Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

PERAWAT DAPAT TUGAS MERAWAT PASIEN TOTALCARE DAN


TIDAK ADIL BAGINYA

Disusun Oleh :
Nur Angga Romaniar
D0019043

PROGRAM PROFESI NERS REGULER


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Layanan jasa Rumah Sakit (RS), merupakan suatu layanan
masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan
kesehatan. Banyak unsur yang berperan dan mendukung berfungsinya
operasional Rumah Sakit. Salah satu unsur utama pendukung tersebut
adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang padat karya dan
berkualitas tinggi, disertai kesadaran akan penghayatan pengabdian kepada
kepentingan masyarakat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
layanan kesehatan. Ketersediaan sumber daya manusia kesehatan
termasuk didalamnya tenaga dokter, perawat, bidan, dan sebagainya, yang
merupakan unsur pokok input dalam suatu system pelayanan kesehatan,
memberikan andil yang cukup besar dalam penciptaan performance
pelayanan sebagai supplay atas tuntutan kebutuhan kesehatan masyarakat
yang semakin hari semakin meningkat (Gillies, 2004).
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan
efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi,
profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personel. Ketersediaan
SDM rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit berdasarkan
tipe rumah sakit dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Untuk
itu ketersediaan SDM di rumah sakit harus menjadi perhatian pimpinan.
Salah satu upaya penting yang harus dilakukan pimpinan rumah sakit
adalah merencanakan kebutuhan SDM secara tepat sesuai dengan fungsi
pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah sakit (Ilyas, 2004).
Wulandhari (2011) yang meneliti tentang Perencanaan Kebutuhan
tenaga perawat berdasarkan kategori pasien di RSUD Bendan kota
Pekalongan. Hasil penelitiannya didapatkan hasil yang berbeda antara
metode Douglas, metode Gillies, serta metode lokakarya PPNI.
Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan metode Douglas dibutuhkan 23
perawat, berdasarkan metode Gillies dibutuhkan 31 perawat dan
berdasarkan metode lokakarya PPNI dibutuhkan 32 perawat. Sehingga
terdapat selisih yang banyak antara perawat yang ada dibandingkan dengan
jumlah perawat hasil penghitungan ketiga metode tersebut.
Kegiatan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
integral dari pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit mempunyai
peran yang besar dalam pencapaian mutu, citra dan efisiensi pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit. Kualitas asuhan keperawatan dapat mencapai
hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada
memiliki proporsi yang seimbang dengan jumlah tenaga yang ada.
(Aviantono, 2009).
Masalah pengadaan tenaga paramedis perawatan di Rumah Sakit
masih merupakan masalah yang sampai saat ini belum berhasil diatasi.
Nasuha, dkk (2009) yang meneliti tentang analisis kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan beban kerja perawat, menggunakan rumus
perhitungan kebutuhan jumlah tenaga perawat berdasarkan beban kerja
menurut lokakarya keperawatan, Gillies, dan Nina didapatkan bahwa
kurang 8 perawat dari perawat yang ada menurut Hasil lokakarya Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI), menurut metode Gillies kurang 4
perawat dan menurut metode Nina masih kurang 12 perawat.

Dari hasil observasi dan ditemukan bahwa di ruangan ini antara lain masalah
merawat pasien totalcare. sehingga hal ini dapat menghambat ketidakadilan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Tapi hal ini sudah
direkomendasikan ruangan kepada pihak Rumah Sakit.

1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi ketidak adilan perawat dalam merawat pasien totalcare
2. Mengidentifikasi cara penyelesaian masalah dalam merawat pasien totalcare
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kasus
Saya menemukan masalah saat di ruang IGD, yaitu ada seorang pasien datang
untuk kontrol dan melakukan tindakan operasi luka bakar pada tubuhnya
yang ke 4 dan perawat tersebut sudah males menghadapi pasien tersebut
karena sangat rewel dan perawat tersebut cerita kepada mahasiswa karena
setiap pasien tersebut datang pasti saya yang di tugaskan padahal banyak
perawat yang sedang sift kata perawat tersebut lalu perawat menyuruh
mahasiswa bilang keperawat lain untuk menangani karena saya ingin semua
perawat merasakan padahal pasien yang datang di IGD semua perawat harus
bisa menangani semua karena tidak hanya 1 perawat yang fokus 1 pasien
saja ,akan tetapi perawat bisa memegang semua pasien dalam keadaan
apapun. Perawat yang stand bay di IGD berarti pihak rumah sakit sudah bisa
menilai skill setiap perawat.

2.1 Cara Penyelesaian Masalah


Dalam masalah ini, cara penyelesaiannya adalah dengan membagi
perawatan yang sedang sift jika ada pasien membutuhkan perawatan
totalcare minimal 2 perawat yang menangani agar bisa saling membantu
karena keluarga kadang tidak bisa membantu bisa juga takut karena tidak
tega melihatnya.
2.2 Pembahasan
S W O T
Adanya perawat Terbatasnya Adanya dukungan Adanya
jaga perawat yang sift pada kepala ruang persaingan antar
tersebut perawat dan bisa
perawat di alihkan
keruang lain

a. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk
memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien
(Praptiningsih, 2006).
b. Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam sistem. Peran
perawat menurut Hidayat dalam konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
(2008) terdiri dari peran sebagai asuhan keperawatan, advokat pasien,
pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu.
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaaan kebutuhan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
dapat direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini
dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
2. Peran sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi lain khususnya dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, juga berperan dalam mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang
penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Pendidik
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
5. Peran kolaborator
Peran perawat ini dapat dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-
lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran konsultan
Peran di sini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan yang
diberikan.
c. Metode Douglas
Douglas (1994) membagi tingkat ketergantungan pasien menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu :
a) Minimal Care/Perawatan Minimal : memerlukan waktu
perawatan 1-2 jam.
b) Partial Care/Perawatan Partial : memerlukan waktu perawatan 3-
4 jam.
c) Total care/Perawatan Total : memerlukan waktu perawatan 5-7 jam.
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap
keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian
dilakukan sendiri
b. Makan, minum dilakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda-tanda vital
dilakukan tiap shiff e.
Pengobatan minimal, status
psikologis stabil
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

2. Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, dengan


kriteria :
a. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

c. Ambulasi dibantu, pengobatan


lebih dari sekali d. Folley
catheter, intake output di catat
e. Klien dengan pemasangan infu, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur

3. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24


jam dengan kriteria;
a. Segalanya diberikan/dibantu
b. Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan
terapi intra vena
d. Pemakaian suction
e. Gelisah/disorientasi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan saran


Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah
sakit adalah tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan. Untuk hal ini dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat
perencanaan terutama tentang ketenagaan. Perencanaan ketenagaan ini
harus benar benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan dampak
pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas
pelayanan akan menurun. Dan bila dibiarkan ak an menyebabkan
angka kunjungan klien ketempat pelayanan kesehatan akan menurun
sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.
Seorang menajer keperawatan harus mampu membuat
perencanaan ketenagaan dengan baik, yaitu dengan memanfaatkan hasil
perhitungan yang didasarkan pada data-data kepegawaian sesuai dengan
yang ada di rumah sakit tersebut. Dalam melakukan penghitungan
kebutuhan tenaga perawat di rumah sakit, kita dapat menggunakan
beberapa rumus dimana tiap metode penghitungan pada prinsipnya hampir
sama akan tetapi memiliki kekhasan bagi situasi dan kondisi tertentu
dari sistem pemberian layanan asuhan keperawatan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA

Aviantono. (2009) Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Kebutuhan


Tenaga Kesehatan Puskesmas Berdasarkan Beban Kerja Di Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampun, Jurnal keperawatan Volume 1 No. 2
tahun 2009
Erlin Kurnia Formula Penghitungan Tenaga Keperawatan Modifikasi FTE
Dengan Model
Asuhan Keperawatan Profesional Tim. Journal Ners Vol.6 No. 1 Tahun
2011
Gillies. (1994) Nursing Management, A System, third edition, W.B. Saunders C,
Philadelphia:
1994
Hanidar F,(2011) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Time
Motion Study Dan Klasifikasi Pasien Di Irna Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya Tahun 2011. Jurnal Ners. Vol. 7 No.1 Tahun 2011
Ilyas. (2004) Perencanaan SDM Rumah Sakit, Teori, Metoda dan Formula,
Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Jakarta:
2004
Jauri (2009) Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan beban kerja di
Instalasi Rawat
Inap Piringngadi Medan, Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 12 No. 29
tahun 2009
Kaur A. (2010) A Study on "Nursing Manpower Requirement in Neo-Natal
Intensive Care
Unit PGIMER Chandigarh.Western Journal of Nursing Research
(WJN). Vol. 11
No.269
Nasuha, dkk. (2009). Analisis kebutuhan Jumlah Tenaga Perawat berdasarkan
beban Kerja Di
Ruang rawat Inap Anggrek di Rumah Sakit Umum daerah Kota
banjar, Jurnal
Keperawatan UNDIP, Semarang, 2009

Anda mungkin juga menyukai