DI SUSUN OLEH :
HAYYUN NIKMAH
(2017.03.003)
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan asuhan keperawatan
Tumor Intra Abdomen
2. Tujuan Kusus
1. Mahasiswa mampu menegidentifikasi pengkajian pada pasien dengan asuhan
keperawatan Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
2. Mahasiswa mampu menetapkan masalah pada pasien dengan asuhan keperawatan
Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
3. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi atau rencana tindakan keperawatan
Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan
pada pasien dengan masalah Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr
Soetomo Surabaya
5. Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada pasien
dengan masalah Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rs. Dr Soetomo Surabaya.
6.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis.
penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktoral. beberapa faktor yang
dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain :
a) Karsinogen
b) Kimiawi : bahan kimia dapat berpengaruh langsung (karsinogen) atau
memerlukan aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan
neoplasi. bahan kimia ini dapat merupakan bahan alami atau bahan
sintetik/semisintetik. Benzopire suatu pencemar lingkungan yang terdapat di mana
saja, berasal dari pembakaran tak sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain
(jelaga dan ter) dan terkenal sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun
manusia. Berbagai karsinogen lain antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida.
Salah satu jenis benzo (a) piren, yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik
(PAH), yang banyak ditemukan di dalam makanana yang dibakar menggunakan
arang menimbulkan kerusakan DNA sehingga menyebabkan neoplasia usus,
payudara atau prostat.
c) Fisik : Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan
keganasan. Sumber radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan
bertambah besar dengan hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian
selatan. Iritasi kronis pada mukosa yang disebabkan oleh bahan korosif atau
penyakit tertentu juga bisa menyebabkan terjadinya neoplasia.
d) viral : Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam
ribonukleatnya; virus DNA serta RNA. Virus DNA yang sering
dihubungkan dengan kanker antara human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr
virus (EPV), hepatiti B virus (HBV), dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA
yang karsonogenik adalah human T-cell leukemia virus I (HTLV-I) .
e) Hormone :hormon dapat berupa promotor keganasan
f) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan
makanan yang kurang berserat. Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan
makan- makanan yang kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang
berasal dari lemak binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat
meningkatkan risiko berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma
kolon.
g) Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan
karsinoma planoseluler.
h) Genetic
i) Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan
2.1.3 Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari anaerob karena kemampuan sel
untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang
biak yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang
menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh
memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain
asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalm
mendapatkan bahan-bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2015). Ketika dicapai
suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi perubahan pada
jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh
darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk
metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain. Meskipun penyakit
ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun tumor
bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada suatu
kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan
prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2014).
Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk
dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor
abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi
harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan
disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat
dilakukan sedini mungkin. Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui
setelah perut tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan
yang dapat mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan
demikian mudah ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau
retroperitoneal. Tumor yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti.
Demikian pula bila tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke
rongga abdomen. Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti
pemeriksaan darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak.
Kemudian mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti
pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan
pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.
a) Hiperplasia
b) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
c) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan elastic
kenyal atau lunak.
d) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
e) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
f) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
g) Nyeri
h) Anoreksia, mual, muntah.
i) Penurunan berat badan.
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi
meliputi :
a) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau
oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
b) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan
gambaran berbagai struktur tubuh.
c) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
d) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan;
dap[at ,mencakup penggunaan bahan kontras.
e) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
f) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy
jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil. Endoskopi (sebuah penelitian dimana
sebuah pipa elastis digunakan untuk melihat bagian dalam pada saluran pencernaan)
adalah prosedur diagnosa terbaik. Hal yang memudahkan seorang dokter untuk
melihat langsung dalam perut, untuk memeriksa helicobacter pylori, dan untuk
mengambil contoh jaringan untuk diteliti di bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar
X barium jarang digunakan karena hal tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap
awal dan tidak dianjurkan untuk biopsi. Jika kanker ditemukan, orang biasanya
menggunakan computer tomography (CT) scan pada dada dan perut untuk
memastikan penyebarannya yang mana tumor tersebut telah menyebar ke organ-
organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa menunjukkan penyebaran tumor. Dokter
biasanya melakukan endoskopi ultrasonic (yang memperlihatkan lapisan saluran
pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan diletakkan pada ujung endoskopi) untuk
memastikan kedalaman tumor tersebut dan pengaruh pada sekitar getah bening.
g) Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X-foto tengkorak,
leher, toraks, abdomen, tulang, mammografi, dll.
h) Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in
loop, kistografi, dll.
i) USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.
j) CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala,
thoraks, abdomen, whole body scan, dll.
k) MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih
tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya
dikatakan lebih baik dari CT.
l) Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat
scanning dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll.
Contoh: scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.
m) RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker).
n) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan pencitraan yang menjadi tempat berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer,
Suzanne C.2014).
2.1.6 Penatalaksanaan
Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal
atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi.
Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh
harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.
(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu
energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)
berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon,
interleukin.(Danielle Gale. 2014).
Post operasi
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
b) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat tindakan
operasi.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
d) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
e) Kerusakan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
2.2.3 Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku
berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
a) Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
b) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi
Rasional
1) Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi, durasi dan skala.
R/ Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan /
keefektifan intervensi.
2) Berikan tindakan kenyaman dasar misal: massage punggung dan aktivitas
hiburan misalnya music.
R/ Dapat meningkatkan relaksasi
3) Dorong penggunaan keterampilan penggunaan keterampilan manajement nyeri
misalnya relaksasi napas dalam.
R/ Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan
rasa control.
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
R/ Analgetik dapat menghambat stimulus nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
1. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R/ Memberikan kesempatan untuk memeriksa takut realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis
2. Berikan lingkungan terbuka sehingga klien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaannya
R/ Membantu klien merasa diterima pada kondisinya tanpa perasaan dihakimi
dan meningkatkan rasa terhormat
3. Pertahankan kontak sesering mungkin dengan klien.
R/ Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau ditolak.
4. Bantu klien/keluarga dalam mengenali dan mengklasifikasikan rasa takut
untuk memulai mengembangkan strategi koping.
R/ Dukungan dan konseling sesering diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi rasa takut.
5. Berikan informasi yang akurat
R/ Dapat menurunkan ansietas
INTERVENSI RASIONAL
1. Tinjau ulang dengan klien/orang tedekat pemahaman diagnose khusus,
alternative pengobatan dan sifat harapan.
R/ Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini mengidentifikasi kebutuhan belajar
dan memberiakan dasar pengobatan dimana klien membuat keputusan
berdasarkan informasi.
2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatan kanker
R/ Membantu identifiokasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan
kesenjanagan pengetahaun tentang kanker.
3. Tinjau ulang aturan pengobatan khusus dan penggunaan obat yang dijual
bebas.
R/ Meningkatkan kemampuan untuk mengatur perwatan diri dan menghindari
potensial, komplikasi, reaksi/interaksi obat.
4. Tinjau ulang dengan klien/orang terdekat pentingnya mempertahankan
status nutrisi optimal.
R/ Meningkatkan kesejateraan, memudahkan pemulihan dan memumgkinkan
klien mentoleransi pengobatan
5. Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serta dalam diet serta latihan
teratur.
R/ Meperbaiki konsistensi feces dan merangsang peristaltic.
Intra opresasi
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan efek anestesi
(vasokontriksi).
Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : Tekanan darah dalam batas normal, tidak terjadi hipotensi.
Rencana tindakan :
a) Pantau atau catat kecenderungan frekuensi jantung dan tekanan darah
khususnya terjadinya hipotensi.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi akibat kekurangan cairan dan vasokontriksi
pembuluh darah.
b) Catat suhu kulit atau warna dan kualitas atau kesamaan nadi perifer.
Rasional : kulit hangat, merah muda dan nadi kuat indikator curah jantung
adekuat.
c) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan oksigenisasi maksimal, menurunkan kerja jantung.
d) Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit dan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan pasien terpenuhi tergantung tipe pembedahan.
Post operasi
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
tindakan pembedahan.
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat denga membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik tanda vital stabil dan haluaran
urien adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering. Periksa balutan luka dengan sering
selama 24 jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang dan berlebihan.
Rasional : Tanda-tanda awal hemoragi usus dan pembentukan hematoma yang
dapat menyebabkan syok hepovelemik.
2. Palpasi nadi periver. Evaluasi pengisian kapiler turgor kulit, dan status
membrane mukosa.
Rasional : Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat
hidrasi.
3. Perhatikan adanya edema.
Rasional : Edema dapat terjadi Karena perpindahan cairan berkenaan dengan
penurunan kadar albumin (protein).
4. Pantau masukan dan haluaran.
Rasional : Indikator langsung dari hidrasi organ dan fungsi. Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan.
5. Pantau suhu tubuh.
Rasional : Demam rendah umum selama 24-48 jam pertama dan dapat menambah
kehilangan cairan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tanda-tanda infeksi dan vital sign.
Rasional : Mengetahui tanda-tanda infeksi dan menentukan intervensi selanjutnya.
2. Gunakan tehnik septik dan antiseptic.
Rasional : Dapat mencegah terjadinya kontaminasi dengan kuman penyebab
infeksi.
3. Berikan penyuluhan tentang cara pencegahan infeksi.
Rasional : Memberikan pengertian kepada klien agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.
Rasional : Obat antibiotik dapat membunuh kuman penyebab infeksi
3.1 Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : ISLAM
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Nelayan
Suku bangsa : JAWA
Alamat : Tuban
Golongan darah :O
Genogram :
x x X
: laki-laki : pasien
IV DATA PSIKOSOSIAL
1. Pola komunikasi : pasien koeperatif dalam menjawab semua pertanyaan dari
perawat dapat menjawab dan menggunakan bahasa jawa
2. Pola Interaksi : pasien koeperatif saat dirumah sakit tetapi pasien hanya
berbaring saja
V DATA SPIRITUAL
1. dirumah : pasien sholat 5 waktu dan tidak terlambat
2. dirumah sakit : pasien mengatakan melakukan ibadah ditempat tidur
VI KONSEP DIRI
1. Gambaran diri : pasien mengatakan menerima kondisinya sekarang ini apa
adanya
2. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa
melakukan aktifitaas dirumah
3. Harga diri : pasien mengatakan orang yang dihormati baik dikeluarga
dan dilingkungannya
4. Peran : pasien dirumah sebagai kepala rumah tangga dan
bekerja sebagai nelayan
5. Identitas diri : pasien mengenali dirinya bahwa dirinya sedang sakit
Penurunan motilitas
gastrointestinal
Konstipasi
Anoreksia
BB menurun
Intake nutrisi tidak adekuat
Defisit Nutrisi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro intestinal ditandai dengan px mengatakan tidak
bisa BAB sejak 2 minggu yang lalu, di pampers px terdapat feses kecil-kecil seperti
kotoran kambing berwarna coklat tua
RENCANA KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
-TD = 130/80
-N = 104 x / menit
-RR = 22 x / menit
- S = 36,8 C
- SPO = 99 %
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 2,4,5
I : 1. Identifikasi faktor penyebab nyeri
2. monitoring vital sign
3. kolaborasi pemberian analgetik
Defisit Nutrisi S:
- Px mengatakan masih muntah dan tidak nafsu
makan
O : pasien terlihat kurus, dan lemas, makanan tidak
habis hanya dimakan 4 sendok
Pada bab ini akan dibahas tentang persamaan kesenjangan antara teori dan
kasus mengenai asuhan keperawatan pada Tn.S dengan masalah keperawatan
nyeri akut dengan Tumor Intra Abdomen di ruang Flamboyan Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya.
4.1 Pengkajian
Menurut kasus nyata px mengeluh perutnya sakit sekali, terasa sakit
jika melakukan aktivitas, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dengan skala 4 (dari 1-
10), px terlihat menyeringai kesakitan dan gelisah, px juga tidak BAB sejak 2
minggu yang lalu, perutnya tidak enak sekali kalau makan selalu muntah, BB
turun 6 kg dalam 1 bulan Terdapat massa pada abdomen kanan atas ukuran 12x14
cm, Tekanan darah : 130/90mmhg suhu :36,7 Nadi 124x/menit RR : 24x/ menit
SPO2: 98%, Sedangkan menurut teori Hiperplasia, Nyeri, Anoreksia, mual,
muntah, Penurunan berat badan. Dari data diatas penulis mengatakan tidak
terdapat kesenjangan antara kasus nyata dan pada teori .
4.5 Evaluasi
Evaluasi pada kasus nyata didapatkan, Nyeri Akut b/d peradangan dengan
pengkajian masalah teratasi ditandai dengan ds: px mengatakan tidak nyeri dengan
skala 0, pasien tidak menyeringai kesakitan deengan skala 0, TTV dalam batas normal,
TD = 120 / 180, N = 88 x / menit, RR = 19 x / menit, Suhu = 36,7 C, Spo2 = 99 %,
Defisit Nutrisi b/d kurang asupan makanan dengan hasil pengkajian masalah
belum teratasi pasien pulang paksa ditandai dengan ds: Px mengatakan sudah tidak
muntah dan makan 6 sendok, makanan tidak habis, pasien terlihat kurus, BB tetap 55
kg, Konstipasi b/d Penurunan gastro intestinal dengan hasil pengkajian masalah
belum teratasi pasien pulang paksa yang ditandai Px mengatakan tidak bisa BAB
lagi, tidak ada feses dalam pampers pasien.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1 .1 Pengkajian
Berdasarkan data Tn.S dengan diagnosa tumor intra abdomen penulis
menyimpulkan sebagai berikut. Dalam pengkajian Tn. mengeluh perutnya sakit
sekali, terasa sakit jika melakukan aktivitas, sakitnya seperti ditusuk-tusuk dengan
skala 4 (dari 1-10), px terlihat menyeringai kesakitan dan gelisah, px juga tidak
BAB sejak 2 minggu yang lalu, perutnya tidak enak sekali kalau makan selalu
muntah, BB turun 6 kg dalam 1 bulan Terdapat massa pada abdomen kanan atas
ukuran 12x14 cm, Tekanan darah : 130/90mmhg suhu :36,7 Nadi 124x/menit
RR : 24x/ menit SPO2: 98%
5.1.2 Diagnosa
Diagnosa yang diambil penulis dari kasus nyata Nyeri akut b.d peradangan, Defisit
nutrisi b.d kurang asupan makanan, Konstipasi b.d penurunan motilitas gastro intestinal
5.1.3 Intervensi
Dilakukan penulis pada kasus nyata yaitu pada diagnosa pertama Nyeri akut b.d
peradangan, kedua Defisit nutrisi b.d kurang asupan makanan , ketiga Konstipasi b.d
penurunan motilitas gastro intestinal
5.1.4 Implementasi
Dilakukan penulis dalam kausu nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yaitu
diagnosa nyeri akut : pasien dikaji tentang nyeri, mengajarkan teknik relaksasi
jika nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik, mengkaji PQRST. Diagnosa
deficit nutrisi yaitu; menganjurkan makan sedikit tapi sering, member makan
favoritnya. Diagnosa konstipasi : Anjurkan makan tinggi serat, anjurkan kompres
hangat pada area sekitar anus
5.1.5 Evaluasi
Dihasilkan penulis dalam tindakan keperawatan pada diagnosa Nyeri Akut
b/d peradangan dengan pengkajian masalah teratasi ditandai dengan ds: px
mengatakan tidak nyeri dengan skala 0, pasien tidak menyeringai kesakitan deengan skala
0, TTV dalam batas normal, TD = 120 / 180, N = 88 x / menit, RR = 19 x / menit, Suhu =
36,7 C, Spo2 = 99 %, Defisit Nutrisi b/d kurang asupan makanan dengan hasil
pengkajian masalah belum teratasi pasien pulang paksa ditandai dengan ds: Px
mengatakan sudah tidak muntah dan makan 6 sendok, makanan tidak habis, pasien
terlihat kurus, BB tetap 55 kg, Konstipasi b/d Penurunan gastro intestinal dengan
hasil pengkajian masalah belum teratasi pasien pulang paksa yang ditandai Px
mengatakan tidak bisa BAB lagi, tidak ada feses dalam pampers pasien.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat
Pasien dengan tumor intra abdomen agar tidak terjadi nyeri secara berlebih
dengan melibatkan kolaborasi tim dokter tentang pemberian obat pereda rasa
nyeri dan mengajarkan pada pasien tentang teknik relaksasi dan kompres air
hangat ketika nyeri yang dirasakan meningkat.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Mempelajari dan memahami hal baru secara nyata dalam setiap tindakan
keperawatan dan membandingkan dengan apa yang ada dalam teori. Dengan
demikian mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan baru dalam masa
praktiknya.