Kelompok 5 - Apendisitis REVISI
Kelompok 5 - Apendisitis REVISI
APENDISITIS
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 - A.2 / SEMESTER V
1. RISMALA PRAMUDITHA ( 058 STYC 15 )
2. SRI KURNIAWATI ( 071 STYC 15 )
3. MULTAZAM ( 045 STYC 15 )
4. SUCIATI ( 073 STYC 15 )
5. SRI SUSANTI ( 072 STYC 15 )
Penulis,
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari apendisitis.?
2. Apakah etiologi dari apendisitis?
3. Apakah klasifikasi dari apendisitis?
4. Apakah manifestasi klinis dari apendisitis?
5. Apakah patofisiologi dari apendisitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat agar para mahasiswa keperawatan dapat mengetahui
tentang konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang definisi dari apendisitis.
b. Untuk mengetahui tentang etiologi dari apendisitis.
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi dari apendisitis.
d. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari apendisitis.
e. Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari apendisitis.
f. Untuk mengetahui tentang WOC dari apendisitis.
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang dari apendisitis.
h. Untuk mengetahui tentang komplikasi dari apendisitis.
i. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari apendisitis.
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan secara teoritis dari apendisitis.
D. Manfaat Penulisan
Dengan dibuatkannya makalah “Analisis Jurnal dan Asuhan Keperawatan
Apendisitis” ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam mengetahui
dan memahami mengenai salah satu penyakit dalam sistem pencernaan yaitu
apendisitis khususnya penyebab dan patofisiologi secara lengkap mengenai penyakit
ini agar mereka dapat memberikan penkes sehingga dapat mencegah atau
menurunkan angka kejadian dari apendisitis. Dan dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat memudahkan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
benar agar terhindar dari kesalahan pemberian tindakan.
B. Penulis
1. Grece Frida Rasubala, mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. Lucky Tommy Kumaat, mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
3. Mulyadi, mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
C. Nama Jurnal
e-Journal Keperawatan (e-Kp).
D. Tujuan Jurnal
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi Benson
terhadap skala nyeri pada pasien post operasi apendiksitis di RSUP. Prof. Dr.
R.D. Kandou dan RS Tk. III R.W. Mongonsidi Teling Manado.
E. Metodelogi Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment
dengan teknik pengambilan Sampel menggunakan rumus untuk penelitian kuasi
eksperimen dengan desain rancangan penelitian pre and post test without
control. Penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu purposive
sampling.
H. Implikasi Keperawatan
Penerapan penelitian ini bagi institusi pendidikan dapat digunakan sebagai
bahan acuan atau pedoman atau pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
mengenai penanganan pasien apendiksitis. Lalu bagi lokasi penelitian, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan peningkatan
pelayanan kesehatan tentang pemberian teknik relaksasi untuk menurunkan
skala nyeri
Jadi, hasil penelitian dari jurnal ini, relaksasi benson terbukti dapat
dimanfaatkan dalam intervensi keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri atau
kecemasan pada pasien di rumah sakit.
LAMPIRAN
Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, dan Mulyadi (2017) e-Jurnal
Keperawatan (e-Kp). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala
Nyeri pada Pasien Post-Operasi di RSUP. Prof. Dr. R.D.Kandou dan RS
TK.III R.W. Mongisidi Teling Manado. Vol.5 No.1, Februari ’17.
B. Etiologi
Etiologi apendisitis yang terjadi antara lain disebabkan oleh obstruksi lumen
appendiks. Obstruksi lumen pada appendiks yang menyebabkan apendisitis antara
lain karena; material feses yang keras (fecalith), hyperplasia jaringan limfoid, dan
infeksi virus (Hockenberry & Wilson, 2007). Penyebab lainnya dari apendisitis
antara lain; benda asing, infeksi bakteri, parasit, dan tumor appendiks atau sekum
(Lynn, Cynthia, & Jeffery, 2002). (Dikutip dalam Widia Sandy, 2013)
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Peradangan pada appendiks dengan gejala khas yang memberikan tanda
setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar-samar dan tumpul yang
merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus.
E. Patofisiologi
Menurut Mansjoer dkk (2004) dikutip dalam Islamiatun (2014) patofisiologi
appendisitis adalah sebagai berikut:
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur atau obstruksi
(penyumbatan) karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut
akan menghambat aliran limfe yang yang mengakibatkan edema, diapendisitis
bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah apendisitis akut fokal yang ditandai
oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menebus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi
infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrenosa. Stadium ini disebut
apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi
apendisitis perforasi. Semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi
abses atau menghilang.
Pada anak-anak omentum lebih pendek, apendiks lebih panjang dan dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Ulserasi SUMBER:
SJAMSUHIDAJAT, (1997)
APPENDICITIS
Pertahanan tubuh
membatasi proses radang
Menutup appendiks
dengan omentum usus
halus
Terbentuk massa
periappendikuler/infiltrat
appendiks
Nekrosis jaringan Massa menguraikan diri
secara lambat
Abses
Sembuh tidak sempurna
Ruptur/pecah/perforasi
Terbentuk jaringan parut
Eksudat fibrinosa keluar
Perlengketan dengan
jaringan sekitar
Melengket pada jar. sekitar
Eksaserbasi akut
Jika infeksi menghilang Terbentuk abses
Obstruksi usus Tidak mengenal sumber informasi Penurunan permeabilitas pemb. darah
Stasis massa di usus Salah interpretasi informasi Cairan dan elektrolit pindah ke lumen usus
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) dikutip dalam Islamiatun (2014)
pemeriksaan penunjang apendisitis terdiri dari:
1) Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000 20.000/ml
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan
jumlah serum yang meningkat. Terjadinya apendisitis akut dan adanya
perubahan dinding apendiks vermiformis secara signifikan berhubungan
dengan meningkatnya jumlah leukosit darah. Temuan ini menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan peradangan mural dari
apendiks vermiformis, yang merupakan tanda khas pada apendisitis secara dini.
2) Radiologi: terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan
Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat
yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan
H. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
perbandingan sehingga berupa masa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum,
dan lekuk usus halus (Sjamsuhidajat, 2005). Komplikasi utama apendisitis adalah
perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses, abses
subfrenikus dan fokal sepsis intra abdominal lain (Bararah dan Jauhar, 2013).
(dikutip dalam Islamiatun, 2014)
I. Penatalaksanaan
Dikutip oleh Islamiatun (2014), tindakan paling tepat dan merupakan satu-
satunya pilihan paling baik bila diagnosis sudah jelas adalah appendiktomi
(Sjamsuhidajat, 2005). Menurut Lippincott (2011) penanganan apendisitis adalah:
apendiktomi merupakan satu-satunya penanganan efektif dan jika terjadi
peritonitis, penanganannya meliputi intubasi GI, penggantian parenteral cairan
dan elektrolit, dan pemberian antibiotik.
Persiapan operasi dilakukan dengan pemberian medikamentosa berupa
analgetik dan antibiotik spektrum luas, dan resusitasi cairan yang adekuat. Pasien
apendisitis seringkali datang dengan kondisi yang tidak stabil karena nyeri hebat
sehingga analgetik perlu diberikan. Antibiotik diberikan untuk profilaksis, dengan
cara diberikan dosis tinggi, 1-3 kali dosis biasanya. Antibiotik yang umum
diberikan adalah cephalosporin generasi 2 / generasi 3 dan Metronidazole. Hal ini
secara ilmiah telah dibuktikan mengurangi terjadinya komplikasi post operasi
seperti infeksi luka dan pembentukan abses intraabdominal. Pilihan antibiotik
lainnya adalah ampicilin-sulbactam, ampicilin-asam klavulanat, imipenem,
aminoglikosida, dan lain sebagainya. Waktu pemberian antibiotik juga masih
diteliti. Akan tetapi beberapa protokol mengajukan apendisitis akut diberikan
dalam waktu 48 jam saja. Apendisitis dengan perforasi memerlukan administrasi
antibiotik 7-10 hari.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Diagnosa Pre-Operasi Apendisitis
1) Nyeri (akut) b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama,
perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan abses.
3) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d pengeluaran cairan
berlebih, status hipermetabolik, inflamasi peritonium dengan cairan asing.
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi dan salah
interpretasi informasi.
b) Diagnosa Post-Operasi Apendisitis
1) Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat insisi bedah.
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
3) Gangguan integritas kulit b.d luka insisi pembedahan.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif insisi bedah.
C. Intervensi Keperawatan
1) Intervensi 1
Nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan nyeri berkurang atau hilang.
KH : Klien melaporkan nyeri berkurang / hilang, klien tampak rileks, skala
nyeri menjadi 1-3.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, Berguna dalam pengawasan
beratnya (skala 0-10). keefektifan obat, kemajuan
Selidiki dan laporkan perubahan penyembuhan. Perubahan pada
nyeri dengan tepat. karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses / peritonitis,
memerlukan upaya evaluasi medik dan
intervensi.
Pertahankan istirahat dengan posisi Gravitasi melokalisasi eksudat
semifowler. inflamasi dalam abdomen bawah atau
pelvis, menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah dengan
posisi telentang.
Dorong dan ajarkan ambulasi dini. Meningkatkan normalisasi fungsi
organ, contoh : merangsang peristaltik
dan kelancaran flatus, menurunkan
ketidaknyamanan abdomen.
Berikan aktivitas hiburan. Fokus perhatian kembali,
meningkatkan relaksasi, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
Pertahankan puasa/ penghisapan NG Menurunkan ketidaknyamanan pada
pada awal. peristaltik usus dini dan iritasi gaster/
muntah.
Berikan analgesik sesuai indikasi. Menghilangkan nyeri mempermudah
kerjasama dengan intervensi terapi
2) Intervensi 2
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat insisi bedah.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan nyeri berkurang atau hilang.
KH : Klien melaporkan nyeri berkurang / hilang, klien tampak rileks, skala
nyeri menjadi 1-3.
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, Berguna dalam pengawasan
beratnya (skala 0-10). keefektifan obat, kemajuan
Selidiki dan laporkan perubahan penyembuhan. Perubahan pada
nyeri dengan tepat. karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses / peritonitis,
memerlukan upaya evaluasi medik dan
intervensi.
Ajarkan teknik relaksasi. Untuk mengalihkan rasa nyeri
sehingga pasien lebih nyaman
Pertahankan istirahat dengan posisi Menghilangkan tekanan abdomen
telentang. yang bertambah dengan posisi
telentang.
Berikan kantong es pada abdomen. Menghilangkan dan mengurangi nyeri
melalui penghilangan rasa ujung saraf.
Catatan: jangan lakukan kompres
panas karena dapat menyebabkan
kompresi jaringan.
Beritahukan penyebab nyeri. Membantu klien dalam mekanisme
koping
Berikan analgesik sesuai indikasi. Menghilangkan nyeri mempermudah
kerjasama dengan intervensi terapi
3) Intervensi 3
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tidak terjadi intoleransi aktivitas.
KH : Pasien tidak lemas, pasien mampu melakukan aktivitas mandiri sesuai
kondisi dan kemampuan.
Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital sebelum Untuk mengetahui sejauh mana
dan sesudah aktivitas. perbedaan selama aktivitas.
Kaji penyebab kelemahan. Merencanakan intervensi dengan
tepat.
Ajarkan latihan gerak aktif pasif. Meningkatkan sirkulasi darah dan
mencegah komplikasi.
Lakukan alih baring tiap 2 jam. Mencegah terjadinya kelembaban
yang berlebih pada kulit pasien.
Bantu pasien dalam beraktivitas. Bisa memaksimalkan penggunaan
energi yang dikeluarkan.
4) Intervensi 4
Gangguan integritas kulit b.d luka insisi pembedahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam integritas
kulit kembali utuh.
KH : integritas kulit membaik, tidak ada tanda-tanda infeksi, leukosit normal.
Intervensi Rasional
5) Intervensi 5
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan abses;
prosedur invasif insisi bedah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi berkurang.
KH : Meningkatnya penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/
inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam.
Intervensi Rasional
Awasi tanda vital. Perhatikan demam, Dugaan adanya infeksi/ terjadinya
menggigil, berkeringat, perubahan sepsis, abses, peritonitis.
mental, meningkatnya nyeri abdomen.
Lihat insisi dan balutan. Catat Memberikan deteksi dini terjadinya
karakteristik drainase luka/ drein (bila proses infeksi, dan/ atau pengawasan
dimasukkan), adanya eritema. penyembuhan peritonitis yang telah
ada sebelumnya.
Lakukan pencucian tangan yang baik Menurunkan resiko penyebaran
dan perawatan luka aseptik. Berikan infeksi.
perawatan paripurna.
Berikan informasi yang tepat, jujur, Pengetahuan tentang kemajuan
dan jelas pada pasien/ orang terdekat. situasi memberikan dukungan emosi,
membantu menurunkan ansietas.
Ambil contoh drainase bila Kultur pewarnaan Gram dan
diindikasikan. sensitivitas berguna untuk
mengidentifikasikan organisme
penyebab dan pilihan terapi.
6) Intervensi 6
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pengeluaran cairan berlebih, pembatasan pascaoperasi, status hipermetaabolik,
inflamasi peritonium dengan cairan asing.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan dan elektrolit menjadi kuat.
KH : kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil dan
secara individual haluaran urine adekuat.
Intervensi Rasional
Awasi TD dan nadi. Rasional : Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume
intravaskuler.
Lihat membran mukosa : kaji turgor Indikator keadekuatan sirkulasi
kulit dan pengisian kapiler. perifer dan hidrasi seluler.
Awasi masukan dan haluaran : catat Penurunan haluaran urine pekat
catat warna urine/ konsentrasi, berat dengan peningkatan berat jenis
jenis. diduga dehidrasi/ kebutuhan
peningkatan cairan.
Auskultasi bising usus. Catat Indikator kembalinya peristaltik,
kelancaran flatus, gerakan usus. kesiapan untuk pemasukkan oral.
Berikan sejumlah kecil minuman Menurunkan iritasi gaster/ muntah
jernih bila pemasukkan peroral untuk meminimalkan kehilangan
dimulai, dan lanjutkan dengan diet cairan.
sesuai toleransi.
Berikan perawatan mulut sering Dehidrasi mengakibatkan bibir dan
7) Intervensi 7
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
dan salah interpretasi informasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan potensial
komplikasi.
KH : Berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi Rasional
Kaji ulang pembatasan aktivitas Memberikan informasi pada pasien
pascaoperasi, contoh : mengangkat untuk merencanakan kembali
berat, olahraga, seks, latihan, rutinitas biasa tanpa menimbulkan
menyetir. masalah.
Identifikasi gejala yang memerlukan Upaya intervensi menurunkan resiko
evaluasi medik, contoh : peningkatan komplikasi serius, contohnya :
nyeri, edema/ eritema luka, adanya peritonitis, lambatnya proses
drainase, demam. penyembuhan.
Dorong aktivitas sesuai toleransi Mencegah kelemahan, meningkatkan
dengan periode istirahat periodik. penyembuhan dan perasaan sehat,
mempermudah kembali ke aktivitas
normal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks atau usus buntu. Penanganan
apendisitis adalah apendiktomi merupakan satu-satunya penanganan efektif dan jika
terjadi peritonitis, penanganannya meliputi intubasi GI, penggantian parenteral
caiaran dan elektrolit, dan pemberian antibiotik. Terjadinya apendisitis akut dan
adanya perubahan dinding apendiks vermiformis secara signifikan berhubungan
dengan meningkatnya jumlah leukosit darah. Temuan ini menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah leukosit berhubungan dengan peradangan mural dari apendiks
vermiformis, yang merupakan tanda khas pada apendisitis secara dini.
B. Saran
Makalah mengenai ‘Analisis Jurnal dan Asuhan Keperawatan Apendisitis’ ini
dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan suatu apapun. Penulis sadari dalam
penyusunan masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat diharapkan.
Grece Frida Rasubala, Lucky Tommy Kumaat, dan Mulyadi (2017) e-Jurnal
Keperawatan (e-Kp). Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala
Nyeri pada Pasien Post-Operasi di RSUP. Prof. Dr. R.D.Kandou dan RS
TK.III R.W. Mongisidi Teling Manado. Vol.5 No.1, Februari ’17.
Islamiatun (2014) Karya Tulis Ilmiah. Kajian Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan
Gangguan Kenyamanan: Nyeri Post Appendiktomi hari ke-1 di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta. 14 Juli ’14. Hal: 1, 14-27.
Widya Sandy. Karya Ilmiah Akhir Ners. Analisis Praktik Klinik Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Post Operasi Laparatomi
Apendiktomi ET Causa Apendisitis Perforasi di RSUP Fatmawati. Depok Jabar.
Juli ’13. Hal 7-8.
Virgianti Nur Varidah (2015) Jurnal SURYA. Penurunan Tingkat Nyeri Pasien dengan
Teknik Distraksi Napas Ritmik. Vol.07, No.02, Agustus ’15.