Anda di halaman 1dari 17

VIRUS DAN PRION

by. Suherman B., S.Farm., M.Kes., Apt.

Pada awal tahun 2003, dunia digoncangkan dengan mewabahnya suatu penyakit

baru yang memakan korban manusia diberbagai negara di dunia, terutama negara -

negara Asia, seperti Cina dan Singapura. Penyakit yang disebut Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS) ini merupakan penyakit pernapasan akut yang dapat

mematikan penderitanya. Mewabahnya SARS cukup meresahkan masyarakat sehingga

dimana-mana, termasuk Indonesia. Selain mikroorganisme yang terkecil selain virus

akhir-akhir ini ditemukan mikroorganisme terkecil yaitu prion. Untuk mengetahui lebih

lanjut apa itu virus pada bab selanjutnya akan dibahas secara detail mengenai virus dan

prion.

1. Apa pengertian Virus dan Prion?

2. Bagaimana Sejarah penemuan Virus dan Prion?

3. Bagaimana morfologi dari virus dan prion?

4. Apa saja peranan virus dalam kehidupan manusia?

1
A. Pengertian Virus Dan Prion
Virus adalah parasite mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.

Virus bersifat parasite obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat

bereproduksi didalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel

makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi

sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA dan RNA,

tetapi tidak berkombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang

terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan

ekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk membuat bahan genetic

maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena tidak dapat

menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena

karakteristiknya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tetentu, baik pada manusia

(misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau tanaman

(misalnya virus mosaik tembakau/TMV).

Prion adalah pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein. Prion

tidak dapat dimusnahkan dengan air panas, radiasi, atau formalin. Prion menyebabkan

berbagai penyakit degenerasi seperti kuru, scrapie, Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD),

dan bovine spongiform encephalopathy (BSE atau sapi gila). Semua penyakit ini

menyerang otak atau system saraf lainnya, mematikan, dan belum dapat disembuhkan.

Namun sebuah vaksin telah dikembangkan untuk tikus dan sedang dikembangkan lebih

lanjut untuk manusia.

2
B. Sejarah Penemuan Virus dan Prion
A. Sejarah Penemuan Virus
Pada tahun 1892, biologiwan Rusia Dmitri Ivanovsky mempelajari penyakit

tembakau yang disebut penyakit mosaik tembakau. Penyakit ini mengakibatkan

daun tembakau berbecak kuning. Ivanovsky membuat eksperimen, jika ekstrak

daun yang terserang penyakit mosaik dioleskan pada daun yang sehat, beberapa

waktu kemudian daun yang sehat itu terserang penyakit. Tetapi jika ekstrak tersebut

dipanaskan sampai mendidih dan setelah dingin dioleskan, tidak menyebabkan sakit

pada daun yang sehat. Ivanovsky memberikan simpulan sementara bahwa penyakit

mosaik pada tembakau disebabkan oleh bakteri patogen (bakteri penyebab

penyakit). Namun ketika beliau pada tahun 1893 menyaring ekstrak daun

tembakau yang terserang patogen itu dengan saring keramik, kemudian cairan hasil

saringan itu dioleskan ke daun tembakau yang sehat, ternyata daun tersebut menjadi

sakit. Seandainya penyakit itu disebabkan oleh bakteri, daun tembakau akan tetap

sehat karena bakteri tersaring oleh saringan keramik . Ivanovsky menduga bahwa

penyebab penyakit mosaik pada daun tembakau itu adalah bakteri yang sangat

kecil.

M. Beijerick (1899), ilmuwan Belanda melakukan percobaan berdasar

penemuan Ivanovsky. Ia mengoleskan getah hasil saringan dari satu tembakau ke

tembakau yang terkena penyakit dengan saringan keramik, kemudian getah hasil

saringan itu dioleskan ke daun tembakau yang sehat. Tembakau yang sehat itu akan

menjadi sakit. Selanjutnya getah daun yang sakit inipun disaring lagi, dan hasilnya

dioleskan ke daun tembakau yang sehat. Tembakau yang sehat ini juga terkena

penyakit, demikian seterusnya. Ini berarti bahwa bakteri pathogen itu mampu

3
berkembang biak, ukurannya sangat kecil karena lolos dari saringan keramik. Saat

itu orang hanya mengenal bakteri sehingga penyebab penyakit mosaik pada daun

tembakau itu diduga diakibatkan oleh bakteri yang berukuran sangat kecil.

Dugaan itu ternyata keliru, pada tahun 1935 Wendell M. Stanley, dari

Rockefeller Institute, Amerika Serikat berhasil mengisolasi dan mengkristalkan

virus mosaic tembakau, dan ia menyimpulkan bahwa virus berbeda dengan bakteri.

Jika kristal virus diinjeksikan ke tanaman tembakau yang sehat, virus akan aktif,

mengganda dan menyebabkan penyakit. Karena virus dapat dikristalkan berarti ia

bukan sel. Virus dianggap sebagai peralihan antara benda abiotik dan biotik. Virus

yang menyerang tembakau diberi nama virus mosaic tembakau (Tobacco Mosaic

Virus, disingkat TMV). Sekarang telah diketahui lebih daripada 100 jenis virus

tanaman.

B. Sejarah Penemuan Prion

Pada tahun 1997, ilmuwan Amerika Serikat, Stanley B. Prusiner meraih

hadiah Nobel atas penelitiannya terhadap prion ini. Tidak seperti viroid, prion

merupakan protein inang menjadi protein versi prion. Secara hipotesis prion

merupakan versi “salah lipat” dari suatu protein umumnya terdapat pada sel otak.

Jika prion melakukan kontak, dengan protein “kem barannya” (yang normal)

prion dapat menginduksi protein normal menjadi bentuk abnormal. Reaksi ini terus

berlanjut hingga prion terakumulasi dalam jumlah yang membahayakan, lalu

meneybabkan malafungsi seluler dan akhirnya menyebabkan terjadinya degenerasi

otak.

4
C. Struktur Virus
A. Struktur Virus

1. Bentuk Virus

Saat ini telah diketahui bahwa bentuk virus bermacam-macam. Ada

yang berbentuk memanjang (batang), oval, bulat, dan ada pula yang bentuknya

seperti huruf T (virus T).

Ciri lain virus yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup adalah tubuh

virus hanya tersusun atas selubung, disebut kapsid yang tersusun atas molekul

protein dan bagian ini yang tersusun atas nukleat. Jadi, virus tidak memiliki

sitoplasma seperti pada sel, serta tidak memiliki organela sehingga tidak

melakukan metabolisme. Karena itu para pakar tidak menggolongkan virus

sebagai sel atau organisme. Ukuran virus yang sangat kecil tidak

memungkinkannya untuk memiliki struktur sebagaimana struktur sel. Satu unit

lengkap virus yang mampu menginfeksi organisme hidup disebut Virion.

2. Bagian tubuh luar

Tubuh virus, misalnya bakteriofag T4 virus penginfeksi bakteri

merupakan virus yang paling kompleks terdiri atas kepala dan ekor dengan

serabut ekor yang dapat mengenal dan menancap pada dinding sel

inangnya.Kepala memiliki bentuk bersegi delapan yang didalamnya

mengandung inti virus dan dikenal sebagai kepala virus. Dari kepala virus

muncul selubung memanjang (tubus) yang disebut sebgai ekor virus. Pada

bagian ujungnya ditumbuhi serabut-serabut ekor. Ujung serabut ekor

merupakan penerima rangsang (reseptor). Ekor berfungsi sebagai alat

penginfeksi. Bagian kepala dan ekor memiliki selubung disebut kapsid.

5
Selubung atau kapsid tersusun atas molekul-molekul protein. Satu unit protein

yang menyusun kapsid disebut sebagai kapsomer. Virus yang menginfeksi sel

eukariotik tidak melakukan serabut ekor.

3. Ukuran Virus

Virus adalah partikel berukuran sangat kecil yang dapat menginfeksi

hampir semua jenis organisme. Ukurannya sekitar 20-300 milimikron ( 1

milimikron= 1 x 10-4 mm). Jadi, ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan

bakteri yang berukuran 10 mikron ( 1 mikron= 1 x 10 -3 mm).karna ukurannya

yang kecil itu, virus tidak dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Virus

hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop elektron. Virus dapat

lolos dari saringan keramik atau ceramic filter. Padahal bakteri tidak. Jadi

seandainya cairan yang mengandung bakteri dan virus disaring dengan

saringan keramik, bakteri dapat disaring sedangkan virus tidak.

B. Struktur Prion

Prion merupakan partikel infektif kecil yang berisi protein. Beberapa peneliti

percaya bahwa prion berisi protein tanpa asam nukleat, karena prion terlalu kecil

untuk menampung asam nukleat dan karena prion tidak dapat dirusak oleh agen

pencerna asam nukleat.

Sketsa Prion

6
Penyakit karena prion yaitu transmissible spongiform encephalopathies (TSEs)

merupakan penyakit neurologis yang progresif, berakibat fatal pada manusia dan

hewan. Para peneliti percaya prion adalah penyebab penyakit Creutzfeldt-Jakob.

Penyakit tersebut tergolong penyakit neurologis yang

menyebabkan dementia progresif, pertama kali diobservasi oleh Hans Gerhard

Creutzfeldt dan Alfon Maria Jakob pada tahun 1920. Pada tahun 1976, Carlton

Gajdusek memenangkan hadiah Nobel atas kerjanya meneliti TSE Kuru. Penyakit

Kuru memiliki karakteristik gangguan keseimbangan (ataxia incapacitation) yang

progresif dan berakhir dengan kematian.

Pada tahun 1982, ahli neurobiologi Stanley Prusiner mengajukan pendapat

tentang protein yang menyebabkan penyakit neurologis Scrapie, yang merupakan

peristiwa degenerasi neural pada domba. Prusiner menamakan protein infektif ini

prion. Prion juga menyebabkan penyakit neurologis lainnya seperti Kuru dan

sindrom Gertsmann-Strausler-Sheinker.

Sampai saat ini para ilmuwan masih melakukan penelitian tentang prion

untuk mempelajari asal mula prion dan bagaimana prion bereplikasi dan dapat

menyebabkan penyakit.

*Betsy, 2007. Microbiology Demystified, A Self-Teaching Guide. New York:


McGraw-Hill

7
D. Cara Hidup Virus dan Prion
A. Cara Hidup Virus

Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup organisme tertentu yang cocok

sehingga virus sering disebut sebagai parasit intraseluler obligat bila sel hidup

yang ditumpanginya itu mati, maka virus pun akan mati. Sel hidup yang menjadi

tempat tinggalnya disebut dengan sel inang. Sel inang dapat berupa organisme

monoseluler maupun multiseluler; mulai dari bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan,

hewan hingga manusia.

B. Cara Hidup Prion


Prion menemukan jalan mereka ke dalam otak, mereka menyebabkan protein

yang normal berubah menjadi abnormal. Mereka segera berkembang biak

menyebabkan infeksi parah. Lubang muncul di dalam otak yang hanya dapat

diobati dengan insinerasi. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh prion Penyakit

Sapi Gila, Scrapie (ditemukan pada domba dan kambing), dan penyakit Creutz-

Jakob.

8
E.Reproduksi Virus
Karena virus tidak memiliki system enzim dan tidak dapat bermetabolisme, maka

virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Untuk berkembang biak, mereka harus

menginfeksi sel inang. Inang virus berupa makhluk hidup lain yaitu bakteri, sel

tumbuhan, maupun sel hewan. Didalam sel inang, virus ini akan “memerintahkan” sel

inang untuk membentuk virus-virus baru.

Tahap-tahap yang dilakukan dalam reproduksi virus adalah adsorpsi (fase

penempelan) virus pada sel inang, injeksi (fase memaksukkan asam inti), sintesis (fase

pembentukan) perakitan, dan lisis (fase pemecahan sel inang).

Berdaarkan tahapan-tahapannya itu daur hidup virus dapat dibedakan menjadi

daur litik dan daun lisogenik.

1. Daur Litik
a. Fase Adsorpsi
Fase adsorpsi ditandai dengan melekatnya ekor viru pada dinding sel bakteri.

Virus menempel hanya pada tempat-tempat khusus, yakni pada permukaan

dinding sel bakteri yang memiliki protein khusus yang dapat ditempeli protein

virus. Menempelnya protein virus pada protein dinding sel bakteri itu sangat

khas, mirip kunci dan gembok.virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang

diinginkan karena memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah

menempel, virus mengeluarkan enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga

terbentuk lubang-lubang pada dinding bakteri atau sel inang.

b. Fase injeksi
Setelah terbentuk lubang, kapsid virus ber`kontraksi untuk memompa asam

nukleatnya (DNA atau RNA) masuk ke dalam sel. Jadi, telah kosong, kapsid

terlepas dan tidak berfungsi lagi.

9
c. Fase sintesis
Virus tidak memiliki “mesin” biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan

mesin biosintetik inang (misalnya bakteri) untuk melakukan kehidupannya.

Karena itu DNA virus memproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur akan

menghancurkan DNA bakteri, tapi tidak mengahncurkan DNA virus. Dengan

demikian, bakteri tidak mampu mengendalikan mesin biosintetiknya sendiri.

Kini DNA virus yang berperan. DNA virus mengambil alih kendali

kehidupan. DNA virus mereplikasi diri berulangkali dengan jalan mengkopi diri

membentuk DNA virus dalam jumlah banyak. Elanjutnya DNA virus tersebut

melakukan sintesis protein virus yang akan dijadikan kapsid virus, dalam kendali

DNA virus.

d. Fase Perakitan
Kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara bagian kepala, ekor,

dan serabut ekor. Bagian-bagian kapsid itu dirakit menjadi kapsid virus yang

utuh, kemudian DNA virus masuk didalamnya. Kini terbentuklah tubuh virus

yang utuh. Jumlah virus yang terbentuk 100-200 buah. Jelaslah bahwa

reproduksi virus berbeda dengan reproduksi sel.

e. Fase Litik
Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,

yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding

sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan

keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel

bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus. Penelitian pada

fag yang menyerang bakteri Escherichia coli menunjukkan bahwa ada virus

yang mengakibatkan bakteri mengalami lisis.

10
2. Daur Lisogenik
Sebenarnya virus lamda dapat melakukan daur litik. Akan tetapi, kadang-

kadang virus ini melakukan daur lisogenik. Daur ini diawali dengan :

a. Fase adsorpsi
Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,

yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding

sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan

keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel

bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.

b. Fase Injeksi
Ketika perakitan virus selesai, virus telah memproduksi enzim lisozim lagi,

yakni enzim penghancur yang akan menghancurkan dinding sel bakteri. Dinding

sel bakteri hancur, sel bakteri mengalami lisis (pecah), dan virus-virus baru akan

keluar untuk mencari inang yang lain. Fase ini merupakan fase lisisnya sel

bakteri namun bagi virus merupakan fase penghamburan virus.

c. Fase Penggabungan
Ketika masuk fase injeksi, DNA virus masuk ke dalam tubuh bakteri.

Selanjutnya, DNA virus menyisip ke dalam DNA bakteri atau melakukan

penggabungan. DNA bakteri berbentuk sekuler, yakni seperti kalung yang tidak

berujung dan berpangkal. DNA tersebut berupa benang ganda yang berpilin.

Mula-mula DNA bakteri putus, kemudian DNA virus menggabungkan diri

dengan benang yang putus tersebut, dan akhirnya terbentuk DNA sirkuler baru

yang telah disisipi DNA virus. Dengan kata lain, di dalam DNA bakteri

terkandung materi genetic virus.

11
d. Fase Pembelahan
Dalam keadaan tersambung itum DNA viru tidak aktif, yang dikenal

sebagai profag. Karena DNA virus menjadi satu dengan DNA bakteri, maka jika

DNA bakteri melakukan replikai, profag juga ikut melakukan replikasi.

Misalnya jika bakteri akan membelah diri dengan proses replikasi. Dengan

demikian profag juga ikut terkopi. Terbentuklah dua sel bakteri sebagai hasil

pembelahan dan setiap sel anak bakteri terkandung profag yang identic.

Demikian seterunya hingga proses pembelahan bakteri berlangung berulang kali.

e. Fase sintesis
Oleh karena satu dan lain hal, umpamanya karena radiai atau pengaruh zat

kimia tertentu, profag tiba-tiba aktif. Profag terebut memisahkan diri dari DNA

bakteri, kemudian mengahncurkan DNA bakteri. Selanjutnya DNA virus

mengadakan sintesis, yakni mensintesis protein untuk digunakan sebagai kapsid

bagi virus-virus baru dan juga melakukan replikasi DNA, sehingga DNA virus

menjadi banyak.

f. Fase Perakitan
Kapsid-kapsid dirakit menjadi kapsid virus yang utuh, yang berfungsi

sebagai selubung virus. Kapsid virus yang terbentuk mencapai 100-200 kapsid

baru. Selanjutnya DNA hasil replikasi masuk kedalamnya guna membentuk

virus-virus baru.

g. Fase Litik
Setelah terbentuk virus-virus baru terjadilah lisis sel bakteri. Viru-virus

yang terbentuk berhamburan keluar sel bakteri guna menyerang bakteri baru.

Dalam daur selanjutnya virus dapat mengalami daur litik atau lisogenik.

Demikian seterusnya.

12
F. Peranan Virus Dalam Kehidupan
Manusia
Secara umum, viru bersifat merugikan karena jenis-jenis virus yang berbeda

menginfeksi dan menyebabkan berbagai penyakit pada tumbuhan, hewan, dan manusia.

Virus dikenal sebagai wabah penyakit yang sekarang sering kita dengar SARS, AIDS.

Penyakit lain seperti mata belek, influenza, polio, cacar, campak, hepatitis, rabies,

herpes, gondong, kanker, ebola, flu burung dan lain-lain. Contoh virus pada tumbuhan

adalah penyakit mosaic yang menghasilkan bercak-bercak kuning pada tembakau,

kentang, tomat dan lain-lain. Pada hewan, virus adalah penyebab rabies pada anjing dan

monyet serta penyakit kuku dan mulut pada ternak sapi.

Akan tetapi virus juga dapat dimanipulasi agar membawa gen untuk suatu sifat

yang menguntungkan misalnya gen yang menghasilkan antitoksin.

1. Membuat Antitoksin
Salah satu fase daur hidup virus adalah fase penggabungan. Pada fase ini,

DNA virus menyambungkan diri ke DNA bakteri, sehingga di dalam DNA bakteri

terkandung profag (DNA virus). Dengan kata lain, di dalam baktri terkandung

materi genetic virus. Ketika profag aktif dan DNA bakteri hancur, sebagian DNA

virus dapat mengandung gen bakteri. Misalnya, di dalam DNA virus terkandung

DNA bakteri pertama. Apabila virus ini menginfeksi bakteri kedua, dan kemudian

mengikuti daur lisogenik, maka didalam DNA bakteri kedua ini terkandung DNA

virus dan DNA bakteri pertama.

DNA adalah materi genetik yang dapat menentukan sifat makhluk hidup. Jika

DNA berubah maka sifat makhluk juga berubah. Berdasarkan prinsip tersebut jika

13
di dalam bakteri kedua terdapat DNA virus dan DNA bakteri pertama maka

sebagian sifat bakteri pertama dapat dimiliki oleh bakteri kedua.

Melihat kasus lisogenik ini para ilmuwan berpikir, bagaimana kalau di dalam

DNA virus sebelumnya digabungkan DNA (gen) lain yang menguntungkan,

sehingga sifat menguntungkan ini dimiliki olehh bakteri yang diinfeksi. Misalnya

saja ke dalam DNA virus digabungkan gen yang mengendalikan sifat yang

menguntungkan. Apabila virus menginfeksi bakteri, maka didalam sel bakteri tadi

terkandung gen yang menguntungkan. Sebagai contoh kedalam DNA virus

disambungkan DNA manusia yang mengontrol sintesis antitoksin. Selanjutnya oleh

virus lisogenik gen tadi disambungkan ke sel bakteri. Kemudian sel bakteri kini

membuat gen manusia, yakni gen penghasil antitoksin dengan kata lain, bakteri

yang semula tidak dapat menghasilkan antitoksin manusia, sekarang mampu

memproduksi antitoksin manusia.

Apabila bakteri terus-menerus membelah diri, berarti setiap sel bakteri baru

mengandung DNA (gen) manusia dan mampu memproduksi antitoksin. Antitoksin

yang diproduksi dapat dipisahkan dan digunakan untuk pelawan penyakit pada

manusia. Bakteri yang demikian dipelihara terus-menerus.

2. Melemahkan Bakteri
Contoh lain tentang virus yang menguntungkan adalah virus yang menyerang

bakteri pathogen. Jika DNA viru lisogenik masuk ke dalam DNA bakteri pathogen,

maka bakteri tersebut menjadi tidak berbahaya. Misalnya bakteri penyebab

penyakit difteri dan bakteri penyebab demam scarlet yang berbahaya akan berubah

sifat menjadi tidak berbahaya jika di dalam DNA-nya tersambung oleh profag.

14
3. Memproduksi Vaksin
Selain itu, beberapa virus digunakan untuk memproduksi vaksin. Vaksin

adalah pathogen yang telah dilemahkan sehingga jika menyerang manusia, tidak

berbahaya lagi. Karena diberi vaksin, tubuh manusia akan memproduksi antibody.

Kelak jika pathogen yang sesungguhnya menyerang, tubuh telah kebal karena

berhasil memproduksi antibody bagi pathogen tersebut.

G. Pertahanan Tubuh Terhadap


Serangan Virus
Sebagian besar virus masuk ketubuh manusia lewat mulut dan hidung, sebagian

melalui kulit yang luka. Jika ada virus yang masuk, tubuh akan segera menyerangnya

dengan cara sebagai berikut :

1. Cara yang pertama adalah sel darah putih atau fagosit akan segera memakan dan
merusak virus.
2. Cara yang kedua adalah tubuh menghasilkan molekul protein yang disebut
antibody. Protein asing virus disebut antigen. Jika antigen masuk ke dalam tubuh,
maka tubuh akan terpicu memproduksi antibody. Antibody ini sangat spesifik dan
hanya menyerang pada antigen yang memicunya.
Obat-obat antibiotik yang digunakan dalam memerangi penyakit infeksi oleh

bakteri tidak dapat digunakan untuk mematikan virus. Terbentuknya antibody di dalam

tubuh dapat dirangsang secara buatan.

Pada saat ini juga telah diketahui bahwa sel-sel inang yang terinfeksi virus

merespon dengan menghasilkan protein khas yang disebut interferon. Jika interferon

keluar sel dan berinteraksi dengan membran sel, maka sel-sel yang mengikat interferon

ini tidak dapat diinfeksi oleh virus.

15
16
Kesimpulan
1. Virus adalah parasite mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.

2. Prion adalah pembawa penyakit menular yang hanya terdiri dari protein. Prion

tidak dapat dimusnahkan dengan air panas, radiasi, atau formalin

3. Tahun 1892 biologiwan Rusia Dmitri Ivanovsky mempelajari penyakit tembakau

yang disebut penyakit mosaik tembakau. Penyakit ini mengakibatkan daun

tembakau berbecak kuning. Pada tahun 1997, ilmuwan Amerika Serikat, Stanley

B. Prusiner meraih hadiah Nobel atas penelitiannya terhadap prion ini. Tidak

seperti viroid, prion merupakan protein inang menjadi protein versi prion.

4. Berdasarkan tahapan-tahapan daur hidup virus dapat dibedakan menjadi daur litik

dan daur lisogenik.

5. Peranan virus dalam kehidupan manusia yaitu: membuat antitiksin, melemahkan

bakteri, memproduksi Vaksin.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Koes Irianto, 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, Yrama Widya,
Bandung
Prof. Dr. D. Dwidjoseputro, 2010, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta
Stephen Gillespie & Kathleen Bamford, 2008, At a Glance Mikrobilogi Medis dan
Infeksi edisi ketiga, Backwell Plubishing Ltd.,Inggris

17

Anda mungkin juga menyukai