DI SUSUN OLEH
HIKMATIAR INDRAWANSYAH
P071204190002N
1 intranatal form,erp
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing
akademik, pada :
Hari/Tanggal :
Stase :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
2 intranatal form,erp
LAPORAN PENDAHULAN
RETENSIO PLASENTA
A. PENGERTIAN
Menurut Sarwono Prawirohardjo : Retensio plasenta adalah tertahannya atau
belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Retensio Placenta adalah tertahannya atau keadaan dimana placenta belum lahir
dalam waktu satu jam setelah bayi lahir. Pada proses persalinan, kelahiran placenta
kadang mengalami hambatan yang dapat berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi
keterlambatan bisa timbul perdarahan yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu
pada masa post partum. Apabila sebagian placenta lepas sebagian lagi belum, terjadi
perdarahan karena uterus tidak bisa berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas
antara dua bagian itu. Selanjutnya apabila sebagian besar placenta sudah lahir, tetapi
sebagian kecil masih melekat pada dinding uterus, dapat timbul perdarahan masa nifas.
Disamping kematian, perdarahan post partum akibat retensio placenta
memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi puerperal karena daya tahan penderita
yang kurang. Oleh karena itu sebaiknya penanganan kala III pada persalinan mengikuti
prosedur tetap yang berlaku.
3 intranatal form,erp
C. JENIS RETENSIO PLASENTA
1. Plasenta adhesive
Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta akreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta
Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.
4. Plasenta perkreta
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus
5. Plasenta inkarserata
Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.
D. PATOFISIOLOGI
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi
progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi. pada masa retraksi itu lembek namun
serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. peristiwa retraksi menyebabkan
pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim
terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta
belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi
proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang (TMA Chalik, 1998 :
166).
E. KOMPLIKASI
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
3. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis
Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah
menjadi patologik (displastik-diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasif.
Sekali menjadi mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa
perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian
perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan
kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang
bisa berubah menjadi kanker. Syok haemoragik.
4 intranatal form,erp
F. GEJALA KLINIS
a. Waktu hamil
1. Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2. Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai
plasenta previa
3. Terjadi persainan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
4. Kadang terjadi ruptur uteri
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c. Persalinan kala III
1. Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter keDokter
Spesialis Obgynan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara
manual
2. Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini
dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk
mengeluarkan plasenta
3. Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
G. TINDAKAN-TINDAKAN PADA RETENSIO PLASENTA
a. Penanganan Umum
1. Jika placenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika anda
dapat merasakan placenta dalam vagina, keluarkan placentaa tersebut.
2. Pastikan kandung kemih sudah kosong.
3. Jika placenta belum keluar, berikan oksitoksin 10 unti i.m. Jika belum dilakukan
pada penanganan aktif kala III.
4. Jika uterus berkontraksi, lakukan PTT.
5. Jika PTT belum berhasil cobalah untuk melakukan pengeluaran placenta secara
manual.
b. Tindakan Khusus Retensio plasenta dengan pendarahan
1. Lakukan plasenta manual
2. Berikan cairan
3. Berikan tranfusi
4. Proteksi dengan antibiotika
5. Mempersiapkan plasenta manual dengan pengaruh narkosa
6. Rujuk ke RS bila perlu
H. PLASENTA MANUAL
Menurut buku asuhan persalinan normal revisi 2007.
5 intranatal form,erp
1. Pengertian
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasi dan kemudian melahirkannya keluar
dari kavum uteri.
2. Retensio Plasenta yang dilakukan Plasenta Manual
a. Grandemultaipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, P.
ankerata, dan P. Perkerata.
b. Menggangu kontraksi otot rahim dan menimbulkan pendarahan.
c. Retensio plasenta tanpa pendarahan dapat diperkirakan: Darah hilang terlalu
banyak, keseimbangan baru berbentuk bekuan darah sehingga pendarahan tidak
terjadi.
d. Plasenta manual segera dilakukan
Terjadi riwayat pendarahan berulang post partum. Pendarahan post partum lebih
dari 400 cc. Pertolongan persalinan dengan narkosa. Plasenta belum lahir
setelah30menit
6 intranatal form,erp
1) Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling .
2) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua perlekatan plasenta terlepas
dari dinding uterus.
d. Mengeluarkan plasenta
1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
menilai tidak ada sisa plasenta yang tertingga.
2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya percikan
darah).
3) Lakukan penakanan (dengan tangan yang menahan suprasimpisis) uterus ke
arah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam
wadah yang telah disediakan.
e. Pencegahan infeksi pasca tindakan
1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan
2) Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit
3) Cuci tangan
4) Keringkan tangan dengan handuk bersin
f. Pemantauan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital ibu
2) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
3) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan
lanjutan
4) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
5) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke
ruang rawat gabung
2. Plasenta Inkarserata
1. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan pemeriksaan
2. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan kontruksi
servik dan melahirkan plasenta
7 intranatal form,erp
3. Pilih fluathane atau eter untuk kontruksi servik yang kuat tetapi siapkan infus
oksitosin 20 IV dalam 500 mg NS/RL dengan 40 tetes/menit untuk mengan
tisipasi ganguan kontraksi yang disebabkan bahan anestesi tersebut.
4. Bila prosedur anestesi tidak tersedia tetapi serviks dapat dilalui oleh cunam ovum
lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut
berikan analgesik (tramadol 100 mg IV atau pethidme 50 mg IV dan sedotif
(diazepam 5mg IV) pada tabung suntik terpisah
3. Plasenta akreta
Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya
fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam, sulit ditentukan
tepi plasenta karena implantasi yang dalam upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas
pelayanan kesehatan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilitas pasien dan rujuk
ke RS.
I. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan
retensio placenta adalah sebagai berikut:
A. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan,
persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut:
1. Sirkulasi :
a. Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak terjadi sampai
kehilangan darah bermakna)
b. Pelambatan pengisian kapiler
c. Pucat, kulit dingin/lembab
d. Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placenta tertahan)
e. Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
f. Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan
darah.
2. Eliminasi
8 intranatal form,erp
3. Nyeri/Ketidaknyamanan:
Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal
(fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4. Keamanan
9 intranatal form,erp
faktor-faktor penyebab atau memberikan kesempa tan untuk
pemberat pada situasi hemoragi mencegah dan membatasi terjadinya
(misalnya laserasi, fragmen plasenta komplikasi.
tertahan, sepsis, abrupsio plasenta,
emboli cairan amnion atau retensi
janin mati selama lebih dari 5
minggu)
2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi 2. Perkiraan kehilangan darah, arteial
perdarahan; timbang dan hitung versus vena, dan adanya bekuan-
pembalut, simpan bekuan dan bekuan
jaringan untuk dievaluasi oleh membantu membuat diagnosa
perawat. banding dan menentukan kebutuhan
penggantian.
3. Kaji lokasi uterus dan derajat 3. Derajat kontraktilitas uterus
kontraksilitas uterus. Dengan membantu dalam diagnosa banding.
perlahan masase penonjolan uterus Peningkatan kontraktilitas
dengan satu tangan sambil miometrium dapat menurunkan
menempatkan tangan kedua diatas kehilangan darah. Penempatan satu
simpisispubis tangan diatas simphisis pubis
mencegah kemungkinan inversi
uterus selama masase.
4. Perhatikan hipotensi atau takikardi, 4. Tanda-tanda ini menunjukan
perlambatan pengisian kapiler atau hipovolemi dan terjadinya syok.
sianosis dasar kuku, membran Perubahan pada
mukosa dan bibir. tekanan darah tidak dapat dideteksi
sampai volume cairan telah menurun
10 intranatal form,erp
pemeriksaan vagina dan/atau rectal laserasi servikal, vaginal atau
perineal atau
hematoma terjadi
7. Berikan lingkungan yang tenang dan
dukungan psikologis 7. Meningkatkan relaksasi,
menurunkan ansietas dan kebutuhan
8. Mulai Infus i.v dari cairan isotonik metabolik.
atau elektrolit dengan kateter atau 8. Perlu untuk infus cepat atau multipel
melalui jalur vena sentral. Berikan dari cairan atau produk darah untuk
darah lengkap atau produk darah meningkatkan volume sirkulasi dan
(plaS2, kriopresipitat, trombosit) mencegah pembekuan.
sesuai indikasi.
9. Berikan obat-obatan sesuai
indikasi:Oksitoksin, 9. Meningkatkan kontraktilitas dari
Metilergononovin maleat, uterus yang menonjol dan
Prostaglandin F2 alfa. miometrium,
menutup sinus vena yang terpajan,
dan menghentikan hemoragi pada
10. Pantau pemeriksaan laboratotium adanya atonia.
sesuai indikasi : Hb dan Ht. 10. Membantu dalam menentukan
kehilangan darah. Setiap ml darah
membawa 0,5mgHb.
Intervensi Rasional
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan 1. Nilai bandingan membantu
sesudah kehilangan darah. Kaji status menentukan beratnya kehilangan
nutrisi, tinggi dan berat badan. darah. Status yang
ada sebelumnya dari kesehatan yang
buruk meningkatkan luasnya cedera
dari
2. Pantau tanda vital; catat derajat dan kekurangan oksigen.
durasi episode hipovolemik. 2. Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
dihubungkan dengan derajat dan
durasi hipotensi. Penigkatan
frekuensi pernapasan dapat
menunjukan upaya untuk mengatasi
11 intranatal form,erp
asidosis metabolik.
3. Perhatikan tingkat kesadaran dan
adanya perubahan prilaku. 3. Perubahan sensorium adalah
indikator dini dari hipoksia, sianosis,
tanda lanjut
dan mungkin tidak tampak sampai
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg
mulut, gusi dan lidah, perhatikan 4. Pada kompensasi vasokontriksi dan
suhu kulit. pirau organ vital, sirkulasi pada
pembuluh
darah perifer diperlukan yang
mengakibatkan sianosis dan suhu
5. Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan kulit dingin.
5. Memaksimalkan ketersediaan
6. Pasang jalan napas; penghisap sesuai oksigen untuk transpor sirkulasi
indikasi kejaringan.
6. Memudahkan pemberian oksigen.
Intervensi Rasional
12 intranatal form,erp
3. Berikan tindakan kenyamanan 3. Kompres dingan meminimalkan
seperti pemberian kompres es pada edema, dan menurunkan
perineum atau lampu pemanas pada hematoma serta
penyembungan episiotomy sensasi nyeri, panas meningkatkan
vasodilatasi yang memudahkan
resorbsi hematoma.
4. Berikan analgesik, narkotik, atau 4. Menurunkan nyeri dan ancietas,
sedativa sesuai indikasi meningkatkan relaksasi.
Intervensi Rasional
13 intranatal form,erp
(bengkak, eritema, nyeri), atau
infeksi saluran kemih (urine keruh,
bau busuk, dorongan, frekuensi,
nyeri).
5. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan 5. Anemia sering menyertai infeksi,
suplemen zat besi sesuai indikasi memperlambat pemulihan dan
merusak sistem imun.
Intervensi Rasional
14 intranatal form,erp
6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh
Intervensi Rasional
Callahan MDMPP. 2005. Benign Dissorders of The Upper Genital Trac in Blueprins
Obstetric dan Ginekologi. Boston : Blackwell Publishing.
15 intranatal form,erp
Crum MD. 2003. Tumors of The Miometrium In Diagnostic Gynecology and Obstetric
Pathology. Boston: Elcevier Saunders.
Juanto T. 2005. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia.
Vol. III No. 12. Juli 2005. Jakarta.
Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan \ginekologi. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Moore JG. 2001. Essensial Obstetry dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Hipokrates.
Parker WH. 2007. Etiologi Symptomatology and Diagnosis of Uterine Mioma. Vol. 87.
Departemen of Obstetric and Gynecology UCLA School of Medicine.
California : American Society for Reproductive Medicine
16 intranatal form,erp
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama pasien : NY A Nama suami : Tn Q
Umur : 28 th Umur : 30 th
Suku bangsa : Jawa/Indonesia Suku bangsa : Jawa/Indonesi
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S2 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Alamat : Pancor Alamat : Pancor
Status kawin : Menikah Status kawin : Menikah
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
- Keluhan Utama MRS : pasien mengatakan datang ke rumah sakit dengan hamil
pertamanya G1 A0 P0 dan ingin melahirkan di RS.
- Keluhan saat di kaji : pasien mengatakan ia merasa lemas dan pusing, serta mengeluh
nyeri pada daerah perut hingga ke bagian vagina.
1.RIWAYAT OBSTETRI
a. riwayat menstruasi
- Menarche,umur : 12 th Siklus :teratur (√ ) tidak ( )
- banyaknya :100 cc Lamanya :6 hari
- HPHT : 25/07/2019 Keluhan : Tidak ada
c. .persalinan sekarang
1. keluhan his
mulai kontraksi tanggal/jam 22 April 2020
√ Teratur Tidak
2. pengeluaran pervagina
17 intranatal form,erp
4. kala persalinan :
a. kala I :
- lama kala 1 : tgl: 22 April 2020, jam : 01.00 WITA
- pengobatan yang didapat : Terpasang infus D5%= 20 tpm/iv
b. kala II
- lama persalinan : tgl : 21 April 2020, jam:
- lama kala II : 120 Menit, jam : 11.10 WITA
- pengobatan yang didapat : terpasang infuse D5% = 20 Tpm
- penyulit : tidak ada
- keadaan bayi :
lahir tgl : 21 April 2020, jam : 11.10 WITA
jenis kelamin : L
apgar score I : 7 - 8
apgar score II: 7 - 8
c. kala III
- mulai persalinan : Tgl : 21 April 2020, jam : 11.10 WITA
TFU 3 Jari di bawah pusat, kontraksi uterus : Lemah
- lama kala III : 45 Menit, jam : 11.55 WITA
` - cara kelahiran plasenta: tindakan
Sebutkan : Manual Plasenta
- kotiledon : lengkap
- selaput : lengkap
- perdarahan selama persalinan: ±600 cc
- pengobatan yang didapat:
1. Inj. Okxytocin : 10 unit/IM (jam: 11.10 WITA)
2. inj, Okxytocin : 10 unit/IM (Jam: 11.25 WITA)
3. inj. Okxytocin : 20 unit/Drip dalam infuse Rl 500 ml : 60 tpm/iv
(jam: 11.55 WITA)
4. Kaltrofen supp 100 mg
d. kala IV
- keadaan umum
- tanda vital
- TD : 100/70 mmhg
- N : 90x/menit
- RR ; 20x/menit
- S : 360 c
18 intranatal form,erp
e. anus : berlubang
f. suhu ; 36,5C
g. lingkar kepala : 33 cm
h. kelainan kepala : Tidak ada
i. pengobatan yang didapat : Inj. Neo K 1 ampul/IM
E. rencana perawatan bayi : sendiri
Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
breast care : Pasien sanggup dan mau melakukan perawatan payudara
perineal care : Pasien sanggup dan mau melakukan perawatan parineal
nutrisi : pasien sanggup dan tahu nutrisi yang di konsumsi untuk ibu setelah
melahirkan dan menyusui
senam nifas : pasien sanggup dan mau melakukan senam nifas
KB: pasien mengatakan ia sanggup dan mau menggunakan KB
Menyusui: pasien ssanggup dan mau menyusui anaknya
4. riwayat lingkungan
kebersihan :Pasien mengatakan di lingkungan rumahnya bersih
bahaya: Pasien mengatakan rumahnya jauh dari pabrik maupun tempat
pembuangan sampah/limbah
5. kebutuhan dasar khusus
1. pola nutrisi
frekwensi makan 3x/hari
nafsu makan : Baik
jenis makanan rumah: Nasi sayur daging dan buah
makanan yang tidak disukai / alergi / pantangan : tidak ada
2. pola eliminasi
BAK :
Frekwensi 5 -6x/hari
Warna kuning jernih
Keluhan sering kencing saat kandungannya masuk usia 3 bulan
BAB
Frekwensi 1-2 x/hari
Warna kuning
Konsistensi lembek
19 intranatal form,erp
Bau khas feces
Keluhan : tidak ada
b. oral hygiene
frekwensi 2x/ hari
waktu : ( √ ) pagi ( ) siang ( √ ) setelah
makan
c. cuci rambut
frekwensi 3x / minggu
shampoo (√) ya ( ) tidak
6. pemeriksaan fisik
: Lemah Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmhg Nadi :92x/menit
Respirasi : 20x/menit Suhu :360 c
Berat badan : 60 Kg Tinggi badan : 160 cm
20 intranatal form,erp
sinus: Normal
mulut dan tenggorokan
gigi geligi : normal
kesulitan menelan: Tidak ada
pernafasan
jalan nafas : Paten/tidak ada gangguan
suara nafas : Vasikuler
mengguanakan otot Bantu nafas : Tidak ada
sirkulasi jantung
kecepatan denyut apical 92 x/menit
irama : Teratur
kelainan bunyi jantung : Tidak ada
sakit dada: tidak ada
abdomen
tampak mengecil
linea & striae : negra dan lividae
luka bekas operasi : Tidak ada
TFU : sepusat
Kontraksi ada dan teratur
Genitourinary
Perineum : Laserasi spontan
Lochea : tidak ada/ Masih darah
ekstemitas (integumen / muskuloskeletal)
Turgor kulit : Baik / kembali dalam 3 detik
Warna kulit : sawo matang
Kesulitan pergerakan : Tidak ada
Pengkajian nyeri
Pasien mengeluh nyeri pada daerah perut hingga ke bagian vagina,
P : Kontraksi uterus
Q; seperti mau BAB
R : perut dan pinggang hingga vagina
S : 9 (0-10)/Berat
data penunjang
1. Laboratorium : Hb 12,5 mg/dl, Protein urine : (-), Glukosa urine :
(-), HIV: (-), HBsAg : (-)
2. USG : Hasil Normal
3. rterapi yang didapat
Infus D5% : 20 tpm/iv
A. ANALISA DATA
21 intranatal form,erp
O: laserasi perineum, vagina
1. pasien tampak lemas dan dan servik rupture
pucat
2. akral teraba dingin Perdarahan
3. perdarahan saat
persalinan/pervagina ± 700 Kehilangan vaskuler
cc yang berlebihan
4. TTV : TD 100/70 mmhg,
N : 92x/menit, RR:
20x/menit, S: 360c
Pucat, kulit
dingin/lambat
22 intranatal form,erp
pada vagina Hematoma porsi atas
4. TTV : TD 100/70 mmhg, vagina
N : 92x/menit, RR:
20x/menit, S: 360c Resiko tinggi infeksi
23 intranatal form,erp
PROSES PERAWATAN
24 intranatal form,erp
jaringan untuk menentukan simpan bekuan dan
dievaluasi oleh kebutuhan jaringan untuk
perawat. penggantian. dievaluasi oleh
3. Derajat kontraktilitas perawat.
3. Kaji lokasi uterus dan uterus membantu
derajat kontraksilitas dalam diagnosa 3. Mengkaji lokasi
uterus. Dengan banding. Peningkatan uterus dan derajat
perlahan masase kontraktilitas kontraksilitas uterus.
penonjolan uterus miometrium dapat Dengan perlahan
dengan satu tangan menurunkan masase penonjolan
sambil menempatkan kehilangan darah. uterus dengan satu
tangan kedua diatas Penempatan satu tangan sambil
simpisispubis tangan diatas menempatkan tangan
simphisis pubis kedua diatas
mencegah simpisispubis
kemungkinan inversi
4. Perhatikan hipotensi uterus selama
atau takikardi, masase.
perlambatan pengisian 4. Tanda-tanda ini
kapiler atau sianosis menunjukan 4. Memperhatikan
dasar kuku, membran hipovolemi dan hipotensi atau
mukosa dan bibir. terjadinya syok. takikardi,
Perubahan pada perlambatan
tekanan darah tidak pengisian kapiler atau
dapat dideteksi sianosis dasar kuku,
sampai volume cairan membran mukosa dan
telah menurun bibir.
sampai 30 - 50%.
25 intranatal form,erp
5. Pantau masukan dan Sianosis adalah tanda
keluaran, perhatikan akhir dari hipoksia
berat jenis urin 5. Bermanfaat dalam
memperkirakan 5. Memantau masukan
luas/signifikansi dan keluaran,
kehilangan cairan. perhatikan berat jenis
Volume urin
perfusi/sirkulasi
adekuat ditunjukan
dengan keluaran 30 –
6. Hindari 50 ml/jam atau lebih
pengulangan/gunakan besar.
kewaspadaan bila 6. Dapat meningkatkan
melakukan hemoragi bila laserasi 6. Menghindari
pemeriksaan vagina servikal, vaginal atau pengulangan/gunakan
dan/atau rectal perineal atau kewaspadaan bila
7. Berikan lingkungan hematoma terjadi melakukan
yang tenang dan pemeriksaan vagina
dukungan psikologis 7. Meningkatkan dan/atau rectal
relaksasi, 7. Berikan lingkungan
8. Mulai Infus i.v dari menurunkan ansietas yang tenang dan
cairan isotonik atau dan kebutuhan dukungan psikologis
elektrolit dengan metabolik.
kateter atau melalui 8. Perlu untuk infus 8. Mulai Infus i.v dari
jalur vena sentral. cepat atau multipel cairan isotonik atau
Berikan darah lengkap dari cairan atau elektrolit dengan
atau produk darah produk darah untuk kateter atau melalui
(plaS2, kriopresipitat, meningkatkan jalur vena sentral.
26 intranatal form,erp
trombosit) sesuai volume sirkulasi dan Berikan darah
indikasi. mencegah lengkap atau produk
pembekuan. darah (plaS2,
9. Berikan obat-obatan 9. Meningkatkan kriopresipitat,
sesuai kontraktilitas dari trombosit) sesuai
indikasi:Oksitoksin, uterus yang menonjol indikasi.
Metilergononovin dan miometrium, 9. Berikan obat-obatan
maleat, Prostaglandin menutup sinus vena sesuai
F2 alfa. yang terpajan, dan indikasi:Oksitoksin,
menghentikan Metilergononovin
hemoragi pada maleat, Prostaglandin
adanya atonia. F2 alfa.
10. Membantu dalam
10. Pantau pemeriksaan menentukan
laboratotium sesuai kehilangan darah.
indikasi : Hb dan Ht. Setiap ml darah 10. Pantau pemeriksaan
membawa 0,5mgHb. laboratotium sesuai
indikasi : Hb dan Ht.
2. Perubahan Setelah 1. Perhatikan Hb/Ht 1. Nilai bandingan 1. Memperhatikan S:
perfusi jaringan dilakukan sebelum dan sesudah membantu Hb/Ht sebelum dan Pasien mengatakan sudah
tindakan kehilangan darah. Kaji menentukan beratnya sesudah kehilangan tidak pusing dan masih
keperawatan 1 x status nutrisi, tinggi kehilangan darah. darah. Kaji status merasa lemas
60 menit dan berat badan. Status yang nutrisi, tinggi dan O:
diharapkan ada sebelumnya dari berat badan. a. Pasien tampak tidak
Perubahan kesehatan yang buruk pucat
perfusi jaringan meningkatkan b. Akral hangat
dapat teratasi luasnya cedera dari c. CRT < 3 detik
dengan kriteria 2. Pantau tanda vital; kekurangan oksigen. d. Konjungtiva tidak
27 intranatal form,erp
hasil: catat derajat dan durasi 2. Luasnya keterlibatan 2. Memantau tanda anemis
a. Pasien tidak episode hipovolemik. hipofisis dapat vital; catat derajat dan e. TTV : TD: 100/70
merasa lemas dihubungkan dengan durasi episode mmhg, N:
dan pusing derajat dan durasi hipovolemik. 80x/menit, S:360c,
b. Akral hangat hipotensi. Penigkatan RR: 20x/menit
c. Pasien tidak frekuensi pernapasan A:
pucat dapat menunjukan Masalah teratasi
d. CRT < 3 upaya untuk P:
detik 3. Perhatikan tingkat mengatasi asidosis Intervensi di hentikan
e. Konjungtiva kesadaran dan adanya metabolik.
tidak anemis perubahan prilaku. 3. Perubahan sensorium 3. Memperhatikan
f. TTV dalam adalah indikator dini tingkat kesadaran dan
batas normal dari hipoksia, adanya perubahan
sianosis, tanda lanjut prilaku.
dan mungkin tidak
tampak sampai kadar
4. Kaji warna dasar PO2 turun dibawah
kuku, mukosa mulut, 50 mmHg
gusi dan lidah, 4. Pada kompensasi 4. Mengkaji warna dasar
perhatikan suhu kulit. vasokontriksi dan kuku, mukosa mulut,
pirau organ vital, gusi dan lidah,
sirkulasi pada perhatikan suhu kulit.
pembuluh
darah perifer
diperlukan yang
mengakibatkan
5. Beri terapi oksigen sianosis dan suhu
sesuai kebutuhan kulit dingin.
28 intranatal form,erp
5. Memaksimalkan 5. Memberi terapi
ketersediaan oksigen oksigen sesuai
untuk transpor kebutuhan
sirkulasi kejaringan.
29 intranatal form,erp
nyeri dari mencetuskan rasa penyebab psikologis
d. TTV dalam ketidaknyamanan takut dan ansietas, dari ketidaknyamanan
batas normal yang memperberat
persepsi
ketidaknyamanan. 3. Berikan tindakan
3. Berikan tindakan 3. Kompres dingan kenyamanan seperti
kenyamanan seperti meminimalkan pemberian kompres
pemberian kompres edema, dan es pada perineum atau
es pada perineum menurunkan lampu pemanas pada
atau lampu pemanas hematoma serta penyembungan
pada penyembungan sensasi nyeri, panas episiotomy
episiotomy meningkatkan
vasodilatasi yang
memudahkan resorbsi
hematoma. 4. Berikan analgesik,
4. Berikan analgesik, 4. Menurunkan nyeri narkotik, atau
narkotik, atau dan ancietas, sedativa sesuai
sedativa sesuai meningkatkan indikasi
indikasi relaksasi.
4. Resiko tinggi Setelah 1. Demonstrasikan 1. Mencegah 1. Mendemonstrasikan S:
terjadi Infeksi dilakukan mencuci tangan yang kontaminasi mencuci tangan yang O:
tindakan tepat dan teknik silang/penyebaran tepat dan teknik a. tidak tampak tanda-
keperawatan 1 x perawatan diri. organinisme perawatan diri. Tinjau tanda infeksi
60 menit Tinjau ulang cara infeksious ulang cara yang tepat b. TTV : TD: 100/70
diharapkan yang tepat untuk untuk menangani dan mmhg, N:
infesi tidak menangani dan membuang material 80x/menit, S:360c,
terjadi dengan membuang material yang terkontaminasi RR: 20x/menit
kriteria hasil: yang terkontaminasi misalnya pembalut,
30 intranatal form,erp
a. Tidak ada misalnya pembalut, tissue, dan balutan. A:
tanda-tanda tissue, dan balutan. Masalah belum teratasi
infeksi 2. Perhatikan 2. Peningkatan suhu 2. Memperhatikan P:
seperti kalor, perubahan pada dari 100,4 ºF (38ºC) perubahan pada tanda Intervensi di lanjutkan
dolor, rubor, tanda vital pada dua hari beturut- vital
tumor, turut (tidak
fungsio laesa menghitung 24 jam
b. TTV dalam pertama pasca
batas normal partum), tachikardia,
atau leukositosis
dengan perpindahan
kekiri menandakan
infeksi.
3. Gejala-gejala ini 3. Memperhatikan
3. Perhatikan gejala menandakan gejala malaise,
malaise, mengigil, keterlibatan sistemik, mengigil, anoreksia,
anoreksia, nyeri kemungkinan nyeri tekan uterus
tekan uterus atau menimbulkan atau nyeri pelvis
nyeri pelvis bakterimia, shock,
dan kematian bila
tidak teratasi. 4. Menyelidiki sumber
4. Selidiki sumber 4. Diagnosa banding potensial lain dari
potensial lain dari adalah penting untuk infeksi, seperti
infeksi, seperti pengobatan yang pernapasan
pernapasan efektif (perubahan pada
(perubahan pada bunyi napas, batuk
bunyi napas, batuk produktif, sputum
produktif, sputum purulent), mastitis
31 intranatal form,erp
purulent), mastitis (bengkak, eritema,
(bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi
nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine
saluran kemih (urine keruh, bau busuk,
keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi,
dorongan, frekuensi, nyeri).
nyeri). 5. Mengkaji keadaan Hb
5. Anemia sering atau Ht. Berikan
5. Kaji keadaan Hb atau menyertai infeksi, suplemen zat besi
Ht. Berikan memperlambat sesuai indikasi
suplemen zat besi pemulihan dan 6. Mengkolaborasikan
sesuai indikasi merusak sistem imun. dengan dokter untuk
6. Kolaborasi dengan 6. Pemberian antibiotic memberikan obat anti
dokter untuk dapat mencegah infeksi / antibiotik
memberikan obat terjadinya infesi
anti infeksi/antibiotik passca melahirkan
32 intranatal form,erp