Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) (2010) memperkirakan kasus kanker akan terus
mengalami peningkatan dan diprediksi akan mencapai 21,4jt kasus pada tahun 2030
dan 2 per 3 kasus tersebut terdapat di negara-negara berkembang. Di Indonesia,
berdasarkan riset, kementrian riset kesehatan dasar tahun 2013 didapatkan prevalensi
penyakit tumor/kanker mencapai 1.4 per mil (Kemenkes RI 2013).

Penyakit terminal seperti kanker berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan


penderita baik fisik, psikologis maupun spiritual. Secara fisik penderita akan
mengalami nyeri, fatigue, serta mengalami penurunan fisik dan kelelahan terus-
menerus (Ahn et al., 2009). Kondisi ini akan mengakibatkan timbulnya masalah
psikologis pada pasien. Dari aspek psikologis yang dapat dilihat dari penderita antara
lain sedih, shock, apatis, berduka, cemas, harga diri rendah, persepsi diri rendah,
penurunan gambar diri, isolasi diri, dan depresi (Brown et al., 2005).

Masalah yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit terminal meliputi seluruh aspek
dimulai dari aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Meskipun masalah yang
dihadapi pasien kanker mencakup berbagai aspek, upaya yang dilakukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan masih terfokus pada permasalahan fisik saja. Pada pasien kanker
stadium lanjut, upaya penyembuhan menjadi sangat sulit, sedikit dari pasien yang
dapat kembali pulih dan sembuh dari penyakitnya. Padahal menurut Murray (2004),
spiritual care pada pasien dengan penyakit terminal dirasakan oleh pasien sebagai hal
yang penting. Sejalan dengan itu, Mok, Wong, dan Wong (2009) menyebutkan bahwa
satu-satunya penyembuhan bagi pasien penyakit terminal adalah spiritualitas mereka.

Namun kenyataannya, pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien dengan penyakit


terminal di Indonesia belum dilakukan secara optimal. Terutama oleh perawat sebagai
pemberi layanan kesehatan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai