju mortalitas selama perawatan
pasien yang masuk melalui ruang gawat darurat di luar negeri bervariasi antara 2,4% -
12,8%.
Laju mortalitas pasien di ruang rawat kelas 3 Penyakit Dalam pada tahun 2010 masih
cukup tinggi, yakni sebesar 9,5%. Sistem skor dapat digunakan untuk memprediksi
mortalitas pasien sehingga dapat membantu dokter dalam membuat keputusan klinis dan
memberikan informasi kepada pasien serta keluarganya tentang beratnya kondisi pasien.
Pasien dengan risiko mortalitas tinggi memerlukan tindakan yang cepat dan agresif untuk
mencegah luaran yang buruk.
Identifikasi risiko mortalitas pasien nonbedah yang masuk ke ruang gawat
darurat sangat penting dilakukan karena banyaknya pasien yang datang dengan
derajat berat penyakit bervariasi. Rapid Emergency Medicine Score (REMS)
dikembangkan untuk memprediksi mortalitas pasien secara cepat sehingga dapat
membantu dokter membuat keputusan klinis berdasarkan data yang objektif.
Perbedaan karakteristik pasien di Indonesia dapat memengaruhi performa skor
tersebut sehingga perlu dilakukan validasi sebelum sistem skor tersebut dapat
digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari rapid emergency medicine score (REMS)?
2. Bagaimana cara penggunaan dari rapid emergency medicine score (REMS)?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari rapid emergency medicine score (REMS)?
4. Bagaimana kasus dalam rapid emergency medicine score (REMS)?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari rapid emergency medicine score (REMS)


2. Untuk mengetahui cara penggunaan dari rapid emergency medicine score (REMS)
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari rapid emergency medicine score
(REMS)
4. Untuk mengetahui kasus dalam rapid emergency medicine score (REMS)
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Definisi Rapid Emergency Medicine Score (REMS)


Rapid Emergency Medicine Score (REMS) merupakan suatu instrumen yang
banyak digunakan untuk melakukan stratifikasi risiko pasien non-bedah di Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Sistem skor Rapid Emergency Medicine Score (REMS) merupakan suatu
sistem skor yang telah digunakan secara luas di berbagai negara untuk memprediksi
mortalitas pasien yang datang ke IGD. REMS berisi beberapa variabel tanda vital (suhu
tubuh, Mean Arterial Pressure, denyut jantung, frekuensi pernafasan, saturasi oksigen
perifer, Glasgow Coma Scale) dan usia yang skor keseluruhannya dapat digunakan untuk
stratifikasi risiko mortalitas pasien.
Rapid emergency medicine score (REMS) adalah modifikasi dari rapid acute
physiology score (RAPS). RAPS merupakan skor untuk menilai beratnya kondisi yang
nantinya akan dihubungkan dengan kemungkinan selamat. RAPS merupakan versi
sedehana dari Acute Physiology Chronic Health Ealuation (APACHE II) score. Digunakan
untuk memprediksi mortalitas di ruah sakit, menggunakan variabel yang ada didalam
APACHE II, yang secara rutin dilakukan pada pasien IRD seperti : heart rate, tekanan
darah, dan Glasgow Come Score (GSC). Modifikasi pada RAPS, yakni Rapid Emergency
Medicine Score (REMS) dilakukan dengan penambah saturasi oksigen dan usia selain 4
parameter yang ada. Beberapa studi, membuktikan bahwa REMS lebih unggul dalam
mempredikisi mortalitas diandingkan dengan RAPS. Belum ada data sebelumnya evaluasi
resiko tingkat keparahan dan resiko mortalitas terhadap pasien yang dirawat di ruang
resusitasi menggunkan REMS skor.

2.2 Cara Penggunaan Dari Rapid Emergency Medicine Score (REMS)


Skoring REMS digunakan sebagai assessment awal yang tidak hanya menilai pasien
secara neurologis, tetapi pertimbangkan aspek fisiologis dari pasien yang datang ke IGD.
Skor REM dihitung berdasarkan GCS, pernafasan, saturasi oksigen, mean arterial pressure
(MAP), suhu tubuh, nadi dan usia.
Tabel Rapid Emergency Medicine Score (REMS) scoring system

Keterangan: MAP: Mean Arterial Pressure; RR: Respirasi Rate; GCS: Glasgow Coma Scale;
SpO2; peripheral oxygen saturation. Sumber: Olsson et al.
 Risiko tinggi (REMS ≥3): pasien mungkin perlu perawatan agresif.
 Risiko rendah (REMS <3): pasien mungkin perlu melakukan triase untuk perawatan
rutin (dalam Olsson 2004, semua pasien dengan REMS <3 selamat).
Management Kematian meningkat dengan cepat di atas skor 10. Pertimbangkan
perawatan yang lebih agresif pada pasien dengan skor yang lebih tinggi (dalam
hubungannya dengan keinginan pasien dan penilaian klinis).
Penilaian klinis dari presentasi pasien harus selalu digunakan untuk menentukan
kebutuhan untuk intervensi lanjutan.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Dari Rapid Emergency Medicine Score (REMS)
Kelebihan dari Rapid Emergency Medicine Score (REMS) memiliki performa yang
baik dalam memprediksi mortalitas pasien non bedah yang masuk ke Instalasi Gawat
Darurat. Rapid Emergency Medicine Score dapat digunakan untuk stratifikasi risiko
pasien non bedah yang masuk ke IGD. Setelah REMS diterapkan, dapat dilakukan impact
study untuk menilai manfaat skor tersebut dalam menurunkan mortalitas pasien non
bedah yang masuk ke IGD.
Kekurangan dari Rapid Emergency Medicine Score (REMS) didapatkan bahwa
performa kalibrasi REMS untuk populasi pasien usia lanjut dinilai buruk dengan koefisien
korelasi.
BAB III
CONTOH KASUS DAN ANALISA KASUS
Performa Rapid Emergency Medicine Score dalam Memprediksi Outcome Pasien Trauma
Kepala di Instalasi Gawat Darurat
ABSTRAK
Rapid Emergency Medicine Score (REMS) merupakan suatu sistem skor yang telah
digunakan secara luas di berbagai negara untuk memprediksi mortalitas pasien non bedah
maupun trauma di Instalasi Gawat Darurat (IGD), tetapi belum diuji pada populasi yang
spesifik pada trauma kepala. Tujuan penelitian ini untuk menilai performa REMS dalam
memprediksi outcome pasien trauma kepala di IGD. Penelitian ini menggunakan desain
observasi analitik dengan pendekatan retrospektif. Sampel menggunakan data rekam medis
pasien dengan trauma kepala sedang-berat disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi
dan digunakan teknik purposive sampling yaitu sebanyak 181 responden. Analisis bivariat
yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji Somers'd, sedangkan analisis
multivariat menggunakan regresi logistik ordinal. Selanjutnya, kemampuan untuk
memprediksi outcome dinilai menggunakan analisis The Area Under The Receiver
Operating Characteristic (AUROC).
Hasil uji bivariat menunjukkan bahwa nilai somers'd REMSsebesar 0,310 dengan p
value <0,001 dan arah hubungan positif dengan outcome pasien truma kepala. Hasil regresi
logistik ordinal menunjukkan parameter Glasgow Coma Scale (GCS) memperoleh odds
ratio sebesar 0,7, artinya skor GCS yang rendah memiliki risiko memperoleh outcome
death sebesar 0,7 kali lebih besar dibandingkan memperoleh outcome moderate disability,
severe disability, persisten vegetatif state. Nilai Area Under Curve (AUC) REMS pada cut
of point >5 dengan sensitivitas 61,4 dan spesifisitas 77,8 adalah 0,753 (95% CI; 0,683-
0,814. REMS menunjukkan performa yang baik dalam memprediksi outcome pasien
trauma kepala.
PENDAHULUAN
Trauma kepala merupakan penyebab kematian ketiga terbesar di dunia setelah
penyakit kardiovaskuler dan neoplasma. Angka kejadian trauma kepala masih cukup
tinggi, sekitar 100 hingga 200 per 100.000 orang dan diperkirakan akan menjadi penyebab
utama kematian dan kecacatan pada tahu 2020. Outcome pasien trauma tergantung pada
tingkat keparahan, ketepatan penilaian awal dan waktu untuk mencapai tempat pertolongan
perawatan. Penilaian awal pasien dengan trauma merupakan hal yang berpengaruh pada
penatalaksanaan pasien dengan trauma kepala. Mortalitas dapat menurun jika pasien
trauma kepala segera dilakukan penilaian untuk mendapatkan penanganan yang tepat di
rumah sakit, dengan cara penilaian yang menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) untuk
mengidentifikasi keparahan trauma kepala.
Sistem scoring juga dikembangkan untuk menilai tingkat keparahan pada pasien
dengan trauma dan juga akan memberikan penilaian objektif terhadap kondisi klinis awal
pasien sebagai bagian dari penentuan. Sistem skor Rapid Emergency Medicine Score
(REMS) merupakan suatu sistem skor yang telah digunakan secara luas di berbagai negara
untuk memprediksi mortalitas. pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Skor
REM dihitung berdasarkan GCS, pernapasan, saturasi oksigen, Mean Arterial Pressure
(MAP), nadi, dan usia. Skoring ini sudah terbukti menjadi penduga kematian yang mudah

dan akurat di rumah sakit pada pasien trauma. Penelitian yang dilakukan oleh Nakhjavan-
Shahraki et al., menyebutkan bahwa REMS memiliki nilai prediktif sangat kuat terhadap
mortalitas dan peburukan outcome pada pasien trauma yang datang ke IGD. Nilai Area
Under Curve (AUC) dari REMS dalam memprediksi kematian di rumah sakit didapatkan
0,93 (9,5% Cl : 0,92-0,95). Hasil yang hampir sama juga di dapatkan dari hasl penelitian
Park et al., diskriminasi nilai AUC sebesar 0,9, ini berarti bahwa REMS sangat baik
memprediksi outcome pasien trauma.
METODE
a. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan kohort
retrospektif. Pengambilan data dilakukan di ruang rekam medis RSUD dr. Soedono
Madiun pada bulan Maret 2019. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar catatan karakteristik responden dan lembar catatan berdasarkan parameter
REMS meliputi GCS, pernapasan, saturasi oksigen, MAP, nadi dan usia. Outcome pasien
cedera kepala diukur menggunakan lembar catatan Glasgow Outcome Scale atau GOS.
Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dengan nomor: 89/EC/KEPK-S2/03/2019 dan
surat izin penelitian dari bagian penelitian RSUD dr. Soedono Madiun dengan nomor:
070/6909/303/2019.
b. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang ke IGD RSUD dr. Soedono
Madiun pada rentang waktu bulan Januari Tahun 2016 sampai dengan bulan Desember
tahun 2018. Sampel penelitian ini sebanyak 181 rekam medis yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya adalah pasien trauma kepala sedang-berat yang
berkunjung ke IGD berusia ≥16 tahun dan terdapat hasil pengukuran nadi, respirasi,
saturasi oksigen, usia, MAP dan GCS di rekam medis. Pasien hamil, pasien berumur
kurang dari 16 tahun, pasien trauma kepala rujukan, pasien dengan Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), luka bakar, dan tenggelam tidak disertakan dalam penelitian.
HASIL
a. Karakteristik Subjek
Sebagian besar sample berjenis kelamin laki-laki (128, 71%). Berdasarkan
karakteristik usia, usia responden terbanyak (23%) adalah kelompok usia 16-26 tahun.
Hampir setengah responden (40%) dengan tingkat pendidikan SLTA. Pekerjaan responden
sebanyak 36% dari total responden adalah karyawan swasta. Penyebab trauma kepala,
hampir seluruhnya yakni 86% adalah kecelakaan lalu lintas.
b. Hubungan Skoring REMS dengan Outcome Pasien Trauma kepala.
Responden yang memiliki risiko sedang sebesar 64 juga memperoleh outcome
meninggal (death). Hasil uji Somers'd terlihat bahwa nilai signifikansi adalah 0,000. Hasil
uji Somers'd=0,310, nilai ini menunjukkan tingkat hubungan antar variabel terbilang
sedang. Arah hubungan yang positif ini berarti bahwa tingginya scoring REMS diikuti
dengan perburukan outcome pasien trauma kepala.
Hasil tabulasi silang antara scoring REMS dengan outcome pasien trauma kepala
didapatkan hasil bahwa responden dengan skor REMS risiko sedang juga mendapatkan
outcome meninggal (death) sebanyak 64 (60%) responden. Hasil analisis bivariat
menggunakan uji Somers'd didapatkan bahwa p value sebesar 0,000, yang menunjukkan
kekuatan hubungan sedang antara scoring REMS dengan outcome pasien trauma kepala.
Artinya semakin tinggi scoring REMS yang diperoleh semakin buruk outcome pasien
trauma kepala.
c. Analisis Multivariat Parameter Skoring REMS
Dari enam parameter yang diduga mempengaruhi outcome pasien trauma kepala,
terdapat dua parameter yang memiliki nilai p-value kurang dari 0,05 yaitu umur dan Skor
GCS. Odds ratio parameter GCS sebesar 0,7, artinya skor GCS yang rendah memiliki
risiko memperoleh outcome death sebesar 0,7 kali lebih besar dibandingkan memperoleh
outcome moderate disability, severe disability, persisten vegetatifve state.
KESIMPULANNYA
Menurut Nakhjavan- Shahraki et al., sistem scoring dikembangkan dan difungsikan sesuai
dengan kondisi klinis pasien, yang meliputi: sistem fisiologis, anatomi maupun trauma.
Dari hasil penelitian dan teori yang disajikan dapat disimpulkan bahwa ketepatan metode
penelitian dan sistem scoring dimungkinkan akan meningkatkan nilai prediktif sistem
scoring yang diteliti Nilai cut off point optimal >5 (risiko sedang) digunakan untuk
memprediksi outcome pasien trauma kepala di IGD dengan sensitivitas 61,38%,
spesifisitas, 77,78%. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian oleh Park et al., yang
memperoleh cut off point optimal 7 (risiko sedang) dengan sensitivitas 84,4%, spesifisitas
77,3% (7), juga Hung et al., memperoleh nilai cut off point optimal 7 (risiko sedang)
dengan sensitivitas 64,29%, spesifisitas 72% (21). Adanya kemiripan nilai cut off point
optimal yang diduga skor awal berisiko dan berdampak pada outcome yang buruk ini
menunjukkan bahwa parameter REMS mampu memprediksi outcome pasien trauma kepala
pada semua penelitian. Uji sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dilakukan untuk mengukur
kemampuan scoring REMS dalam mendeteksi outcome pasien trauma kepala. Nilai
sensitivitas scoring REMS sebesar 61,38%, artinya kemampuan scoring REMS mendapat
outcome buruk pada pasien trauma kepala yang berisiko sedang–tinggi sebesar 61,38%.
Nilai spesifisitas scoring REMS sebesar 77,78%, berarti kemampuan scoring REMS
mendapat outcome baik pada pasien trauma kepala yang berisiko ringan sebesar 77,78%.
Akurasi scoring REMS sebesar 70%, berarti bahwa kemampuan scoring REMS untuk
mendeteksi secara benar subjek yang diuji sebesar 70%.
ANALISA KASUS

 Cara penggunaannya : Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar catatan karakteristik responden dan lembar catatan berdasarkan parameter REMS
meliputi GCS, pernapasan, saturasi oksigen, MAP, nadi dan usia.
 Kelebihan : Skoring ini sudah terbukti menjadi penduga kematian yang mudah dan akurat
di rumah sakit pada pasien trauma.
 Kekurangan : semakin tinggi scoring REMS yang diperoleh semakin buruk outcome
pasien trauma kepala.
BAB IV
PENUTUP
3.1   Kesimpulan

Rapid Emergency Medicine Score (REMS) merupakan suatu instrumen yang


banyak digunakan untuk melakukan stratifikasi risiko pasien non-bedah di Instalasi Gawat
Darurat (IGD).
Skoring REMS digunakan sebagai assessment awal yang tidak hanya menilai pasien
secara neurologis, tetapi pertimbangkan aspek fisiologis dari pasien yang datang ke IGD.
Skor REM dihitung berdasarkan GCS, pernafasan, saturasi oksigen, mean arterial pressure
(MAP), suhu tubuh, nadi dan usia.
Kelebihan dari Rapid Emergency Medicine Score (REMS) memiliki performa yang
baik dalam memprediksi mortalitas pasien non bedah yang masuk ke Instalasi Gawat
Darurat. Rapid Emergency Medicine Score dapat digunakan untuk stratifikasi risiko
pasien non bedah yang masuk ke IGD. Setelah REMS diterapkan, dapat dilakukan impact
study untuk menilai manfaat skor tersebut dalam menurunkan mortalitas pasien non
bedah yang masuk ke IGD.
Kekurangan dari Rapid Emergency Medicine Score (REMS) didapatkan bahwa
performa kalibrasi REMS untuk populasi pasien usia lanjut dinilai buruk dengan koefisien
korelasi.

3.2 Saran
  

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam mengikuti


proses pembelajaran mengenai Rapid Emergency Medicine Score (REMS). Sebagai
petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan kegawadaruratan dalam skoring
penanganan pada pasien yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/116/109, di akses pada tanggal


18 Maret 2020.
https://docplayer.info/amp/88244193-Original-article-validasi-rapid-emergency-medicine-score-dalam-
memprediksi-mortalitas-pasien-gawat-darurat-nonbedah.html, di akses pada tanggal 18 Maret 2020.

https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/2568/744, di akses pada tanggal 18 Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai