Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN FARMAKOKINETIKA

INDIVIDUALISASI DOSIS

Disusun Oleh :
Hestin Prastiyani 17040066
Hotijatul qubro 17040067
Layla lina qudsia 17040070
Ma'rifatus suhli 17040071
Megawati 17040072
Nabula hermawanti 17040075
Nafila arizka 17040077
Naswah karienlya h 17040078
Nisa rahmadila rizqi 17040079
Novia dwi purwanti 17040080
PROGRAM STUDI SI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN PENDIDIKAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
TAHUN 2019/2020

Jl.dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536


E_mail : jstikesdr.soebandi@yahoo.comLaman: www.stikesdrsoebandi.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan farmakokinetika

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Wima Anggitasari,


S.Farm.,M.Farm.,Apt. yang telah membantu kami baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa


bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jember, 27 November 2019

Penulis
BAB II
ISI
2.1 TEORI
2.1.1 Monitoring Kadar Terapeutik
Yang dimaksud dengan monitoring kadar terapeutik obat adalah pemeriksaan
secara berkala terkait kadar obat dalam darah. Dengan demikian, monitoring
kadar terapeutik obat bermanfaat untuk menentukan dosis dari obat-obat yang :
a. Kecepatan metabolismenya berbeda nyata secara individual
b. Mempunyai “therapeutic window” yang sempit
c. Efek terapeutiknya sukar atau tidak segera dapat diukur
d. Gejala penyakit sukar dibedakan dengan efek samping obat
e. Kecepatan metabolisme mudah jenuh
2.1.2 Individualisasi dosis dalam farmakoterapi
Pemberian obat pada umumnya didasarkan atas dosis rata-rata, yaitu dosis
yang diperkirakan memberikan efek terapeutik dengan efek samping minimal.
Bila dosis rata-rata itu tidak menimbulkan efek atau menimbulkan efek yang
berlebihan, maka akan dilakukan penghentian obat tanpa perlu
mempertimbangkan apakah dosis yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan
penderita. Jika “therapeutic window” dari obat cukup besar, maka perbedaan
individual kadar obat dalam keadaan “steady state” tidak akan menimbulkan
masalah dalam penentuan dosis. Tetapi jika “therapeutic window” suatu obat
sempit, individualisasi dosis menjadi penting, karena perbedaan dosis yang kecil
saja (dalam mg/kgBB) sudah dapat menimbulkan perbedaan nyata dalam respons.
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu contoh obat yang perlu dimonitoring terapi adalah prokainamid.
Umumnya obat-obat antiaritmia memiliki “terapeutic windows” yang
sempit.Prokainamid diabsorpsi dengan cepat dan hampir sempurna setelah
pemberian per oral pada orang normal. Kadar puncak dicapai 45-70 menit setelah
pemberian dengan bentuk kapsul, tetapi sedikit lebih lambat jika diberikan dalam
bentuk tablet. Dalam minggu pertama setelah infark miokard akut, absorpsi oral
mungkin buruk, tercapainya kadar puncak mungkin sangat terlambat dan kadar
obat mungkin cukup untuk mengontrol aritmia.
Sekitar 20% prokainamid terikat protein dalam plasma. Obat ini dengan
cepat di distribusi keseluruh jaringan tubuh, kecuali ke otak. Volume distribusi
prokainamid (Vd) adalah 2 Liter/kgBB. Prokainamid dieliminasi melalui ekskresi
ginjal dan metabolisme dihati. Jalur metabolisme utama adalah melalui n-asetilasi
oleh enzim n-asetil transferase. Sampai sekitar 70% dari dosis prokainamid
dieliminasi dalam bentuk yang tidak berubah dalam urine. Prokainamid adalah
basa lemah yang mengalami filtrasi, sekresi, dan reabsorpsi diginjal. Peningkatan
pH urine menyebabkan penurunan ekskresi prokainamid.
Kadar plasma yang diperlukan untuk memperoleh efek terapeutik antara 3-
10µg/ml dan kadang-kadang lebih tinggi. Kemungkinan toksisitas menjadi lebih
besar bila kadar plasma meningkat di atas 8 µg/ml. Efek prokainnamid terhadap
jantung diperkuat bila kadar K+ plasma meningkat. Cara yang cepat dan aman
untuk memperoleh kadar efektif dalam plasma adalah pemberian intravena, yaitu
100 mg disuntikkan selama 2-4 menit, tiap 5 menit sampai aritmia terkontrol, atau
efek samping terlihat, atau sampai dosis total (1 gram tercapai tanpa ada
perbaikan). Untuk terapi oral jangka lama biasanya diperlukan dosis total 3-6
gram/hari, karena waktu paruh eliminasinya pendek (3 jam pada orang normal dan
5-8 jam pada penderita penyakit jantung). Pemberian prokainamid tiap 6-8 jam
biasanya memadai, kadar puncak tercapai dalam satu hari, karena waktu
eliminasinya pendek. Efek samping yang sering ditimbulkan adalah efek samping
yang berhubungan dengan kardiovaskular, selain itu dapat menimbulkan efek
samping pada SSP berupa pusing, psikosis, halusinasi dan depresi.
2.2.1 Interpretasi hasil pemeriksaan kadar
Pemeriksaan kadar obat dalam cairan hayati merupakan dari “pharmaco-
therapeutic audit” yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas terapi obat. Tujuan
dari monitoring akan tercapai dengan baik bila permintaan itu dilengkapi dengan
data klinis yang diperlukan untuk interpretasi dan pemeriksaan dilakukan secara
berulang selama terapi pemeliharaan. Interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat
dalam plasma memerlukan berbagai macam data klinis yang lebih banyak dari
data klinis yang diperlukan untuk menginterpretasikan hasil pemeriksaan kimia
klinik untuk diagnostik. Kecuali untuk tolerasi glukosa, pemeriksaan kimia klinik
bila perlu hanya memerlukan puasa malam hari. Waktu untuk pengambilan
sampel darah tidak perlu ketat sekali, karena zat yang hendak di periksa kadarnya
relatif stabil dari jam ke jam berkat adanya peranan hemeostasis tubuh. Selain itu,
interpretasi pemeriksaan kadar terapeutik obat memerlukan data klinis yang
berguna untuk memperhitungkan secara matematis besarnya dosis dan aturan
pemberian, jika regimen dosis harus diubah agar mencapai kadar terapeutik.
2.2.2 Sumber kekeliruan dalam monitoring kadar obat
Sumber keliruan dapat terjadi pada tahap-tahap awal dalam analisis laboratorik,
misalnya pemberian obat yang waktunya tidak sesuai dengan yang diintruksikan,
pengambilan sampel darah yang tidak tepat waktunya, sampel darah yang tidak
cukup, dan terjadinya hemolisis.
Perbedaan individual dalam ikatan obat dengan protein plasma juga harus
diperhatikan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar obat dalam
plasma. Seringkali dikemukakan bahwa yang penting untuk diukur adalah kadar
obat bebas (unbound), karena jumlahnya lebih mencerminkan kadar obat pada
reseptor. Perbedaan individual dalam kadar obat bebas dalam plasma seringkali
terjadi karena adanya perbedaan sifat protein, pengaruh obat lain yang diberikan
bersama, pengaruh penyakit, serta sifat fisik dari obat yang diberikan. Metabolit
aktif dapat mempersulit interpretasi kadar obat dalam darah, karena sifat
farmakokinetika dan farmakodinamika metabolit tidak diketahui sehingga tidak
semuanya dapat diukur serentak dengan mengukur kadar zat asalnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Daftar Pustaka

Ganiswarna, Sulistia G., 1995, Farmakologi dan Terapi, UI Press, Jakarta

Muchtar, dr. Armen, 1985, Monitoring Kadar Terapeutik Obat, Dalam Majalah
Cermin Dunia Kedokteran, Vol. 37, 13-17

Tjay, Drs. Tan Hoan dan Drs. Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting :
Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, PT. Gramedia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai