Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN

PENYEHATAN PEMUKIMAN (RUMAH SAKIT)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9 :

1. M. SABIQ
2. MIA HAMMIDAH
3. PUTRI WIDIAWATI ZALFA
4. SAFIRA ALFIAN PUTRI
5. TENAR GEBRI

TINGKAT 1 KELAS 1D3B


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kami ucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kiranya tak akan selesai
tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus mendorong kelompok kami untuk menyelesaikannya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi. Terima kasih

Jakarta, 27 November 2019

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................4
1.2. Rumusan masalah..............................................................................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
2.1. Pengertian Rumah Sakit........................................................................................................................5
2.2. Karakteristik Rumah Sakit.....................................................................................................................7
2.3. Ketentuan Umum...................................................................................................................................8
2.4. Utilitas..................................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................17
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................................17
3.2. Daftar Pustaka......................................................................................................................................17
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan rumah sakit
diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin
berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga
terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan lingkungan
rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan
secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan
tenaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit

1.2. Rumusan masalah


1) Apa pengertian rumah sakit ?

2) Sebutkan karakteristik lingkungna rumah sakit ?

3) Sebutkan ketentuan umum dari rumah sakit ?

4) Apa yang dimaksud dari utilitas ?

1.3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian rumah sakit

2) Untuk mengetahui karakteristik lingkungan rumah sakit yang baik

3) Untuk mengetahui ketentuan umum dari rumah sakit

4) Untuk mengetahui pengertian dari utilitas


BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah suatu bagian dari
organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan
lengkap kepada masyarakat, baik pengobatan maupun pencegahan pelayanan keluarnya
menjangkau keluarga dan lingkungan rumah. Rumah sakit juga harus menyediakan
pelayanan medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan penunjang medis dan non
medis, pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagai tempat pendidikan, penelitian dan
pengembangan.

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Fungsi rumah sakit menurut undang-undang No. 44 tahun 2009, antara lain

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan


standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

Berdasarkan pada fungsi dan pengertian diatas, maka dapat dikatagorikan jenis-jenis dari
rumah sakit dengan kemampuannya memberikan pelayanan medis kepada para pasien, antara
lain :

1. Rumah Sakit tipe A


Merupakan rumah sakit yang telah mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis luas sehingga oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan
tertinggi (Top Referral Hospital) atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit Pusat.
Contohnya, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang
berlokasi di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Rumah sakit ini merupakan rujukan tertinggi
sehingga menjadi rumah sakit pusat. Jumlah pasien yang dapat ditangani berjumlah 829
orang per tempat tidur inap dengan pelayanan 585 dokter berbagai spesialis.

2. Rumah sakit tipe B


Merupakan rumah sakit yang telah mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis namun dalam jumlah yang terbatas. Rumah sakit ini didirikan di
setiap Ibukota Propinsi yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit
tingkat Kabupaten. Contohnya, Rumah Sakit Sanglah yang berada di Jalan Diponegoro,
Denpasar, Bali. Rumah sakit ini memiliki pelayanan kedokteran yang cukup luas sehingga
dapat menampung pasien hingga berjumlah 664 orang per tempat tidur inap.

3. Rumah Sakit Tipe C


Merupakan rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan
pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C akan didirikan di setiap ibukota
kabupaten (regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Contohnya, Rumah Sakit Umum Singaraja yang merupakan rumah sakit yang berdiri ibukota
kabupaten Singaraja. Rumah sakit ini memiliki pelayanan dokter spesialis namun terbatas
sehingga membutuhkan rujukan menuju rumah sakit tipe a maupun tipe b.

4. Rumah Sakit Tipe D


Merupakan rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan
menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit kelas D hanya
memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga
menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas. Contohnya, Rumah Sakit Umum
Manuaba di Jalan Cokroaminoto, Denpasar Bali. Rumah sakit ini hanya memberikan
pelayanan kedokteran umum dan gigi yang hanya dapat menampung 45 orang per tempat
tidur inap.

5. Rumah Sakit Tipe E,


Merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan satu
macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru-paru, rumah
sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan
lain sebagainya. Contohnya, Rumah Sakit Puri Bunda yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto,
Denpasar, Bali. Rumah sakit ini dikhususkan untuk pelayanan kepada anak-anak dan kepada
ibu hamil saja.
2.2. Karakteristik Rumah Sakit
Karekteristik Rumah sakit menurut Djojodibroto menyatakan bahawa organisasi
rumah sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi,
antara lain:

 Sebagaian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional sehingga mampu
memberikan pelayanan maksimal kepada pasien dan tidak terjadi kesalahan
pemeriksaan.
 Wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan.

 Tugas – tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok


manajer.
 Beban kerjanya tidak bisa diatur.

 Jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam sehingga segala keperluan
dari pasien dan rumah sakit dapat terpenuhi.
 Hampir semua kegiatannya bersifat penting.

 Pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus dipandang
sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek sosiokultur dan aspek
harus mendapat perhatian penuh.
 Pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat.

 Pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.

Karakteristik perencanaan dan perancangan fisik rumah sakit berdasarkan kriteria


bangunan rumah sakit yang baik

 Beraksitektur bagus dimaksudkan memberikan nilai positif pada komunitas dan


kontes sosial dengan penyusunan komposisi yang tepat serta memberikan nilai estetis
secara internal maupun eksternal. Dengan peningkatan dalam sisi berarsitektur, maka
tingkat kepercayaan pasien pada rumah sakit pun semakin lebih baik.
 Sesuai dengan lingkungan dengan menjadi tetangga yang baik bagi lingkungan sekitar
sehingga seluruh kegiatan disekitar lingkungan menjadi tidak terhambat. Perlu
diperhatikan pula persyaratan perencanaan kota dan tapak. Kesesuaian dari
persayaratan tersebut harus dipenuhi keseluruhannya agar hubungan dalam
lingkungan menjadi tetap terjaga.
 Mudah bagi pengguna dalam mengenali langsung rumah sakit tersebut dengan tampak
bangunan yang dirancang semenarik mungkin dalam skala yang masih manusiawi.
Peletakan main entrance yang jelas sehingga memudahkan seluruh akses pasien. Perlu
diperhatikan pula perancangan ruang dalam setiap kamar pasien agar memberikan
kesan yang nyaman untuk pemulihan pasien. Kualitas setiap ruangan menjadi hal
utama dalam perancangan sebuah rumah sakit.
 Memenuhi standar bangunan kesehatan yang telah ditetapkan agar rumah sakit dapat
memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien.
 Memenuhi standar kontruksi yang telah ditetapkan agar mempermudah pengoperasian
rumah sakit dan mencukupi kebutuhan ruang yang dibutuhkan dalam rumah sakit
tersebut.

2.3. Ketentuan Umum


Ketentuan umum merupakan segala kebutuhan yang harus dipenuhi dalam sebuah
rumah sakit, termasuk didalamnya material-material yang digunakan. Material yang
digunakan pada rumah sakit berbeda dengan material yang digunakan pada gedung lain.
Berikut ketentuan umum pemakaian material pada ruangan-ruangan di rumah sakit oleh
Kementrian Kesehatan-RI.
a. Komponen Penutup Lantai

Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Lantai tidak boleh licin, tahan terhadap goresan atau gesekan peralatan dan
tahan terhadap api.
2. Lantai mudah dibersihkan, tidak menyerap, tahan terhadap bahan kimia dan
anti bakteri.
3. Penutup lantai harus dan bahan anti static, yaitu vinil anti static.

4. Tahanan listrik dan bahan penutup lantai ini bisa berubah dengan
bertambahnya umur pemakaian dan akibat pembersihan, oleh karena itu
tingkat ketahanan listrik lantai ruang operasi harus diukur tiap bulan, dan
harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
5. Permukaan dari semua lantai tidak boleh porous, tetapi cukup keras untuk
pembersihan dengan penggelontoran (flooding), dan pemvakuman basah.
6. Penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata

7. Hubungan atau pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan


bahan yang tidak siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan
lantai (hospital plint)
8. Tinggi plint, maksimum 15 cm

b. Komponen Dinding

Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan bahan kimia, tidak
berjamur dan anti bakteri.
2. Lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori –
pori) sehingga dinding tidak menyimpan debu.
3. Warna dinding cerah tetapi tidak atau tidak menyilaukan mata.

4. Hubungan atau pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku,
tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan dan juga untuk
melancarkan arus aliran udara.
5. Bahan dinding harus keras, tahan api, kedap air, tahan karat, tidak punya
sambutan (utuh), dan mudah dibersihkan.
6. Apabila dinding punya sambungan, seperti panel dengan bahan melamin
(merupakan bahan anti bakteri dan tahan gores) atau insulated panel system
maka sambungan antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga
memberikan dinding tanpa sambungan (seamless), mudah dibersihkan dan
dipelihara.
7. Alternative lain bahan dinding yaitu dinding sandwich galvanis, dua sisinya
dicat dengan anti bakteri dan tahan terhadap bahan kimia, dengan sambungan
antaranya harus di-seal dengan silicon anti bakteri sehingga memberikan
dinding tanpa sambungan (seamless)
c. Komponen Langit – Langit

Komponen langit – langit memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air,
tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur
serta anti bakteri
2. Memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga
tidak menyimpan debu

3. Berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan


4. Selain lampu operasi yang menggantung, langit – langit juga bisa
dipergunakan untuk tempat pemasangan pendan bedah, dan bermacam
gantunagn sepeti diffuser air conditioning dan lampu fluorescent
5. Kebutuhan peralatan yang dipasang dilangit – langit, sangat beragam.
Bagaimanapun peralatan yang digantung tidak boleh sistem geser, karena
menyebabkan jatuhnya debu pengangkut mikro-organisme seriap kali
digerakkan.

2.4. Utilitas
Utilitas merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan sebuah gedung
termasuk dalam rumah sakit. Utilitas membantu kelancaran pengadaan dan pembuangan segala
kebutuhan dari rumah sakit. Berikut utilitas yang diperlukan dalam rumah sakit termasuk
ketentuan umum yang dibutuhkan :

A. Penyedian Air Bersih


Target utama dalam perencanaan sistem air bersih adalah pemenuhan semua
kebutuhan akan air bersih untuk rumah sakit dan menjaga kualitas air yang dialirkan. Air
bersih yang dialirkan harus memenuhi kebutuhan standar higienitas hingga air siap minum.
Asumsi dan dasar-dasar perencanaan sistem penyedian air bersih adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan air bersih pada sebuah rumah sakit adalah 700 liter per tempat tidur inap per
hari. Jika dalam sebuah rumah sakit dapat menampung 300 tempat tidur maka air yang
harus disediakan perhari adalah 210.000 liter per hari.
2. Direkomendasikan memanfaatkan kombinasi sumber air yaitu sumur dangkal, sumur
dalam, ataupun PAM. Intinya, sumber air harus mampu mencukupi semua kebutuhan air
pada segala musim.
3. Sistem jaringan terlindungi oleh shaft untuk mempertimbangkan pemeliharaan dan sistem
kontrol.
4. Arah dan distribusi pipa mengikuti bangunan ataupun tegak lurus.
Gambar 1. Skema distribusi air bersih pada rumah sakit.

Sumber :Arsitektur Rumah Sakit


B. Penyedian Air Panas
Perencanaan sistem suplai air panas berpedoman pada sistem yang ekonomis dengan
konsentrasi suplai pada unit-unit yang paling membutuhkan. Sistem yang paling efektif
dipilih agar mudah dalam operasional dan pembangunan. Berikut dasar-dasar perencanaan
penyedian air panas pada rumah sakit :
1. Kebutuhan air panas pada rumah sakit adalah 130 liter per tempat tidur per hari. Jika dalam
sebuah rumah sakit dapat menampung 300 tempat tidur maka air yang harus disediakan
perhari adalah 39.000 liter per hari.
2. Penyedian air panas diutamakan untuk unit sterilisasi serta sebagaian untuk ruang
pengelolaan dan operasional seperti laundry rumah sakit.

C. Pengelolaan Air Kotor / Limbah Cair


Target utama dari pengelolaan air kotor adalah menurunkan zat pencemar organik
dan angka kuman sehingga pembuangan air kotor memenuhi syarat untuk Menuju ke
saluran limbah kota. Berikut syarat-syarat dasar dari sistem pengelolaan limbah cair yang
harus dipenuhi :
1. Perhitungan volume limbah cair pada rumah sakit adalah 80 % dari air bersih yang
digunakan akan terbuang menjad limbah cair. Jika dalam sebuah rumah sakit tersedia 300
tempat tidur maka jumlah air bersih yang digunakan akan menjadi 210.000 liter dan akan
terbuang sebagai limbah cari sebanyak 168.000 liter per hari.
2. Zona instalasi pembuangan limbah cari harus direncanakan terpisah dan berjarak dari
penyedian utilitas lain dan ruang fungsional sehingga tetap menjaga kesterilan dari urmah
sakit dan ruangan-ruangan disekitarnya.

Gambar 2. Skema pembuangan air limbah pada rumah sakit.

Sumber : Arsitektur Rumah Sakit

D. Sistem Drainase dan Pengelolaan Air Hujan


Target utama dalam perencanaan sistem drainase dan pengelolaan air hujan adalah
mengalirkan air hujan yang ada secepat mungkin di lahan rumah sakit sehingga tidak ada
genangan yang terjadi. Beberapa dasar perencanaan sistem drainase dan pengelolaan air
hujan di lingkungan rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Jaringan saluran air hujan terpisah dengan saluran air limbah. Saluran distribusi yang
direncanakan berada pada sekeliling bangunan sehingga tidak ada saluran yang crossing
terhadap bangunan.

2. Sistem distribusi saluran direncanakan sesederhana dan sejelas mungkin. Dalam hal ini
hanya ada 2 (dua) model distribusi yang berorientasi terhadap konfigurasi bangunan,
sebaran dan keberadaan saluran drainase kota atau sungai (penerima run-off utama). Model
distribusi saluran tersebut adalah tegak lurus dan searah saluran kota ataupun sungai.

3. Tidak ada toleransi genangan yang diijinkan. Ini berarti bahwa air hujan yang jatuh baik
dari atap maupun yang langsung ke permukaan bumi langsung dimasukkan ke saluran air
hujan. Untuk hal tersebut dapat dimaksimalkan area tangkapan air hujan (capturing areas)
dengan koefisien pengaliran (run-off coefficient) sekecil mungkin. Ini berarti bahwa diluar
bangunan beratap sebisa mungkin berupa taman atau kebun.

4. Permukaan jalan dan parkir menggunakan aspal dengan kemiringan memadai. Selain itu
bisa digunakan kombinasi material penutup yang ideal terhadap penyerapan air permukaan
adalah grass block.

5. Pada prinsipnya semua saluran drainase direncanakan terbuka atau semi terbuka untuk
memudahkan perawatan dan pemeliharaan. Dimungkinkan ada saluran tertutup pada
beberapa penggal yang ada dibawah bangunan.

6. Komponen pendukung saluran drainase antara lain: gorong-gorong pada saluran menyilang
terhadap jalan/selasar/sirkulasi dan sumur resapan air hujan (retaining well) dengan
persyaratan struktur tanah tertentu. Sumur resapan dibangun di bagian bawah jalan
sehingga terhindar dari bongkar pasang akibat pengembangan bangunan.
E. Pengelolaan Sampah
Untuk kepentingan pengelolaan sampah secara garis besar dapat digolongkan dalam
2 (dua) jenis yaitu
1. Sampah Medis
Bisa disebut pula sampah klinis yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, farmasi
atau yang sejenisnya, pengobatan, dan perawatan yang menggunakan bahan beracun,
infeksius, berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.

2. Sampah Non Medis


Merupakan sampah padat (solid waste) yang dihasilakn dari aktivitas manusia didalam
rumah sakit. Sampah ini diklasifikasiakaan menjadi sampah organik dan non organik.
Untuk cara pengelolaan dan pembuangan dari sampah yang dihasilkan dari rumah
sakit, bak penampungan antara sampah medis dan non medis dipisahkan. Untuk sampah
medis maka harus menyediakan incinerator. Incenerator adalah alat pembakaran untuk
barang-barang medis, sehingga limbah beracun tersebut tidak digunakan kembali dan
menimbulkan penyakit. Alat ini diletakan cukup jauh dari bangunan agar polusi dari sisa
pembakaran tidak masuk ke rumah sakit.
Gambar 3. Incenerator untuk pembakaran sampah medis.

Sumber: https://medikamall.com

F. Sistem Pemadam Kebakaran


Pada hakekatnya, sistem penanggulangan kebakaran dapat diselesaikan dengan cara
mekanis, yaitu menggunakan smoke/ heat detector, fire estinguisher, hydrant dan lainnya.
Dapat juga digunakan tabung pemadam kebakaran yang diletakkan stasioner pada tempat
tempat yang penting (kamar operasi, rawat inap, IGD, Kamar Intensif) dan tempat yang
sekiranya mengundang resiko kebakaran, misalnya dapur, ruang diesel, laboratorium.
1. Manual
Dalam sistem ini, bila terjadi kebakaran, seseorang yang melihat atau mengetahuinya harus
menuju ke signal box atau tempat-tempat umum lainnya. Satu tarikan manual tertentu dalam
box akan menyalakan seluruh tanda bahaya atau alarm yang dapat terdengar dari seluruh
penjuru bangunan, yang memberitahukan selain tanda adanya bahaya kebakaran, juga
menjadi peringatan bagi orang-orang yang berada dalam bangunan untuk melakukan usaha
pemadaman. Adapun usaha pemadaman itu sendiri juga dilakukan dengan peralatan yang
serba manual.
2. Semi Automatic
Sistem ini merupakan gabungan dari cara kerja Fire Protection sistem manual dengan Fire
Protection sistem otomatis. Bila suatu ketika terjadi kebakaran, maka secara otomatis tanda
bahaya kebakaran akan berfungsi, sedangkan tindakan selanjutnya adalah usaha
mengatasi/memadamkan kebakaran tersebut yang masih dikerjakan dengan sistem manual.
3. Automatic

Pada sistem ini, peralatannya bekerja secara otomatis, baik dalam mendeteksi bahaya
kebakaran yang kemudian langsung memberikan tanda bahaya, maupun dalam
mengatasi/memadamkan kebakaran. Karena peralatan bekerja secara otomatis, maka
dengan sendirinya pencegahan dan pengatasan bahaya kebakaran dapat berlangsung
dengan cepat dan kemungkinan adanya perluasan area kebakaran dan akibat-akibatnya
dapat dikurangi semaksimal mungkin. Bangunan multi storey kebanyakan menggunakan
sistem otomatis, selain karena lebih cepat, cara kerjanya juga lebih efisien.
G. Sistem Pengkondisian Udara
Sistem pengkondisian udara adalah bagian dari sitem refrigrasi yang merupakan
pengaturan dari pengkondisian udara yang meliputi temperature, kelembaban, kualitas
dan sirkulasi. Sistem pengkondisian udara bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi
penghuni yang berada di dalam ruangan dengan kondisi normal udara di dalam ruangan
sekitar 230C hingga 270C.

Pada bangunan rumah sakit pengkondisian udara lebih ditekankan pada fungsi
pelayanan dengan tingkat sterilitas yang tinggi yaitu : ruang emergency, ruang operasi,
dan ruang lainnya pada rumah sakit yang memerluka sterilitas yang tinggi. Sementara
pada bagian ruangan rawat inap khususnya ruang berkelas, pengkondisian udara memiliki
tujuan agar pasien dan keluarganya merasa nyaman pada suhu udara dan kelembaban
yang terkontrol.

Prinsip AC pada umumnya yaitu memindahkan kalor dari suatu tempat ke tempat
lain, contohnya jika digunakan sebagai pemanas maka kalor yang berada di luar ruangan
dipindahkan ke dalam ruangan, sedangkan saat menjadi pendingin maka kalor yang
berada di dalam ruangan dipindahkan ke luar ruangan.

Selain penggunaan AC untuk mengatur kondisi udara pada ruangan juga dapat
menggunakan pengkondisian yang alami dengan menggunakan ventilasi dan jendela pada
ruangan terntentu agar dapat lebih menghemat daya listrik yang dikeluarkan.
H. Sistem Telekomunikasi
Sistem telekomunikasi adalah sistem untuk mengkomunikasikan data dan informasi
dari suatu lokasi ke lokasi yang lainnya yang memiliki tujuan untuk menunjang kegiatan
pelayanan yang berada dalam rumah sakit maka perlu adanya hubungan telekomunikasi
yang baik. Berikut merupakan beberapa sistem operasional yang dapat dipakai untuk
menunjang telekomunikasi :

 Sistem PABX (Private Automatic Branch eXchange), sistem ini merupakan sistem telepon
yang biasa disebut dengan switchboard yang digunakan pada jaringan telepon internal
kantor. Sistem PABX memiliki beberapa banyak kabel yangf mengarah pada satu
switchboard itulah sebabnya ada istilah branch pada kepanjangan PABX. Sistem ini salah
satu yang tercanggih karena selain digunakan untuk menelpon juga digunakan mengirim
pesan fax dan sebagai modem.
 Line Intercom, digunakan sebagai penghubung antar instalasi dan antar nurse station.
 Line audio, digunakan untuk memberikan pengumuman dan radio.
I. Sistem Gas Medik
Sistem gas medik adalah sistem gas dengan spesifikasi khusus yang digunakan untuk
pelayanan medis pada sarana kesehatan, sementara instalasi gas medik (IGM) adalah
seperangkat sentral gas, instalasi pipa sampai dengan outlet. Berikut merupakan beberapa
bagian dari instalasi gas medik, yaitu

 Sentral gas medik, merupakan seperangkat prasarana beserta peralatan atau tabung liquid
yang menyimpan beberapa gas medik tertentu yang dapat disalurkan melalui pipa instalasi
gas medik.
 Box Valve dan Alarm, box valve berfungsi sebagai pemisah aliran instalasi tiap lantai, hal
ini untuk mengantisipasi apabila ada kerusakan maka tidak mengganggu aktifitas di tiap
lantainya.
 Jaringan Pipa dan Gas Medik, merupakan jaringan pemipaan yang terdapat di rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan supply gas medik ke ruangan yang dibutuhkan. Pipa yang
dipakai biasanya merupakan pipa tembaga dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan namun
harus sesuai dengan standar.
 Outlet Gas Medical, outlet gas medical biasanya dipasang di dinding yang berfungsi
sebagai penyambung dengan pelengkap outlet yang lain
 Perlengkapan Outlet, merupakan suatu alat yang dipasang pada outlet untuk keperluan
pasien maupun alat-alat medis lainnya. Perlengkapannya seperti flowmeter (untuk
mengatur kebutuhan gas pasien dan penunjuk tekanan), humidifier (memberikan
kelembaban gas yang dipakai pasien), conector (penyambung antar alat), dan mesin
anesthesi.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Kesehatan
lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan
rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan
bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang
kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta
berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai
dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit

3.2. Daftar Pustaka


http://akuryfa.blogspot.com/2012/03/sanitasi-rumah-sakit.html
https://www.academia.edu/36342857/KESEHATAN_LINGKUNGAN_RUMAH_SAKI
T_NOMOR_1

Anda mungkin juga menyukai