Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Labora Medika Vol 2 No 2 (2018) 13-18

Journal Homepage: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JLabMed


e-ISSN: 2549-9939

Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri pada Daging Ayam Broiler yang
Dijual di Kota Pontianak

Prianti1, Rahmawati1*, Diah Wulandari Rousdy1


1
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Tanjungpura, Pontianak

Info Artikel Abstrak


Diterima 17 September 2018 Ayam broiler merupakan komoditas pangan yang memiliki
Direvisi 28 September 2018 nilai gizi yang tinggi dan mudah diperoleh, baik itu di pasar
Disetujui 29 September 2018 swalayan atau pasar tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk
Tersedia Online 30 September mengetahui jumlah koloni bakteri pada daging ayam broiler
2018 yang dijual di pasar swalayan Kota Pontianak berdasarkan
perhitungan Angka Lempeng Total (ALT). Sampel penelitian
Keywords: diambil dari tiga pasar swalayan di Kota Pontianak. Hasil
mikroba, swalayan, koloni, SNI, pengamatan angka lempeng total bakteri dari 3 pasar swalayan
karkas yang terdapat di Pontianak melebihi ambang batas cemaran
mikroba menurut SNI Tahun 2009 yaitu 1 x 10 6 cfu/ml,
dengan hasil pengamatan sebagai berikut swalayan A
berjumlah 3,2x106 cfu/ml, swalayan B berjumlah B 6,7 x 10 6
cfu/ml dan swalayan C berjumlah 3,8 x 10 6 cfu/ml.
Pendahuluan dipasarkan pada umur enam sampai delapan
Menurut Soeparno (1992), produk pangan minggu (Sukamto, 2001). Ayam broiler lebih
berupa daging yang paling sering dikonsumsi unggul dibandingkan dengan ayam lain
oleh masyarakat adalah karkas (daging) karena ayam broiler memiliki tekstur daging
ayam. Karkas (daging) ayam memiliki nilai yang lunak, dan harga yang relatif murah
gizi yang tinggi mudah untuk diperoleh di serta memiliki nilai gizi yang tinggi dan
setiap pasar, dan harganya relatif murah mudah didapatkan, baik itu di pasar swalayan
dibandingkan dengan daging yang lain. atau pasar tradisional (Matulessy et al., 2010)
Karkas ayam pedaging ialah bagian Karkas ayam broiler dapat dijual di pasar
ayam pedaging hidup, setelah dipotong, swalayan dan pasar tradisional kondisi yang
dibului, dikeluarkan organ dalam dan lemak membedakan antara pasar swalayan dan
abdominalnya, dipotong kepala dan leher tradisional salah satunya adalah sanitasi pada
serta kedua kakinya (ceker) (BSN, 1995). proses distribusi daging ayam pada masing-
Karkas ayam biasanya dijual kepada masing pasar.
konsumen dalam bentuk karkas utuh, belahan Penjualan daging di pasar swalayan dalam
karkas kiri dan kanan, seperempat karkas keadaan tertutup menggunakan pengemas
atau potongan-potongan karkas yang lebih serta diperdagangkan dengan pengaturan
kecil (Londok et al., 2017). Karkas ayam suhu, namun kerusakan atau kontaminasi
broiler yang menjadi pilihan karena memiliki pada saat proses pemotongan dan
ciri khas pertumbuhan yang cepat dalam pendistribusian daging ayam tidak dapat
produksi daging dan siap dipotong pada dihindari. Sebaliknya penjualan daging di
umur yang masih muda serta dapat pasar tradisional dijual dengan keadaan
13
*Corresponding Author:
Rahmawati
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Pontianak
E-mail: Rahmawati@fmipa.untan.ac.id
Prianti et al./Jlabmed Vol 2 No 2 (2018) 13-18

terbuka (tanpa penutup) serta diletakkan dan dianalisis di Laboratorium Mikrobiologi,


bebas di meja tanpa adanya pengaturan suhu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
serta tidak melihat aspek kebersihan produk Alam, Universitas Tanjungpura Pontianak.
yang dijual (Irawati, 2014).
Beberapa penelitian mengenai cemaran Alat dan Bahan
mikroba pada daging ayam broiler Peralatan yang digunakan dalam
sebelumnya yang telah dilakukan, di penelitian ini adalah autoklaf, bunsen,
antaranya penelitian yang dilakukan Utami blender, cawan petri, pisau, pinset,
(2012), yang mengkaji mutu dan total timbangan analitik, erlenmeyer, tabung
mikroba pada karkas ayam di salah satu pasar reaksi, rak tabung, spuit, pipet tetes, vortex,
tradisional dan pasar swalayan. Pada jarum inokulasi (ose), inkubator, gelas objek,
penelitian tersebut total mikroba yang dijual mikroskop, serta plastik pembungkus.
di pasar tradisional hasil pemotongan RPA Bahan yang digunakan adalah ayam
8,5 x 107±10,96 cfu/ml bagian dada, 3,8 x broiler, alkohol 70 %, spiritus, media Nutrien
108 ± 9,33 cfu/ml dibagian paha, dan total Agar (NA).
mikroba pada karkas yang dibeli di pasar
swalayan sebesar 5,7 x 105 cfu/ml pada Cara Kerja
bagian dada dan 1,8 x 105 cfu/ml pada bagian Sterilisasi Alat
paha. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
oleh Danti (2005), hasil pemeriksaan rata- seperti cawan petri, gelas ukur, dan tabung
rata jumlah total bakteri pada daging ayam reaksi, dicuci dengan detergen lalu dibilas
broiler yang dijual di pasar tradisional Kota dengan air bersih dan dibiarkan sampai
Bandung yaitu 72,42x106 cfu/ml. Menurut kering. Kemudian peralatan yang telah kering
Suryanto (2005), sanitasi berhubungan dibungkus dengan kertas dan plastik lalu
dengan jumlah mikroba kontaminan. disterilisasi menggunakan autoklaf selama
Semakin rendah tingkat sanitasi maka 15-30 menit pada suhu 121 oC dengan
semakin tinggi jumlah mikroba yang tekanan 2 atm selama 15 menit (Waluyo,
mengkontaminasi bahan pangan. 2008).
Berdasarkan SNI No: 7388-2009, batas
maksimum cemaran mikroba dalam daging Pembuatan Media Bakteri
ayam adalah Angka Lempeng Total (ALT) 1 Media Nutrien Agar (NA) ditimbang
x 106 cfu/g, Escherichia coli 1x101 cfu/g dan masing-masing sebanyak 6 gram lalu
Salmonella sp. negatif pada bahan pangan. dimasukan ke dalam gelas beker 1000 ml.
Mengingat besarnya kontaminasi bakteri Kemudian ditambahkan akuades 300 ml ke
pada bahan makanan khususnya daging ayam dalam gelas beker, selanjutnya dipanaskan di
broiler, maka perlu dilakukan penelitian atas hot plate dan dihomogenkan atau
tentang kontaminasi bakteri pada karkas dilarutkan menggunakan magnetic stirer.
ayam broiler yang dijual di pasar swalayan Setelah media tersebut larut dan mendidih,
Kota Pontianak dengan tujuan untuk selanjutnya dimasukan ke dalam erlenmeyer
mengetahui berapa jumlah koloni bakteri dan disterilisasi menggunakan autoklaf pada
pada daging ayam broiler yang dijual di pasar suhu 121oC dan tekanan 2 atm selama 15
swalayan, Kota Pontianak, berdasarkan menit.
perhitungan Angka Lempeng Total (ALT).
Pengambilan Sampel
Metode Penelitian Pengambilan sampel daging ayam
Waktu dan Tempat broiler dilakukan di tiga pasar swalayan Kota
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pontianak. Daging ayam dibeli sebanyak 1
Desember 2017 sampai dengan Februari ekor daging ayam dari setiap pasar
2018. Sampel daging ayam diambil di tiga swalayan, sehingga diperoleh 3 ekor daging
pasar swalayan yang ada di Kota Pontianak, ayam utuh. Kemudian sampel daging ayam

14
Prianti et al./Jlabmed Vol 2 No 2 (2018) 13-18

dimasukan ke dalam plastik steril dan dicampurkan dengan 10 ml akuades


disimpan dalam cooler box. Selanjutnya (kandungan pH netral), sampel sebanyak 10
sampel dibawa ke Laboratorium gram ditambahkan 10 ml akuades diblender
Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu selama 1 menit lalu diukur menggunakan
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura kertas pH kemudian dicatat hasil
Pontianak, untuk dianalisis bakteri yang pengukurannya (Jaelani et al, 2014).
mengkontaminasi daging ayam tersebut.
Isolasi Bakteri dan Perhitungan ALT
Pengukuran Parameter Fisik di Dalam Daging Ayam Broiler
Ruangan Sebanyak 3 potong daging ayam broiler yang
Parameter fisik yang diukur adalah terdiri dari daging bagian paha, sayap dan
pengukuran suhu ruangan dilakukan dengan dada, yang dibeli di setiap pasar swalayan,
menggunakan hygrometer. Hygrometer sampel daging ayam dipotong kecil-kecil dan
diletakan pada titik sampling dan dibiarkan dikompositkan dengan memblender daging
selama 15 menit. Angka suhu udara dicatat ayam hingga halus, sehingga dari setiap pasar
untuk setiap titik sampling. diperoleh satu sampel. Hasil komposit daging
Pengukuran kelembapan udara ayam ditimbang dan diambil 10 % dari berat
dilakukan menggunakan hygrometer. total setiap sampel. Sampel dimasukan ke
Hygrometer diletakkan pada titik-titik dalam plastik dan ditambahkan 90 ml
pengambilan sampel selama 15 menit, akuades steril. Suspensi tersebut dibuat
kemudian dicatat hasil dari setiap angka dengan cara diambil 1 ml suspensi lalu
presentase kelembapan dari setiap titik dimasukan ke dalam 9 ml akuades steril
sampling. untuk memperoleh pengenceran 10-1, lalu
dilanjutkan dengan pengenceran 10-2,10-3,10-
4
Daya Ikat Air dan 10-5, dengan cara mengambil 1 ml di
Daya ikat air dapat dihitung dengan setiap pengenceran dan dipindahkan ke
modifikasi metode sentrifugasi Akroyd pada tabung pengenceran berikutnya yang berisi 9
kecepatan tinggi. Sampel daging mentah ml akuades steril.
seberat 1,5 – 2,5 g disentrifugasi pada Sampel dari pengenceran 10-3, 10-4
-5
kecepatan 10.000 x G (3.600 rpm) selama 15 dan 10 diambil sebanyak 1 ml dari setiap
menit pada suhu 5oC. sampel dimasukan pengenceran dan dimasukan ke dalam cawan
kedalam tabung sentrifuge polipropilena atau petri, lalu ditambahkan ± 20 ml Nutrien Agar
nitrit selulosa yang ditambahkan air suling (NA) yang sudah didinginkan hingga suhu
agar tabung tidak pecah. Setelah sentrifugasi 45⁰C ± 1⁰C. Sampel dan media agar
jus daging dipisahkan dari residu daging. dihomogenkan, setelah itu didiamkan sampai
Residu daging dikeluarkan dari tabung media membeku, lalu diinkubasi pada
sentrifuge dan dikeringkan permukaannya temperatur 34⁰C-36⁰C selama 24-48 jam
dengan kertas isap tanpa tekanan, kemudian dengan meletakan cawan pada posisi terbalik.
ditimbang kembali. Dengan demikian cairan Setelah itu dilakukan penghitungan jumlah
yang keluar dari daging selama sentrifugasi koloni yang tumbuh di setiap cawan petri
dapat ditentukan. Total kadar cairan daging yang berisi jumlah koloni 25 sampai dengan
ditentukan dengan menghitung kehilangan 250. Angka Lempeng Total (ALT) dapat
berat setelah pemanasan dalam oven pada dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
suhu 100-105 oC sampai berat konstan (SNI, 2897: 2008).
(selama 18-24 jam) (Waluyo 2008). Jumlah koloni X 1 cfu/ml

Nilai pH Faktor pengenceran


Pengukuran nilai pH karkas dilakukan
dengan menggunakan pH meter, karkas
(daging ayam) yang telah dihancurkan dan

15
Prianti et al./Jlabmed Vol 2 No 2 (2018) 13-18

Hasil antara 47-61 %, suhu ruangan berkisar 26,4-


Faktor Lingkungan yang Berpengaruh 35,1 oC, pH daging berkisar 5-7, kadar air
terhadap Kepadatan Bakteri di setiap 1,9-1,18 g dan suhu penyimpanan daging
pasar Swalayan di Kota Pontianak berkisar 20-21 oC (Tabel 1).
Faktor lingkungan yang diamati dalam Tabel 1.Hasil Pengukuran Faktor lingkungan
penelitian ini meliputi suhu ruangan,
kelembapan, suhu tempat penyimpanan
daging yang merupakan faktor pendukung
pertumbuhan dan perkembangbiakan
mikroba khususnya bakteri. Hasil
pengukuran faktor lingkungan yang
diperoleh dari beberapa pasar swalayan di
kota Pontianak yaitu kelembapan berkisar
ALT melebihi ambang batas yang ditentukan
Kepadatan Bakteri Pada Daging Ayam oleh SNI.
Broiler Yang Dijual Di Pasar Swalayan Syahruddin et al. (2014) menyatakan
Kota Pontianak bahwa kontaminasi bahan pangan dapat
Berdasarkan pengamatan terjadi karena adanya kontaminasi bakteri
menunjukan bahwa ALT bakteri yang dari sarana dan prasarana yang digunakan
terdapat ditiga pasar swalayan berturut-turut kurang steril. Fardiaz (1992) menyatakan
yaitu swalayan A 3,2 x106 , swalayan B 6,7 x bahwa ada dua faktor yang dapat
106, dan swalayan C 3,8 x 106 (Tabel 42), hal mempengaruhi pertumbuhan mikroba pada
ini menunjukan bahwa ALT disetiap pasar daging yaitu (a)faktor intrinsik termasuk nilai
swalayan melebihi ambang batas cemaran nutrisi daging, keadaan air, pH, Potensi
bakteri yang ditentukan oleh SNI (No. 7388- oksidasi reduksi, dan ada tidaknya substansi
2009) (ALT pada daging segar 1 x 106 penghalang atau penghambat kemudian (b)
koloni/g). faktor ekstrinsik yang meliputi temperatur,
kelembapan, ada tidaknya oksigen dan dan
Diskusi bentuk atau kondisi daging.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil pengukuran suhu menunjukan
total bakteri di tiga pasar swalayan di kota bahwa suhu tempat penyimpanan daging
Pontianak dengan nilai berturut-turut yaitu disetiap pasar swalayan berkisar 20-21⁰C,
swalayan A berjumlah 3,2x106 cfu/ml sedangkan suhu ruangan, berkisar 26,4-
swalayan B berjumlah 6,7 x 106 cfu/ml, dan 35,1⁰C (Tabel 1), hal ini menunjukan bahwa
swalayan C berjumlah 3,8 x 106 cfu/ml, hal suhu tempat penyimpanan daging ayam dan
ini menunjukan bahwa tingkat cemaran suhu ruangan di tiga pasar swalayan kota
bakteri pada daging ayam broiler yang di jual Pontianak berdasarkan surat keputusan
di tiga pasar swalayan di Pontianak melebihi menteri kesehatan RI
ambang batas cemaran bakteri yang No.1405/MenKes/SK/XI/2002 nilai tersebut
ditentukan oleh SNI (No.7388 -2009), yang melebihi ambang batas yaitu 18-28⁰C namun
merekomendasikan batas maksimal cemaran masih berada pada suhu optimum
bakteri pada daging segar yaitu 1x106 pertumbuhan bakteri, suhu optimum yang
CFU/ml. Hasil penelitian ini tidak jauh dibutuhkan bakteri untuk tumbuh berkisar
berbeda dengan penelitian Gustiani (2009), 20⁰C-37⁰C. Menurut Rudyanto (2001)
ALT daging ayam yang diambil dari menyatakan bahwa zona bahaya
beberapa swalayan di jakarta melebihi SNI pertumbuhan bakteri yaitu pada suhu 5o-60oC
dan penelitian Syahruddin et al., (2014) yang yang dapat memungkinkan bakteri psikofilik
mengkaji ALT bakteri di swalayan Denpasar dan mesofilik dapat tumbuh.
dan Kota Bandung yang menunjukan hasil Suhu lingkungan (penyimpanan)
mempunyai hubungan yang erat dengan

16
Prianti et al./Jlabmed Vol 2 No 2 (2018) 13-18

penurunan pH karkas Post-mortem. Suhu dapat tumbuh dalam kondisi kelembapan


tinggi pada dasarnya meningkatkan laju rendah.
penurunan pH, sedangkan suhu rendah
menghambat laju penurunan pH (Soeparno, Ucapan Terimakasih
2005). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Saya sampaikan rasa terima kasih yang
nilai pH berkisar sekitar 5-7 (Tabel 1) kisaran sebesar-besar nya kepada pemilik swalayan
nilai pH yang diperoleh dari penelitian ini yang telah memberikan ijin untuk
masih dapat memungkinkan terjadinya pengambilan sampel.
perkembangan bakteri,karena sebagian besar
bakteri akan tumbuh pada ph netral (Forrest Referensi
et al., 1975) hal yang sama dikemukakan Danti L.J., 2005, Pengaruh Faktor Ekstrinsik
oleh Jay (1978), bahwa pH ideal untuk Dan Intrinsik Terhadap Jumlah Angka
bakteri adalah ada pada kisaran 6,6 sampai Kuman Pada Daging Ayam Broiler Di
7,5. Puolanne et al., (2001) menyatakan Pasar Tradisional Kota Bandung,
bahwa nilai rataan pH akhir daging ayam Skripsi, Fakultas Peternakan
berkisar 5,4 hingga 6,0 rendahnya nilai pH Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
pada daging dapat mendukung terjadinya Fardiaz, S, 1992, Mikrobiologi Pengelolaan
pertumbuhan bakteri pada daging. Pangan, Departemen Pendidikan dan
Selain itu kualitas daging itu sendiri Kebudayaan Direktorat Jendral
juga sangat mempengaruhi tingkat Pendidikan Tinggi Pusat Antar
kontaminasi mikroba misalnya dipengaruhi Universitas Pangan dan Gizi, Institut
oleh nilai kadar air, berdasarkan pengamatan Pertanian Bogor, Bogor.
kadar air daging ayam broiler pada penelitian Gustiani, E, 2009, ‘Pengendalian Cemaran
berkisar antara 1,9-1,18g (Tabel 1) semakin Mikroba pada Bahan Pangan Asal
tinggi kadar air suatu produk maka semakin Ternak (Daging dan Susu) Mulai dari
banyak pula bakteri yang tumbuh. Menurut Peternakan Sampai Dihidangkan’,
Herawati (2008), semakin tinggi aktivitas air Jurnal Litbang Pertanian, Balai
umumnya makin banyak bakteri yang Pengkajian teknologi pertanian jawa
tumbuh, karena kandungan air dalam bahan barat, vol 28, no 1, hal 98-99
pangan selain mempengaruhi terjadinya Herawati, H, 2008, ‘Penentuan umur simpan
perubahan kimia juga dapat menentukan pada produk pangan’, Jurnal Litbang
kandungan mikroba pada bahan pangan. Hal Pertanian, vol 27, no 4, hal 124-130
ini menunjukan kadar air ini masih tergolong Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.
rendah dilihat dari ALT bakteri pada sampel 1407/MenKes/SK/XI/2002, Tentang
daging ayam (Tabel 4.2) tidak terlalu tinggi Pedoman Pengendalian Dampak
nilainya, walaupun melebihi standar yang Pencemaran Udara In Kesehatan,
ditentukan oleh SNI. Editor Jakarta
Hasil pengukuran kelembapan Irawati N, Hanurawaty Y.N., 2014,
ruangan menunjukan bahwa kelembapan ‘Penggunaan Kemasan Plastik Jenis
ruangan pasar swalayan berkisar antara 47% PE (Polythylen), PP (Polypropylen)
sampai 61 % hal ini menunjukan bahwa dan Plastik Wrap Terhadap Angka
kelembapan ruangan pasar swalayan tersebut Kuman Pada Daging Ayam’, Jurnal
masih tergolong rendah, karena kelembapan Visikes, vol 13, no 1, hal 21-27.
optimum yang dibutuhkan oleh bakteri di Jaelani A, Dharmawati S & Wanda., 2014,
atas 85% (Waluyo, 2009), akan tetapi pada ‘Berbagai Lama Penyimpanan Daging
kondisi kelembapan ruang dibawah Ayam Broiler Segar Dalam Kemasan
kelembapan optimum, bakteri akan Plastik Pada Lemari Es (Suhu 40C)
mengalami penurunan daya tahan, hal ini Dan Pengaruhnya Terhadap Sifat Fisik
dapat memungkinkan bahwa bakteri tetap Dan Organoleptik’, Jurnal Ziraa’ah,
vol. 39, no. 3, hal 119-128.

17
Prianti et al./Jlabmed Vol 2 No 2 (2018) 13-18

Londok, J.J.M.R., Rompis, J.E.G, & Standar Nasional Indonesia (SNI), 2009.
Mangelep C, 2017,’ Kualitas Ayam Standar Nasional Indonesia (SNI) No:
Pedaging yang diberi Ransum 7388-2009 tentang Batas Maksimum
Mengandung Limbah Sawi’, Jurnal Cemaran Mikroba dan Batas
Zootek, vol. 37, no.1, hal. 1-7 Maksimum Residu Dalam Bahan
Matulessy DN., Suryanto E, & Rusman, Makanan Asal Hewan, Badan
2010,‘Evaluasi Karakteristik Fisik Standarisasi Nasional, Jakarta.
Komposisi Kimia Dan Kualitas Sukamto, H., K. Widayaka dan E. Tugiyanti,
Mikroba Karkas Broiler Beku Yang 2001, ‘Keempukan Daging Ayam
Beredar Di Pasar Tradisional Broiler di Bawah Pengaruh Umur
Kabupaten Halmahera Utara Maluku Pemotongan dan Umur Daging’, Jurnal
Utara’,Buletin Peternakan, vol. 34, no. Peternakan Tropik, Lembaga
3, hal.178-185. Penelitian dan Pengembangan
Puolanne EJ, Ruusunen MH, Vainionpaa JL, Teknologi Tepat Guna (LP2T2P) vol
2001, ‘Combined Effects Of NaCL 1, no 3, hal 54-56.
and Raw Meat pH on Water-Holding Utami T, 2012, Mutu Dan Total Mikroba
in Cooked Sausage Whit and Without Karkas Ayam Pada Salah Satu Pasar
added Phosphate’, Journal of Meat Tradisional dan Modern di Kabupaten
Science, vol 58, hal 1-7. Bogor, Skripsi, Jurusan Departemen
Rudyanto MD, 2001, Hazard Analysis Ilmu Produksi dan Teknologi
Critical Control Point (HACCP). Peternakan Fakultas Peternakan,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Universitas Udayana.
Soeparno, 1992, Ilmu dan Teknologi Daging,
Edisi ke-1, Gadjah Mada Universitas
Press, Yogyakarta.
Soeparno, 2005, Ilmu dan Teknologi Daging,
Cetakan Ke-3, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Suryanto, E., Erwanto Y., & Marsiyam T.,
2005, Evaluasi Kualitas Mikrobia dan
Residu Antibiotik dalam Daging Ayam
pada RPA Tradisional di Kabupaten
Sleman, Yogyakarta, Prosiding
Seminar Nasional Keamanan Pangan
Produk Peternakan. ISBN 9791215-
00-6. Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Syahruddin M, Suarjana K.G.I, Rudyanto
D.M, 2014, ‘Angka Lempeng Total
Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di
Denpasar dan Kabupaten Bandung’,
Jurnal Indonesia Medicus Veterinus,
vol 3, no 2, hal 107-111.
Standar Nasional Indonesia (SNI), 2008,
Metode Pengujian Cemaran Mikrobia
Dalam Daging Telur Dan Susu, Serta
Hasil Olahan, Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai