Jurnal Penelitian Pengaruh Uang Saku Dan Kebiasaan Sarapan Terhadap Status Gizi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 4 Depok Sleman Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH JUMLAH UANG SAKU DAN KEBIASAAN SARAPAN

TERHADAP STATUS GIZI SISWA KELAS VIII B SMPN 4 DEPOK


TAHUN 2019
Arinda Widi Antari1, Deba Kusumajati2,Defvi Rahmawati3, Efrianti Sinaga4, Kadek
Galuh Parwati5, Luh Rada Aprilia Indraswari6, Maria Goreti Lindra Susanti7, Oca Eka
Tarigan8, Scholastica Meinanda9. Yulius Deni Kurnianto10
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Alamat Korespondensi: Kampus III Paingan, Jl. Kepuhsari, Maguwoharjo, Sleman
Yogyakarta.
Email: Efriantisinaga09@gmail.com

ABSTRAK
Status gizi merupakan kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari keseimbangan
antara zat-zat gizi yang dikonsumsi dalam tubuh dan penggunaanaan zat-zat gizi
didalam tubuh (Almatsier, 2005)1. Melewatkan sarapan dan mengonsumsi makanan
jajanan tinggi kalori dapat menyebabkan status gizi lebih dan obesitas. Penelitian
dilakukan dengan besar sampel adalah 31 responden siswa kelas VIII-B yang diambil
secara saturation sampling pada siswa kelas VIII-B SMP N 4 Kecamatan Depok
Sleman Yogyakarta. Hubungan antar variabel dianalisis secara deskriptif kuantitatif
dan analisis bivariate dengan Chi Square, pengambilan data menggunakan lembar
instrument kuisioner dan data antroprometri dengan indikator IMT/U. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebesar 25,81% responden melewatkan sarapan pagi dirumah.
Rata-rata besar uang saku responden Rp 10.000 – Rp. 15.000 (80,65%). Status gizi
responden terkategori obesitas sebanyak 1 orang (3,2 %), gemuk ringan sebanyak 1
orang (3,2%), normal sebanyak 19 orang (61,3%), Kurus berat sebanyak 4 orang
(12,90%), dan kurus ringan sebanyak 6 orang (19,40%). Hasil penelitian model
explanatory research menunjukkan hubungan antara jumlah uang saku dan kebiasaan
sarapan dengan status gizi, hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah uang saku dan
kebiasaan melewatkan sarapan berkontribusi pada terjadinya status gizi lebih dengan
hasil Chi-Square hitung 6,718 siswa yang mengkonsumsi jajanan di Sekolah.

Kata kunci: gizi lebih, sarapan, uang saku

1
Almatsier,S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ABSTRACT
Nutritional Status is a condition of the body that can be seen from the balance
between the nutrients consumed in the body and the use of nutrient substances in the
body (Almatsier, 2005)2. Skipping breakfast and eating high-calorie hawker food can
be a factor of over nutritional status (Overweight) and obesity. Quantitative
descriptive research was done at SMP N 4 Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.
The large sample is 31 respondents who were taken in a saturation sampling in
students of the VIII-B class. Relationships between variables are analyzed in a
quantitative descriptively and statisti Chi Square method with data retrieval using the
questionnaire instrument sheet and anthrometric data with the BMI/U indicator.
Results showed that by 25,81% respondents not breakfast at home. The large average
of the respondents pocket money is Rp 10,000 – Rp. 15,000. Nutritional Status of
respondents are largely categorized as obesity 1 person (3,2%), mild grease 1 person
(3,2%), Normal 19 person (61,3%), skinny 4 person (12,90%), and thin 6 orang
(19,40%). The results of the study with explanatory Research showed there is a
relationship between the amount of pocket money and the breakfast habit with
nutritional status. So it was concluded that the amount of allowance and the habit of
skipping breakfast contributed to the occurrence of nutritional status of students the
Chi-Square results counted 6.718 students who consumed snacks at the School.

Key Word: Overweight, Breakfast, Pocket Money

PENDAHULUAN
Masalah status gizi merupakan
kasus yang sedang marak terjadi di
berbagai belahan dunia. Karena

2
Ibid
maraknya kasus yang berkaitan dengan dianjurkan adalah terdiri atas sarapan,
status gizi buruk, 3WHO menyatakan makan siang, dan makan malam.
bahwa masalah status gizi terutama Dibandingkan dengan segala faktor
obesitas merupakan isu yang bersifat penyebab masalah status gizi, kebiasaan
epidemic global, atau dapat dikatakan melewatkan sarapan merupakan akar
bahwa masalah status gizi merupakan permasalahan utama dalam munculnya
isu yang telah mendunia. Masalah status berbagai masalah status gizi. Kebiasaan
gizi yang tengah marak terjadi di melewatkan sarapan khususnya pada
berbagai belahan dunia memerlukan anak-anak dan remaja dapat
penanganan khusus. Penanganan secara menyebabkan obesitas serta berbagai
intensif dan tepat sasaran diperlukan masalah kesehatan lain yang dampaknya
agar tidak terjadi komplikasi pada orang lebih serius (Rampersaud, 2005)4.
yang mengalaminya. Anak-anak dan Penelitian ini bertujuan untuk
remaja merupakan tahapan usia yang menganalisis hubungan antara jumlah
paling rentan mengalami gangguan pada uang saku dan kebiasaan sarapan
status gizi atau malnutrisi. Hal ini terhadap status gizi anak Sekolah
disebabkan karena pada masa anak-anak Menengah Pertama. SMP negeri 4
dan remaja, manusia mengalami puncak Depok Sleman merupakan sekolah
pertumbuhan dan perkembangan, berstatus negeri yang terletak di
sehingga ukuran dan fungsi tubuh kabupaten Sleman Daerah Istimewa
berkembang dengan pesat. Yogyakarta. Siswa SMP Negeri 4
Pesatnya pertumbuhan dan Sleman tergolong dalam kategori
perkembangan pada usia anak-anak dan menegah pertama atau remaja awal.
remaja harus diimbangi dengan asupan Pada anak-anak dan remaja yang tengah
nutrisi yang seimbang serta pola dalam usia sekolah, kebiasaan sarapan di
konsumsi yang baik. Asupan gizi dapat rumah menjadi faktor penting yang
dikatakan telah seimbang apabila telah dapat mempengaruhi status gizinya.
memenuhi standar nutrisi yang tertera Pada umumnya, anak dan remaja yang
dalam tumpeng gizi seimbang. terbiasa mengonsumsi sarapan di rumah
Sementara itu, pola konsumsi yang memiliki asupan nutrisi yang lebih
3
Depkes. (2014). Peraturan Menteri 4
Rampersaud; Pereira; Girard; Adams;
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Metzl. 2005. Breakfast Habits,
41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Nutritional Status, Body Weight, and
Seimbang. Jakarta: Depkes RI. Academic Performance in Children
and Adolescents. Journal of Diet
Association. Vol. 5 No. 5.
terperhatikan dibanding anak dan remaja terbiasa tidak sarapan diberi uang saku
yang terbiasa mengonsumsi sarapan di lebih oleh orang tuanya, sehingga besar
sekolah. Anak-anak dan remaja yang kemungkinan bagi mereka untuk
terbiasa mengonsumsi sarapan di membeli makanan jajanan dalam jumlah
sekolah pada umumnya diberi uang jajan yang banyak dan dengan kandungan gizi
yang lebih oleh orang tuanya. Anak- yang tidak seimbang (Depkes RI,
anak dan remaja yang tidak terbiasa 2011)7.
sarapan di rumah cenderung lebih sering Jajanan yang dibeli di sekolah
mengonsumsi jajanan yang dijual di maupun di pedagang kaki lima memiliki
sekolah. kualitas gizi yang lebih rendah
Oleh sebab itu, menu sarapan yang dibandingkan dengan menu sarapan
sewajarnya dikonsumsi di pagi hari yang dibuat di rumah. Hal tersebut
tergantikan oleh jajanan yang dikarenakan keamanan jajanan tersebut
dikonsumsi, dimana jajanan tersebut masih belum terjamin, baik secara
berperan sebagai makanan yang pertama mikrobiologis maupun kimiawi
kali masuk ke dalam sistem pencernaan, (Widodo, 2006)8.Sarapan memiliki
sehingga jajanan menjadi lebih penting peranan yang sangat vital dalam
daripada sarapan sehat (Hidayati dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Desi, 2005)5. Dibandingkan dengan Sarapan yang ideal dilakukan mulai dari
anak-anak dan remaja yang terbiasa bangun pagi hingga pukul 09.00 agar
sarapan, anak-anak dan remaja yang 15%-30% atau sekitar 450-500 kalori
sering melewatkan sarapan berisiko dari keseluruhan total kebutuhan nutrisi
lebih tinggi mengalami obesitas. Hal ini harian dapat tercukupi. Pemenuhan
dapat disebabkan karena kesulitan kebutuhan nutrisi harian dengan sarapan
mengontrol nafsu makan makanan yang dapat membantu tubuh untuk dapat
berupa jajanan yang dijual di sekolah bergerak aktif, sehat, dan produktif.
(Kral, 2011)6. Hal ini diperkuat dengan (Desi, 2018)9.
fakta bahwa anak dan remaja yang METODE PENELEITIAN

5
Iddem
6
Kral; Whiteford; Heo; Faith. 2010. 7
Depkes. (2014),loc.cit.
Effects of Eating Breakfast Compared
with Skipping Breakfast on Ratings of 8
Widodo, J. (2006). Perilaku Makan
Appetite and Intake at Subsequent Anak Sekolah. Children Allergen
Meals in Teenagers. The American Center:Jakarta.
Journal of Clinical Nutrition. Vol. 93
No. 2. 9
Desi; Suaebah; Astuti. 2018,loc.cit.
Jenis penelitian ini explanatory di sekolah dan keterkaitan jumlah uang
research.metode analisis data secara saku dengan kebiasaan sarapan , kedua
univariate dan analisis bivariate . keterkaitan di hubungkan terhadap status
Sampel pada penelitian adalah siswa gizi siswa SMP Negeri 4 Yogyakarta
kelas VIII-B sebanyak 31 responden. kelas VIIIB
Instrument pada penelitian adalah
lembar kuesioner dan data antroprometri
dengan indikator IMT/U. Peneliti
melakukan pengambilan sampel secara
saturation sampling atau pengambilan
data sampel dengan mengikutsertakan
semua anggota populasi sebagai sampel
peneltian. Responden yang telah mengisi
kuisioner, akan melakukan pengukuran
tinggi badan (TB) dan berat badan (BD).
Analisa data pada penelitian ini adalah
univariat yang dilakukan secara
descriptive kuantitatif.Deskriptive
kuantitatif yaitu mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa atau suatu
kejadian yang terjadi pada saat sekarang
dalam bentuk angka-angka yang
bermakna (Nana Sudjana :1997:53)10.
Analisis pada penelitian dilakukan untuk
melihat karakteristik responden
meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan
sarapan dan tidak sarapan, jumlah uang
saku, dan jenis jajanan yang
dikonsumsi.Analisis bivariate dengan uji
Chi Square dilakukan menggunakan
keterkaitan antara hubungan uang saku
dengan pola konsumsi makanan jajanan
10
Sudjana, Nana. 1997. Statistika untuk
Ekonomi dan Niaga II.
Bandung:Tarsito.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Aspek Persentase (%)
1 Usia
12 Tahun 3,23 %
13 Tahun 16,13 %
14 Tahun 77,41 %
15 Tahun 3,23 %
2 Jenis Kelamin
Laki- laki 54,84 %
Perempuan 45.16 %
3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarapan Pagi

Sarapan 74,19 %
Tidak Sarapan 25,81 %
4 Uang Saku
0 -15 Ribu 19,35 %
Lebih dari 15 Ribu 80,65 %
5 Jenis Jajanan yang dibeli dengan Uang Saku

Minuman 17 %
Jajanan Pasar 27 %
Makanan Karbohidrat 44 %

Junk Food 32 %
6 Status Gizi
Kurus Ringan 19,40 %
Kurus Berat 12,90 %
Normal (Ideal) 61,3 %
Gemuk Ringan 3,2 %
Obesitas 3, 2 %

Tabel 1. Menunjukan Karakteristik Responden Pada Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri
4 Depok.

Berdasarkan penelitian status gizi (3,23%) dan 15 tahun (3, 23%)


yang dilakukan di SMP Negeri 4 sedangkan diantara subjek terkecil dan
Depok Sleman, dengan obyek terbesar terdapat umur 13 tahun
penelitian status gizi siswa SMP kelas (16,1%.).Pada karakteristik jenis
VIII-B bahwa karakteristik frekuensi kelamin diperoleh sebagian besar
atau jumlah subjek terbesar berada responden berjenis kelamin perempuan
pada usia 14 tahun (77,41%) dan (54,84%) (17 orang) dan laki-laki
jumlah subjek terkecil umur 12 tahun
11
45,16 % (14 orang). Menurut ideal. Selain itu, terdapat 19,19% siswa
Kementrian Pendidikan dan yang rutin sarapan, tetapi memiliki
Kebudayaan, yang menyatakan bahwa status gizi yang tidak ideal yaitu kurus
siswa jenjang SMP pada umur 13-15 berat dan Obesitas. Sementara itu,
tahun termasuk pada usia remaja. terdapat 25,8% siswa yang tidak
Sarapan pagi merupakan unsur sarapan, dimana 6,3% diantaranya
penting untuk mengawali aktifitas memiliki status gizi ideal, dan 19,51%
harian. Sarapan pagi dilakukan dengan siswa lainnya memiliki status gizi yang
tujuan untuk memenuhi kebutuhan tidak ideal yaitu kurus ringan dan
nutrisi di pagi hari sebagai bagian dari gemuk ringan . Berdasarkan data
pemenuhan asupan nutrisi harian. tersebut, diketahui bahwa mayoritas
Sarapan pagi yang ideal dilakukan siswa yang memiliki status gizi ideal
antara bangun pagi sampai jam 9. sebanyak 55% memiliki kebiasaan
Sarapan pagi yang dilakukan dengan sarapan pagi. Hal ini membuktikan
waktu yang ideal tersebut sangat baik bahwa sarapan pagi berkontribusi pada
untuk memenuhi 15% hingga 30% status gizi seseorang. Siswa yang rutin
kebutuhan nutrisi harian, sehingga sarapan namun memiliki status gizi
terwujud pola hidup sehat, aktif, dan yang tidak ideal dapat diakibatkan oleh
cerdas (Hardinsyah 2012)12. faktor aktifitas fisik. Seseorang yang
sarapan namun memiliki kebiasaan
Berdasarkan data hasil penelitian
kurang beraktifitas fisik menyebabkan
yang telah dilakukan, sebanyak
status gizinya menjadi tidak ideal.
74,19% rutin sarapan di Rumah yang
Status gizi yang tidak ideal pada
terbagi atas 55% siswa rutin sarapan
seseorang yang rutin sarapan dapat
pagi dan memiliki status gizi yang
pula diakibatkan oleh jumlah dan jenis
11
Kementerian Pendidikan dan asupan nutrisi yang tidak seimbang.
Kebudayaan. 2017. Ikhtisar Data
Pendidikan dan Kebudayaan 2017/18. Jumlah dan jenis asupan nutrisi yang
Jakarta : KemenDikbud.
seimbang harus berpedoman pada
tumpeng gizi seimbang,di dalam
12
Hardinsyah dan Muhammad Aries. tumpeng gizi seimbang terdapat jenis-
2012. Jenis Pangan Sarapan dan jenis nutrisi apa saja yang dibutuhkan
Perannya dalam Asupan Gizi Harian
Anak Usia 6-12 Tahun di Indonesia. oleh tubuh (karbohidrat, protein,
Jurnal Gizi dan Pangan. Volume 7
Nomor 2. lemak, vitamin, dan mineral). Pada
hasil penelitian 6,45% siswa yang
tidak sarapan namun memiliki status dimiliki apabila seseorang
gizi ideal, mengganti asupan sarapan mengonsumsi sarapan dengan minimal
pagi mereka dengan jajanan yang satu jenis bahan makanan dari tiap
tersedia di kantin sekolah. Jajanan golongan nutrisi, yang terdiri atas
yang mereka konsumsi merupakan karbohidrat, protein hewani dan
makanan yang mengandung asupan nabati,sayuran,buah dan susu (Bobak,
nutrisi yang disarankan, seperti roti 2005)13. Sementara itu, pola konsumsi
yang mengandung karbohidrat serta yang tidak baik adalah kebiasaan
aneka nasi dengan lauk pauk yang mengkonsumsi makanan tidak teratur
mengandung karbohidrat, lemak, dan dengan jenis asupan nutrisi harian
protein. Oleh sebab itu, nutrisi yang tidak mengandung nutrisi pokok
seharusnya diperoleh dari sarapan di seperti karbohidrat, lemak dan protein
rumah telah terpenuhi oleh jajanan yang dibutuhkan tubuh untuk
yang dijual di kantin sekolah. Pada bermetabolisme. (Pujiati, 2015)14.
anak yang tidak sarapan dan status
Berdasarkan penelitian tentang
gizinya tidak ideal, pemenuhan asupan
hubungan uang saku dan sarapan
nutrisi harian mereka tidak terpenuhi
terhadap status gizi remaja yang
dengan baik. Apabila pemenuhan
dilakukan pada siswa kelas VIII B
nutrisi harian tidak tercukupi, akan
SMPN 4 Depok, 74,19% siswa telah
berdampak pada status gizi dan
menerapkan pola konsumsi yang baik
malnutrisi. Dari hasil analisis data
dengan rutin sarapan pagi. Asupan
yang diperoleh tersebut, sarapan
nutrisi yang dikonsumsi pun bervariasi,
terbukti menyumbangkan peran yang
yang terdiri atas karbohidrat, protein
penting dalam menentukan status gizi
nabati dan hewani, vitamin, dan
seseorang.Pola konsumsi harian yang
mineral. Jenis nutrisi yang paling
baik adalah perilaku konsumsi
banyak dikonsumsi oleh siswa adalah
makanan yang disesuaikan dengan
protein dan karbohidrat. Pemenuhan
kebutuhan gizi seseorang. Penerapan
13
Bobak.2005. Perilaku Makan Sehat.
pola konsumsi yang baik berdampak Jakarta : Salemba Medika.
positif pada kondisi tubuh dalam
14
Pujiati; Arneliwati; Rahmalia. 2015.
melakukan aktifitas harian. Orang yang
Hubungan Antara Perilaku Makan
memiliki kebiasaan sarapan akan lebih dengan Status Gizi pada Remaja
Putri. Jurnal JOM Volume 2 Nomor
sehat, produktif, dan berstatus gizi 2.

ideal. Status gizi yang ideal dapat


jenis asupan nutrisi yang dilakukan konsentrasi dalam belajar.
oleh siswa SMPN 4 Depok pada (R.E.Kleinman 2013)15. Siswa SMP N
umumnya telah memenuhi standar 4 Depok yang melewatkan sarapan
yang dianjurkan, dimana menu sarapan pagi dengan faktor tidak sempat dan
sehat harus mengandung unsur malas, rata-rata menggantikan sarapan
karbohidrat, protein, dan lemak paginya dengan mengonsumsi
sebagai sumber energi harian. Anak makanan yang disediakan dikantin
yang tidak sarapan sebelum mengawali sekolah. Jarak antara kantin sekolah
aktivitas penuh disekolah akan dengan kelas siswa yang berdekatan,
mengalami gangguan fisik terutama memudahkan siswa untuk jajan
kekurangan energi. Makan pagi dikantin setiap harinya,Kebiasaan jajan
merupakan bagian dari kegiatan yang merupakan aktivitas membeli makanan
harus dipenuhi oleh setiap insan jajan meliputi jenis, frekuensi dan
manusia karena melalui makan kita jumlah dari makanan jajanan setiap
mempunyai energi untuk melakukan hari. Kebiasaan jajan bisa menjadi hal
aktivitas hidup. Anak usia sekolah yang positif tetapi dapat juga menjadi
menengah pertama (SMP), hal yang negatif. Jajan dikatakan
dikategorikan dalam taraf positif apabila jenis jajanan yang dibeli
perkembangan dan pertumbuhan. Pada anak tidak sembarangan dan
tahap tersebut, anak sangat mengandung nutrisi. Pemilihan jenis
memerlukan sarapan pagi untuk jajanan yang baik dan bergizi akan
menunjang aktivitasnya. Terutama di berdampak baik pada pemenuhan
jam-jam belajar disekolah, energi yang energi sekaligus dapat mendukung
diperlukan untuk belajar sangat pertumbuhan anak, serta peranan
bergantung dari asupan gizi yang makanan jajanan dalam menyumbang
diperoleh dari makanan yang dimakan. energi atau zat tenaga dan protein
Apabila anak tidak sarapan maka sangat berarti bagi pertumbuhan anak.
energi yang dibutuhkan untuk berpikir (Srikandi Fardias,2002)16.
tidak mendukung, dampaknya anak 15
Kleinman, R.E, Hail S, Green H,
Korzec-Ramirez D, Patton K, Pagono
tidak konsentrasi untuk belajar karena M.E., Murphy J.M. Dies, Breakfast,
and Academic Performance in
perut kosong sehingga berpengaruh Childern. Am Nutr Metabolism 46
terhadap hasil belajarnya. Anak yang (01):24-30.2002.

tidak sarapan pagi berpengaruh pada


16
Fardiaz, Srikandi dan Dedi. 2002.
status gizi dan cenderung tidak Panduan Pengolahan Pangan yang
Berbeda halnnya apabila perilaku status pekerjaan orang tua sebagai
kebiasaan jajan dapat berarti negatif PNS, disebabkan oleh penghasilan
apabila jenis makan yang dikonsumsi orang tua dengan status pekerjaan PNS
anak adalah makanan yang kurang yang hanya sebulan sekali, dan
baik. Kebanyakan anak memilih berbanding terbalik dengan orangtua
makanan hanya berdasarkan apa yang siswa dengan status pekerjaan
anak suka, dan selera yang muncul wiraswasta yang bekerja dan
pada saat anak lapar dan tidak mendapatkan keuntungan tiap harinya.
memperhatikan kandungan gizi Pada hasil data kuisioner diperoleh
makanan yang dibeli. Dari hasil siswa yang terbiasa sarapan pagi di
penelitian menunjukkan bahwa rumah jarang membeli makanan atau
sebagian besar uang saku siswa dalam jajanan di sekolah. Namun juga
kategori cukup mempengaruhi terdapat beberapa siswa yang
konsumsi jajanan siswa di Sekolah. menggunakan uang sakunya untuk
Rata – rata uang saku siswa SMP N 4 membeli makanan atau jajanan di
Depok sebesar Rp 10.000 – Rp. sekolah. Pada Penelitian jenis jajanan
15.000. 17Hasil penelitian ini diperkuat yang dipilih oleh siswa kelas VIII-B
oleh (Ahmad Hidir, 2017) yang SMP Negeri 4 Yogyakarta,
menyatakan bahwa uang jajan siswa digolongkan menjadi 4 ragam yaitu
dengan pekerjaan orangtua wiraswasta jenis jajanan dan minuman berupa(es
lebih besar yaitu Rp. 16.000 – Rp. teh dan susu), makanan berat dengan
20.000 per hari dari pada siswa dengan zat gizi karbohidrat (nasi, soto dan
pekerjaan orangtua PNS yaitu Rp. mie), makanan siap saji atau jank food
5.000 – Rp. 10.000 setiap (bakso tusuk, sosis, nugget), dan jenis
harinya.Lebih besarnya uang jajan jajanan pasar, dari hasil penggolongan
siswa dengan status pekerjaan orang jenis jajanan siswa dapat disimpulkan
tua wiraswasta dari pada siswa dengan bahwa terdapat pengaruh jumlah uang
Baik bagi Industri Rumah Tangga. saku dengan pola konsumsi makanan
Jakarta:Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. jajanan terhadap status gizi siswa,
namun tidak ada pengaruh jumlah uang
17
Hidir A.2017. Pola Pemberian Uang
saku dengan sarapan pagi terhadap
Saku/Bekal bagi Siswa/I di SMP
Negeri 7 Kelurahan Purnama status gizi siswa karena disimpulkan
Kecamatan Dumai Kota Dumai.
Jurnal Jom Fisip, Vol.4 No. 2. bahwa ada kemungkinan siswa yang
sarapan menggunakan uang sakunya
untuk membeli jajanan di Sekolah sehingga mempengaruhi asupan zat
dengan kandungan zat gizi yang gizi yang mempengaruhi status gizi
berpengaruh positif dan negatif siswa.

Tabel 2 Menunjukkan Hubungan Uang Saku dengan Pola Konsumsi Makanan Jajanan
di Sekolah pada Siswa kelas VIIIB SMP Negeri 4 Depok.
Jumlah Uang Saku 0 - 5 Ribu N 28
% 90,31%
Lebih dari 15 Ribu N 1
% 3,23 %
Total N 29
% 93,54 %

Hasil uji Chi Square yang dilakukan konsumsi jajanan di Sekolah. Ada
memperoleh Chi Square hitung 6,718 kemungkinan semakin besar jumlah
> Chi Square table taraf (0,05) maka uang saku makin sering siswa
terdapat hubungan yang signifikan mengkonsumsi jajanan di Sekolah.
antara jumlah uang saku dengan Pola

Tabel 3 Menunjukkan Hubungan Uang Saku dengan kebiasaaan sarapan pada Siswa
kelas VIIIB SMP Negeri 4 Depok.
Jumlah Uang Saku Frkeuensi Sarapan
Sarapan Tidak sarapan
0 - 5 Ribu N 22 7
% 70,96% 22,58 %
Lebih dari 15 Ribu N 1 1
% 3,23 % 3,23 %
Total N 23 8
% 74,19% 25,81 %
Hasil uji Chi Square yang saku dengan kebiasaan sarapan
dilakukan memperoleh Chi Square terhadap status gizi siswa, sehingga
hitung 0,654 < Chi Square table taraf ada kemungkinan siswa yang saarapan
(0,05) maka tidak terdapat hubungan juga memiliki kebiasaan
yang signifikan antara jumlah uang mengkonsumsi jajanan di sekolah.
KESIMPULAN adalah sosialisasi mengenai pedoman
Mayoritas siswa sarapan pagi di gizi seimbang di instansi pendidikan
rumah (74,19%). Semua siswa seperti sekolah dan orang tua terkait
mendapat uang saku dengan kisaran pemberian jumlah uang saku dalam
Rp 10.000 – Rp. 15.000 dengan rata- penggunaannya oleh siswa di Sekolah.
rata Rp. 12.500. Sebagian siswa DAFTAR PUSTAKA
mempergunakan uang sakunya di Almatsier,S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
sekolah untuk membeli makanan siap
Utama.
saji sebesar (10,20%) berupa olahan
Barwani, S; Abri; Hashmi; dkk. 2001.
daging yaitu bakso, sosis dan nugget, Assesment of Aerobic Fitness
makanan berat (49,94%) dengan and it Correlates in Omani
Adolescent using the 20-metre
kandungan zat gizi karbohidrat dan Shuttle Run Test a Pilot Study.
minuman (16,35%) serta jajanan pasar Medical Sciences 2001; 3: 77-
80.
sebesar (26,3%). Berdasarkan hasil
Bobak. 2005. Perilaku Makan Sehat.
penelitian ini, dapat disimpulkan
Jakarta:Salemba Medika.
bahwa terdapat hubungan jumlah uang
Depkes. (2014). Peraturan Menteri
saku dengan konsumsi makanan Kesehatan Republik Indonesia
jajanan di sekolah namun tidak ada Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Gizi Seimbang.
hubungan Jakarta: Depkes RI.
Desi; Suaebah; Astuti. 2018.
antara uang saku dengan kebiasaan Hubungan Sarapan, Uang Saku
Dengan Jajanan Di Sd Kristen
sarapan pada siswa kelas VIII-B SMP Immanuel Ii Kubu Raya.
N 4 Depok.Perlu adanya usaha untuk Jurnal Vokasi Kesehatan Vol. 4
No. 2
meningkatkan kepedulian siswa
sekolah menengah pertama (SMP) Fardiaz, Srikandi dan Dedi. 2002.
Panduan Pengolahan Pangan
terhadap pola konsumsi maakanan yang Baik bagi Industri Rumah
jajanan dan pentingnya asupan gizi Tangga. Jakarta:Badan
Pengawasan Obat dan
seimbang sebelum berangkat sekolah. Makanan.
Salah satu hal yang bisa dilakukan
Hardinsyah dan Muhammad Aries. Remaja Putri. Jurnal JOM
2012. Jenis Pangan Sarapan Volume 2 Nomor 2.
dan Perannya dalam Asupan
Gizi Harian Anak Usia 6-12 Rampersaud; Pereira; Girard; Adams;
Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi Metzl. 2005. Breakfast Habits,
dan Pangan. Volume 7 Nomor Nutritional Status, Body
2. Weight, and Academic
Performance in Children and
Hidir A.2017. Pola Pemberian Uang Adolescents. Journal of Diet
Saku/Bekal bagi Siswa/I di Association. Vol. 5 No. 5.
SMP Negeri 7 Kelurahan
Purnama Kecamatan Dumai Sidharta, P. 2008. Neurologi Klinis
Kota Dumai. Jurnal Jom Fisip, dalam Praktik Umum. Jakarta:
Vol.4 No. 2. Dian Rakyat.

Kleinman, R.E, Hail S, Green H, Sudjana, Nana. 1997. Statistika untuk


Korzec-Ramirez D, Patton K, Ekonomi dan Niaga II.
Pagono M.E., Murphy J.M. Bandung:Tarsito.
Dies, Breakfast, and Academic
Utomo, Lalu Juntra. 2018. Perilaku
Performance in Childern. Am
Sarapan Pagi Kaitannya
Nutr Metabolism 46 (01):24-
dengan Status Gizi dari
30.2002.
Anemia pada Anak Sekolah
Kral; Whiteford; Heo; Faith. 2010. Dasar.
Effects of Eating Breakfast
Widodo, J. (2006). Perilaku Makan
Compared with Skipping
Anak Sekolah. Children
Breakfast on Ratings of
Allergen Center:Jakarta.
Appetite and Intake at
Subsequent Meals in Yoga, Anindya; Dyah; Kusnandar.
Teenagers. The American 2014. Hubungan Jenis
Journal of Clinical Nutrition. Kelamin, Aktifitas Fisik dan
Vol. 93 No. 2. Status Gizi dengan Kesegaran
Jasmani Anak Sekolah Dasar.
Pujiati; Arneliwati; Rahmalia. 2015.
Jurnal Kesmasindo. Volume 7
Hubungan Antara Perilaku
Nomor 1.
Makan dengan Status Gizi pada

Anda mungkin juga menyukai