Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SRI AGUSTINA

NIM : 7171220016
KELAS : B (AKUNTANSI )

AKAD IJARAH
 LATAR BELAKANG
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, manusia dapat membeli atau
melakukan barter untuk memperoleh aset yang dibutuhkan. Selain itu manusia juga dapat
menyewa aset yang diperlukan, untuk dapat menggunakan atau mengambil manfaat dari
aset yang disewanya. Akad sewa-menyewa seperti ini merupakan salah satu contoh dari
akad Ijarah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa
sementara hak kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau
pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Pengalihan kontrak atau
aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain boleh dilakukan baik
dengan harga sama, lebih tinggi atau lebih rendah asalkan pemberi sewa
mengizinkannya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya
adalah kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa
pertama ke penyewa berikutnya yang tidak lain memberi sewa sendiri) harus tunai.

 Pengertian Akad Ijarah


Menurut Sayyid Sabiq dalam Fikih Sunah, al Ijarah berasal dari kata al Ajruh yang
berarti al ‘Iwadhu (ganti/kompensasi). Ijarah dapat didefinisikan sebagai akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan
pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barang itu sendiri. Jadi ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang
atau jasa (mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau
upah sejumlah tertentu). Aset yang disewakan (objek ijarah) dapat berupa rumah, mobil,
peralatan dan lain sebagainya. Karena yang ditransfer adalah manfaat dari suatu aset,
sehingga segala sesuatu yang dapat ditransfer manfaatnya dapat menjadi objek ijarah.
Dengan demikian, barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah,
karena mengambil manfaatnya berarti memilikinya. Bentuk lain dari objek ijarah adalah
manfaat dari suatu jasa yang berasal dari suatu jasa yang berasal dari hasil karya atau dari
pekerjaan seseorang.

 Jenis Akad Ijarah


A. Berdasarkan objek yang disewakan
Berdasarkan objek yang disewakan, ijarah dapat dibagi 2, yaitu ;
1. Manfaat atas aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset bergerak seperti mobil,
motor, pakaian dan sebagainya.
2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
B. Berdasarkan PSAK 107
Berdasarkan PSAK 107, ijarah dapat dibagi menjadi 3, namun yang telah dikenal secara
luas adalah dua jenis ijarah yang disebutkan pertama, yaitu ;
1. Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan manfaat
yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan
kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.
2. Ijarah muttahiya Bin Tamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan kepemilikan
aset yang dijarahkan pada saat tertentu.
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang disewakan dari pemilik kepada
penyewa, dalam ijarah muntahiya bit tamlik dapat dilakukan jika seluruh pembayaran
sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan
kembali kepada pemberi sewa. Kemudian untuk perpindahan kepemilikan akan dibuat
akad baru, terpisah dari akad ijarah sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui :
a. Hibah
b. Penjualan dimana harga harus disepakati kedua belah pihak sebelum akad penjualan,
namun pelaksanaan penjualan dapat dilakukan:
 Sebelum akad berakhir
 Setelah akad berakhir
Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa. Untuk
perpindahan secara bertahap, harus ditentukan bagian penyewa setiap kali ia
melakukan pembayaran dari harga total sampai ia memiliki aset tersebut secara
penuh diakhir kontrak. Sistem ini mengharuskan pembuatan kontrak untuk setiap
bagian penjualan, sampai bagian terakhir dijual kepada penyewa. Jika kontrak
ijarah batal karena alasan-alasan yang mendasar sebelum perpindahan
kepemilikan secara penuh kepada penyewa, aset yang disewanya menjadi milik
bersama penyewa dan pemberi sewa secara proporsional.
c. Jual dan ijarah adalah transaksi menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan kemudian
menyewa kembali objek ijarah tersebut yang telah dijual tersebut. Alasan dilakukanya
transaksi tersebut bisa saja sipemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih
memerlukan manfaat dari aset tersebut. Transaksi jual dan ijarah harus merupakan
transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual
harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan atau
kerugian atau pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi. Keuntungan
atau kerugian yang timbul dari transaksi jual tidak dapat diakui sebagai pengurang
atau penambah beban ijarah yang muncul karena ia menjadi penyewa.
d. Ijarah-lanjut menyewakan labih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik. Jika suatu entitas menyewa objek ijarah untuk disewa-lanjutkan,
maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa tangguhan) untuk pembayaran
ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah untuk sewa jangka pendek.

 Dasar Syariah

A. Sumber Hukum Akad Ijarah

1. Al-Quran,

Sebagaimana friman Allah SWT “Apakahmereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan-


mu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan yang lain. Dan rahmat Tuhan-
mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 32)

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah: 26)

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada
kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qasas: 26)

2. As-Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah
kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “berikanlah upah
pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya” (HR. ‘Abd ar-


Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri)

Dari Saad bin Abi Waqqash r.a, bahwa Rasulullah bersabda: “Dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang
kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau
perak.” (HR. Nasa’i)

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Ada
tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka:
(pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia
curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan
harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu
sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberinya
upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.1489 dan Fathul Bari IV:417 No.: 2227)
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari
Ibnu Mas’ud)

B. Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah

Rukun ijarah ada tiga macam, yaitu:

A) Pelaku yang terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa/lesson/mu’jjir dan


penyewa/pengguna jasa/lessee/musta’jir.

B) Objek akad ijarah berupa: manfaat aset/ma’jur  dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.

C) Ijab kabul/serah terima.

Ketentuan syariah :

1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh

2. Objek akad ijarah

3. Manfaat aset/jasa adalah sebagai berikut:

1) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa komputer,
maka komputer itu harus dapat berfungsi sebagai mestinya dan tidak rusak.

2) Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah atas
objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang
untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempat main judi atau menjual kamar
dal lain sebagainya.

3) Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara
syariah sehingga tidak sah akadnya:
Kewajiban shalat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban setiap
individu.

Mempekerjakan seseorang untuk membaca Al-Quran dan pahalanya (manfaatnya)


ditujukan untuk orang tertentu, karena pahala/nilai kebaikan akan kembali pada yang
membacanya, sehingga tidak ada manfaat yang dapat dialihkan.

Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena
mengambil manfaat darinya sama saja dengan memilikinya/menguasainya. Misalnya
makanan/minuman/buah-buahan atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya
berarti menggunakannya.

4) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan


yang dapat menimbulkan sengketa, misalnya kondisi fisik mobil yang disewa. Untuk
mengetahui kejelasan manfaat dari suatu aset dapat dilakukan identifikasi aset.

5) Jangka waktu penggunaan menfaat ditentukan dengan jelas, misalnya 2 tahun.

Sewa dan upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna
jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset
atau jasa yang digunakan.

Harus jelas besarnya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya, Berkah
Toserba merekrut karyawannya yang ditugaskan sebagai pramuniaga (hubungannya
adalah pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakati sebesar Rp2 juta per
bulan. Tidak boleh menyatakan gajinya tergantung dari penjualan perusahaan karena
besarnya menjadi tidak pasti.

Boleh dibayar dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek
akad.

Bersifat felaksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak
serta lainnya yang berbeda. Misanya, sewa atas mobil yang jenisnya sama misalnya
Innova 2006, di Jakarta sewa per hari Rp500.000 sedangkan di Yogyakarta
Rp400.000, atau menyewakan toko kalau digunakan untuk menjual pakaian harga
sewanya Rp20 juta per tahun tapi kalau digunakan untuk bengkel Rp25 juta per tahun
atau sewa toko untuk 1 tahun Rp25 juta tapi kalo 2 tahun Rp45 juta. Begitu di
sepakati maka harga sewa akan mengikat dan tidak boleh berubah selama masa akad.

Ketentuan Syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik.

 Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Malik harus melaksanakan akad ijarah
terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli ataupun
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.

 Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.

 Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern

C. Ketentuan Syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik.

1. Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Malik harus melaksanakan akad
ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli
ataupun pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.

2. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad,
yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus
ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad
ijarah.

3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Anda mungkin juga menyukai