Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN BEDAH

PADA Tn.S DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN NYERI


AKUT DIRUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT
Dr SOETOMO SURABAYA

DI SUSUN OLEH :
HAYYUN NIKMAH
(2017.03.003)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor adalah kumpulan sel abnormal dalam tubuh yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh secara terusmenerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan disekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh (Kusuma, 2011). Tumor Intra
Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang disebabkan oleh neoplasma
dan infeksi yang berada di abdomen berupa massa abnormal di sel-sel yang berpoliferasi
yang bersifatautonom (tidak terkontrol), progresif (tumbuh tidak beraturan), tidak
berguna.Tumor intra abdomen antara lain tumor hepar, tumor limpa , tumor lambung atau
usus halus, tumor kolon, tumor ginjal (hipernefroma), tumor pankreas. (Oswari, 2009).
Berdasarkan data WHO, penderita tumor intra abdomen tiap tahunnya meningkat,
pada tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita tumor intra abdomen mencapai 10.000
penderita berdasarkan data dari departemen kesehatan Republik Indonesia periode 2017
di Januari sampai Februari 2017 berjumlah 1.145 yang mengalami tumor intra abdomen .
Termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) (Depkes RI 2017). Dari data yang dapat penulis
simpulkan selama dua minggu berdinas di ruang Flamboyan Rumah Sakit Dr. Soetomo
Surabaya terdapat 4 pasien dari 40 pasien yang terdiagnosa penyakit tumor intra
abdomen
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor intra abdomen
antara lain yaitu karsinogen, hormone, gaya hidup, kurang makan makanan berserat,
parasit schitososma hematobin yang menyebabkan karsinoma planoseluler, genetic,
infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obat-obatan, dan kelebihan lemak. Dari factor-
faktor tersebut akan mengakibatkan terdapatnya massa didalam perut yang biasa disebut
dengan tumor intra abdomen, adanya massa tersebut yang menekan berbagai organ-organ
pada dalam abdomen yang menyebabkan system pencernaan terganggu, timbul rasa
nyeri, anoreksia, mual muntah, tidak bisa BAB, sehingga dapat muncul masalah
keperawatan yaitu nyeri akut, deficit nutrisi, dan konstipasi. Jika tidak segera di obati
tumor tersebut dapat menjadi ganas dan dapat menyebabkan kematian pada beberapa
klien yang mengalami tumor intra abdomen.
Konsep sebuah tindakan yang dapat perawat berikan pada pasien, perawat
mengangkat diagnosa pertama Nyeri Akut dengan intervensi, mengkaji kualitas
nyeri PQRST, mengajarkan tehnik relaksasi, kolaborasi pemberian terapi obat
analgetik. Diagnosa kedua deficit nurisi dengan pelaksanaan intervensi,
Identifikasi status nurisi, Identifikasi makanan yang disukai, Anjurkan makan
sedikit tapi sering, Monitor BB. Diagnosa ketiga konstipasi dengan pelaksanaan
intervensi Identifikasi masalah usus px, Monitor tanda & gejala konstipasi,
Anjurkan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat, Anjurkan
mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses, Anjurkan kompres air
hangat pada area sekitar anus pasien, Kolaborasi dengan ahli gizi, dan dokter

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan masalah Tumor Intra Abdomen di
ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
2. Apa saja masalah keperawatan yang muncul pada pasien pada pasien dengan
Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
3. Apa saja intervensi yang dapat dlakukan pada pasien dengan masalah Tumor
Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
4. Bagaimana implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah Tumor
Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
5. Bgaimana hasil evaluai pada pasien dengan masalah Tumor Intra Abdomen di
ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan asuhan keperawatan
Tumor Intra Abdomen
2. Tujuan Kusus
1. Mahasiswa mampu menegidentifikasi pengkajian pada pasien dengan asuhan
keperawatan Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
2. Mahasiswa mampu menetapkan masalah pada pasien dengan asuhan keperawatan
Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
3. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi atau rencana tindakan keperawatan
Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan
pada pasien dengan masalah Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr
Soetomo Surabaya
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada pasien
dengan masalah Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
6.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Tumor Intra Abdomen


2.1.1 Definisi
Tumor merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2015). Menurut
Oswari (2016) tumor adalah suatu masa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan
tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel
tersebut berbeda dari dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya.
Secara patologi tumor abdomen mudah terkelupas dan dapat meluas ke
retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa
jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi
tidak menginvasinya. Yang termasuk tumor intra abdomen antara lain, tumor
hepar, tumor limpa/lien, tumor lambung/usus halus, tumor colon, tumor ginjal
(hipernefroma), tumor pankreas.

2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis.
penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktoral. beberapa faktor yang
dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain :
a) Karsinogen
b) Kimiawi : bahan kimia dapat berpengaruh langsung (karsinogen) atau
memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan
neoplasi. bahan kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan
sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana
saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain
(jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun
manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida.
Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik
(PAH), yang banyak ditemukan di dalam makanana yang dibakar menggunakan
arang menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus,
payudara atau prostat.
c) Fisik : Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan
keganasan. Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan
bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian
selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau
penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasia.
d) viral : Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam
ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering
dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr
virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA
yang karsonogenik adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .
e) Hormone :hormon dapat berupa promotor keganasan
f) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan
makanan yang kurang berserat. Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan
makan- makanan yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang
berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat
meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma
kolon.
g) Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan
karsinoma planoseluler.
h) Genetic
i) Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan

2.1.3 Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel
untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang
biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang
menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh
memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain
asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalm
mendapatkan bahan-bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2015). Ketika dicapai
suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan pada
jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh
darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit
ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun tumor
bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada suatu
kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan
prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2014).

2.1.4 Manifestasi Klinik


Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan
tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan tidak
terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau
pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan. Oleh karena itu,
American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan tentang tanda dan gejala
yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-danfer warning signals
CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan akronim WASPADA sebagai
tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.
 C = Change in bowel or bladder habit
 A = a sore that does not heal
 U = unusual bleding or discharge
 T = thickening in breast or elsewhere
 I = indigestion or difficult
 O = obvious change in wart or mole
 N = nagging cough or hoarseness

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi
harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan
disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat
dilakukan sedini mungkin. Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui
setelah perut tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan
yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan
demikian mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau
retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti.
Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke
rongga abdomen. Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti
pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak.
Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti
pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan
pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.
a) Hiperplasia
b) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
c) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic
kenyal atau lunak.
d) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
e) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
f) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
g) Nyeri
h) Anoreksia, mual, muntah.
i) Penurunan berat badan.
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi
meliputi :
a) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau
oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
b) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambaran berbagai struktur tubuh.
c) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
d) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan;
dap[at ,mencakup penggunaan bahan kontras.
e) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
f) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil. Endoskopi (sebuah penelitian dimana
sebuah pipa elastis digunakan untuk melihat bagian dalam pada saluran pencernaan)
adalah prosedur diagnosa terbaik. Hal yang memudahkan seorang dokter untuk
melihat langsung dalam perut, untuk memeriksa helicobacter pylori, dan untuk
mengambil contoh jaringan untuk diteliti di bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar
X barium jarang digunakan karena hal tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap
awal dan tidak dianjurkan untuk biopsi. Jika kanker ditemukan, orang biasanya
menggunakan computer tomography (CT) scan pada dada dan perut untuk
memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut telah menyebar ke organ-
organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan penyebaran tumor. Dokter
biasanya melakukan endoskopi ultrasonic (yang memperlihatkan lapisan saluran
pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan diletakkan pada ujung endoskopi) untuk
memastikan kedalaman tumor tersebut dan pengaruh pada sekitar getah bening.
g) Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak,
leher, toraks, abdomen, tulang, mammografi, dll.
h) Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in
loop, kistografi, dll.
i) USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.
j) CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala,
thoraks, abdomen, whole body scan, dll.
k) MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih
tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya
dikatakan lebih baik dari CT.
l) Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat
scanning dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll.
Contoh: scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.
m) RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).
n) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer,
Suzanne C.2014).

2.1.6 Penatalaksanaan
 Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal
atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
 Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu
energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
 Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
 Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin.(Danielle Gale. 2014).

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses
keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah
klien agar dapat memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat
komponen antara lain : pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan.

Data dasar pengkajian klien :


a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengarahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia, lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feces, nyeri
pada defekasi. Perubahan eliminasi urunarius misalnya nyeri atau ras terbakar
pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk ( rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan
pengawet). Anoreksisa, mual/muntah.
Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkuranganya
massa otot.
Tanda : perubahan pada kelembapan/tugor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan
ringan sampai berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
h. Pernafasan
Gejala : merokok(tembakau, mariyuana, hidup dengan sesoramh yang merokok.)
Pemajanan asbes.
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik. Karsinogen
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misalnya dampak pada hubungan perubahan
pada tingkat kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida,
pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung. Riwayat perkawinan
( berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan
menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Beberapa diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan tumor abdomen
antara lain :
Pre operasi
a) Nyeri (akut) b/d proses penyakit
b) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
c) Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
Intra opreasi
a) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi
(vasodilatasi)
b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (melemahkan
otot – otot diafragma)
c) Resiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat
cauther)

Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
b) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
e) Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.

2.2.3 Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku
berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi
Rasional
1) Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala.
R/ Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi.
2) Berikan tindakan kenyaman dasar misal: massage punggung dan aktivitas
hiburan misalnya music.
R/ Dapat meningkatkan relaksasi
3) Dorong penggunaan keterampilan penggunaan keterampilan manajement nyeri
misalnya relaksasi napas dalam.
R/ Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan
rasa control.
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Analgetik dapat menghambat stimulus nyeri.

2. Ansietas/cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Kemungkinan dibuktikan oleh: peningkatan ketegangan, gelisah,
mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.
Hasil yang diharapkan :
a) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
b) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi.
c) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi
aktif dalam pengaturan obat.

INTERVENSI RASIONAL
1. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R/ Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis
2. Berikan lingkungan terbuka sehingga klien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaannya
R/ Membantu klien merasa diterima pada kondisinya tanpa perasaan dihakimi
dan meningkatkan rasa terhormat
3. Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
R/ Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4. Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan rasa takut
untuk memulai mengembangkan strategi koping.
R/ Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi rasa takut.
5. Berikan informasi yang akurat
R/ Dapat menurunkan ansietas

3. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi


Tujuan : dapat mengungkapkan informasi akurat tentang diagnose dan aturan
pengobatan.
Kriteria Hasil :
a. Pasien paham mengenai penyakitnya
b. Pasien menerima proses pengobatan dengan baik

INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau ulang dengan klien/orang tedekat pemahaman diagnose khusus,
alternative pengobatan dan sifat harapan.
R/ Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini mengidentifikasi kebutuhan belajar
dan memberiakan dasar pengobatan dimana klien membuat keputusan
berdasarkan informasi.
2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker
R/ Membantu identifiokasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjanagan pengetahaun tentang kanker.
3. Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual
bebas.
R/ Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan menghindari
potensial, komplikasi, reaksi/interaksi obat.
4. Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan
status nutrisi optimal.
R/ Meningkatkan kesejateraan, memudahkan pemulihan dan memumgkinkan
klien mentoleransi pengobatan
5. Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serta dalam diet serta latihan
teratur.
R/ Meperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic.

Intra opresasi
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi
(vasokontriksi).
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi.
Rencana tindakan :
a) Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah
khususnya terjadinya hipotensi.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan dan vasokontriksi
pembuluh darah.
b) Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer.
Rasional : kulit hangat, merah muda dan nadi kuat indikator curah jantung
adekuat.
c) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung.
d) Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efek anestesi (relaksasi


otot – otot diafragma).
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria hasil : pola nafas normal (18 – 20 x/menit)/efektif, tidak terjadi sianosis
atau tanda – tanda hipoksia
Rencana tindakan :
a) Pertahankan jalan udara pasien
Rasional : Mencegah obstruksi jalan nafas
b) Catat frekuensi dan kedalaman pernafasan pasien
Rasional : Memastikan efektifitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya
dapat segera dilakukan.
c) Pantau TTV secara terus menerus
Rasional : Meningkatnya pernafasan, takikardi, bradhikardi, menunjukkan
kemungkinan hipoksia
d) Posisikan pasien pada posisi yang sesuai dengan jenis pembedahan dan
anestesi
Rasional : Posisi yang benar akan mendorong ventilasi pada lobus paru dan
menurunkan tekanan pada diafragma
e) Observasi fungsi otot terutama otot pernafasan
Rasional : Obat anestesi dalam proses pembedahan dapat menimbulkan relaksasi
pada otot pernafasan.
3. Risiko injuri berhubungan dengan proses pembedahan (penggunaan alat
cauther).
Tujuan : Cedera tidak terjadi
Kriteria hasil : Meningkatkan keamanan dan menggunakan sumber – sumber
secara tepat
Rencana tindakan :
a) Antisipasi gerakan jalur dan mendukung posisi pasien yang tepat
Rasional : Mencegah tegangan atau dislokalisasi
b) Pastikan keamanan elektrikal dan alat – alat yang dipergunakan selama
prosedur operasi
Rasional : pemeriksaan alat – alat elektrik secara periodik penting dilakukan untuk
keamanan pasien dan tindakan operasi
c) Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai menggunakan handuk basah,
spon dan penghentian pendarahan
Rasional : mencegah kerusakan integritas kulit dan beri batasan perlukaan
anatomi pada area operasi
d) Berikan petunjuk yang sederhana dan singkat pada pasien yang sadar
Rasional : membantu pasien dalam memahami prosedur yang dilakukan sehingga
mengurangi resiko cedera

Post operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran
urien adekuat.

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering
selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang dan berlebihan.
Rasional : Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma yang
dapat menyebabkan syok hepovelemik.
2. Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status
membrane mukosa.
Rasional : Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat
hidrasi.
3. Perhatikan adanya edema.
Rasional : Edema dapat terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan dengan
penurunan kadar albumin (protein).
4. Pantau masukan dan haluaran.
Rasional : Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan.
5. Pantau suhu tubuh.
Rasional : Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah
kehilangan cairan.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.


Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tidak basah dan tidak ada tanda-
tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor).

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign.
Rasional : Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Gunakan tehnik septik dan antiseptic.
Rasional : Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab
infeksi.
3. Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi.
Rasional : Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
Rasional : Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi

3. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi


Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri terkontrol , tampak rileks dan mampu istirahat
dengan tepat
Tindakan keperawatan
a. Catat petunjuk non-verbal mislanya gelisah, menolak untuk bergerak ,
berhati – hati dengan abdomen.
Rasional : Bahasa tubuh / non-verbal dapat secara psikologis dan fisiologik dapat
digunakan sebagi petunjuk verbal untuk mengidentifikasi nyeri.
b. Kaji skala nyeri, catat lokasi, karakteristik ( sakal 0-10 ) selidiki dan
laporkan perubahan nyeri yang tepat
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat ,kemajuan penyembuhan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Hayyun Nikmah NIM : 2017.03.003


Ruang : FLAMBOYAN Tgl pengkajian : 17 FEBRUARI 2020

3.1 Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : ISLAM
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Nelayan
Suku bangsa : JAWA
Alamat : Tuban
Golongan darah :O
Genogram :

x x X

: tinggal satu rumah


Keterangan;

: laki-laki : pasien

: Perempuan ----- : tinggal satu rumah


3.2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
3.2.1. Keluhan utama:
Pasien mengeluh nyeri di perut kanan atas

3.2.2. Riwayat penyakit sekarang


Pada tanggal 17 februari 2020 pasien mengeluh nyeri di perut sebelah
kanan atas, tidak bisa BAB 2 minggu lalu dibawa di RS Tuban, saat berada di RS
Tuban dr.M menganjurkan untuk melakukan CT-Scan pada daerah abdomen Tn.S
agar biosa mengetahui keadaan pasien, setelah di CT-Scan px terdiagnosis Tumor
Intra Abdomen dan dr,M menganjurkan untuk segera dioperasi karena fasilitasnya
tidak memadai akhirnya px dirujuk ke RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Saat berada
di RSUD dr.Soetomo px masuk ke ruang IGD dan dilakukan CT-Scan kemudian
px masuk ke ruang Flamboyan RSUD dr.Soetomo pada tanggal 26 Februaru 2020
pada pukul 15.00. Saat dikaji pada pukul 21.15 px mengeluh perutnya sakit sekali,
terasa sakit jika melakukan aktivitas, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dengan skala
4 (dari 1-10), px terlihat menyeringai kesakitan dan gelisah, px juga tidak BAB
sejak 2 minggu yang lalu, perutnya tidak enak sekali kalau makan selalu muntah,
BB turun 6 kg dalam 1 bulan ini.

3.2.3 Riwayat penyakit dahulu:


1. Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Pasien mengatakan hanya pernah sakit batuk pilek
2. Kebiasaan berobat :
Pasien hanya beli obat ditoko dekat rumah saja, beli obat pilkita dan oskadon
3. Alergi terhadap :
Pasien tidak memiliki alergi makanan, minuman, dan obat
3.2.4 riwayat kesehatan keluarga
1. penyakit yang pernah diderita keluarga :
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti
yang diderita pasien
2. penyakit yang sedang diderita keluarga :
Pasien mengatakan saat ini tidak ada anggota yang sedang sakit apapun menahun ,
menular ataupun menurun

III KEBIASAAN SEHARI SEHARI ( DIRUMAH DAN DIRUMAH SAKIT )


NO Kebiasaansehari hari Dirumah Dirumah sakit
1. Pola makan- minum Klien mengatakan dirumah selalu Makan 1x porsi sedikit 2
makan 3x sehari porsi 3 sendok sendok makan, minum 300 ml
makan, minum 1200ml
2. Pola tidur Tidak pernah tidur siang, malam Selama di rs pasien hanya
susah tidur kalau tidur hanya 4 jam tidur 2 jam saja dan sering
kebangun karena nyeri
3. Pola aktivitas Selama dirumah pasien melakukan Selama di rs pasien hanya bisa
aktivitas sehari-harinya sebagai berbaring ditempat tidur.
seorang nelayan
4. Pola eliminasi
a. eliminasi Selama dirumah tidak bisa BAB Selama di rs pasien bab 1x di
alvi selama 2 minggu pampers terdapat feses kecil-
kecil seperti kotoran kambing
berwarna coklat tua
BAK sebanyak 1100ml/ hari warna BAK 200ml warna kuning
b. eliminasi kuning pekat pekat
urin
5. Pola kebersihan diri Selama dirumah pasien mandi Selama di rs pasien hanya
sebanyak 2 kali pagi dan sore, diseka dan dibantu oleh
keraamas 2 kali sehari 2 kali gosok keluarga
gigi dan kebersihan kuku terjaga

IV DATA PSIKOSOSIAL
1. Pola komunikasi : pasien koeperatif dalam menjawab semua pertanyaan dari
perawat dapat menjawab dan menggunakan bahasa jawa
2. Pola Interaksi : pasien koeperatif saat dirumah sakit tetapi pasien hanya
berbaring saja

V DATA SPIRITUAL
1. dirumah : pasien sholat 5 waktu dan tidak terlambat
2. dirumah sakit : pasien mengatakan melakukan ibadah ditempat tidur

VI KONSEP DIRI
1. Gambaran diri : pasien mengatakan menerima kondisinya sekarang ini apa
adanya
2. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa
melakukan aktifitaas dirumah
3. Harga diri : pasien mengatakan orang yang dihormati baik dikeluarga
dan dilingkungannya
4. Peran : pasien dirumah sebagai kepala rumah tangga dan
bekerja sebagai nelayan
5. Identitas diri : pasien mengenali dirinya bahwa dirinya sedang sakit

VII PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital : TD : 130 /90 mmhg SPO2 : 98%
Suhu : 36,7 derajat nadi : 124x/menit RR: 24x/menit
2. Berat badan : Sebelum sakit 61 kg, setelah sakit 55 kg
IMT = 55 : 1,75 X 1,75 = 17,9
3. Postur tubuh
Cara jalan : Pasien saat dikaji hanya bisa berbaring ditempat tidur
karena
perutnya sakit
4. Kepala : rambut bersih, berwarna hitam, tidak ada bekas
operasi , tidak ada nyeri tekan didaerah kepala
5. Telinga : kedua telinga simetris , tidak ada serumen , tidak
ada nyeri tekan didaerah telinga
6. Mata : kedua mata simetris, konjungtiva anemis, mata
sedikit cowong , tidak ada nyeri tekan didaerah mata
7. Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung , tidak
ada sekret , tidak ada pulip tidak ada nyeri tekan didaerah hidung
8. Mulut : tidak ada sariawan, bentuk simetris , mukosa bibir
kering, tidak ada nyeri didaerah mulut
9. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
lesi
10. Dada : bentuk simetris, tidak ada benjolan , tidak ada luka
bekasoperasi, tidak terdapat nyeri tekan pada dada, suara paru sonor suara jantung
lupdup
11. Punggung : bentuk simetris, tidak ada benjolan , tidak ada luka
12. Perut : terdapat massa pada perut sebelah kanan atas, massa padat
dan kenyal ukuran 12 x 14 cm, bising usus 20x/menit, suara tympani, hepar pekak
13. Anggota gerak atas : jari lengkap, kedua tangan simetris tidak ada luka
bekas operasi, kekuatan otot 4
Anggota gerak bawah : jari lengkap, kedua kaki simetris , tidak ada bekas operasi
14. Integumen / kulit : kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik , crt
kemnali dalaam < dari 1 detik
15. Reproduksi & genetalia : pasien terpasang kateter dan jumlah urin 250 ml
16. Anus : tidak terkaji
17. Data penunjang
Hasil pemeriksaan tanggal 17 februari 2020 pukul : 11.33
ANALISA DATA

Nama pasien : Tn “S” Umur : 60 tahun


No Registrasi : 1281xxx
Data Etiologi Masalah

ds:px mengatakan perutnya Pembengkakan pada abdomen


sakit sekali Nyeri Akut
p : saat melakukan aktivitas
q : seperti ditusuk-tusuk Massa
r : di perut kanan atas
s:4
t : hilang timbul Tumor Abdomen
do: px taerlihat menyeringai
kesakitan dengan skala nyeri
4. Peradangan
Pasien tampak gelisah,
Terdapat massa pada abdomen
kanan atas ukuran 12x14 cm, Nyeri Akut
Tekanan darah : 130/90mmhg
suhu :36,7
Nadi 124x/menit RR : 24x/
menit SPO2: 98%

ds: px mengatakan tidak bisa Pembengkakan pada abdomen Konstipasi


BAB sejak 2 minggu yang lalu
Massa
do : di pampers px terdapat
feses kecil-kecil seperti Tumor Abdomen
kotoran kambing berwarna
coklat tua Obstruksi duodenum

Penurunan motilitas
gastrointestinal

Konstipasi

ds: px mengatakan perutnya Pembengkakan pada abdomen defisit nutrisi


tidak enak kalau makan selalu
muntah, BB turun 6 kg dalam Massa
1 bulan ini, IMT = 17,9
do: Hb 10,40 g/dL, HCT 42,4, Tumor Abdomen
px terlihat kurus, mual,
muntah, rambut berwarna Obstruksi duodenum
putih kusut, konjungtiva
anemis, makanan tidak habis
hanya dimakan 2 sendok Mual-muntah

Anoreksia

BB menurun
Intake nutrisi tidak adekuat

Defisit Nutrisi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn “S” Umur : 60 tahun / bulan


No Registrasi : 1281xxx
No Diagnosa Keperawatan T.T
1. Nyeri akut b.d peradangan ditandai dengan px mengatakan perutnya sakit sekali
p : saat melakukan aktivitas
q : seperti ditusuk-tusuk
r : di perut kanan atas
s:4
t : hilang timbul
Px taerlihat menyeringai kesakitan dengan skala nyeri 4.
Pasien tampak gelisah, Terdapat massa pada abdomen kanan atas ukuran 12x14 cm,
Tekanan darah : 130/90mmhg suhu :36,7
Nadi 124x/menit RR : 24x/menit SPO2: 98%
2. Defisit nutrisi b.d intake nutrisi tidak adekuat ditandai dengan px mengatakan perutnya
tidak enak kalau makan selalu muntah, BB turun 6 kg dalam 1 bulan ini, IMT = 17,9, Hb
10,40 g/dL, HCT 42,4, px terlihat kurus, mual, muntah, rambut berwarna putih kusut,
konjungtiva anemis, makanan tidak habis hanya dimakan 2 sendok

3. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro intestinal ditandai dengan px mengatakan tidak
bisa BAB sejak 2 minggu yang lalu, di pampers px terdapat feses kecil-kecil seperti
kotoran kambing berwarna coklat tua
RENCANA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn “S” Umur : 60 tahun / bulan


No Registrasi : 1281xxx
No Dx keperawatan & Tujuan Intervensi Raional
data penunjang
1. Nyeri akut b.d setelah dilakukan 1) Monitor 1. TTV
peradangan ditandai tidakan 3x24 jam TTV pasian sesuai merupakan pedoman
dengan px masalah Nyeri akut kondisi dan jadwa l. terhadap perubahan
mengatakan dapat teratasi dengan 2) Kaji nyeri kondisi pd px.
perutnya sakit KH: meliputi lokasi, 2. mengetahui
sekali 1. Mampu frekuensi, kualitas status nyeri pada px.
p : saat melakukan mengontrol nyeri dan skala. 3. latihan
aktivitas ( tahu penyebab 3) Posisikan aktivitas bertahan
q : seperti ditusuk- nyeri) mampu dengan posisi tidur mengurangi respon
tusuk mengunakan teknik terlentang dan nyeri .
r : di perut kanan non farmakalogi hindari pergerakan 4. nafas dalam
atas untuk mengurangi tiba-tiba. & teknik relaksi
s:4 nyeri mencari 4) Ajarkan mengurangi nyeri
t : hilang timbul bantuan. teknik relaksasi dan secara bartahap &
Px taerlihat 2. Melaporkan distraksi nafas dalam dapat dilakukan
menyeringai bahwa nyeri untuk mengurang i mandiri.
kesakitan dengan berkurang nyeri saat muncul. 5. program
skala nyeri 4. dgmengunakan 5) Kolaborasi therapy sebagai
Pasien tampak menegemen nyeri. dengan tim medis sitem kolaboratif
gelisah, Terdapat 3. Mampu dalam program menyelesaikan
massa pada mengenali nyeri therapy analgetik. masalah nyeri
abdomen kanan atas ( skala, frekuensi )
ukuran 12x14 cm, 4. Ekspresi
Tekanan darah : wajah px rileks.
130/90mmhg suhu 5. TTV dalam
:36,7 rentang normal.
Nadi 124x/menit
RR : 24x/menit
SPO2: 98%
2. Defisit nutrisi b.d setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengevalu
kurang asupan tindakan 3x24 jam status nurisi . asi keadaan seacara
makanan ditandai masalah Defisit 2. Identifikasi umum
dengan px nutrisi dapat teratasi makanan yang 2. Dengan
mengatakan dengan KH: disukai mengidentifikasi
perutnya tidak enak 3. Anjurkan makanan yang
kalau makan selalu 1. BB makan sedikit tapi disukai dapat
muntah, BB turun 6 bertambah sering membantu dalam
kg dalam 1 bulan 2. Nafsu 4. Monitor BB memberikan
ini, IMT = 17,9, Hb makan bertambah makanan yang
10,40 g/dL, HCT 3. Tidak mual 5. Kolaborasi disukai dan
42,4, px terlihat muntah dengan ahli gizi, dan menambah nafsu
kurus, mual, dokter makan pasien
muntah, rambut 3. Mengurang
berwarna putih i rasa mual muntah
kusut, konjungtiva pasien
anemis, makanan 4. Mengetahui
tidak habis hanya kondisi
dimakan 2 sendok perkembangan BB
pasien
5. program
therapy sebagai
sitem kolaboratif
menyelesaikan
masalah deficit
nutrisi

3. Konstipasi b.d setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Dengan


penurunan motilitas tindakan 3x24 jam masalah usus px mengidentifikasi
gastro intestinal masalah gangguan 2. Monitor masalah usus px
ditandai dengan px Konstipasi dapat tanda & gejala dapat membantu
mengatakan tidak teratasi dengan KH: konstipasi dalam memberikan
bisa BAB sejak 2 1. BAB lancar 3. Anjurkan tindakan selanjutnya
minggu yang lalu, 2. Feses tidak mengkonsumsi 2. Memantau
di pampers px padat makanan yang kondisi px
terdapat feses kecil- 3. Px mampu mengandung tinggi 3. Membantu dalam
kecil seperti BAB serat proses defekasi agar
kotoran kambing 4. Anjurkan bisa lancer BAB
berwarna coklat tua mencatat warna, 4. Memantau
frekuensi, perkembangan feses
konsistensi, volume px
feses 5. Meregangkan
5. Anjurkan otot-otot anus
kompres air hangat
pada area sekitar
anus px
IMPLEMENTASI

Nama pasien : Tn “S” Umur : 60 tahun / bulan


No Registrasi : 1281xxx
Tanggal No. Diagnosa Jam Implementasi Keperawatan T.T
18 1 07.00 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
FEBRUA komprehensif (PQRST)
RI2020 R/ pasien mengatakan nyeri diperut kanan atas ,
nyeri bertambah saat melakukan aktivitas, nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 4 ,
nyeri terasa hilang timbul
2. Mengobservasi reaksi ketidaknyamanan
non verbal dari raut muka atau tingkah laku
R/ KU lemah, pasien tampak jarang menggerakkan
07.10 anggota tubuhnya karena takut timbul nyeri,
ekspresi pasien tampak meringis menahan nyeri
3. Mengontrol kondisi lingkungan pasien dari
suhu ruangan pencahayaan, dan kebisingan
R/ pasien menyukai kondisi ruangan yang dingin dan
tenang
4. Menjelaskan tentang tekhnik
07.20 nonfarmakologi: relaksi dan distraksi
R/ pasien mengerti dan mau melakukan tekhnik
relaksasi nafas dalam

5. Melakukan kolaborasi dalam pemberian


07.25 obat injeksi codein 3x1 tablet
R/ pasien bersedia meminum obat codein tepat
waktu

18 2 08.00 1. Meghitung IMT pasien


FEBRUA R/ IMT 17,9 (normal 18,5 – 20)
RI2020 2. Menanyakan kepada pasien makanan
favoritnya
08.10 R/ pasien suka makan bubur ayam
3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering
R/ pasien makan 4 sendok (makan saat pagi hari)
4. Monitoring Berat Badan
R/ Berat badan 55 kg
08.25 5. Menganjurkan makan bubur yang bergizi
dari ahli gizi dan memberikan infuse tutofusin sesuai
anjuran dokter
R/ pasien bersedia mengikuti arahan perawat tapi
08.35 makanannya hanya habis 4 sendok makan
18 3 09.45 1. Menanyakan kepada pasien mengenai masalah
FEB 2020 usus nya
R/ pasien mengatakan terdapat tumor didalam
perutnya
09.50 Zuria
2. Memantau tanda dan gejala konstipasi
R/ klien mengatakan tidak bisa BAB selama 2
minggu
3. Menganjurkan mengkonsumsi makanan yang
09.35 mengandung tinggi serat seperti sayur dan buah-
buahan
R/ pasien tidak mau makan
4. Menganjurkan mencatat warna, frekuensi,
konsistensi, dan volume feses
R/ pasien tidak BAB
5. Menganjurkan mengkompres air hangat pada area
sekitar anus pasien
R/ keluarga membantu mengkompres area sekitar
anus pasien

CATATAN PERKEMBANGAN

Masalah Catatan Perkembangan I


Tanggal: 19 februari 2020
Nyeri Akut S:
- Px mengatakan nyeri berkurang tapi kadang
muncul kadang enggak dengan skala 2
O : pasien sedikit meringis kesakitan dengan skala 2,
pasien dapat mendemonstrasikan teknik nafas dalam

-TD = 130/80
-N = 104 x / menit
-RR = 22 x / menit
- S = 36,8 C
- SPO = 99 %
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 2,4,5
I : 1. Identifikasi faktor penyebab nyeri
2. monitoring vital sign
3. kolaborasi pemberian analgetik
Defisit Nutrisi S:
- Px mengatakan masih muntah dan tidak nafsu
makan
O : pasien terlihat kurus, dan lemas, makanan tidak
habis hanya dimakan 4 sendok

A : deficit nutrisi belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 3,4,5
I : 1. Menganjurkan makan dikit tapi sering
2. monitoring berat badan
3. kolaborasi dengan ahli gizi dan dokter
Konstipasi S = pasien mengatakan masih tidak bisa BAB
O = tidak ada feses dalam pampers
A = konstipasi belim teratasi
P = lanjutkan intervensi 3,5
I = 1. Anjurkan makan tinggi serat
2. anjurkan kompres hangat pada area sekitar anus

NO NO.DX JAM CATATAN PERKEMBANGAN II tanda tangan


1. Nyeri Akut 20 febr, S:
2019 - Px mengatakan sudah
tidak muntah, dan makan 6
10.15 O:pasien tidak meringis kesakitan
-TD = 120/180
- N = 90 X / MENIT
- RR = 19 X / MENIT
- SUHU = 36,5 C
- SPO2 = 99 %
A:
- Masalah nyeri akut teratasi
P : hentikan intervensi keperawatan
2. Defisit 11.10 S : pasien mengatakan sudah tidak
Nutrisi muntah dan makan 6 sendok
O : makan tidak habis, pasien tidak
lemas, BB tetap 55 kg
A: defisit nutrisi teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,3
I:
- Anjurkan makan dikit tapi
sering
- Monitoring BB
- Kolaborasi dengan ahli
gizi dan dokter

3. Konstipasi S = pasien mengatakan bisa BAB


dikit tapi sedikit banget feses nya
warnanya cokelat tua, lembek, dan
baru 1 x ini keluar BAB nya
O = terlihat feses sedikit pada
pampers pasien warna cokelat tua
& lembek
A = konstipasi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2
I : 1. Anjurkan makanan tinggi
serat
2. anjurkan kompres hangat pada
Area sekitar anus
EVALUASI

Nama pasien : Tn “S” Umur : 60 tahun / bulan


No Registrasi : 1281xxx
Masalah Evaluasi
Tanggal 21 februari 2020 S:
- px mengatakan tidak nyeri dengan skala 0
Nyeri Akut O:
-pasien tidak menyeringai kesakitan deengan skala 0
- TTV dalam batas normal
TD = 120 / 180
N = 88 x / menit
RR = 19 x / menit
Suhu = 36,7 C
Spo2 = 99 %
-pasien dapat melakukan teknik nafas dalam
A: Nyeri akut teratasi
P: hentikan intervensi keperawatan
Defisit Nutrisi S:
- Px mengatakan sudah tidak muntah dan makan 6
sendok
O: makanan tidak habis, pasien terlihat kurus, BB tetap 55 kg

A: defisit nutrisi teratasi sebagian


P: intervensi di hentikan pasien pulang paksa
Konstipasi S:
- Px, mengatakan tidak bisa BAB lagi

O: tidak ada feses dalam pampers pasien


A: A: konstipasi belum teratasi
P : intervensi dihentikan pasien pulang paksa
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang persamaan kesenjangan antara teori dan
kasus mengenai asuhan keperawatan pada Tn.S dengan masalah keperawatan
nyeri akut dengan Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya.

4.1 Pengkajian
Menurut kasus nyata px mengeluh perutnya sakit sekali, terasa sakit
jika melakukan aktivitas, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dengan skala 4 (dari 1-
10), px terlihat menyeringai kesakitan dan gelisah, px juga tidak BAB sejak 2
minggu yang lalu, perutnya tidak enak sekali kalau makan selalu muntah, BB
turun 6 kg dalam 1 bulan Terdapat massa pada abdomen kanan atas ukuran 12x14
cm, Tekanan darah : 130/90mmhg suhu :36,7 Nadi 124x/menit RR : 24x/ menit
SPO2: 98%, Sedangkan menurut teori Hiperplasia, Nyeri, Anoreksia, mual,
muntah, Penurunan berat badan. Dari data diatas penulis mengatakan tidak
terdapat kesenjangan antara kasus nyata dan pada teori .

4.2 Diagnosa keperawatan


Pada kasus nyata diagnosa yang diangakt oleh penulis yaitu Nyeri akut b.d
peradangan, Defisit nutrisi b.d kurang asupan makanan , Konstipasi b.d penurunan
motilitas gastro intestinal, Sedangkan dalam teori menurut (SDKI 2019)) yaiu Nyeri
akut b.d peradangan, Defisit nutrisi b.d kurang asupan makanan , , Ansietas b/d
perubahan status kesehatan, Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi. Pada
kasus ini penulis mengatakan terdapat kesenjangan antara tori dan kasus nyata,
yaitu pada diagnosa keperawatan Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro intestinal,
Hal ini karena pada diagnosa keperawatan sesuai teori yang muncul yaitu
kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi. Penulis menyimpulkan analisa
data yang lebih menuju pada diagnosa konstipasi ditandai oleh: px mengatakan
tidak bisa BAB sejak 2 minggu yang lalu, di pampers px terdapat feses kecil-kecil seperti
kotoran kambing berwarna coklat tua

4.3 Intervensi keperawatan


Menurut kasus nyata penulis mengambil intervensi yaitu: monitor TTV
pasien sesuai kondisi dan jadwal, pengkajian nyeri, memberi posisi pada pasien,
kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik. Sedangkan dalam teori menurut
(SDKI 2019) yaitu mengkaji skala nyeri, pantau TTV sesering mungkin,
mengajarkan tehnik relaksasi. Dari data diatas penulis menyimpulkan tidak
ditemukan kesenjangan intervensi pada teori maupun kasus nyata.

4.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi yang dilakukan perawat dalam kasus nyata yaitu mengkaji
(lokasi, skala, kualitas nyeri), mengajarkan teknik relaksasi dan menerapkannya
apabila yeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik, melakukan monitor TTV,
melakukan kolaborasi dengan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan
pasien dan membantu dalam meningkatkan rasa nyaman. Sedagkan dalam teori
(SDKI 2019) implementasi yang dianjurkan mengobservasi TTV, mengobservasi
skala nyeri, mengajarkan teknik relaksasi apabila nyeri mulai dirasa, , melibatkan
keluarga dalam proses penyembuhan. Sehingga penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan secara nyata.

4.5 Evaluasi
Evaluasi pada kasus nyata didapatkan, Nyeri Akut b/d peradangan dengan
pengkajian masalah teratasi ditandai dengan ds: px mengatakan tidak nyeri dengan
skala 0, pasien tidak menyeringai kesakitan deengan skala 0, TTV dalam batas normal,
TD = 120 / 180, N = 88 x / menit, RR = 19 x / menit, Suhu = 36,7 C, Spo2 = 99 %,
Defisit Nutrisi b/d kurang asupan makanan dengan hasil pengkajian masalah
belum teratasi pasien pulang paksa ditandai dengan ds: Px mengatakan sudah tidak
muntah dan makan 6 sendok, makanan tidak habis, pasien terlihat kurus, BB tetap 55
kg, Konstipasi b/d Penurunan gastro intestinal dengan hasil pengkajian masalah
belum teratasi pasien pulang paksa yang ditandai Px mengatakan tidak bisa BAB
lagi, tidak ada feses dalam pampers pasien.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1 .1 Pengkajian
Berdasarkan data Tn.S dengan diagnosa tumor intra abdomen penulis
menyimpulkan sebagai berikut. Dalam pengkajian Tn. mengeluh perutnya sakit
sekali, terasa sakit jika melakukan aktivitas, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dengan
skala 4 (dari 1-10), px terlihat menyeringai kesakitan dan gelisah, px juga tidak
BAB sejak 2 minggu yang lalu, perutnya tidak enak sekali kalau makan selalu
muntah, BB turun 6 kg dalam 1 bulan Terdapat massa pada abdomen kanan atas
ukuran 12x14 cm, Tekanan darah : 130/90mmhg suhu :36,7 Nadi 124x/menit
RR : 24x/ menit SPO2: 98%

5.1.2 Diagnosa
Diagnosa yang diambil penulis dari kasus nyata Nyeri akut b.d peradangan, Defisit
nutrisi b.d kurang asupan makanan, Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro intestinal

5.1.3 Intervensi
Dilakukan penulis pada kasus nyata yaitu pada diagnosa pertama Nyeri akut b.d
peradangan, kedua Defisit nutrisi b.d kurang asupan makanan , ketiga Konstipasi b.d
penurunan motilitas gastro intestinal

5.1.4 Implementasi
Dilakukan penulis dalam kausu nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yaitu
diagnosa nyeri akut : pasien dikaji tentang nyeri, mengajarkan teknik relaksasi
jika nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik, mengkaji PQRST. Diagnosa
deficit nutrisi yaitu; menganjurkan makan sedikit tapi sering, member makan
favoritnya. Diagnosa konstipasi : Anjurkan makan tinggi serat, anjurkan kompres
hangat pada area sekitar anus

5.1.5 Evaluasi
Dihasilkan penulis dalam tindakan keperawatan pada diagnosa Nyeri Akut
b/d peradangan dengan pengkajian masalah teratasi ditandai dengan ds: px
mengatakan tidak nyeri dengan skala 0, pasien tidak menyeringai kesakitan deengan skala
0, TTV dalam batas normal, TD = 120 / 180, N = 88 x / menit, RR = 19 x / menit, Suhu =
36,7 C, Spo2 = 99 %, Defisit Nutrisi b/d kurang asupan makanan dengan hasil
pengkajian masalah belum teratasi pasien pulang paksa ditandai dengan ds: Px
mengatakan sudah tidak muntah dan makan 6 sendok, makanan tidak habis, pasien
terlihat kurus, BB tetap 55 kg, Konstipasi b/d Penurunan gastro intestinal dengan
hasil pengkajian masalah belum teratasi pasien pulang paksa yang ditandai Px
mengatakan tidak bisa BAB lagi, tidak ada feses dalam pampers pasien.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Pasien dengan tumor intra abdomen agar tidak terjadi nyeri secara berlebih
dengan melibatkan kolaborasi tim dokter tentang pemberian obat pereda rasa
nyeri dan mengajarkan pada pasien tentang teknik relaksasi dan kompres air
hangat ketika nyeri yang dirasakan meningkat.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Mempelajari dan memahami hal baru secara nyata dalam setiap tindakan
keperawatan dan membandingkan dengan apa yang ada dalam teori. Dengan
demikian mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan baru dalam masa
praktiknya.

Anda mungkin juga menyukai