NIM : 7171220016
KELAS : B (AKUNTANSI )
AKAD IJARAH
LATAR BELAKANG
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, manusia dapat membeli atau
melakukan barter untuk memperoleh aset yang dibutuhkan. Selain itu manusia juga dapat
menyewa aset yang diperlukan, untuk dapat menggunakan atau mengambil manfaat dari
aset yang disewanya. Akad sewa-menyewa seperti ini merupakan salah satu contoh dari
akad Ijarah. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa
sementara hak kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau
pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Pengalihan kontrak atau
aset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain boleh dilakukan baik
dengan harga sama, lebih tinggi atau lebih rendah asalkan pemberi sewa
mengizinkannya. Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya
adalah kedua akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa
pertama ke penyewa berikutnya yang tidak lain memberi sewa sendiri) harus tunai.
Dasar Syariah
1. Al-Quran,
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah: 26)
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata ‘wahai ayahku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik untuk bekerja (pada
kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al-Qasas: 26)
2. As-Sunah
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “berbekamlah
kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda: “berikanlah upah
pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)
Dari Saad bin Abi Waqqash r.a, bahwa Rasulullah bersabda: “Dahulu kami menyewa
tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang
kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau
perak.” (HR. Nasa’i)
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Ada
tiga golongan yang pada hari kiamat (kelak) Aku akan menjadi musuh mereka:
(pertama) seorang laki-laki yang mengucapkan sumpah karena Aku kemudian ia
curang, (kedua) seorang laki-laki yang menjual seorang merdeka lalu dimakan
harganya, dan (ketiga) seorang laki-laki yang mempekerjakan seorang buruh lalu
sang buruh mengerjakan tugas dengan sempurna, namun ia tidak memberinya
upahnya.” (Hasan: Irwa-ul Ghalil no.1489 dan Fathul Bari IV:417 No.: 2227)
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu objek.” (HR. Ahmad dari
Ibnu Mas’ud)
B) Objek akad ijarah berupa: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.
Ketentuan syariah :
1) Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak, misalnya sewa komputer,
maka komputer itu harus dapat berfungsi sebagai mestinya dan tidak rusak.
2) Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan); maka ijarah atas
objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah. Misalnya mengupah seseorang
untuk membunuh, menyewakan rumah untuk tempat main judi atau menjual kamar
dal lain sebagainya.
3) Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara
syariah sehingga tidak sah akadnya:
Kewajiban shalat, puasa tidak dapat dialihkan karena ia merupakan kewajiban setiap
individu.
Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena
mengambil manfaat darinya sama saja dengan memilikinya/menguasainya. Misalnya
makanan/minuman/buah-buahan atau uang (kas), jika mengambil manfaat darinya
berarti menggunakannya.
Sewa dan upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna
jasa kepada pemberi sewa atau pemberi jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset
atau jasa yang digunakan.
Harus jelas besarnya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. Misalnya, Berkah
Toserba merekrut karyawannya yang ditugaskan sebagai pramuniaga (hubungannya
adalah pekerja dan pemberi kerja) dan gaji yang disepakati sebesar Rp2 juta per
bulan. Tidak boleh menyatakan gajinya tergantung dari penjualan perusahaan karena
besarnya menjadi tidak pasti.
Boleh dibayar dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek
akad.
Bersifat felaksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak
serta lainnya yang berbeda. Misanya, sewa atas mobil yang jenisnya sama misalnya
Innova 2006, di Jakarta sewa per hari Rp500.000 sedangkan di Yogyakarta
Rp400.000, atau menyewakan toko kalau digunakan untuk menjual pakaian harga
sewanya Rp20 juta per tahun tapi kalau digunakan untuk bengkel Rp25 juta per tahun
atau sewa toko untuk 1 tahun Rp25 juta tapi kalo 2 tahun Rp45 juta. Begitu di
sepakati maka harga sewa akan mengikat dan tidak boleh berubah selama masa akad.
Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Malik harus melaksanakan akad ijarah
terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli ataupun
pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang
hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern
1. Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiya bit Malik harus melaksanakan akad
ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli
ataupun pemberian, hanya dapat dilakukan setelah berakhirnya akad ijarah.
2. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad,
yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus
ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah berakhirnya akad
ijarah.
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.