Resume Jurnal Kesehatan Reproduksi PDF
Resume Jurnal Kesehatan Reproduksi PDF
DOSEN PENGAMPU :
Dr. dr. Rizma Adilia Syakurah, MARS
OLEH :
IMRAN MAYEL
(NIM: 10012681923019)
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RESUME JURNAL
No. Judul Penulis Tahun Publikasi Metode Penelitian Variabel Penelitian Hasil dan Kesimpulan Penelitian
1 HUBUNGAN ANASTESI TERHADAP Evi Yuniarti 28-Feb-19 Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan Pada penelitian ini Ada hubungan bermakna antara usia dengan
KESEHATAN REPRODUKSI PEKERJA jenis desain cross – sectional.Populasi dalam analisa univariat gangguan reproduksi pekerja kesehatan RS. RK.
KESEHATAN DI KAMAR OPERASI penelitian ini adalah seluruh pekerja di kamar dilakukan untuk Charitas Palembang.
RS. RK. CHARITAS PALEMBANG operasi RS. RK. Charitas Palembang tahun 2015 yaitu mendapatkan distribusi Tidak ada hubungan bermakna antara riwayat
52 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 52 frekunsi variabel (usia, penyakit dengan kejadian gangguan reproduksi
responden. Teknik pengambilan sampel riwayat penyakit,
menggunakan total sampling yaitu jumlah pendidikan, lama Tidak ada hubungan bermakna antara
keseluruhan pekerja kesehatan yang ada di ruangan pekerja, paparan pendidikan responden dengan kejadian
Kebidanan dan kamar operasi dengan kriteria inklusi anastesi dengan gangguan reproduksi pekerja kesehatan.
dan kriteria eksklusi yang ditetapkan peneliti. gangguan reproduksi). Ada hubungan bermakna antara lama bekerja
dengan gangguan reproduksi pekerja kesehatan
5 Pemanfaatan Isoflavon Dengan Ratna Dewi 2019 Penelitian ini menggunakan metode Isoflavon ini dapat mempengaruhi
Bahan Dasar Kulit Kopi Robusta Puspita Sari eksperimen. Pengumpulan data dilakukan densitas mineral tulang pada wanita peri/post
Dengan dan Samsul melalui studi pustaka mencakup buku-buku, menopause. Penggunaan fitoestrogen
Penanda BMD (Bone Marrow Bakrie jurnal ataupun artikel. (isoflavon) dari kulit biji kopi
Density) Pada Wanita Peri/Post berpengaruh terhadap wanita peri/post
Menopause menopause serta membantu pemeliharaan dan
pembentukan massa tulang.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis
p-ISSN: 2407-7062 | e-ISSN: 2442-5435
homepage: http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id
ABSTRACT: Adverse Drug Reaction (ADR) is the cause of noncompliance contraceptive use and will increase the incidence of
unintended pregnancies. This study aimed to compare the incidence of adverse drug reaction (ADR) between single injectable
contraceptive acceptors (depo-medroxyprogesterone acetate) and a combination of injectable contraceptive acceptors (MPA/
Estradiol Cypionate). The study design was a cross-sectional test of two populations. The samples consisted of 65 single injectable
contraceptive acceptors and 62 combined of injectable contraceptives (CICs) acceptors. The ADRs were analyzed using chi-square
and logistic regression multivariate tests. The results showed that ADR’s incidence in single injectable contraceptive acceptors
consist of menstrual disorder (89.2%), headache (56.9%), irritability (67.7%), and lack of sexual desire (56.9%), while the ADR’s
incidence in combination of injectable contraceptive acceptors consist of menstrual disorders (38.7%), headaches (50%), irritability
(46.8%), and lack of sexual desire (37.1%). The incidence of ADR is more common in single injectable contraceptive acceptors
than CICs acceptors. Menstrual disorders occur 13 times more in single injectable contraceptive acceptors than a combination of
injectable contraceptives acceptors.
Keywords: Injectable Contraception; Adverse Drug Reaction; Depot Medroxyprogesterone Acetate; Estradiol Cypionate
ABSTRAK: Reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) adalah penyebab ketidakpatuhan penggunaan kontrasepsi dan dapat
meningkatkan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kejadian
ROTD dari penggunaan kontrasepsi suntik tunggal (Depo Medroksi Progesteron Asetat) dan kontrasepsi suntik kombinasi (Medroksi
Progesteron Asetat/Estradiol Sipionat). Desain penelitian adalah cross sectional uji dua populasi. Jumlah sampel sebanyak 65
akseptor kontrasepsi suntik tunggal dan 62 akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. Kejadian ROTD dianalisis menggunakan Chi-
Square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukkan persentase kejadian ROTD pada akseptor kontrasepsi
suntik tunggal berupa gangguan menstruasi (89.2%), sakit kepala (56.9%), mudah marah (67.7%), dan kurang gairah seksual
(56.9%), sementara persentase kejadian ROTD pada akseptor kontrasepsi kombinasi berupa gangguan menstruasi (38.7%), sakit
kepala (50%), murah marah (46.8%), dan kurang gairah seksual (37.1%). Kejadian ROTD lebih banyak terjadi pada penggunaan
kontrasepsi suntik tunggal dibandingkan penggunaan kontrasepsi suntik kombinasi. Gangguan menstruasi 13 kali lebih banyak
terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibanding kombinasi.
Kata kunci: Kontrasepsi suntik; Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki; Depot Medroksi Progesteron Asetat; Estradiol Sipionat.
154
Perbandingan Keja di a n Re a ksi O bat ya ng Ti da k D i ke he nda ki . . . Put r i et . al.
banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi tunggal DMPA Provinsi Bengkulu masuk ke dalam sepuluh besar
adalah amenore, diikuti kenaikan berat badan, dan nyeri provinsi dengan penggunaan kontrasepsi tertinggi
tulang. Sedangkan akseptor kontrasepsi suntik kombinasi sebanyak 79,64%. Kontrasepsi suntik merupakan metode
estradiol sipionat lebih banyak mengalami efek nyeri kontrasepsi yang paling banyak dipilih oleh peserta KB
payudara dan sakit kepala [5]. Kejadian ROTD gangguan baru, persentasenya mencapai 31,61%. Sementara peserta
mentruasi, berkurangnya libido, dan peningkatan berat KB aktif yang sudah menggunakan kontrasepsi suntik di
badan menyebabkan 15,3% akseptor depo medroksi provinsi bengkulu mencapai 59,84% [10]. Hal tersebut
progesteron asetat melakukan penghentian dalam 3-6 bulan menjadi pertimbangan peneliti dalam melakukan penelitian
pemakaian dan hanya 6,7% akseptor yang menghentikan mengenai kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan dari
penggunaan atas saran dari tenaga kesehatan [6]. penggunaan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Kota
Kejadian ROTD yang lebih banyak terjadi pada Bengkulu.
kontrasepsi suntik tunggal medroksi progesteron asetat
dibandingkan kontrasepsi suntik kombinasi dengan
Metode Penelitian
estradiol sipionat dihubungkan dengan mekanisme
kerja kedua hormon ini. Medroksi progesteron asetat
Desain penelitian
merupakan progesteron sintetis yang bekerja dengan
memblok pelepasan luteinizing hormon sehingga Desain penelitian kuantitatif dengan rancangan
menghambat proses ovulasi, mengurangi motilitas ovum potong lintang (cross sectional) uji dua populasi yakni
pada tuba falopi, menipiskan endometrium sehingga kelompok kontrasepsi suntik tunggal dan kelompok
mencegah terjadinya proses implantasi, dan mempertebal kontrasepsi suntik kombinasi. Penelitian dilaksanakan di
mukus pada serviks yang menghalangi penetrasi sperma Fasilitas Kesehatan di Kota Bengkulu. Waktu penelitian di
[7]. Progesteron menekan sekresi gonadotropin yang mulai pada bulan Agustus – Oktober 2018.
menyebabkan rendahnya produksi estrogen dalan
tubuh. Estrogen sendiri memiliki peranan penting dalam Sampel Penelitian
perkembangan dan pemeliharaan sistem organ reproduksi Pengambilan data primer dengan melakukan
wanita dan karakteristik seks sekunder. Estrogen memacu wawancara terhadap akseptor. Teknik pengambilan sampel
perkembangan vagina, uterus, dan tuba falopi. Dengan
secara consecutive sampling. Sampel merupakan akseptor
adanya penambahan estrogen pada preparat progestin
kontrasepsi suntik yang berusia 20 hingga 49 tahun yang
memperbaiki pola pendarahan pada pengguna dibanding
bersedia untuk diikutsertakan sebagai sampel penelitian.
penggunaan medroksi progesteron asetat tunggal
[8]. Preparat estrogen pada sediaan kombinasi secara Jumlah sampel ditentukan berdasarkan Guideline Sampel Size
mekanisme kerja cenderung lebih menguntungkan, namun Determination In Health Studies WHO untuk menguji hipotesis
sediaan kombinasi tidak dapat digunakan pada beberapa perbedaan dua populasi [11] dengan menggunakan nilai p1
kondisi seperti pada wanita yang tidak dapat menerima = proporsi kejadian ROTD pada kelompok kontrasepsi
estrogen, wanita berusia lebih dari 35 tahun yang merokok, suntik tunggal penelitian sebelumnya (40%) [12] dan nilai
dan ibu menyusui [9]. p2 pada kelompok kontrasepsi suntik kombinasi penelitian
Penggunaan kontrasepsi suntik di Indonesia lebih sebelumnya (16%) didapatkan jumlah sampel minimal
banyak dibandingkan metode kontrasepsi lain, yakni adalah 54 akseptor untuk masing-masing kelompok
sebesar 29% [10]. Data BKKBN tahun 2016 menyebutkan dengan power test 80% dan level of significance 5%.
bahwa sebanyak 51,53% peserta keluarga berencana baru
lebih memilih jenis kontrasepsi suntik. Alasan kontrasepsi
Etika Penelitian
suntik banyak dipilih karena unggul dari segi efektivitas,
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari
keamanan, dan bersifat reversible [5].
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran
Tingginya penggunan kontrasepsi suntik di indonesia
menjadi pertimbangan penting dalam melakukan Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
pemantauan terhadap kejadian reaksi obat yang tidak (FKUI RSCM) dengan Nomor 0911/UN2.F1/ETIK/
diinginkan (ROTD) akibat penggunaan kontrasepsi suntik. 2018.
Hal ini sejalan dengan program kependudukan, keluarga
berencana, dan pembangunan keluarga (KKBPK) bahwa Analisis Data
dalam pelaksanaannya diupayakan agar metode kontrasepsi Analisis data menggunakan chi-square test dan
yang ditawarkan kepada masyarakat memberikan manfaat apabila variabel bebas dan variabel perancu berbeda
optimal dengan meminimalkan efek samping dan keluhan bermakna antar kelompok, maka akan dilakukan uji regresi
yang ditimbulkan (Kemenkes, 2016). logistik multivariat.
Hasil dan Diskusi penurunan kepadatan tulang [17], peningkatan berat badan
sekitar 12 kg, dan risiko dislipidemia [13].
Peneltian ini melibatkan 127 akseptor kontrasepsi Perbandingan kejadian ROTD antara kontrasepsi
suntik dan rincian deskripsi tersaji pada tabel 1. Akseptor suntik tunggal dan kontrasepsi suntik kombinasi pada
kontrasepsi suntik pada penelitian ini didominasi oleh tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 2. Pada penelitian ini
wanita produktif usia bermuda 20-35 tahun (72,4%), ROTD gangguan menstruasi pada akseptor kontrasepsi
dengan lama penggunaan ≤ 3 tahun (80,3%), dan suntik tunggal sebesar 89,2% dan kontrasepsi suntik
paritas ≤ 2 (65,4%). Data deskriptif yang tersedia kombinasi sebesar 38,70% dengan perbandingan kejadian
menjadi keunggulan karena dapat melihat gambaran yang signifikan (P-value <0.001). Data ini sesuai dengan
kejadian ROTD pada akseptor muda yang menggunakan penelitian sebelumnya yang menyebutkan gangguan
kontrasepsi suntik dalam jangka waktu relatif pendek menstruasi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal lebih
(kurang dari 3 tahun). Usia memiliki pengaruh dalam banyak terjadi dibandingkan pada akseptor kontrasepsi
penggunaan kontrasepsi hormonal. Pengaruh tersebut suntik kombinasi [18]. Gangguan menstruasi yang terjadi
berkaitan dengan faktor kesuburan dan efek peningkatkan pada akseptor dapat berupa amenore dan pendarahan
risiko gangguan kardiovaskular jika digunakan pada berlebihan dengan siklus dan durasi abnormal. Pada
wanita berusia diatas 35 tahun [13]. Jumlah paritas 3 atau penelitian ini ROTD yang paling banyak terjadi adalah
lebih berhubungan dengan risiko kerusakan tulang [14] amenore. Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja DMPA
karena selama kehamilan terjadi transfer kalsium dari tunggal yang menghambat pelepasan luteinizing hormone dan
ibu kepada janin sebanyak 30 gram yang berfungsi untuk mencegah terjadinya ovulasi, sementara sediaan kombinasi
proses mineralisasi tulang. Proses transfer kalsium ini dengan estradiol sipionat dapat membantu memperbaiki
akan menyebabkan terjadinya penurunan formasi tulang pola pendarahan dengan memberikan perlindungan dan
pada ibu [15]. Risiko osteoarthritis dan cidera lutut juga pemeliharaan terhadap sistem organ reproduksi dan
terjadi lebih tinggi pada wanita yang memiliki anak lebih karakteristik seks sekunder wanita [8]. Pendarahan yang
dari empat [16]. Lama penggunaan kontrasepsi hormonal tidak teratur umumnya terjadi pada bulan awal penggunaan
lebih dari 3 tahun juga berhubungan dengan terjadinya kontrasepsi suntik tunggal [18,19]. Dalam penelitian lain
Karakteristik F (%)
Usia
- 20-35 tahun 92 72,4%
- 36-49 tahun 35 27,6%
Pendidikan
- SD 16 12,6%
- SMP 14 11%
- SMA 72 56,7%
- D3 4 3,1%
- S1 20 15,7%
- S2 1 0,8%
Pekerjaan
- Ibu rumah tangga 105 82,7%
- PNS 5 3,9%
- Pegawai Swasta 5 3,9%
- Wiraswata 11 8,7%
- Lainnya 1 0,8%
Lama Penggunaan
- ≤3 tahun 102 80,3%
- >3 tahun 25 19,7%
Paritas
- ≤2 tahun 83 65,4%
- >2 tahun 44 34,6%
disebutkan pendarahan dapat terjadi secara berlebihan ROTD mudah marah selama penggunaan kontrasepsi
dan menyebabkan penurunan kadar hemoglobin darah suntik lebih banyak terjadi pada akseptor kontrasepsi
akseptor [13]. suntik tunggal (67.7%) dibanding akseptor suntik
Hasil uji regresi logistik multivariat dari ROTD kombinasi (46.8%) dengan perbedaan yang siginfikan
gangguan menstruasi yang tersaji pada tabel 3 menunjukkan (P-value 0.017). Pada sebuah studi prospektif, penggunaan
bahwa gangguan menstruasi terjadi 13 kali lebih banyak depo medroksi progesteron asetat dikaitkan dengan
pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibandingkan peningkatan kejadian depresi [18]. Efek androgenik dari
akseptor kontrasepsi suntik kombinasi. sediaan progestin seperti DMPA adalah perubahan emosi
Pada penelitian ini kejadian ROTD sakit kepala [20]. Progestin berperan dalam pengendalian opioidergik,
(migrain) dialami oleh separuh akseptor kontrasepsi serotoninergik, dan sistem kolinergik. Agen opioidergik
suntik. Tidak terdapat perbandingan yang signifikan diketahui berperan dalam modulasi neuropeptida opioid
antara kontrasepsi suntik tunggal dan kombinasi (P-value dalam tubuh yang memberikan efek analgesia. Interaksi
0.434). Wanita usia reproduktif sering mengalami sakit serotoninergik-kolinergik berperan dalam mediasi perilaku
kepala, terutama sakit kepala karena tegang. Penggunaan kognitif. Mekanisme kontrasepsi dalam mempengaruhi
kontrasepsi kombinasi hormonal pada wanita dengan emosi sesungguhnya masih belum secara detail diketahui,
migrain (dengan dan tanpa aura) dapat menyebabkan namun diduga karena adanya efek penekanan terhadap
penurunan atau peningkatan frekuensi sakit kepala atau beberapa steroid neuroaktif mempengaruhi ekspresi dan
migrain [13]. Beberapa penelitian menunjukkan risiko aktivitas reseptor gamma aminobutiryc acid serta penurunan
stroke yang lebih tinggi pada wanita yang mengalami konsentrasi testosteron bebas [21].
migrain dengan aura dibandingkan dengan tanpa aura Sediaan kontrasepsi kombinasi yang mengandung
[13]. Penghentian penggunaan kontrasepsi jika pasien estrogen secara mekanisme kerja lebih menguntungkan
mengalami migrain dengan aura harus dilakukan dan dalam mengatasi ROTD mudah marah. Kadar estradiol
diperlukan evaluasi terhadap pasien untuk meyakinkan yang tinggi pada wanita usia reproduksi berkorelasi positif
bahwa sakit kepala dapat hilang [18]. dengan kadar serotonin. Estrogen akan bersaing dengan
Odds ratio (OR) adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian peyakit
(outcome); dalam kasus ini dihitung dari angka kejadian ROTD pada kelompok kotrasepsi
tunggal dibandingkan dengan angka kejadian ROTD pada kelompok kontrasepsi kombinasi
triptofan dan prekursor serotonin guna mengikat situs pada Ucapan Terimakasih
albumin plasma sehingga menyebabkan triptofan lebih
tersedia pada sistem saraf pusat. Estrogen menghambat Terimakasih kepada Puskesmas dan Bidan Praktik
kompetitif enzim yang menginaktivasi norepinefrin, Mandiri di Kota Bengkulu atas izin dan kesediaannya
menyebabkan terjadinya efek stimulasi seperti pada sebagai tempat melakukan penelitian. Terimakasih kepada
beberapa obat antidepresan. Estrogen menyebabkan LPDP sebagai penyedia dana penelitian sehingga penelitian
konsentrasi katekolamin dan serotonin menjadi lebih tinggi ini berjalan dengan baik dan lancar
di otak dengan jalan mengurangi aktivitas monoamine
oxidase. Estrogen juga meningkatkan produksi opioid dan
endorfin endogen oleh hipotalamus [22]. Referensi
Berkurangnya libido atau gairah seksual adalah [1] WHO. Task Sharing to Improve Access to Family Planning/
salah satu masalah yang terjadi dalam penggunaan Contraception. Geneva: World Health Organization; 2018.
[2] Jenny L, Jennifer S, Nadia DS. Predictors of DMPA-SC continuation
kontrasepsi hormonal [13,18,20]. Pada penelitian ini among urban nigerian women; The influence of counseling quality
kejadian ROTD kurang gairah seksual pada akseptor and side effect. Contraception. 2018; 98(5):430-7.
kontrasepsi suntik tunggal (56.9%) lebih tinggi dibanding [3] BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan, ICF International. Indonesia
Demographic and Health Survey 2012. Indonesia: Jakarta; 2013.
akseptor suntik kombinasi (37.1%) dengan perbandingan [4] Rahmawati NM, Andarjati R, Supardi S. Perbandingan Penggunaan
yang signifikan (P value 0.025). Progestin sistemik yang kontrasepsi suntik zat tunggal dan kombinasinya terhadap kejadian
reaksi obat yang tidak dikehendaki di satu bidan praktek kota Depok.
terkandung pada sediaan kontrasepsi hormonal bekerja Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2017;7(1):46-54.
menekan fungsi ovarium dan produksi estrogen endogen. [5] Veisi F, Zangeneh M. Comparison of two different injectable
Penurunan kadar estrogen serta ketidakseimbangan contraceptive methods: Depo-medroxy progesterone acetate
(DMPA) and cyclofem. Journal of family & reproductive health.
hormon testosteron dalam tubuh wanita sejalan dengan 2013;7(3):109-13.
penurunan fungsi seksual. Estrogen eksogen telah terbukti [6] Sikolia ZW, William RS, Evan S. Health Related Quality of Life
Changes among Users of Depot-Medroxyprogesteron Acetat for
menjadi pengobatan yang efektif untuk libido rendah dan Contraception. Contraception. 2011;84:e7-22.
kurangnya gairah seksual [23]. [7] Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM.
Kelebihan penelitian terletak pada karakteristik Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach. New York: The
McGraw-Hill; 2008. p. 1313-27.
sampel yang didominasi oleh akseptor wanita berusia [8] IBM Micromedex. Estradiol Cypionate/Medroxyprogesteron Acetat
muda dengan tingkat pendidikan tinggi. Mereka memiliki [Internet]. Micromedex [diakses 6 Juli 2018]. Available from: https://
www.micromedexsolutions.com/micromedex2/librarian.
pemahaman yang baik terhadap pertanyaan yang diberikan [9] Philip DS. Lisa MS, Mark HE, Mindy AS, David P, Anthony JV. Essentials
sehingga peneliti lebih mudah berkomunikasi untuk of Family Medicine 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
mendapat jawaban yang lebih akurat. Keterbatasan dari Wilkins; 2012. p. 309-26.
[10] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan
penelitian adalah jumlah sampel yang minimal akan Indonesia Tahun 2016. Indonesia: Jakarta; 2017.
memengaruhi kebermaknaan dari kejadian ROTD. [11] Stanley L, David W.H.Jr, Janelle K, Stephen KL. Adequacy of Sample
Size in Health Study. Geneva: WHO; 1990.p. 21-23.
Hasil penelitian ini menyajikan data mengenai [12] Giti O, Zohre S, Mahrokh D, Masoumeh S, Maryam B, Malihe
perbandingan kejadian ROTD pada akseptor kontrasepsi N. Comparison of sexual dysfunction in women using depo-
suntik di Kota Bengkulu sehingga dapat menjadi referensi medroxyprogesterone acetate (DMPA) and cyclofem. J Reprod
Infertil. 2015;16(2):102-8.
ilmiah bagi pemerintah untuk mengevaluasi penggunaan [13] Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM.
dan efek dari kontrasepsi hormonal secara terprogram dan Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach 9th Edition. New
York: The McGraw-Hill; 2014. p. 1271-86
berencana. [14] Wei S, Schmidt MD, Dwyer T, Norman RJ, Venn AJ. Obesity and
menstrual irregularity: Associations with SHBG, testosterone, and
Kesimpulan [15]
insulin. Obesity. 2009;17(5):1070–6.
Najam R, Huda N, Pant A, Chaudhry HH. Assessment of bone
health in pregnant women: a clinical study. international journal of
Kejadian ROTD lebih banyak terjadi pada akseptor contemporary surgery. 2014;2(1):64-6.
kontrasepsi suntik tunggal DMPA dibanding akseptor [16] Wise BL, Niu J, Zhang Y, Felson DT, Bradley LA, Segal N. The
association of parity with osteoarthritis and knee replacement in
kontrasepsi suntik kombinasi MPA/Estradiol Sipionat. the multicenter osteoarthritis study. Osteoarthritis and Cartilage.
Perbandingan kejadian ROTD yang signifikan terjadi 2013;21(12):1849–54.
[17] Shaarawy M, El-Mallah SY, Seoudi S, Hassan M, Mohsen IA. Effects
pada gangguan menstruasi, mudah marah, dan kurang of the long term use of depot medroxy progesterone acetate as
gairah seksual. Gangguan menstruasi 13 kali lebih banyak hormonal contraceptive on bone mineral density and biochemical
terjadi pada akseptor kontrasepsi suntik tunggal dibanding markers of bone remodeling. Contraception. 2006; 74(4):297–302.
[18] Nancy GB. Managing adverse effect of hormonal contraceptives. Am
kombinasi. Fam Physician. 2010;82(12):1499-506.
[19] Sukhbir S, Carolyn B, Sheila D, Nicholas L, Wendy LW. Abnormal [22] Shepherd JE. Effects of estrogen on cognition, mood, and
uterine bleeding in premenopausal women. J Obstet Gynaecol Can. degenerative brain diseases. J Am Pharm Assoc. 2001;41(2):221-8.
2018;40(5):391–415. [23] Cappelleti M, Wallen K. Increasing women’s sexual desire: the
[20] Apgar BS, Greenberg G. Using progestins in clinical practice. Am Fam comparative effectiveness of estrogens and androgens. Horm Bahav.
Physician. 2000;62(8):1839-46. 2016;78:178-193
[21] Toffol E, Heikinheimo O, Koponen P, Luoto R, Partonen T. Hormonal
contraception and mental health: Results of a population-based
study. Hum Reprod. 2011;26(11):3085-93.
Copyright © 2018 The author(s). You are free to share (copy and redistribute the material in any medium or format) and adapt (remix, transform, and build upon the
material for any purpose, even commercially) under the following terms: Attribution — You must give appropriate credit, provide a link to the license, and indicate if
changes were made. You may do so in any reasonable manner, but not in any way that suggests the licensor endorses you or your use; ShareAlike — If you remix,
transform, or build upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Abstrak
Keywords: Dysmenorrhea primer merupakan suatu keluhan yang umumnya
core strengthening dirasakan oleh wanita muda umur 20 – 24 tahun. Pada
exercise; dysmenorrhea dysmenorrhea primer, tidak ditemukan adanya gangguan patologis
primer; nyeri organ reproduksi wanita. Penyebab dysmenorrhea primer adalah
adanya hiperkontraktilitas dari myometrium akibat dari sekresi
prostaglandin yang berlebih. Dysmenorrhea primer ini dikeluhkan
oleh lebih dari 50% wanita muda. Nyeri pada dysmenorrhea primer
dapat dikurang dengan berbagai cara, diantaranya dengan obat-
obatan dan non obat-obatan. Obat-obatan yang digunakan adalah
non steroid anti inflamatoric drugs (NSAIDs) dan kontrasepsi. Non
obat-obatan, bias berupa terapi komplementer, fisioterapi,
pemberian suplemen atau nutrisi dan modifikasi gaya hidup. Salah
satu terapi dysmenorrhea primer adalah fisioterapi. Modalitas
fisioterapi yang bisa digunakan untuk menurunkan dismenore salah
satunya adalah exercise. Core strengthening exercise adalah latihan
yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot core, sehingga
nyeri dismenore dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektifitas core strengthening exercise dalam
mengurangi nyeri akibat dysmenorrhea primer. Metode penelitian
yang digunakan adalah metode eksperimental dengan prndekatan
pretest-postest group design. Penelitian dilakukan selama 7 minggu
dari bulan Desember 2018 sampai dengan Januari 2019. Responden
diambil dengan metode purposive sampling dengan kriteria usia 19-
25 tahun, mengalami gejala dysmenorrhea primer, gejala
dysmenorrhea berlangsung 1-3 hari. Adapun kriteria eksklusi adalah
sedang mengonsumsi obat-obatan pereda nyeri dan sedang
menjalani aktivitas latihan/olahraga lain. Hasil penelitian; Core
strengthening exercise berpengaruh secara signifikan terhadap
pengurangan nyeri dysmenorrhea dengan nilai p = 0,0001 (P<
0,05). Core strengthening exercise efektif untuk mengurangi nyeri
dismenore primer.
988
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
keluhan yang umumnya dirasakan oleh wanita selama masa stres wanita pada saat
muda umur 20 – 24 tahun. Pada dysmenorrhea (Kaur et al., 2014). Core
dysmenorrhea primer, tidak ditemukan Strengthening juga memungkinkan otot-otot
adanya gangguan patologis organ reproduksi intrinsik kecil di sekitar tulang belakang
wanita. Penyebab dysmenorrhea primer lumbar dikondisikan untuk kinerja yang lebih
adalah adanya hiperkontraktilitas dari besar sehingga ketika otot-otot ini kuat, maka
myometrium akibat dari sekresi prostaglandin akan jauh lebih siap untuk menangani tekanan
yang berlebih. Dysmenorrhea primer ini siklus menstruasi sehingga hal tersebut dapat
dikeluhkan oleh lebih dari 50% wanita muda. menjaga stabilitas fungsional dan rasa
Nyeri yang terjadi dapat menyebabkan kram/nyeri saat menstruasi akan berkurang
seseorang enggan untuk bekerja atau bahkan atau bahkan hilang (Saleh et al., 2016).
absen kuliah dan tidak dapat berkonsentrasi Tujuan penelitian ini adalah untuk
saat kuliah berlangsung. Di Indonesia, 60- mengetahui perbedaan efektivitas pemberian
70% wanita dengan 15% diantaranya Core Strengthening Exercise pada mahasiswi
mengeluh aktivitas mereka menjadi terbatas dengan dysmenorrhea primer. Lebih dari 50%
(Puspitasari et al., 2017). wanita di usia reproduksi menderita
Dysmenorrhea primer biasanya menstruasi yang menyakitkan, di antara
dimulai beberapa jam sebelum menstruasi dan mereka, 10% mengalami dysmenorrhea berat
berlanjut hingga 12-72 jam atau selama dimulai 1 hingga 3 hari setiap bulannya.
menstruasi dan biasanya dirasakan nyeri
disertai dengan kram di perut bagian bawah 2. METODE
(Vaziri et al., 2015). Setengah dari kasus Jenis penelitian yang digunakan
tersebut mengalami gejala seperti mual, adalah penelitian kuantitatif dengan metode
muntah, diare, kelelahan, iritabilitas, dan Quasi Experimental. Desain penelitian yang
pusing. Meskipun penyebab dysmenorrhea digunakan menggunakan pre-test dan post-test
primer masih belum ditentukan dengan jelas, without control group design. Responden
tetapi telah terbukti bahwa prostaglandin penelitian akan mendapatkan perlakuan
memainkan peran utama dalam terjadinya berupa core strengthening exercise. Pre-test
dymenorrhea. Gejala dysmenorrhea primer dan post-test untuk semua kelompok
berasal dari peningkatan konsentrasi eksperimental akan diukur intensitas nyeri
prostaglandin F2 yang menghasilkan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).
kontraksi uterus dan iskemia. Core Tempat pelaksanaan dilakukan di Fakultas
Strengthening Exercise nantinya akan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
menguatkan otot-otot abdomen, gluteus Surakarta progdi fisioterapi dengan sampel
maksimus, dan otot-otot ekstensor punggung mahasiswa fisioterapi semester 5. Penelitian
serta akan memobilisasi lumbal bagian bawah dilakukan 3 kali seminggu selama 7 minggu,
sehingga dapat meningkatkan stabilitas pada bulan Desember 2018 sampai Januari
lumbal. 2019. Setiap gerakan dilakukan sebanyak 8
Nyeri pada dysmenorrhea primer kali pengulangan. Tempat pelaksanaan
dapat dikurang dengan berbagai cara, dilakukan di Fakultas Ilmu Kesehatan
diantaranya dengan obat-obatan dan non obat- Universitas Muhammadiyah Surakarta progdi
obatan. Obat-obatan yang digunakan adalah fisioterapi. Populasi penelitian ini adalah
non steroid anti inflamatoric drugs (NSAIDs) mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan
dan kontrasepsi. Non obat-obatan, bias berupa Universitas Muhammadiyah Suakarta. Teknik
terapi komplementer, fisioterapi, pemberian sampling dalam penelitian ini menggunakan
suplemen atau nutrisi dan modifikasi gaya purposive sampling, yaitu cara penarikan
hidup. Salah satu terapi dysmenorrhea primer sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
adalah fisioterapi. Modalitas fisioterapi yang spesifik yang ditetapkan peneliti melalui
bisa digunakan untuk menurunkan dismenore quisioner. 1) Kriteria Inklusi: a) Usia 19-25
salah satunya adalah exercise. Core tahun, b) Mengalami gejala dysmenorrhea
Strengthening Exercise bertujuan untuk primer, c) Gejala dysmenorrhea berlangsung
penguatan kelompok otot yang mengelilingi 1-4 hari, d) Tidak sedang mengonsumsi obat-
lumbal, sehingga dapat mengurangi nyeri obatan pereda nyeri, e) Tidak sedang
989
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
990
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
991
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
992
Journal for Quality in Women's Health | Vol. 2 No. 2 September 2019 | pp. 59 – 67
p-ISSN: 2615-6660 | e-ISSN: 2615-6644
DOI: 10.30994/jqwh.v2i2.40
ABSTRAK
This is an open-acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License.
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila
arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan
melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Menurut the sixth Report of the join National committee on prevention, detection, Evaluation
and Treatment of High blood pressure berpendapat seseorang tekanan hipertensi jika tekanan darah
systole lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Hariyanto, dan
Sulistyowati, 2015).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Kediri dari bulan Januari sampai bulan Agustus Tahu
2017 dengan jumlah kunjungan penderita hipertensi pada usia lanjut sebanyak 18.206 orang dimana
yang penderita hipertensi pada usia lanjut terbanyak adalah perempuan yaitu 12.263 orang, sedangkan
laki-laki sebanyak 5.943 orang (Dinkes Kota Kadiri 2017).
Berdasarkan survey awal yang diperoleh penelitian di Puskesmas Wilayah Utara Kota kediri
pada tahun 2017 diperoleh ibu menopause dengan hipertensi sejumlah 1.142 orang. Dan data yang
diperoleh di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri pada bulan
Februari Tahun 2018 didapatkan ibu menopause yang mengalami hipertensi sebanyak 30 orang.
Penatalaksaan pada penderita hipertensi terdiri dari modifikasi pola hidup dan dilanjutkan
dengan pemberian obat-obat antihipertensi. Ada beberpa cara untuk menangani hipertensi yaitu terapi
farmakologi dan non farmakologis. Dengan terapi farmakologis berarti kita menggunakan obat-
obatan, sedangkan dengan terapi non farmakologis berarti kita menggunakan bahan-bahan non obat.
Salah satuya buah buahan yang membantu menurunkan tekanan darah dan tidak menimbulkan efek
samping yaitu buah naga. Dari semua jenis buah naga memiliki beberapa jenis antara lain buah naga
putih, buah naga merah, buah naga merah super. Buah naga memiliki kandungan kalium yang ada
didalam buah naga yang berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah, hingga aliran darah lebih cepat
dan lancar dan meringankan kerja jantung memompa darah pada pada penderita hipertensi sehingga
menormalkan kembali tekanan darah (Ratih Damayanti, 2013).
Buah Naga mengandung fitokimia dimana dapat menghambat sekresi renin, sehingga kadar
Angiotensin II berkurang dan menghasilkan efek antihipertensi yang berdampak langsung pada
jantung (Pandji Susilo, 2013). Selain itu buah naga memiliki kandungan senyawa flavonoid yang
bekerja sebagai Angiotensin Converting Enzym (ACE) yang berfungsi menurunkan tekanan darah
tinggi dan senyawa Flavonoid yang ada pada buah naga daging merah lebih tinggi ( Wu Li Chen et al,
2012).
Sebelum perlakuan, dilakukan pengukuran tekanan darah pada setiap responden dan dicatat
didalam lembar observasi, jus buah naga merah diberikan kepada responden selama 3 hari sebanyak
400 ml/harinya setelah itu di lakukan pengukuran tekanan darah kembali untuk menilai penurunan
tekanan darah dan di catat di lembar observasi desaign penelitian yang digunakan penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experimen) dengan rancangan penelitian The One
Group Pratest Posttest yaitu rancangan eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa
kelompok pembanding.
HASIL
Karakteristik Responden
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Hipertensi dan
Konsumsi Obat
KARAKTERISTIK N %
USIA
45-55 19 100
PENDIDIKAN
SD 8 42,1
SMP 5 26,3
SMA 2 10,5
Perguruan Tinggi 4 21,1
PEKERJAAN
IRT 13 68,4
wiraswasta 2 3,8
PNS 4 21,1
RIWAYAT
HIPERTENSI 15 78,9
Ada 4 21,1
Tidak Ada
KONSUMSI OBAT 19 100
Pernah
Karakteristik Variabel
Tabel 2 Karakteristik Variabel Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Buah Naga
Karakteristik N %
Sebelum
Hipertensi Ringan (140- 3 15,8
159 mmHg)
Hipertensi Sedang (160- 8 42,1
179 mmHg)
Hipertensi Berat (>180 8 42,1
mmHg)
Sesudah
Hipertensi Ringan (140- 16 84,2
159 mmHg)
Hipertensi Sedang (160- 3 15,8
179 mmHg)
Uji statistik untuk mengetahui efektivitas pemberian jus buah naga merah terhadap
penderita hipertensi (hylocereus polyrhizzus)terhadap penderita hiupertensi pada menopause dengan
menggunakan uji paired T-test.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Std. Error Difference
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 TD.sebelum - ,421 ,507 ,116 ,177 ,666 3,618 18 ,002
TD.sesudah
Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan bahwa nilai p-value sebesar 0,002 atau p-value < α
(0,000<0,005), artinya H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti pemberian jus buah naga merah
(hylocereus polyrhizzus) efektiv menurunkan hipertensi pada menopause di Posyandu Banjaran
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri.
Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan bahwa nilai p-value sebesar 0,002 atau p-value < α
(0,000<0,005), artinya H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti pemberian jus buah naga merah
(hylocereus polyrhizzus) efektiv menurunkan hipertensi pada menopause di Posyandu Banjaran
Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri.
PEMBAHASAN
A. Tekanan Darah Sebelum Diberikan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizzus)
Terhadap Penderita Hipertensi Pada Menopause Di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja
Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri.
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa dari 19 total responden terdapat
bahwa sebagian kecil dari responden memiliki tekanan darah ringan yaitu sebanyak 3 orang
(15,8%), dengan kategori hipertensi sedang yaitu hampir sebagian responden sebanyak 8 orang
(42,1%) dan hampir sebagian responden dengan kategori hipertensi berat yaitu sebanyak 8 orang
(42,1%) sebelum diberikan jus buah naga merah (hylosereus polyrhizzus).
Tekanan darah pada orang dewasa cenderung meningkat seiring bertambahnya usia dan bisa
dihubungkan dengan penurunan elastisitas pembulih darah (Potter & perry, 2015). Tekana darah
sistolik meningkat karenan kelenturan pembuluh darah bessr yang berkurang, pada bertambahnya
usia sampai dekade ke tujuh sedangkan sedangkat tekanan diastolik meningkat sampai dekade kelima
dan ke enam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatn usia akan menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik (Sutanto, 2013). Setelah menopause wanita cenderung memiliki tekana darah tinggi pada
usia tersebut (Ekowati, 2013).
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara karakteristik responden dengan variabel pada bab
sebelumnya dapat dilihat dari 19 total responden terdapat sebagian besar responden dengan usia 45-55
tahun mengalami hipertensi sedang yaitu sebanyak 8 orang (42,1%) sebelum diberikan jus buah naga
merah (hylosereus polyrhizzus) dibandingkan dengan hipertensi pada usia 35-45 tahun yaitu sebnyak
3 orang (15,8%).
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekowati, bahwa usia ibu
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah, dimana ibu yang usianya lebih muda lebih sedikit
menderita hipertensi dibandingkan dengan ibu yang sudah tua. Peneliti berasumsi ibu menopause
yang mengalami peningkatan darah tinggi dikarenakan bertambahnya usia, dengan semakin
meningkatnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit
hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibar adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang
dimiliki seseorang. Bebrapa peneliti telah menemukan hubungan antara berbagai faktor resiko
terhadap timbulnya hipertensi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata prevalensi,
(angka kejadian) meneingkat dengan bertambahanya usia (Sutanto 20014).
Pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan
dan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam peningkatan
tekanan darah. Pengetahuan diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu yang
mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal
guna pemeliharaan kesehatannya (Sulistyawati, 2013).
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan sulistyawati, dapat dilihat dari hasil
tabulasi silang pendidikan dengan penderita hipertensi terpada tabel 4.3 bahwa dari 19 total responden
didapatkan bahwa hampir sebagian responden dengan pendidikan SD yang mengalami hipertensi
yaitu sebnyak 8 orang (42,1%) sebelum diberikan jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizzus).
Berdasarkan hasil tabulasi silang penderita hipertensi Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas
maka peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas ibu menopause yang mengalami peningkatan tekanan
darah adalah ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini disebabkan karena ibu yang berpendidikan
rendah akan sulit mencerna, menerima pesan dan informasi yang disampaikan mengenai pentingnya
pengetahuan tentang tekanan darah. Sebaiknya ibu menopause yang menderita hipertensi diberikan
informasi serta konseling mengenai perubahan pada tekanan darah sejak dini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Santoso, dapat dilihat dari hasil
tabulasi silang pekerjaan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi pada ibu menopause
berdasarkan tabel 4.4 Dari 19 total responden terdapat hampir sebagian responden dengan pekerjaan
IRT yang menderita hipertensi sebelum diberikan jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizzus)
sebanyak 8 responden (42,1%).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas
ibu menopause yang menderita hipertensi adalah ibu yang tidak bekerja atau Ibu rumah tangga. Hal
ini diakibatkan karena adanya kesibukan keluarga yang menurunkan tingkat perhatian dalam
kesehatan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah karena tidak lancarnya peredaran darah
sehingga terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah.
Riwayat hipertensi merupakan suatu keadaan tubuh dari tekanan darah yang meningkat akibat
dari adanya peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu yang cukup lama).
Hipertensi juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tekanan darah dimana sistoliknya diatas 140
mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg.tekanan darah yang yang selalu meningkat atau tinggi
menjadi salah satu dari timbulnya faktor resiko pada suatu penyakit seperti stroke, serangan jantung,
gagal ginjal (Ignatavicius, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan ignatavicius, dapat dilihat dari
hasil tabulasi silang riwayat hipertensi dengan terjadinya hipertensi pada ibu menopause terdapat pada
tabel 4.7 dari 19 total responden didapatkan bahwa hampir sebagian dari responden dengan riwayat
hipertensi sebelum diberikan jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizzus) yaitu sebanyak 15 orang
(79%).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas
ibu menopause yang mengalami hipertensi yaitu ibu menopause yang memiliki riwayat hipertensi.
Hal ini diakibatkan karena riwayat hipertensi yang terdahulu dan masalah yang sering timbul dan
kurangnya pemahaman dalam menangani masalah yang terjadi pada ibu menopause. Peneliti
berasumsi bahwa pada ibu menopause yang memiliki riwayat hipertensi lebih beresiko terjadi
hipertensi apabila sebelumnya kurang mendapat informasi mengenai pola hidup sehat dan penangan
hipertensi secara dini.
Pengobatan hipertensi Pudiastuti, R.D (2011) terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi
yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron
antagonis, beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin Converting
Enzyme Inhibitor (ACE I), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ blocker
(ARB).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pudiastuti, dapat dilihat dari
hasil tabulasi silang pengobatan sebelumnya dengan tekanan darah sebelum diberikan jus buah naga
merah (hylosereus polyrhizzus) terdapat pada tabel 4.9 dari 19 total responden didapatkan bahwa
seluruh responden mengkonsumsi obat anti hiopertensi yaitu sebanyak 19 orang (100%).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa mayoritas
ibu menopause mengkonsumsi obat anti hipertensi. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuam
tentang tekanan darah yang menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah Flavonoid bekerja
sebagai Angiotensin Converting Enzym(ACE) senyawa flavonoid telah terbukti mempunyain efek
biologis yang sangat kuat. Sebagai anti oksidan, flavonoid dapat menghambat penggungpalan keping-
keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh
darah, dan juga menghambat sel kangker.
B. Tekanan Darah Sesudah Diberikan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizzus)
Terhadap Penderita Hipertensi Pada Menopause Di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja
Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri.
Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.7 dari 19 total responden didapatkan bahwa hampir
seluruh responden dengan kategori hipertensi ringan yaitu sebanyak 16 orang (84,2%) 15 sesudah
diberikan jus buah naga merah (hylosereus polyrhizzus).
Menurut Furhman dalam Lianiwati, Flavonoid berfungsi layaknya kalium yaitu mengabsorbsi
cairan ion-ion elektrolit seperti natrium yang ada didalam itraseluler darah yang menuju ekstrasseluler
memasuki tubulus ginjal. Secara invitro, senyawa flavonoid telah terbukti mempunyain efek biologis
yang sangat kuat. Sebagai anti oksidan, flavonoid dapat menghambat penggungpalan keping-keping
sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah, dan
juga menghambat sel kangker.
Menurut pendapat peneliti bahwa salah satu kandungan yang terdapat pada buah naga merah
yaitu flovonoid yang dapat melenturkan atau memperlebar pembuluh darah sehingga dapat
melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah tinggi pada ibu menopause. Hal ini
karena kandungan buah naga yang mempunyai manfaat sangat beragam untuk menopause, selain
karena kandungan nutrisi dan vitamin yang terkandung dalamnya, kesegaran buah naga mampu
menurunkan hipertensi pada menopause, bahkan ada banyak penelitian menyatakan bahwa buah naga
sama sekali tidak berbahaya untuk menopause, demikian bisa dijadikan sumber informasi untuk
menopause yang menderita tekanan darah tinggi sehingga dapat menurunkan angka kejadian
hipertensi pada menopause.
Tidak hanya memiliki rasa yang manis dan segar, buah naga memiliki kandungan gizi yang
sangat beragam dan baik untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Beberapa kandungan dalam buah
naga diantaranya vitamin B, vitamin C, karbohidrat, serat, kalori, lemak tak jenuh, kalsium, protein,
fosfor serta memiliki kadar air yang tinggi. Beberapa kandungan gizi dalam buah naga merah Untuk
memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari
daerah tersebut dan dipercaya mampu membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada menopause.
Menurut peneliti Mengkonsumsi jus buah naga setiap hari sebanyak 400 ml/hari pagi dan sore
sebelum makan diberikan selama 3 hari diberikan secara teratur dapat berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah, setelah tekanan darah turun ibu menopause dapat mengkonsumsi jus buah
naga apabila sewaktu-waktu terjadi peningkatan tekanan darah tinggi sebanyak 2x/hari atau sebanyak
400 ml/hari. Jus buah naga merah sangat diajnurkan karena tidak terdapat efek samping setelah
mengkonsumsi jus buah merah tersebut. Tidak terdapat kontra indikasi : penderita diabetes militus,
hipertensi, kolestrol, kanker, stoke, penyakit kardiovaskular dan pada pasien insufisiensi ginjal. Jadi
sangat amat dianjurkan untuk di konsumsi oleh semua kalangan terlebih untuk ibu menopause yang
menderita hipertensi.
Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh nilai p-value sebesar 0,002 atau p-value < α (0,000<0,005),
artinya Hₒ ditolak dan Hɪ diterima yang berarti pemberian jus buah naga merah (hylocereus
polyrhizzus) efektiv menurunkan hipertensi pada menopause di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja
Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri.
Flavonoid bekerja sebagai Angiotensin Converting Enzym(ACE) inhibitor dengan
menghambat pembentukan angiotensin II dari angiotensin I dengan berkurangnya jumlah angiotensin
II, efek vasokontriksi dan sekresi aldosteron semakin berkurang untuk reabsorbsi natrium dan air.
Akhirnya tekanan darah akan menurun (Robinson dalam Grafika, 20013).
Flavonoid berfungsi layaknya kalium yaitu mengabsorbsi cairan ion-ion elektrolit seperti
natrium yang ada didalam itraseluler darah yang menuju ekstrasseluler memasuki tubulus ginjal (Iraz,
et al dalam Septian, et al, 2014). Secara invitro, senyawa flavonoid telah terbukti mempunyain efek
biologis yang sangat kuat. Sebagai anti oksidan, flavonoid dapat menghambat penggungpalan keping-
keping sel darah, merangsang produksi nitrit oksida yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh
darah, dan juga menghambat sel kangker (Furhman dalam Lianiwati, 2013).
Menurut pendapat peneliti bahwa jus buah naga mearah (Hylosereus Polyrhizzus) memiliki
efektivitas dalam menurunkan tekana darah tinggi pada ibu menopause karena kandungan flavonoid
yang dapat melenturkan pembuluh darah sehinng memperlancaran aliran darah dalam tubuh. Untuk
mempertahankan tekanan darah ibu menopause yang nornal setelah mengkonsusmsi jus buah naga
merah (hylosereus polyrhizzus) 400 ml/hari selama 3 hari secara teratus ibu menopause di anjurkan
minum jus buah naga merah (hylosereus polyrhizzus) stiap hari sebanyak 400ml/harinya. Setelah
tekanan darah turun ibu menopause dapat mengkonsumsi jus buah naga apabila sewaktu-waktu terjadi
peningkatan tekanan darah tinggi sebanyak 2x/hari atau sebanyak 400 ml/hari Hal ini sejalan dengan
teori Bahiyatun karena kandungan yang terdapat dalam jus buah naga merah sehingga terjadi proses
pelebaran atau kelenturan kapiler untuk mengurangi tekanan darah pada ibu menopause.
Setelah pemberian jus buah naga merah sebayak 400 ml/ hari selama 3 hari. Dari hasil
peneliyian membuktikan bahwapemberian jus buah naga merah perbengaruh pada penderita
hipertensi, dari 19 responden yang diberikan jus buah naga merah 15 responden mengalami
penurunan tekanan darah dan 4 responden tidak mengalami penurunan tekanan darah
(tetap).sebelumnya responden banyak yang mengeluh dengan tekanan darahnya yang selalu tinggi,
ada juga yang merasakan sakit kepala yang hebat akibat dari hipertensi tersebut. Sesudah pemberian
jus buah naga merah responden merasa lebih baik dari sebelumnya. Karena kandungan kalium yang
terdapat pada jus buah naga merah dapat melenturkan pembuluh darah, sehingga aliran darah lebih
lancar dan juga meringankan kerja jantung sehingga menormalkan kembali tekanan darah.
Simpulan
Hasil tekanan darah pada ibu menopause sebelum di berikan jus buah naga merah
(Hylocereus Polyrhizzus) hampir sebagian responden ibu menopause yang mengalami tekanan
darah tinggi dengan kategori hipertensi ringansebanyak 8 responden mengalami tekanan darah
sedang (42,1%).
Hasil tekanan darah pada ibu menopause sesudah di berikan jus buah naga merah
(Hylocereus Polyrhizzus) hampir seluruh ibu menopause mengalamipenurunan tekanan darah tinggi
sebanyak 16 responden (84,2%) mengalami penurunan tekanan darah.
Pemberian jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizzus) efektiv menurunkan tekanan
darah tiunggi pada ibu menopause di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Utara
Kota Kediri dengan nilai p-value sebesar 0,002 atau p-value <α (0,000<0,005), artinya Hₒ ditolak
dan Hɪ diterima.
Saran
Bagi Institusi Penelitian, Diharapkan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan
referensi dan wacana di lingkungan pendidikan serta sebagai bahan kajian lebih lanjut, khususnya
untuk penelitian yang sejenisnya.
Tempat Penelitian, Diharapkan posyandu banjaran wilayah kerja puskesmas wulayah utara
kota kedirisecara kontiyu melakukan skrining kesehatan, home care serta lebih aktif dalam
KEPUSTAKAAN
Departemen Kesehatan RI. (2012). Pedoman Penemuan Dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jendral PP & PL Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Pharmaceuntical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Depertemen
Kesehatan RI.
Hasdianah, & Sentot. (2014). Patologi dan patofisiologi penyakit. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hariyanto, A., & Sulistyowati, R. (2015). Buku ajar keperawatan medical bedah 1. Yogyakarta: Arruzz
Media.
Kowalski, R., E. (2013). Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Selemba Medika.
Nursalam. (2008). Metode penelitian ilmu kebidanan. Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Sheps. (2013). Mayo Clinic Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Syahban, J. (2012). Mengenal Mencegah Mengatasi Silent Killer Hipertensi. Bandung: Pustaka Widyamara.
Rattner, S., Mhathes, M., & Siegler, E. (2015). High blood pressure hypertension. American Heart
Association.
Robinson dalam Grrafika. (2013). Stability of red dragon fruit peel (Hylocereus Polyrhizus), Food pathogenic
Microorganisme. Skripsi. Surabaya: Universitas Pelita Harapan.
Thomas. (2013). Faktor Resiko Pola Konsumsi Natrium, Kalium, Serta Status
Obesitas Terhadap Kejadian hipertensi di Puskesmas Lailangga, Jurnal Kesehatan. Program
Studi Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin. Makassar.
Wu Li Chen, et al. (2012). Efek Pemberian Jus Buah Naga Terhadap Penurunan Tekanan Darah (Hylocereus
Polyrhizus).
Zamhir. (2012). Hipertensi, Respiratory Universitas Hasanuddin, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
ABSTRAK
Peningkatan usia harapan hidup perempuan di Indonesia yang mencapai usia 72 tahun menyebabkan hampir sepertiga
masa hidupnya dijalani pada saat menopause. Populasi perempuan menopause di Indonesia akan meningkat dengan
segala dampak akibat penurunan hormon estrogen berupa keluhan klimaterik dan peningkatan risiko terjadinya
kekeroposan tulang/osteoporosis. Pilihan yang terbaik dan merupakan pengobatan standar untuk keluhan klimaterik dan
osteoporosis adalah terapi hormonal (Estrogen+Progesteron/Estrogen). WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terapi
hormon pada perempuan menopause meningkatkan risiko kanker payudara. Di Indonesia, Fitoestrogen banyak beredar
di pasaran dengan kategori sebagai suplemen dan telah digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi keluhan klimaterik
dan osteoporosis. Fitoestrogen ini belum terbukti secara ilmiah bermanfaat untuk mengatasi keluhan-keluhan klimaterik
maupun osteoporosis pada perempuan menopause. Fitoestrogen di pasaran yang digunakan sebagai pil Permi III
mengandung Red Clover, Black Cohosh dan kalsium. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa fitoestrogen untuk terapi
osteoporosis dapat diperoleh dari isoflavon yang berasal dari kulit kopi robusta. Isoflavon ini dapat mempengaruhi
densitas mineral tulang pada wanita peri/post menopause. Penggunaan fitoestrogen (isoflavon) dari kulit biji kopi
berpengaruh terhadap wanita peri/post menopause serta membantu pemeliharaan dan pembentukan massa tulang.
Kata kunci: Fitoestrogen, menopause, isoflavone, kulit biji kopi, densitas tulang
ABSTRACT
Use of isoflavon with robusta coffee leather based with bone marrow density in peri / post menopause women.
Increasing the life expectancy of women in Indonesia, which reaches the age of 72 years, causes almost a third of their
lives to be lived at menopause. The population of menopausal women in Indonesia will increase with all the effects of a
decrease in the estrogen hormone in the form of climatic complaints and an increased risk of bone loss /
osteoporosis. The best choice and is a standard treatment for climatic complaints and osteoporosis is hormonal therapy
(Estrogen+Progesterone/Estrogen). The 2004 WHI suggest that hormone therapy in menopausal women increases the
risk of breast cancer. In Indonesia, phytoestrogens are widely circulating in the market as a supplement and have been
used by the public to overcome climatic and osteoporosis complaints. This phytoestrogen has not been scientifically
proven useful for dealing with climatic and osteoporosis complaints in menopausal women. The phytoestrogen on the
market that are used as Permi III pills contain Red Slover, Black Cohosh and calcium. Some studies suggest that
the estrogen for osteoporosis therapy can be obtained from isoflavones derived from robusta coffee skin. These
isoflavones can affect bone mineral density in peri-menopausal women. The use of phytoestrogens (isoflavones) from
coffee bean skin affects pre/post menopause in women, helps maintain and form bone mass (reducing the occurrence of
osteoporosis complaints).
mekanisme kerja obat terhadap proses isoflavon 80 mg/hari selama lebih dari 24
resorbsi dan/ atau proses pembentukan bulan pada wanita dengan usia lebih dari 45
tulang. Pemeriksaan ini dapat mengetahui tahun dapat mempertahankan kestabilan
perubahan bone turnover dengan interval vasomotor, meningkatkan prekursor sintesis
waktu yang relative singkat. Pentingnya estrogen-katekolamin, serta memperbaiki
pencegahan terjadinya osteoporosis sedini kendali simpato-hipotalamik yang
mungkin dibuktikan oleh penelitian dari mempengaruhi pengaturan panas dan sistem
Cauley J.A. dkk yang menyimpulkan bahwa kardiovaskuler, sehingga dapat mencegah
risiko dan terjadinya fraktur osteoporosis dan memperingan gejala hot flushes, keringat
dapat diturunkan dengan pemberian terapi malam dan palpitasi. Pemberian isoflavon
hormon sejak dini yaitu saat transisi lebih dari 80 mg/hari selama 24 bulan
mulainya menopause, dan manfaatnya akan menurunkan indeks menopause sebesar
menurun apabila mulai pemberian lebih dari 30%.5,6
5 tahun pasca menopause.2 Usia ideal untuk Atrofi epitel vagina yang ditemukan pada
pencegahan terjadinya osteopororsis yaitu masa menopause dapat dikurangi dengan
antara 45-55 tahun dimana hormone estrogen pemberian fitoestrogen karena vagina
dari ovarium sudah menurun.4 memiliki kadar estrogen reseptor paling
tinggi sehingga epitel vagina sangat sensitif
METODE terhadap perubahan estrogen. Estrogen
Penelitian ini menggunakan metode membuat pH vagina rendah dan hal ini
eksperimen. Pengumpulan data dilakukan memicu sintesis nitrid oksid (NO). NO
melalui studi pustaka mencakup buku-buku, memiliki sifat bakterisid dan merupakan
jurnal ataupun artikel. radikal bebas yang menghancurkan
mitokondrien dan DNA dari sel-sel tumor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada membran sel bakteri dan virus, NO
Prevalensi hot flushes dialami 85% wanita berfungsi memfragmentasi dinding kuman.
perimenopause di Amerika dan Eropa dan Dilakukan pula penelitian pada 91 wanita
tertinggi pada 6-12 bulan setelah menstruasi pascamenopause yang diberi isoflavon 165
terakhir, 50% diantaranya berlangsung >5 mg perhari dibandingkan dengan plasebo
tahun dan 10% >10 tahun. Prevalensi hot selama 4 minggu didapatkan bahwa tidak ada
flushes terendah ( 20%) didapatkan pada hasil statistik yang berarti. Akan tetapi pada
wanita Jepang, Indonesia, dan Mayan sitologi vagina, indikator yang sensitif dan
(Meksiko). Hal ini disebabkan kebiasaan spesifik dari estrogen diukur didapatkan
makan yang mengandung fitoestrogen (50- hasil berupa peningkatan index maturitas dari
150 mg/hari) yang lebih tinggi dibandingkan sitologi vagina dibandingkan dengan grup
pada wanita Eropa dan Amerika (3 mg/hari). kontrol. Perbedaan yang didapatkan tidak
Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Utan berarti secara statistik.6
Kayu, Jakarta pada tahun 2001 hanya Pada masa premenopause estrogen sangat
ditemukan angka kejadian hot flushes dibutuhkan dalam pembentukan dan
sebanyak 2,5%. Subjek penelitiannya adalah pemeliharaaan massa tulang. Efek utama
wanita dengan sosioekonomi rendah, yang estrogen pada pembentukan tulang adalah
makanan sehari-harinya adalah tahu dan menurunkan resorpsi tulang. Pengaruh
tempe. Beberapa penelitian memperlihatkan fitoestrogen pada metabolisme tulang
penurunan yang bermakna dari semburan disebabkan oleh ikatan fitoestrogen pada
panas sebanyak 30-40% pada pemberian reseptor estrogen yang terdapat pada tulang
protein kedelai 60 g selama 12 minggu jika yang akan mempengaruhi massa tulang
dibandingkan dengan plasebo. Pemberian melalui hambatan aktivitas osteoklas dan
peningkatan aktivitas osteoblas, serta dari L2-L4 diukur sebagai dasar tiap 6 bulan.
peningkatan sekresi kalsitonin yang akan Setelah 24 bulan, didapatkan penurunan
menghambat aktivitas hormon paratiroid BMD dibandingkan dengan standar pada ke
(PTH) terhadap proses resorbsi tulang . 2 kelompok. Kelompok yang mendapat
Estrogen meningkatkan aktifitas 1- ipriflavone rata-rata turun 1,2% dan yang
hidroksilase di ginjal yang mengubah vitamin hanya mendapat kalsium turun 3,8%. Terlihat
D yang tidak aktif menjadi aktif, sehingga adanya perbedaan penurunan yang berarti
resorbsi kalsium melalui usus meningkat. (p=0,045).
Pada wanita perimenopause pemberian Data fitoestrogen dalam penyakit
isoflavon lebih dari 90 mg/hari selama 24 kardiovaskuler pada wanita sangat terbatas
bulan meningkatkan densitas mineral tulang dari penelitian kecil dan pencatatan pasien.
pada vertebra lumbalis dan kollum femoris, Sebagai tambahan, lemahnya percobaan
serta mencegah terjadinya osteoporosis.4,7,6,8 diantara zat-zat ini membuat aplikasi klinis
Manfaat isoflavon terhadap jaringan sebagi hasil sangatlah sulit. Sebuah
tulang merupakan akibat dari peningkatan percobaan kecil dengan kontrol plasebo,
pembentukan tulang oleh osteoblast atau single blind, crossover trial dari 21 wanita (6
penurunan resorbsi oleh osteoklast. Kedua perimenopause, 1 premenopause, 14
mekanisme ini pada akhirnya dapat postmenopause) untuk mengevaluasi efek
meningkatkan massa tulang dan mencegah dari isoflavones 80 mg/hari (dalam
terjadinya osteoporosis. Osteoblast dan kombinasi yang berisi genistein, daidzein dan
osteoklast merupakan sel target dari glycetin). Beberapa wanita mengikuti diet
fitoestrogen. Telah diketahui bahwa jumlah yang mendekati vegetarian tanpa
reseptor estrogen (RE) dalam sel osteoblast pembatasan. Setelah 5-10 minggu terapi
relatif rendah sedangkan sel osteoklast sistemik arterialnya diukur dengan ECG 2
mammalia belum diketahui. dimensi dan Doppler lalu hasilnya
Dari penelitian oleh Potter dan kawan dibandingkan dengan standar pada 15 pasien.
kawan untuk menilai efek fitoestrogen pada Sebagai tambahan kemampuan LDL untuk
kolesterol juga dievaluasi pada perubahan mengoksidasi diukur secara invitro dan
BMD. Setelah terapi selama 24 minggu, dibandingkan dengan standar. Kemampuan
BMD vertebra L1-L4 tampak kemunduran arterial meningkat 26% pada kelompok yang
pada kedua kelompok ISP56 dan NFDM dan mendapat pengobatan dibandingkan dengan
terdapat peningkatan yang berarti (2%) dari kelompok yang mendapat placebo (p<0,001).
0,8920,114gr/cm2 sampai Kemampuan LDL untuk mengoksidasi tidak
1,9120,119gr/cm2 pada kelompok ISP90 berubah pada standar.
(p<0,05) dibandingkan dengan standar. Tidak Kemampuan arterial dievaluasi lebih jauh,
ada perubahan yang berarti yang tercatat bersama dengan perubahan LDL yang
pada total bodi BMD ataupun pada proximal bersifat lebih spesifik dan konsentrasi HDL
femur.6 pada 26 wanita postmenopause. Setelah 3
Percobaan klinik lain yang mengevaluasi minggu berjalan, pasien secara acak
fitoestrogen dan efeknya melibatkan 56 menerima placebo atau isoflavone 40 atau 80
wanita kaukasia pascamenopause selama 5 mg/hari, setiap 40 mg isoflavones berisi
tahun atau lebih, yang memiliki sedikitnya 2 genistein 4 mg dan biochanin 24,5 mg.
faktor resiko osteoporosis dan BMD Pengobatan diteruskan untuk 5 minggu setiap
vertebranya berada 1 standar deviasi dibawah pasien secara acak menerima pengobatan
normal. Setelah secara acak mendapatkan lainnya untuk jumlah waktu yang sama dan
ipriflavone 600 mg plus kalsium 1000 mg akhir dari pengobatan dalam 5 minggu. 17
atau placebo plus kalsium 1000 mg. BMD partisipan menuntaskan uji coba dengan
evaluasi akhir dari sistem kardiovaskuler.
KESIMPULAN
Isoflavon pada kulit biji kopi berpengaruh
terhadap wanita peri/post menopause serta
membantu pemeliharaan dan pembentukan
massa tulang.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Kesehatan reproduksi adalah suatu proses biologis dimana individu organisme baru diproduksi. Anastesi
adalah hilangnya sebagian atau seluruh semua bentuk sensasi yang disebabkan oleh patologi pada sistem
saraf atau suatu teknik menggunakan obat (inhalasi, intravena, atau lokal) yang menyebabkan keseluruhan
atau bagian dari organisme menjadi mati rasa untuk berbagai periode waktu. Desain penelitian menggunakan
menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross secitonal dengan responden sebanyak 52 responden
yaitu mereka yang bekerja di kamar operasi RS. RK. Charitas Palembang. Data yang digunakan adalah data
primer dan sekunder dari kuesioner. Teknik analisa data dengan chi-squere (a=0,05) dan regresi logistik.
Penelitian ini dilakukan tanggal 22-30 Juni 2015. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 52
responden yang usia >35 tahun (63,5%). Berpendidikan tinggi (88,5%) bekerja >1tahun (63,5%), terpapar
anastesi (59,6%), tidak mengalami gangguan reproduksi (67,3%), mempunyai riwayat penyakit (33,3%).
Hasil analisis bivariat menunjukkan usia dengan gangguan reproduksi (p Value = 0,021), lama bekerja (p
Value = 0,020), paparan anastesi (p Value = 0,003), pendidikan (p Value = 1,000), riwayat penyakit (p Value
= 1,000). Hasil analisis multivariat menunjukkan usia (p Value = 1,000), pendidikan (p Value = 1,000), lama
bekerja (p Value = 0, (p Value = 0,45) adalah prediktor yang baik untuk terjadinya gangguan reproduksi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan antara usia, lama bekerja, dan paparan
terhadap gangguan reproduksi. Tidak ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dan riwayat penyakit
terhadap gangguan reproduksi. Disarankan bagi RS. RK. Charitas dapat membuat program yang inovatif
sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya efek sekunder dari penggunaan obat-obat
anastesi bagi pekerja kesehatan.
Kata Kunci : Gangguan Reproduksi, Paparan Anastesi
ABSTRACT
Reproduction health is a biological process where a new individual is born. Wheres, anesthesia is a whole or
partial loss of taste sesation caused by pathology in the neuron system of individual; anesthesia can also be
defined as a technique in a medicine delivery (inhalation intravenous, or local) causing numbs partially or
bodily for a certain period of time. This research aims at finding out wathers there is a correlation
(correlations) between anesthesia and reproduction health disorders of health workers in operating room. This
study belonges to analytic studi with cross sectional approach. This studi was done at roman catholic charitas
hospital. The research samples were 52 health workers in a operating room at the hospital. The primary an
secondary data were taken from questionnaires. Chi-Square (ɑ=0,05) and logistic regression werw used for
data analysis technique. This research was done on June 22-30, 2015. At the end of the research, the
univariate analysis results showed than there 63,5% of the respondens (Age>35), 88,5% (Highly Educated),
63,5% (Work Period ≥1 years), and 59,6% (Anasthesia Exposure) who did not suffer from the health
reproduction disorders. Meanwhile, the bivariate analysis results indicated p values of the variables, i.e. Age
(p value=0.021). work period (p value=1.000), education (p value=1.000, Work period (p value=0-020), and
anesthesia Exposure (p value = 0.003). the multivariate analysis results showed that age (p value=0.45)
became the best predictor that can make the health workers suffer from reproduction disorders. It can be
concluded that there were correlation between Age, work period and Anathesia Exposure with reproduction
health Disorders. However, there was no correlation between Education and Health History with
Reproduction Heath Disorders. As suggestions, the hospital should conduct any innovative program in order
to avoid any secondary effect of the usage of anesthesia to the health works.
Keywords : Reproduction Health disorders, Anesthesia Exposure
77 | Evi Yuniarti : Hubungan Anastesi Terhadap Kesehatan Reproduksi Pekerja Kesehatan Di Kamar Operasi RS. RK.
Charitas Palembang
JKSP Volume 2 Nomor 1, 28 Februari 2019
kemaknaan (nilai p) sebesar 0,05 artinya riwayat pernyakit yang berisiko mengalami
apabila p value > 0,05 artinya apabila p value gangguan reproduksi yaitu 32,7 %. Hasil
> 0,05 berarti secara aiqnifikasi analisis ini analisis didapatkan p value = 1,000 lebih besar
untuk melihat faktor mana yang domina dari α = 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada
kemaknaan hubungan dilihat pada p Value > hubungan bermakna antara riwayat penyakit
0,05 dan CI 95%. dengan kejadian gangguan reproduksi.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
dari 52 orang sampel responden 100 % ada dari 52 orang sampel, pendidikan responden
usia yang berisiko yang juga berisiko yang rendah yang memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan reproduksi yaitu 100 %, mengalami gangguan reproduksi ada sebanyak
sedangkan usia yang tidak berisiko ada 75,8 83,3 %, sedangkan yang berpendidikan tinggi
%. Hasil analisis didapatkan p value = 0,021 < sebanyak 84,8 %. Hasil analisis didapatkan p
dari α = 0,05 menunjukkan bahwa ada value = 1,000 > α = 0,05 menunjukkan bahwa
hubungan bermakna antara usia dengan tidak ada hubungan bermakna antara
Gangguan reproduksi pekerja kesehatan di RS. pendidikan responden dengan kejadian
RK. Charitas Palembang. gangguan reproduksi pekerja kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang Hubungan Lama Bekerja dengan
ada, peneliti berpendapat bahwa ada hubungan Gangguan Reproduksi
antara umur dengan kejadian abortus karena pada tabel tersebut di atas dapat disimpulkan
umur ≥ 35 tahun merupakan usia reproduksi bahwa dari 52 orang sampel, responden yang
yang tidak sehat, dimana fungsi organ - organ bekerja ≤ 1 tahun yang berisiko tinggi
reproduksi mulai menurun dan rentan terkena mengalami gangguan reproduksi yaitu
gangguan reproduksi. sebanyak 58,8 %, sedangkan responden yang
bekerja > 1 tahun sebanyak 41, 2 %. Hasil
Hubungan Riwayat Penyakit dengan analisis didapatkan p value = 0,020 < α = 0,05
Gangguan Reproduksi Pekerja Kesehatan menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
di RS. RK. Charitas Palembang antara lama bekerja dengan gangguan
reproduksi pekerja kesehatan.
Penyakit yang timbul karena hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan lingkungan. Untuk mengantisipasi
permasalahan ini maka langkah awal yang
penting adalah pengenalan / identifikasi
bahaya yang bisa timbul dan di evaluasi,
kemudian dilakukan pengendalian untuk
mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa bahaya dilingkungan kerja. Hal ini
dari 52 orang sampel untuk usia yang pernah dimaksudkan untuk mengurangi dan
memiliki riwayat penyakit yang berisiko menghilangkan pemajanan terhadap zat/ bahan
mengalami gangguan reproduksi ada sebanyak yang berbahaya dilingkungan kerja, salah satu
33,3 %, usia yang tidak pernah memiliki pengendalian lingkungan kerja adalah
80 | Evi Yuniarti : Hubungan Anastesi Terhadap Kesehatan Reproduksi Pekerja Kesehatan Di Kamar Operasi RS. RK.
Charitas Palembang
JKSP Volume 2 Nomor 1, 28 Februari 2019
pembatasan waktu kerja. Pembatasan waktu berbahaya yang ada di rumah sakit
selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu serta metode pengembangan program
yang berbahaya dapat menurunkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu
terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan dilaksanakan, seperti
kerja. misalnya perlindungan terhadap efek obat
Berdasarkan hasil penelitian dan teori anastesi di ruang operasi. Personil anastesi
yang ada, peneliti berpendapat bahwa ada setiap harinya menghabiskan sebagian besar
hubungan antara lama bekerja dengan waktunya di sebuah lingkungan kerja yang
gangguan reproduksi bagi pekerja kesehatan, banyak mengandung bahaya, yakni kamar
dimana semakin lama bekerja dan terpajan zat operasi. lingkungan ini berpotensial terhadap
/ bahan berbahaya, maka pekerja semakin paparan asap/ uap kimia, radiasi ion dan
berisiko mengalami gangguan reproduksi kuman infeksius, sementara tim anastesi
adalah subjek dengan stres psikologis yang
Hubungan Paparan Anastesi dengan disebabkan lingkungan kerja berisiko tinggi.
Gangguan Reproduksi Pekerja Kesehatan Bahaya fisik seperti ledakan akibat gas
di RS. RK. Charitas Palembang anastesi yang mudah terbakar tidak lagi
menjadi hal yang perlu mendapat perhatian,
melainkan penyakit yang timbul saat bekerja
seperti keracunan alkohol atau obat-obatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian terbesar
yang dilakukan oleh Komite Ad Hoc American
Society of Anesthesiologist (ASA) untuk
mengetahui efek gas anastesi adalah dengan
mengetahui akibat atau efeknya terhadap
Berdasarkan hasil analisis dari 52 orang sistem reproduksi. Komite Ad Hoc ASA
sampel, responden yang terpapar anastesi yang menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan
berisiko tinggi mengalami gangguan risiko aborsi spontan dan kelainan kongenital
reproduksi yaitu 88,2%, sedangkan responden pada anak seorang wanita yang bekerja di
yang tidak terpapar sebanyak 11,8%. Hasil kamar operasi serta terdapat peningkatan
analisis didapatkan p value = 0,003 > α = 0,05 kelainan kongenital pada keturunan seorang
menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna istri yang suaminya bekerja di kamar operasi.
antara paparan anastesi dengan gangguan Berdasarkan hasil penelitian dan
reproduksi pekerja kesehatan. teori yang ada, peneliti berpendapat bahwa ada
Ancaman terhadap kesehatan reproduksi di hubungan antara paparan anastesi dengan
tempat bisa datang dari penggunaan bahan- gangguan reproduksi bagi pekerja kesehatan,
bahan kimia berbahaya. Salah satu profesi dimana efek dari bahaya-bahaya anastesi
yang rentan mengalami gangguan reproduksi tersebut bisa menyebabkan gangguan
akibat penggunaan bahan-bahan tersebut reproduksi. Penelitian ini menunjukkan bahwa
adalah paparan dari zat-zat yang ditimbulkan dari
tenaga kesehatan. Pakar kesehatan kerja dari inhalasi yang dipakai seperti inhalasi sevorane,
Universitas Indonesia, Astrid W Sulistomo, etrane, sorjon dapat menyebabkan polusi
(spesialis okupansi atau spesialis kesehatan dikarenakan menguap dan terhirup oleh
dan keselamatan kerja) mengatakan pejanan pekerja yang berada di ruangan tersebut, dan
gas-gas anestesi di rumah sakit dalam jangka efek samping dari zat-zat tersebut bisa
panjang bisa memicu ketidaksuburan baik menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi.
pada pria maupun wanita. Pada ibu hamil,
resikonya adalah kelainan kongenital dan Faktor Dominan
pertumbuhan struktur organ pada janin. Berdasarkan analisis multivariat yang telah
Penyakit akibat kerja di rumah sakit dapat dilakukan, variabel yang paling erat
menyerang semua tenaga kerja, baik tenaga hubungannya terhadap gangguan reproduksi
medis maupun non medis. Keselamatan dan pekerja kesehatan adalah usia dengan nilai p
kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit value = 0,045. Kekuatan pengaruh dari
dan fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan. gangguan reproduksi pekerja kesehatan bisa
Demikian pula penanganan faktor potensi dilihat dari nilai OR tertinggi yang
81 | Evi Yuniarti : Hubungan Anastesi Terhadap Kesehatan Reproduksi Pekerja Kesehatan Di Kamar Operasi RS. RK.
Charitas Palembang
JKSP Volume 2 Nomor 1, 28 Februari 2019
menunjukkan variabel dominan atau upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
signifikan. Usia adalah prediktor yang baik terjadinya efek sekunder dari penggunaan
untuk terjadinya gangguan reproduksi pada obat-obat anastesi bagi pekerja.
pekerja kesehatan yang bekerja di RS. RK. Bagi Peneliti diharapkan penelitian ini dapat
Charitas. digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
Penentuan variabel yang paling besar penelitian selanjutnya dengan jumlah sampel
hubungannya dengan variabel dependen, yang lebih besar dan variabel lain yang lebih
dilihat dari Exp (B) untuk variabel yang beragam.
signifikan, semakin besar Exp (B) berarti
semakin erat hubungannya dengan variabel DAFTAR PUSTAKA
dependen yang dianalisis. Dalam penelitian ini 1. Anies, 2005. Penyakit Akibat Kerja. PT
variabel umur yang paling erat hubungannya Elex Media Komputindo. Jakarta.
dengan gangguan reproduksi. Karena resiko 2. Boivin, F. 1997. Risk of spontaneous
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. abortion in women occupationaly
Exposed to anasthesic Gases.
SIMPULAN DAN SARAN Occupational and Enviromental Medicine.
Simpulan Vol 54.PP 541-548
1 Ada hubungan bermakna antara usia dengan 3. Guirguis,S. Pelmear,L. Roy, L. 1990.
gangguan reproduksi pekerja kesehatan RS. Health Effects Associated With Exposure
RK. Charitas Palembang. To Anaesthetic Gases In Ontario Hospital
2 Tidak ada hubungan bermakna antara Personnel. British Journal of Industrial
riwayat penyakit dengan kejadian gangguan Medicine. Vol. 47. PP 490-497
reproduksi 4. Hemminki, K. Kyyronen, P. Lindbohm,
3 Tidak ada hubungan bermakna antara L. 1985. Spontaneous abortions and
pendidikan responden dengan kejadian malformations in the offspring of nurses
gangguan reproduksi pekerja kesehatan. exposed to anaesthetic gases, cytostatic
4 Ada hubungan bermakna antara lama drugs, and other potential hazards
bekerja dengan gangguan reproduksi inhospitals, based on registered
pekerja kesehatan information of outcome. Journal of
5 Ada hubungan bermakna antara paparan Epidemiology and Community Health.
anastesi dengan gangguan reproduksi Vol. 39. PP 141-147
pekerja kesehatan 5. Kurniawidjaja, M. 2012. Teori dan
6 Faktor-faktor yang berhubungan dan paling Aplikasi Kesehatan Kerja. Universitas
berpengaruh dan erat hubungannya Indonesia, Jakarta.
terhadap kejadian gangguan reproduksi 6. Malaka, T. 2008. Kesehatan Kerja dan
pekerja kesehatan Industilisasi di Negara Berkembang :
Pengalaman Indonesia dalam Proteksi
SARAN dan Promosi Kesehatan Tenaga Kerja.
Bagi Institusi diharapkan institusi dapat Pidato Pengukuhn Guru Besar, UNSRI,
memasukkan penelitian ini sebagai salah satu Palembang.
referensi yang digunakan sebagai bahan 7. Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999.
pembelajaran di pasca sarjana. Memahami kesehatan reproduksi wanita.
Bagi Rumah Sakit diharapkan rumah sakit Arcan. Jakarta
dapat membuat program yang inovatif sebagai
82 | Evi Yuniarti : Hubungan Anastesi Terhadap Kesehatan Reproduksi Pekerja Kesehatan Di Kamar Operasi RS. RK.
Charitas Palembang