Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN A DENGAN IMUNISASI DPT DI PUSKESMAS CIPONDOH


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Praktik Keperawatan
Anak
Dosen Pengampu : Hj. Endang Suartini, S.ST, M.KM

Disusun oleh :

Kelompok 5

Ananda Ariva Rahma P27904117004

Aniig Nur Aisyah P27904117006

Eka Supriyanti P27904117012

Iman Sadewa P27904117024

Lia Arieska Fadilla P27904117029

Nurmala P27904117035

Rizqita Putri P27904117045

Siti Ika Fariha P27904117046

Sity Maryatul Kudriah P27904117047

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa pertolongan-Nya, mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
walaupun masih ada kesalahan. Makalah ini memuat tentang “ Imunisasi pada
Anak “ dan sengaja dipilih karena menyangkut dengan materi yang akan dibahas
serta untuk memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN ANAK. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang Suhartini SST. Mkes selaku dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah banyak membantu penyusun agar dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Khususnya untuk mahasiswa. Walaupun makalah ini masih memiliki
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik. Terima kasih.

Tangerang , Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
Imunisasi………………………………………………………..
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Imunisasi………………………………….

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian .................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................
C. Rencana Asuhan Keperawatan .................................................................................

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama


dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Angka kematian
bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak
karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak suatu Negara.
Menurut laporan yang di sampaikan organisasi medis kemanusiaan dunia,
Medicins Sans Frontieres (MSF) atau dokter lintas batas yang
menyebutkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 6 negara. Menurut MSF,
sebanyak 70% dari anak –anak yang tidak terjangkau program imunisasi
rutin terbesar di kongo, India, Negiria, Ethiopia, Indonesia dan Pekistan.

Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa
tiap tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi misalnya:
batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000
(38%), di Indonesia sendiri UNICEF mencatat sekitar 30.000 – 40.000
anak di Indonesia setiap tahun meninggal karena serangan campak.
Imunisasi dasar adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi sesorang.

Dengan pengertian lain, Imunisasi adalah pemberian kekebalan


tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam
tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya
(Umar,2006). Sehingga, ia apabila terpapar pada Antigen yang serupa,
maka tidak akan terjadi penyakit. Data dari Direktorat Surveilans
Epidemiologi, Imunisasi, dan Kesehatan Matra, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 mei 2011 menunjukkan angka
cakupan imunisasi di tahun 2010 adalah campak 89,5%, DTP-3 90,4%,
polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Data Kementerian
Kesehatan RI tahun 2016 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar di
Indonesia belum mencapai target Millennium Development Goals
(MDGs) yang ditetapkan sebesar ≥ 93 %.

Dari data yang ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di


Indonesia sudah cukup tinggi, namun pada beberapa daerah masih
ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional. Hal ini jelas menjadi
masalah, karena apabila balita tak mendapakan imunisasi sejak dini.
Dampak kedepannya bisa sangat membahayakan kesehatannya, sebab
imun kekebalan tubuhnya tak mampu melindungi dari berbagai serangan
penyakit menular atau tidak menular yang marak terjadi.

B. Rumusan Masalah
Berikut beberapa rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas :

1. Kurangnya partisipasi Masyarakat untuk imunisasi


2. Kurang pengetahuan akan pentingnya imunisasi
3. Meningkatnya anak sakit dan meninggal dunia akibat terserang
penyakit
4. Imunisasi beberapa daerah masih rendah

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan berdasarkan latar belakang diatas sebagai berikut :

1. Masyarakat berpartisipasi untuk imunisasi anaknya,


2. Mengetahui pentingnya imunisasi,
3. Meningkatkan bayi sehat dan meminimalisir angka kematian bayi
maupun anak akibat sakit,
4. Meningkatkan bayi sehat di setiap daerah maupun di kota

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS IMUNISASI


1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan


kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42
Tahun 2013).

Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya


kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan
kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah suatu tindakan untuk
memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam
tubuh. (Depkes RI, 2000). Imunisasi adalah upaya yang dilakukan
dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak
sehingga terhindar dari penyakit. (Yupi S, 2004). Imunisasi adalah
suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
antigen yang berupa virus atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui
mulut seperti vaksin Polio. Pemberian imunisasi pada anak yang
mempunyai tujuan agar tubuh kebal

terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh


beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat
dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara
pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut
akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan
tubuh dapat diharapkan pada diri anak.

2. Jenis-Jenis Imunisasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013,


berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.

a. Imunisasi wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya
dari penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib diberikan sesuai
jadwal sebagaimana ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan
imunisasi. Imunisasi wajib terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi
rutin terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu)
tahun. Jenis imunisasi dasar yaitu:

a) Bacillus Calmette Guerin (BCG)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk


mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan
dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG,
pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat
seperti TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh
lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG
berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis
(TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria
bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang telah dilemahkan. Menurut Nufareni
(2003), Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi
mengurangi risiko TB berat seperti meningitis TB atau
TB miliar. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1
kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 –
11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi
umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi
BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG
dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi
limfadenitis regional dan reaksi panas. Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap tuberculosis. Cara pemberian
dan dosis imunisasi BCG :
 Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan
alat-alat suntik steril dan menggunakan cairan pelarut
(NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc
 Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali
 Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan
atas pada insersio musculus deltoideus
 Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan
Vaksin akan rusak bila terkena sinar matahari
langsung. Botol kemasan, biasanya terbuat dari
bahan yang berwarna gelap untuk menghindari
cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak
vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak
vaksin BCG. Vaksin BCG di buat dalam vial, di
mana kemasannya ada 1 cc dan 2 cc.
 Kontra indikasi : Uji Tuberculin > 5 mm, Sedang
menderita HIV, Gizi buruk, Demam tinggi, Infeksi
kulit luas, dan Pernah menderita TBC
 Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi
umum seperti demam. Setelah 1-2 minggu
penyuntikan biasanya akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah
menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal
ini tidak perlu pengobatan dan akan sembuh spontan
dalam 8-12 minggu dengan jaringan parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar limfe di ketiak
atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit serta
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan
tidak memerlukan pengobatan dan akan hilang
dengan sendirinya.
b) Diphtheria Pertusis Tetanus (DPT)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk


mencegah terjadinya penyakit diphteri, pertusis dan tetanus.
Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung
racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya
akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali
dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih
sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ – organ tubuh membuat zat anti, kedua
dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian
imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4
minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui
intramuscular. Cara pemberian imunisasi DPT adalah
melalui injeksi intramuskular. Cara memberian vaksin ini,
sebagai berikut:

 Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu


dengan seluruh kaki telanjang
 Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
 Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
 Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
 Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit
sehingga masuk ke dalam otot. Untuk mengurangi rasa
sakit, suntikkan secara pelan-pelan
 Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan
efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri
pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat
dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam,
kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan
syok.
c) Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah


terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg
dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis
3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0
– 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah
intramuscular. Cara Pemberian dan Dosis imunisasi
hepatitis B :

 Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar


suspense menjadi homogeny
 Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM
sebaiknya pada anterolateral paha.
 Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x
 Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan
selanjutnya dengan interval waktu minimal 4 minggu.
 Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita
infeksi berat disertai kejang, masih diizinkan untuk
pasien batuk/pilek.

 Efek Samping
o Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakkan disekitar tempat bekas penyuntikan.
o Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan
perasaan tidak enak pada saluran cerna
o Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya
setelah 2 hari.
d) Polio
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Terdapat 2 macam vaksin polio:

- Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk),


mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikan.
- Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung
vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam
bentuk pil atau cairan.
- Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali.
Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11
bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian
imunisasi Polio melalui oral. Cara pemberian dan
dosis imunisasi polio : Diberikan secara oral sebanyak 2
tetes di bawah lidah langsung dari botol tanpa
menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan interval
waktu minimal 4 minggu. Setiap membuka vial baru
harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
- Kontraindikasi
Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada
efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian Polio
pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan
misalnya sedang menderita diare atau muntah, demam
tinggi >38,5˚C, maka dosis ulangan dapat di berikan
setelah sembuh.
- Efek samping
Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal
yang perlu diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu
setelah anak mendapatkan imunisasi polio maka pada
tinja si anak akan terdapat virus polio selama 6 minggu
sejak pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka
yang berhubungan dengan bayi yang baru saja
diimunisasi polio supaya menjaga kebersihan dengan
mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

e) Campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
penyakit ini sangat menular. Penyakit infeksi ini
disebabkan oleh virus morbilli yang menular melalui
droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya
kemerahan yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi
dan menjalar kewajah dan anggota badan. Selain itu,
timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan
kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari, kemerahan
mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila
sembuh , kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi
campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak satu
kali dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap
penyakit campak berangsur akan hilang sampai usia 9
bulan. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Waktu pemberian imunisasi campak pada
umur 9 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak
melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah
dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas.

2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan. Imunisasi lanjutan diberikan pada :
a) Anak Usia Bawah Tiga Tahun (Batita)
Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia bawah
tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan
Campak.

b) Anak Usia Sekolah Dasar


Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi
lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Diphtheria
Tetanus (DT), Campak, dan Tetanus diphteria (Td).

c) wanita usia subur


Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita usia subur
berupa Tetanus Toxoid (TT).
3) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur
tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian
epidemiologis pada periode waktu tertentu. Pemberian imunisasi
tambahan tidak menghapuskan kewajiban pemberian imunisasi
rutin.

4) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit
tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu antara lain persiapan
keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian
luar biasa. Jenis imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi
Meningitis Meningokokus, imunisasi demam kuning, dan
imunisasi Anti Rabies (VAR).

5) Imunisasi pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat
diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam
rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit menular
tertentu. Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi
Haemophillus influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus,
Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid,
Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese
Encephalitis.

a) Imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella)


Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah
Measles (campak), Mumps (gondongan) dan Rubella
merupakan vaksin kering yang mengandung virus hidup,
harus disimpan pada suhu 2–80C atau lebih dingin dan
terlindung dari cahaya. Vaksin harus digunakan dalam
waktu 1 (satu) jam setelah dicampur dengan pelarutnya,
tetap sejuk dan terhindar dari cahaya, karena setelah
dicampur vaksin sangat tidak stabil dan cepat kehilangan
potensinya pada temperatur kamar. Vaksin MMR harus
diberikan sekalipun ada riwayat infeksi campak,
gondongan dan rubella atau sudah mendapatkan imunisasi
campak; anak dengan penyakit kronis seperti kistik
fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan,
gagal tumbuh, sindrom Down; anak berusia ≥ 1 tahun day
care yang centre, berada family day di care dan
playgroups; dan anak yang tinggal di lembaga cacat
mental.

Kontra Indikasi:

 Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati


atau dengan gangguan imunitas, yang mendapat
pengobatan dengan imunosupresif atau terapi sinar
atau mendapat steroid dosis tinggi (ekuivalen dengan
2 mg/kgBB/hari prednisolon)
 Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut
atau tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok)
terhadap gelatin atau neomisin
 Pemberian MMR harus ditunda pada anak dengan
demam akut, sampai penyakit ini sembuh
 Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain
(termasuk BCG dan vaksin virus hidup) dalam waktu
4 minggu. Pada keadaan ini imunisasi MMR ditunda
lebih kurang 1 bulan setelah imunisasi yang terakhir.
Individu dengan tuberkulin positif akan menjadi
negatif setelah pemberian vaksin
 Wanita hamil tidak dianjurkan mendapat imunisasi
MMR (karena komponen rubela) dan dianjurkan
untuk tidak hamil selama 3 bulan setelah mendapat
suntikan MMR.
 Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3
bulan setelah pemberian imunoglobulin atau transfusi
darah yang mengandung imunoglobulin (whole blood,
plasma). Dengan alasan yang sama imunoglobulin
tidak boleh diberikan dalam waktu 2 minggu setelah
vaksinasi.
 Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk
infeksi HIV).
 Sebenarnya HIV bukan kontra indikasi, tetapi pada
kasus tertentu, dianjurkan untuk meminta petunjuk
pada dokter spesialis anak (konsultan). Dosis: Dosis
tunggal 0,5 ml suntikan secara intra muskular atau
subkutan dalam.
 Diberikan pada usia 12–18 bulan.
Pada populasi dengan insidens penyakit campak dini
yang tinggi, imunisasi MMR dapat diberikan pada
usia 9 (sembilan) bulan.

b) Imunisasi Thypus Abdominalis


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit thypus abdominalis, dalam
persediaannya, khususnya di Indonesia terdapat 3 jenis
vaksin thypus abdominalis diantaranya kuman yang
dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dan
antigen kapsular Vi Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur
meriux). Pada vaksin kuman yang dimatikan, dapat diberikan
untuk bayi 6 – 12 bulan adalah 0,1 mL, 1 – 2 tahun 0,2 mL,
dan 2 – 12 tahun adalah 0,5 mL, pada imunisasi awal dapat
diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu
kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin
kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul
enteric coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5, pada anak
diatas usia 6 tahun dan pada antigen kapsular diberikan pada
usia diatas 2 tahun dan dapat diulang tiap 3 tahun.

c) Imunisasi Varicella
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella
merupakan virus hidup varicella zoster strain OK yang
dilemahkan. Vaksin diberikan mulai umur masuk sekolah (5
tahun) Pada anak ≥ 13 tahun vaksin di anjurkan dua kali
selang 4 minggu. Pada keadaan terjadi kontak dengan kasus
varisela, untuk pencegahan vaksin dapat diberikan dalam
waktu 72 jam setelah penularan (dengan persyaratan:
kontak dipisah/tidak berhubungan). Kontra Indikasi:

 Demam tinggi
Hitung limfosit kurang dari 1200/µl atau adanya bukti
defisiensi imun selular seperti selama pengobatan
induksi penyakit keganasan atau fase radioterapi
 Pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi
kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih)
 Alergi neomisin Dosis dan Jadwal: Dosis 0,5 ml
suntikan secara subkutan, dosis tunggal.

d) Imunisasi Hepatitis A
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya hepatitis A. Rekomendasi:
 Populasi risiko tinggi tertular Virus Hepatitis A
(VHA).
Anak usia ≥ 2
tahun,didaerahterutamaendemis.Padaanakusia>2 tahun
antibodi maternal sudah menghilang. Di lain pihak,
kehidupan sosialnya semakin luas dan semakin tinggi
pula paparan terhadap makanan dan minuman yang
tercemar.
 Pasien Penyakit Hati Kronis, berisiko tinggi hepatitis
fulminan bila tertular VHA.
 Kelompok lain: pengunjung ke daerah endemis; penyaji
makanan; anak usia 2–3 tahun di Tempat Penitipan
Anak (TPA); staf TPA; staf dan penghuni institusi
untuk cacat mental; pria homoseksual dengan pasangan
ganda; pasien koagulopati; pekerja dengan primata
bukan manusia; staf bangsal neonatologi.

Kontra Indikasi:

Vaksin VHA tidak boleh diberikan kepada individu yang


mengalami reaksi berat sesudah penyuntikan dosis
pertama Dosis dan Jadwal:

 Dosis vaksin bervariasi tergantung produk dan usia


resipien
 Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster
bervariasi antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis
pertama, tergantung produk
 Diberikan pada amak <2
tahun.
e) Vaksin Tifoid
Vaksin tifoid oral dibuat dari kuman Salmonella
typhi galur non patogen yang telah dilemahkan,
menimbulkan respon imun sekretorik IgA, mempunyai
reaksi samping yang lebih rendah dibandingkan vaksin
parenteral. Kemasan dalam bentuk kapsul. Penyimpanan
pada suhu 2 – 80C. Vaksin tifoid oral diberikan untuk anak
usia ≥ 6 tah Kontra Indikasi:

 Vaksin Tifoid Oral


- Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif
terhadap Salmonella.
- Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua
minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid
oral (karena vaksin ini juga menimbulkan respon
yang kuat dari interferon mukosa)
 Vaksin tifoid polisakarida parenteral
- Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
- Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit
kronik progresif.
- Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan
antibiotik, sulfonamid atau antimalaria yang aktif
terhadap Salmonella.
- Pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda dua
minggu setelah pemberian terakhir dari vaksin tifoid
oral (karena vaksin ini juga menimbulkan respon
yang kuat dari interferon mukosa)
 Vaksin tifoid polisakarida parenteral
- Alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin.
- Pada saat demam, penyakit akut maupun penyakit
kronik progresif.

f) Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit influenza tipe B. Vaksin Hib adalah vaksin polisakarida
konyugasi dalam bentuk liquid, yang dapat diberikan tersendiri atau
dikombinasikan dengan vaksin DPaT (tetravalent) atau DpaT/HB
(pentavalent) atau DpaT/HB/IPV (heksavalent). Kontra Indikasi:
Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena
bayi tersebut belum dapat membentuk antibody.

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada


bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap
tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki
pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah,
pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan
spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah
pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana
complemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran
ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman
harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh
spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan
tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya.
System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut
imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler
terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik
selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini
akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah
masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip
imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi
menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

1) Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan


akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami
reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan
humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam
imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap
vaksinnya antara lain :

a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai


zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat
berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau
bakteri dimatikan.
b) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan.
c) Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk
menhindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi
antigen.
d) Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi
untuk meningkatkan imonogenitas antigen.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat imunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
3. Cara Pemberiaan Imunisasi

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat


untuk pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

42 Tahun 2013)

Jenis Dosis Cara Pemberian Tempat


Vaksin

Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha

BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas

Polio 2 tetes Oral Mulut

DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi


Lengan kanan
untuk batita

Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas

DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

TT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4


(empat) minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian
imunisasi.

4. Waktu Pemberiaan Imunisasi


Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar (Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 42 Tahun 2013)

Umur Jenis

0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak bawah tiga tahun

Umur Jenis Imunisasi

18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Waktu
Sasaran Imunisasi Pelaksanaan

Kelas 1 SD Campak Agustus


DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November
5. Rantai Dingin (Cold Chain)

Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam


keadaan baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau
efek kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar
temperature yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi
kekebalannya.

Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

6. Pemberian Imunisasi
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang
harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :
a. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.
- Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau
sakit,
- Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
sebelumnya,
- Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.

b. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan


penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih
dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent).
Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat
imunisasi, dan efek sampingnya.
c. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat
imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui
tindakan imunisasi.
d. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada
anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang
tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat
harus memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi
diberikan pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi
anak. Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi
seluas luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan
imunisasi supaya dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada
akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara
kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
e. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang
menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada
anak, yaitu:
a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi
vaksin virus hidup.
c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system
imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan
imonoglobulin.
d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin
sebelumnya seperti pertusis.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari


tindakan imunisasi pada anak meliputi:

1) Kesiapan meningkatkan status imunisasi.


2) Kurang pengetahuan keluarga (ibu) mengenai jadwal
imunisasi, jenis imunisasi efek samping imunisasi
berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
3) Risiko hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Intervensi keperawatan
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PADA ANAK A DENGAN


IMUNISASI DPT/…

A PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : An. A
Umur : 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 (satu)
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Perum. Cipondoh Makmur B VIII/20
No. RM : 000240448
Tanggal pengkajian : 15 Oktober 2019
2.Identitas orang tua
a. Ayah
Nama : Tn. H
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Perum. Cipondoh Makmur B VIII/20

b. Ibu
Nama : Ny. D
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Perum. Cipondoh Makmur B VIII/20

3. Keluhan utama
Ibu An. A mengatakan bahwa ia ingin membawa anaknya untuk imunisasi
DPT 4, HBHIB 4, POLIO 4.
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu An. A mengatakan bulan ini belum disuntik imunisasi karna
bulan lalu sudah disuntik imunisasi lalu An. A dibawa oleh ibunya
ke Posyandu Durian untuk diberikan imunisasi. Ibu pasien
mengatakan takut anaknya akan sakit setelah diimunisasi. Ibu klien
tampak cemas

b. Riwayat kesehatan dahulu


Ibu N. A mengatakan sejak lahir An. A pernah demam setelah
pemberian imunisasi DPT 1
1) Pola kebiasaan
Data Aktivitas Sehari-Hari

No. Aktivitas Di Rumah


1. Nutrisi ASI
2. BAB 3-4 kali sehari
3. BAK 5-8 kali sehari
4. Pola istirahat dan tidur Tidur siang : 3-4
jam sehari
Tidur malam : 9-
10 jam sehari
5. Mandi 2 kali sehari
6. Minum 600-800 ml per
hari. Jenis : ASI
7. Ganti pakaian 4 kali sehari

2) Riwayat imunisasi
Hepatitis B : 11 Juni 2019
BCG : 12 Juli 2019
Polio 1 : 11 Juni 2019
Polio 2 : 12 Juli 2019
Polio 3 : 17 September 2019
DPT 1 : 15 Agustus 2019
DPT 2 : 17 September 2019

3) Riwayat kesehatan keluarga


Ibu An. A mengatakan bahwa ia dan suami tidak
mempunyai penyakit menular dan penyakit bawaan.

5. Data psikososial
An. A menunjukan emosinya dengan menangis sewaktu ingin diimunisasi.

6. Riwayat spiritual
Ibu An A. mengatakan sering mengajarkan bacaan basmalah dan alfatihah
kepada anaknya.

7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Composmentis
b. Tingkat kesadaran : PCS 15
c. Tanda-tanda vital
Nadi : 132 kali per menit
Suhu : 36,2 derajat celsius
Respirasi : 35 kali per menit
d. Antropometri
BB lahir : 3100 gram
PB lahir : 49 cm
BB sekarang : 6800 gram
PB sekarang : 65 cm
e. Head to toe
1) Kulit dan kepala : kulit lembab, turgor kulit < 2 detik, tidak ada
edema
2) Mata : mata simetris kiri kanan, konjungtiva tidak anemis, sclera
berwarna putih, tidak ada edema, pupil mengecil ketika terkena
cahaya, tidak ada edema
3) Hidung : hidung simetris, warna kulit hidung sama dengan
warna kulit lainnya, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada
pendarahan, tidak ada bengkak
4) Mulut : warna bibir pink, langit-langit utuh, tidak ada edema,
tidak ada pendarahan, lidah simetris, rooting refleks dan sucking
refleks baik
5) Leher : warna kulit leher sama dengan kulit lainnya, integritas
kulit baik, bentuk simetris, tidak ada edema, tidak ada
pembesaran kelenjar
6) Telinga : bentuk simetris kiri kanan, integritas kulit normal,
warna kulit telinga sama dengan warna kulit lainnya, refleks
moro baik
7) Dada : dada simetris, tidak ada tanda-tanda distress pernafasan,
warna kulit sama dengan yang lainnya, tidak ada edema, bunyi
nafas vesikuler
8) Abdomen : suara peristaltik 18 kali per menit, simetris kiri
kanan, tidak ada edema, warna kulit sama dengan yang lainnya
9) Genetalia : bersih, tidak ada edema, integritas kulit baik, tidak
ada pendarahan, tidak ada haemoroid,
10) Ekstremitas atas: refleks palmar grasp baik, simetris kiri kanan,
integritas kulit baik, tidak ada edema
11) Ekstremitas bawah : refleks babinski baik, simetris kiri kanan,
integritas kulit baik, tidak ada edema
12) Kulit dan kuku : kuku bersih, bentuk normal, tidak ada tanda-
tanda sianosis, jari tidak sindaktili dan polidaktili

8. Therapy
Paracetamol drip 0,6 ml tiap 8 jam

B DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data
Nama : An A
No. RM :
Ruangan :

No Data Interpretasi Data Masalah


.
1. DS: Ibu pasien mengatakan takut ketidak tahuan dapmpak cemas berhubungan
anaknya akan sakit setelah imunisasi    ibu klien dengan
diimunisasi tampak cemas ketidaktahuan
DO: Ibu klien tampak cemas dampak imunisasi

2. DS: Ibu pasien mengatakan Vaksin DPT III melalui Resiko terjadinya
bahwa anaknya akan diimunisasi IM  peningkatan suhu
DPT IV, HB4, Polio tubuh reaksi
DO: - Klien menangis saat peradangan
disuntik DPT IV, HB4, Polio
- Terdapat bekas suntikan Serum DPT III akan
didaerah paha bereaksi di dalam tubuh 

Tubuh membentuk
antibodi 

Reaksi radang  

Panas

Gangguan pengaturan
suhu tubuh
Ds : ibu bertanya apa dampak Informasi Kurangnya
imunisasi ini dan apa imunisasi Kurang akurat pengetahuan
selanjutnya berhubungan dengan
Do : ibu sering bertanya informai yang tidak
Kurangnya pengetahuan akurat

2. Diganosa keperawatan
1) cemas berhubungan dengan ketidaktahuan dampak imunisasi
informasi dan pengetahuan
2) Resiko terjadinya peningkatan suhu tubuh berhubungan reaksi
peradangan
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak
akurat
C PERENCANAAN/INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosis Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


. Keperawatan Hasil
1. Cemas Setelah dilakukan 1. Berikan lingkungan 1. Menurunkan
berhubungan pendidikan kesehatan yang nyaman stimulasi berlebhan
dengan selama 1x 30 menit 2. Jelaskan semua yang dapat
ketidaktahua diharapkan : prosedur merangsang cemas
n dampak  Postur tubuh, 3. Ajarkan klien untuk 2. Mengurangi
imunisasi ekspresi wajah, menggunakan tenik kecemasan ibu
informasi bahasa tubuh dan relaksasi 3. Pernafasan yang
dan tingkat aktivitas 4. nyatakan perhatian teratur dapat
pengetahuan menunjukkan kepada klien mengrim oksigen
berkurangnya lebih banyak
kecemasan keotak sehinngga
pikiran menjadi
lebih rileks
4. membuat klien
lebih bias terbuka
dan merasa tenang
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Beri tahu kepada ib 1. mengetahui
terjadinya tindakan asuhan klien untuk peningkatan suhu
peningkatan keperawatan mengobservasi suhu tubuh
suhu tubuh diharapkan masalah tubuh klien setelah 2. memudahkan
berhubungan hipertermi teratasi dilakukan imunisasi pertukaran suhu
dengan dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan untuk tubuh secara
proses 1. Menunjukan memakaikan pakaian radiasi
peradangan penurunan suhu tubuh tipis ketika demam 3. asi dapat
2. Akral pasien tidak 3. Anjurkan ibu pasien meningkatkan
teraba hangat/panas untuk memberikan asi kekebalan tubuh
3. Pasien tampak tidak sebanyak banyaknya 4. Mempercepat
lemas 4. Beri kompres air dalam penurunan
hangat dibeberapa panas
bagian tubuh 5. Meningkatkan
5. Beri pendidikan pengetahuan dan
kesehatan ke orangtua pemahaman dari
mengenai pengertian, orangtua pasien
penanganan dan terapi 6. Membantu
yang diberikan dalam penurunan
6. Kolaborasi dalam panas
pemberian paracetamol
Kuragnya Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. kesiapan dalam
pengetahuan tindakan keperawatan pengetahuan informasi menerima
berhubungan 1 x 30 menit masalah dan kesiapan dalam informasi
dengan keperawtaan enerima informasi berpengaruh pada
informasi kurangnya 2. berikan informasi bagaiman aproses
yang tidak pengetahuan teratasi dengan cara pendidikan pemahaman klien
akurat dengan criteria hasil : kesehatan 2. menambah
 Klien tidak 3. berikan penekanan pengetahuan klien
memberkan terhadap penjelasan 3. memeberikan
banyak fungsi, factor resiko dll informasi yang
pertanyaan fokus kepada suatu
dapat memudahkan
pemahaman.

D PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N Tangga Diagnosis Tindakan Evaluasi Paraf


o l/Jam Keperawatan Keperawatan
.
1 16-10- Cemas 1. memberikan S: Ibu pasien
. 2019 berhubungan lingkungan mengatakan tidak
09.00 dengan yang nyaman takut anaknya sakit
WIB ketidaktahuan 2. menjelaskan setelah imunisasi
dampak semua prosedur O : Ibu klien sudah
imunisasi 3. mengajarkan tidak cemas
informasi dan klien untuk A : Masalah teratasi Kelompok 5
pengetahuan menggunakan P : Intervensi
tenik relaksasi dihentikan
4. menyatakan
perhatian
kepada klien
2 16-10- Resiko 1. memberi S : suhu klien 36,7 C
. 2019 terjadinya tahu kepada ibu O : akral hangat
11.00 peningkatan klien untuk A : masalah tertasi
WIB suhu tubuh mengobservasi P : intervensi
berhubungan suhu tubuh dihentikan
dengan proses klien setelah
peradangan dilakukan
imunisasi Kelompok 5
2.menganjurka
n untuk
memakaikan
pakaian tipis
ketika demam
3.menganjurka
n ibu pasien
untuk
memberikan asi
sebanyak
banyaknya
4. memberi
kompres air
hangat
dibeberapa
bagian tubuh
5. memberi
pendidikan
kesehatan ke
orangtua
mengenai
pengertian,
penanganan
dan terapi yang
diberikan
6. Kolaborasi
dalam
pemberian
paracetamol
Kurangnya 1. mengkaji S: Ibu sudah dapat
pengetahuan tingkat menjawab
berhubungan pengetahuan pertanyaan tentang
dengan informasi dan imunisasi tandany
informasi yang kesiapan dalam ibu sudah mengerti
tidak akurat enerima O : ibu sudah tidak
informasi bertanya lagi
2. memberikan A: masalah teratasi
informasi P: intervensi
dengan cara dihentikan
pendidikan
kesehatan
3. memberikan
penekanan
terhadap
penjelasan
fungsi, factor
resiko dll

E CATATAN PERKEMBANGAN

No Tanggal/Jam Diagnosis Catatan Perkembangan Paraf


. Keperawatan
1. 16-10-2019 Cemas S: Ibu pasien mengatakan tidak
10:00 WIB berhubungan takut anaknya sakit setelah
dengan imunisasi
ketidaktahuan O : Ibu klien sudah tidak cemas
dampak A : Masalah teratasi Kelompok 5
imunisasi P : Intervensi dihentikan
informasi dan
pengetahuan

2. 16-10-2019 Resiko S : suhu klien 36,7 C


11:20 WIB terjadinya O : akral hangat
peningkatan A : masalah tertasi
suhu tubuh P : intervensi dihentikan
berhubungan Kelompok 5
dengan proses
peradangan
16-10-2019 Kurangnya S: Ibu sudah dapat menjawab Kelompok 5
11:20 WIB pengetahuan pertanyaan tentang imunisasi
berhubungan tandany ibu sudah mengerti
dengan O : ibu sudah tidak bertanya lagi
informasi yang A: masalah teratasi
tidak akurat P: intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai