KELOMPOK E :
1. Mifta Solikhatin 190110301002
2. Akien Elsa Indrayati 190110301003
3. Yolanda Rizki Amelia 190110301065
4. Vemitha Nur Annisa 190810301025
5. Fadilatul Ilmiah 190810301087
Negara Kuba merupakan salah satu negara yang terletak di Kepulauan Karibia. Di
negara ini pernah terjadi suatu revolusi. Revolusi terjadi sebagai wujud pertentangan terhadap
pemerintahan Batista. Batista memimpin negara Kuba secara diktator dan otoriter. Fidel
Castro merupakan tokoh yang paling terkenal dalam menggulingkan pemerintahan Batista.
Castro bersama –sama dengan kelompoknya melakukan perlawanan secara revolusioner
terhadap pemerintahan Batista.
Setelah diadili dan dipenjara, tepat pada tahun 1955 Castro dibebaskan dan kembali
melanjutkan perjuangannya di Kuba. Castro mulai berusaha untuk menarik dukungan dari
luar negeri, antara lain negara Mexiko dan Amerika Serikat. Usaha yang dilakukan oleh
Castro ini tidak menghasilkan hasil yang sia –sia. Ernesto “Che” Guevera yang berasal dari
Mexico memberikan dukungan terhadap perjuangan Castro. Castro berencana untuk
melakukan penyerangan dengan berangkat dari Mexiko dengan menggunakan kapal.
Kedatangan pasukan Castro ke Kuba justru disambut dengan serangan yang luar biasa dari
pasukan Batista.
Meskipun demikian, pada bulan Maret 1958, pasukan Batista berhasil dikalahkan. Hal
tersebut dilakukan Castro dan Guevera dengan cara menggalang kekuatan oposisi yang lain.
Penyerangan pada pemerintahan Batista tersebut dipimpin oleh Che Guevarra dan Camilo
Cienfuegos. Pasukan dari kedua tokoh tersebut mendapat sebutan tha 26th movement.
Setelah mengalami kekalahan, Batista pergi ke Amerika Serikat pada tangal 1 Januari 1959.
Keluarnya Batista dari negara Kuba merupakan simbol dari kekalahan pemerintahannya dan
keberhasilan dalam revolusi Kuba.
Politik Kuba
Hukum Kuba
Pada masa lampau pemerintah Kuba telah dituduh melakukan sejumlah pelanggaran
hak asasi manusia, termasuk penyiksaan, penahanan sewenang-wenang, pengadilan yang
tidak adil, dan hukuman mati yang dijatuhkan tanpa proses peradilanm Banyak yang
berpendapat bahwa itu hanyalah beberapa ribu saja dari kematian yang tidak dapat
dibenarkan yang telah terjadi di bawah kepimpinan CAstro. Namun, laporan-laporan lain dari
1959-1987 mengatakan bahwa telah 35.000-141.000 orang dihukum mati. Pembangkang saat
ini mengeluh mengalami pelecehan; yang lainnya mengaku telah disiksa.
Pada 2001, pemerintah Kuba mengadakan "moratorium" terhadap hukuman mati,
kecuali untuk para pelaku pembajakan pesawat dengan bersenjata dua tahun kemudina.
Namun, karena Castro, yang sudah berkuasa selama 47 tahun terakhir, tidak memberikan
akses kepada banyak organisasi kemanusiaan, orang sulit menentukan angka yang pasti.
Orang percaya bahwa kematian yang disebabkan "kecelakaan" yang biasa terjadi atas lawan-
lawan Castro, bahkan mereka yang remaja, terus berlangsung. Satuan-satuan Militer untuk
Menunjang Produksi (atau UMAP) adalah kamp-kamp kerja yang dibangun pada 1965,
menurut Castro, untuk "orang-orang yang telah melakukan kejahatan terhadap moral
revolusioner" untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh kontra-revolusioner dari bagian-
bagian tertentu dari masyarakat.
Kelompok-kelompok seperti Amnesti Internasional dan Human Rights Watch juga
mengkritik apa yang dituduh sebagai sensor, tidak adanya kebebasan pers di Kuba,
kurangnya hak-hak sipil, pelarangan terhadap kelompok-kelompok oposisi politik dan serikat
buruh, dan tidak adanya apa yang mereka sebut sebagai pemilu yang bebas dan demokratis.
Pemerintah hanya mengakui satu serikat buruh, Sentral Buruh Kuba (Central de Trabajadores
de Cuba, CTC). Serikat-serikat buruh independen tidak diberikan status resmi dan anggota-
anggotanya dilecehkan. Keamanan negara yang sangat efektif dengan jaringan informan dan
mata-matanya terus memegang kendali yang efektif. Tak satupun kelompok hak asasi
manusia yang memiliki status legal. Kuba merupakan salah satu dari sedikit negara di dunia,
dan satu-satunya di belahan bumi barat, yang tidak memberikan akses kepada Komisi Palang
Merah Internasional ke penjara-penjaranya.
Para pendukung pemerintah Kuba mengatakan bahwa catatan hak-hak asasi manusia,
tingkat kehidupan dan pemeliharaan kesehatan di Kuba sekarang lebih baik daripada di waktu
Fulgencio Batista, dan keadaan ini tentu akan semakin baik apabila tidak ada sanksi AS.
Mereka juga mengatakan bahwa system pemilihan umum di Kuba masa kini lebih demokratis
daripada pada saat Kuba menjadi sebuah negara satelit Amerika Serikat. Lawan-lawannya
mengatakan bahwa banyak ukuran tingkat kehidupan telah merosot sejak revolusi, bahwa
pemeliharaan kesehatan telah bertambah banyak di banyak negara Amerika Latin lainnya,
dan bahwa Kuba adalah satu-satunya negara Amerika Latin yang belum didemokratiskan
pada masa sesudah Perang Dingin.
Ekonomi Kuba
Kehidupan ekonomi penduduk Kuba pernah diembargo oleh Negara Amerika Serikat,
pada tahun 1960. Akibatnya, negara Amerika Serikat ikut bertanggung jawab terhadap
kekurangan bahan baku dan sumber daya yang digunakan untuk kegiatan industri. Kemudian,
pada tahun 1989 terjadi perubahan di negara –negara sosialis yang mengakibatkan buruknya
bahan dasar. Hal tersebut mengarahkan pada kehidupan ekonomi yang penuh dengan
ketidakcukupan. Bahkan, juga menimbulkan kekerasan dalam keluarga.
Perubahan sistem ekonomi sosialis ini semenjak Fidel Castro mengambil alih
pemerintahan dari Batista. Bahkan, termasuk dari adanya indoktrinisasi kurikulum di sekolah
– sekolah negara Kuba yang dapat menjadikan negara Kuba menjadi negara idiologi timur di
Amerika Latin. Langkah pertama yang diambil Castro untuk menyelamatkan kehidupan
ekonomi penduduk Kuba, yaitu
Adapun permasalahan – permasalahan lain yang terjadi dalam kegiatan ekonomi penduduk
Kuba, yaitu sebagai berikut.
Agama Kuba
Setelah revolusi 1959, hubungan negara Kuba dengan agama agak tegang. Fidel
Castro beberapa kali melontarkan kritik terhadap praktik beragama yang terlalu dekat dengan
penindas dan kaum kaya. Sebaliknya, kaum agawan mengutuk komunisme sebagai atheis.
Tahun 1975, partai Komunis Kuba secara terbuka menyatakan Kuba sebagai negara
atheis. Namun, tiga tahun kemudian, Kuba mengakui kemerdekaan beragama dan
berkeyakinan. Pemeluk Katolik, yang mewakili 60 persen populasi, bebas untuk beribadah.
Tahun 1986, Partai Komunis mengakui Teologi Pembebasan atas komitmennya terhadap
rakyat miskin. Sejak itu, beberapa misi keagamaan juga mulai berdatangan di Kuba.
Angka kepadatan penduduk negara Kuba yaitu 102 jiwa/ km2. Banyaknya orang yang
tinggi di ibu kota Kuba yaitu di Havana, berjumlah dua juta orang. Berdasarkan survey tahun
2012, penduduk kulit putih yang mendiami negara Kuba berjumlah 64,1 %, penduduk yang
berkulit hitam sebanyak 9,3 %, dan penduduk yang campuran atau mestizo sebanyak 26,6 %.
Sayangnya, kehadiran perempuan di tengah masyarakat Kuba masih dipandang rendah.
Perempuan masih belum dapat pengakuan dalam posisi kunci dalam kegiatan perekonomian,
politik, dan agama. Pola hidup masyarakat Kuba dan perilaku masih menunjukkan patriarkal.