Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA FARMASI
PEMERIKSAAN URINE TERHADAP BILIRUBIN

NAMA : 1. MILA SEPTIANA 1804073


2. ROOFID NURDAFFA REZKI 1804075
3. TANIA MEILA NOVA 1804105
4. AULIA RAHMI 1804083
5. SILFA OKTARINA 1804079
KELAS / SHIFT : B / II
DOSEN : OKTA FERA M.Farm,Apt
ASISTEN : NADA PRATIWI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS PADANG
2019
PEMERIKSAAN URIN TERHADAP BILIRUBIN

I. Tujuan Praktikum
1. Percobaan Harrison

II. Landasan Teori


Bilirubin ( sebelumnya disebut sebagai hematoidin ) adalah produk
rincian kuning normal hemekatabolisme. Heme ditemukan dalam hemoglobin,
komponen utama dari sel darah merah. Bilirubin diekskresikan dalam empedu
dan urin, dan peningkatan kadar dapat mengindikasikan penyakit tertentu.
Hal ini bertanggung jawab untuk warna kuning memar , warna kuning air seni
(melalui produk pemecahan direduksi, urobilin ), warna coklat dari kotoran
(melalui konversi kepada stercobilin ), dan perubahan warna kuning pada
penyakit kuning. Bilirubin secara kimia
bilirubin terdiri dari sebuah rantai terbuka dari empat pirol seperti cincin
( tetrapyrrole ). Dalam heme, sebaliknya keempat cincin yang terhubung ke
sebuah cincin yang lebih besar, yang disebut porfirin cincin.
Bilirubin adalah sangat mirip dengan pigmen phycobilin digunakan oleh
ganggang tertentu untuk menangkap energi cahaya, dan untuk pigmen
fitokrom digunakan oleh tanaman untuk merasakan cahaya.
Semua ini mengandung rantai terbuka empat cincin pyrrolic.
Seperti ini pigmen lainnya, beberapa ganda obligasi di bilirubin isomerize
ketika terkena cahaya. Ini digunakan dalam fototerapi dari bayi kuning E, Z-
isomer bilirubin yang terbentuk setelah terpapar cahaya lebih larut daripada, Z
unilluminated Z-isomer, sebagai kemungkinan ikatan hidrogen intramolekul
akan dihapus, hal ini memungkinkan ekskresi bilirubin tak terkonjugasi dalam
empedu. Beberapa buku teks dan artikel penelitian menunjukkan isomer
geometris salah bilirubin. Para isomer alami adalah Z, Z-isomer. Fungsi
bilirubin dibuat oleh aktivitas reduktase biliverdin pada biliverdin, pigmen
empedu hijau tetrapyrrolic yang juga merupakan produk katabolisme heme.
Bilirubin ketika teroksidasi, beralih menjadi biliverdin sekali lagi. Siklus ini,
selain demonstrasi aktivitas antioksidan ampuh bilirubin, telah menyebabkan
hipotesis bahwa peran utama fisiologis bilirubin adalah sebagai antioksidan
seluler. Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna
biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium
dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo
salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif
dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif
palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine
dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin
mengandung metabolit pyridium atau serenium. Metabolisme bilirubin
eritrosit secara fisiologis dapat bertahan/ berumur sekitar 120 hari, eritrosit
mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat
badan 70 kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr
per hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh
limpa. Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-
asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam
fraksi mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzym yang kompleks yaitu
heme oksigenase yang merupakan enzym dari keluarga besar sitokrom P450.
Langkah awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α
metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol linier. Besi mengalami
beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini memerlukan
oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat
digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon
jembatan metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan
direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga
rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan
membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada
memar merupakan petunjuk reaksi degradasi ini.
Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg
bilirubin. Pada orang dewasa dibentuk sekitar 250–350 mg bilirubin per hari,
yang dapat berasal dari pemecahan hemoglobin, proses erytropoetik yang
tidak efekif dan pemecahan hemprotein lainnya. Bilirubin dari jaringan
retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut dalam plasma dan air.
Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut oleh albumin ke hepar.
Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang dapat diikat
kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya terikat longgar
hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan. Bilirubin I (indirek) bersifat
lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Pada reptil, amfibi
dan unggas hasil akhir metabolisme heme ialah biliverdin dan bukan bilirubin
seperti pada mamalia. Keuntungannya adalah ternyata bilirubin merupakan
suatu anti oksidan yang sangat efektif, sedangkan biliverdin tidak. Efektivitas
bilirubin yang terikat pada albumin kira-kira 1/10 kali dibandingkan asam
askorbat dalam perlindungan terhadap peroksida yang larut dalam air. Lebih
bermakna lagi, bilirubin merupakan anti oksidan yang kuat dalam membran,
bersaing dengan vitamin E. Di hati, bilirubin I (indirek) yang terikat pada
albumin diambil pada permukaan sinusoid hepatosit oleh suatu protein
pembawa yaitu ligandin. Sistem transport difasilitasi ini mempunyai kapasitas
yang sangat besar tetapi penggambilan bilirubin akan tergantung pada
kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin berikutnya. Bilirubin nonpolar
(I / indirek) akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi bentuk larut
(II / direk). Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut (II /
direk) yang dapat diekskresikan dengan mudah ke dalam kandung empedu.
Proses perubahan tersebut melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan
dengan bilirubin, dikatalisis oleh enzym bilirubin glukoronosiltransferase.
Hati mengandung sedikitnya dua isoform enzym glukoronosiltransferase yang
terdapat terutama pada retikulum endoplasma. Reaksi konjugasi ini
berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam glukoronat sebagai donor
glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin monoglukoronida
sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi bilirubin
diglukoronida yang larut pada tahap kedua. Eksresi bilirubin larut ke dalam
saluran dan kandung empedu berlangsung dengan mekanisme transport aktif
yang melawan gradien konsentrasi. Dalam keadaan fisiologis, seluruh
bilirubin yang diekskresikan ke kandung empedu berada dalam bentuk
terkonjugasi (bilirubin II).
Masalah Klinis : Bilirubin Total, Direk
a) Peningkatan Kadar : ikterik obstruktif karena batu atau
neoplasma,hepatitis , sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis
(kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin
B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-
aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam
etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate,
narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin,
metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi
oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
b) Penurunan Kadar : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate,
salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
Bilirubin Indirek :
a) Peningkatan Kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi
transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik,
talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat :
aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk.
b) Penurunan Kadar : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk)
III. Prosedur Kerja
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Test tube
2. Bros tabung
3. Pipet tetes
4. Pipet takar 10 mL
5. Kertas saring
6. Rak tabung
7. Corong
3.1.2 Bahan
1. Reagen Fouchet
0,9 gr FeCl3 dilarutkan dalam 25% TCA add aquadest 100 ml.
2. Larutan BaCl2 10%
3.2 Cara Kerja
1. 5 ml urin masukkan dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 5 ml BaCl2 10%, campur kemudian saring dengan
kertas saring
3. Presipitat pada kertas saring biarkan sampai kering
4. Tambahkan 1 tetes reagen pada presipitat
IV. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil

No Nama Interpretasi hasil Ket.


.
1. Roofid Tidak timbulnya warna hijau (-)
atau biru
2. Mila Tidak timbulnya warna hijau (-)
atau biru kehijauan
3. Ami Tidak timbulnya warna hijau (-)
atau biru kehijauaan
4. Silfa Tidak timbulnya warna hijau (-)
atau biru kehijauaan

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pemeriksaan urin


terhadap bilirubin. Sampel yang digunakan yaitu urin sewaktu dan tujuannya
yaitu dengan metode percobaan Harrison. Bahan yang digunakan adalah
reagen fouchet dan larutan BaCl2 10%.
Bilirubin (sebelumnya disebut sebagai hematoidin) adalah produk
rincian kuning normal hemekatabolisme. Heme ditemukan dalam
hemoglobin, komponen utama dari sel darah merah. Bilirubin ini dihasilkan
oleh empedu dan urin.
Secara kimia bilirubin terdiri dari sebuah rantai terbuka dari 4 pirol
seperi cicin (tetrapyrole). Dalam heme, sebaliknya keempat cicin yang
terhubung kesebuah cincin yang lebih besar, disebut porfiricincin. Bilirubin
dibuat oleh aktivitas reduktase biliverdin pada biliverdin, pigmen empedu
hijau tetrapyrrolic yang juga merupakan produk katabolisme.
Urin yang kami uji kan disini adalah urin teman kelompok kami yaitu
Roofid. Hasil yang didapatkan pada kelompok kami dari percobaan ini adalah
normal (-)/ tidak terdapat prespitat yang berwarna hijau atau biru kehijauan
pada kertas saring yang telah dikeringkan setelah penambahan reagen fouchet
dan larutan BaCl2 10%.
Pemeriksaan yang positif pada salah satu metoda yang menunjakkan
adanya indikasi bilirubin pada urin praktikan yang analisa karena adanya
pemecahan hemoglobin. Tingginya kadar bilirubin dikarenakan oleh hati
yang beray kegalalan dengan sirosis.
V. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
1. Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang
tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada
cairan empedu.
2. Bahan yang digunakan adalah reagen fouchet dan larutan BaCl2 10%.
3. Sampel yang digunakan yaitu urin sewaktu dan tujuannya yaitu
dengan metode percobaan Harrison.
4. Pada percobaan Harrison ini kelompok kami mendapatkan hasil
normal (-) atau tidak timbul warna hijau/hijau kebiruan.
5. Adanya peningkatan kadar bilirubin dalam urin menandakan adanya
kerusakan dalam hati.
5.2 Saran
1. Sebelum praktikum diharapkan menggunakan jas lab, handscoon dan
masker.
2. Menjaga kebersihan laboratorium.
3. Sebaiknya sebelum praktikum membaca diktat terlebih dahulu supaya
mudah dalam waktu pengerjaannya.
4. Sebaiknya alat harus rapi dan bersih agar saat praktikum tidak banyak
memakan waktu.
5. Menjaga tata tertib di laboratorium.
Daftar Pustaka

Baron, D.N, 1990, Patologi Klinik, Ed IV, Terj. Andrianto P dan Gunakan J, Penerbit
EGC, Jakarta.

Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes

Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan
Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.

Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran EGC.

Gjandasoebrata R . 1986, Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta . Dian Rakyat


LAMPIRAN

Reagen

Keterangan : Urinenya normal

Anda mungkin juga menyukai