Jurnal Penelitian Pengaruh Uang Saku Dan Kebiasaan Sarapan Terhadap Status Gizi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 4 Depok Sleman Yogyakarta
Jurnal Penelitian Pengaruh Uang Saku Dan Kebiasaan Sarapan Terhadap Status Gizi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 4 Depok Sleman Yogyakarta
Jurnal Penelitian Pengaruh Uang Saku Dan Kebiasaan Sarapan Terhadap Status Gizi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 4 Depok Sleman Yogyakarta
ABSTRAK
Status gizi merupakan kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari keseimbangan
antara zat-zat gizi yang dikonsumsi dalam tubuh dan penggunaanaan zat-zat gizi
didalam tubuh (Almatsier, 2005)1. Melewatkan sarapan dan mengonsumsi makanan
jajanan tinggi kalori dapat menyebabkan status gizi lebih dan obesitas. Penelitian
dilakukan dengan besar sampel adalah 31 responden siswa kelas VIII-B yang diambil
secara saturation sampling pada siswa kelas VIII-B SMP N 4 Kecamatan Depok
Sleman Yogyakarta. Hubungan antar variabel dianalisis secara deskriptif kuantitatif
dan analisis bivariate dengan Chi Square, pengambilan data menggunakan lembar
instrument kuisioner dan data antroprometri dengan indikator IMT/U. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebesar 25,81% responden melewatkan sarapan pagi dirumah.
Rata-rata besar uang saku responden Rp 10.000 – Rp. 15.000 (80,65%). Status gizi
responden terkategori obesitas sebanyak 1 orang (3,2 %), gemuk ringan sebanyak 1
orang (3,2%), normal sebanyak 19 orang (61,3%), Kurus berat sebanyak 4 orang
(12,90%), dan kurus ringan sebanyak 6 orang (19,40%). Hasil penelitian model
explanatory research menunjukkan hubungan antara jumlah uang saku dan kebiasaan
sarapan dengan status gizi, hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah uang saku dan
kebiasaan melewatkan sarapan berkontribusi pada terjadinya status gizi lebih dengan
hasil Chi-Square hitung 6,718 siswa yang mengkonsumsi jajanan di Sekolah.
1
Almatsier,S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
ABSTRACT
Nutritional Status is a condition of the body that can be seen from the balance
between the nutrients consumed in the body and the use of nutrient substances in the
body (Almatsier, 2005)2. Skipping breakfast and eating high-calorie hawker food can
be a factor of over nutritional status (Overweight) and obesity. Quantitative
descriptive research was done at SMP N 4 Kecamatan Depok Sleman Yogyakarta.
The large sample is 31 respondents who were taken in a saturation sampling in
students of the VIII-B class. Relationships between variables are analyzed in a
quantitative descriptively and statisti Chi Square method with data retrieval using the
questionnaire instrument sheet and anthrometric data with the BMI/U indicator.
Results showed that by 25,81% respondents not breakfast at home. The large average
of the respondents pocket money is Rp 10,000 – Rp. 15,000. Nutritional Status of
respondents are largely categorized as obesity 1 person (3,2%), mild grease 1 person
(3,2%), Normal 19 person (61,3%), skinny 4 person (12,90%), and thin 6 orang
(19,40%). The results of the study with explanatory Research showed there is a
relationship between the amount of pocket money and the breakfast habit with
nutritional status. So it was concluded that the amount of allowance and the habit of
skipping breakfast contributed to the occurrence of nutritional status of students the
Chi-Square results counted 6.718 students who consumed snacks at the School.
PENDAHULUAN
Masalah status gizi merupakan
kasus yang sedang marak terjadi di
berbagai belahan dunia. Karena
2
Ibid
maraknya kasus yang berkaitan dengan dianjurkan adalah terdiri atas sarapan,
status gizi buruk, 3WHO menyatakan makan siang, dan makan malam.
bahwa masalah status gizi terutama Dibandingkan dengan segala faktor
obesitas merupakan isu yang bersifat penyebab masalah status gizi, kebiasaan
epidemic global, atau dapat dikatakan melewatkan sarapan merupakan akar
bahwa masalah status gizi merupakan permasalahan utama dalam munculnya
isu yang telah mendunia. Masalah status berbagai masalah status gizi. Kebiasaan
gizi yang tengah marak terjadi di melewatkan sarapan khususnya pada
berbagai belahan dunia memerlukan anak-anak dan remaja dapat
penanganan khusus. Penanganan secara menyebabkan obesitas serta berbagai
intensif dan tepat sasaran diperlukan masalah kesehatan lain yang dampaknya
agar tidak terjadi komplikasi pada orang lebih serius (Rampersaud, 2005)4.
yang mengalaminya. Anak-anak dan Penelitian ini bertujuan untuk
remaja merupakan tahapan usia yang menganalisis hubungan antara jumlah
paling rentan mengalami gangguan pada uang saku dan kebiasaan sarapan
status gizi atau malnutrisi. Hal ini terhadap status gizi anak Sekolah
disebabkan karena pada masa anak-anak Menengah Pertama. SMP negeri 4
dan remaja, manusia mengalami puncak Depok Sleman merupakan sekolah
pertumbuhan dan perkembangan, berstatus negeri yang terletak di
sehingga ukuran dan fungsi tubuh kabupaten Sleman Daerah Istimewa
berkembang dengan pesat. Yogyakarta. Siswa SMP Negeri 4
Pesatnya pertumbuhan dan Sleman tergolong dalam kategori
perkembangan pada usia anak-anak dan menegah pertama atau remaja awal.
remaja harus diimbangi dengan asupan Pada anak-anak dan remaja yang tengah
nutrisi yang seimbang serta pola dalam usia sekolah, kebiasaan sarapan di
konsumsi yang baik. Asupan gizi dapat rumah menjadi faktor penting yang
dikatakan telah seimbang apabila telah dapat mempengaruhi status gizinya.
memenuhi standar nutrisi yang tertera Pada umumnya, anak dan remaja yang
dalam tumpeng gizi seimbang. terbiasa mengonsumsi sarapan di rumah
Sementara itu, pola konsumsi yang memiliki asupan nutrisi yang lebih
3
Depkes. (2014). Peraturan Menteri 4
Rampersaud; Pereira; Girard; Adams;
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Metzl. 2005. Breakfast Habits,
41 Tahun 2014 Tentang Pedoman Gizi Nutritional Status, Body Weight, and
Seimbang. Jakarta: Depkes RI. Academic Performance in Children
and Adolescents. Journal of Diet
Association. Vol. 5 No. 5.
terperhatikan dibanding anak dan remaja terbiasa tidak sarapan diberi uang saku
yang terbiasa mengonsumsi sarapan di lebih oleh orang tuanya, sehingga besar
sekolah. Anak-anak dan remaja yang kemungkinan bagi mereka untuk
terbiasa mengonsumsi sarapan di membeli makanan jajanan dalam jumlah
sekolah pada umumnya diberi uang jajan yang banyak dan dengan kandungan gizi
yang lebih oleh orang tuanya. Anak- yang tidak seimbang (Depkes RI,
anak dan remaja yang tidak terbiasa 2011)7.
sarapan di rumah cenderung lebih sering Jajanan yang dibeli di sekolah
mengonsumsi jajanan yang dijual di maupun di pedagang kaki lima memiliki
sekolah. kualitas gizi yang lebih rendah
Oleh sebab itu, menu sarapan yang dibandingkan dengan menu sarapan
sewajarnya dikonsumsi di pagi hari yang dibuat di rumah. Hal tersebut
tergantikan oleh jajanan yang dikarenakan keamanan jajanan tersebut
dikonsumsi, dimana jajanan tersebut masih belum terjamin, baik secara
berperan sebagai makanan yang pertama mikrobiologis maupun kimiawi
kali masuk ke dalam sistem pencernaan, (Widodo, 2006)8.Sarapan memiliki
sehingga jajanan menjadi lebih penting peranan yang sangat vital dalam
daripada sarapan sehat (Hidayati dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Desi, 2005)5. Dibandingkan dengan Sarapan yang ideal dilakukan mulai dari
anak-anak dan remaja yang terbiasa bangun pagi hingga pukul 09.00 agar
sarapan, anak-anak dan remaja yang 15%-30% atau sekitar 450-500 kalori
sering melewatkan sarapan berisiko dari keseluruhan total kebutuhan nutrisi
lebih tinggi mengalami obesitas. Hal ini harian dapat tercukupi. Pemenuhan
dapat disebabkan karena kesulitan kebutuhan nutrisi harian dengan sarapan
mengontrol nafsu makan makanan yang dapat membantu tubuh untuk dapat
berupa jajanan yang dijual di sekolah bergerak aktif, sehat, dan produktif.
(Kral, 2011)6. Hal ini diperkuat dengan (Desi, 2018)9.
fakta bahwa anak dan remaja yang METODE PENELEITIAN
5
Iddem
6
Kral; Whiteford; Heo; Faith. 2010. 7
Depkes. (2014),loc.cit.
Effects of Eating Breakfast Compared
with Skipping Breakfast on Ratings of 8
Widodo, J. (2006). Perilaku Makan
Appetite and Intake at Subsequent Anak Sekolah. Children Allergen
Meals in Teenagers. The American Center:Jakarta.
Journal of Clinical Nutrition. Vol. 93
No. 2. 9
Desi; Suaebah; Astuti. 2018,loc.cit.
Jenis penelitian ini explanatory di sekolah dan keterkaitan jumlah uang
research.metode analisis data secara saku dengan kebiasaan sarapan , kedua
univariate dan analisis bivariate . keterkaitan di hubungkan terhadap status
Sampel pada penelitian adalah siswa gizi siswa SMP Negeri 4 Yogyakarta
kelas VIII-B sebanyak 31 responden. kelas VIIIB
Instrument pada penelitian adalah
lembar kuesioner dan data antroprometri
dengan indikator IMT/U. Peneliti
melakukan pengambilan sampel secara
saturation sampling atau pengambilan
data sampel dengan mengikutsertakan
semua anggota populasi sebagai sampel
peneltian. Responden yang telah mengisi
kuisioner, akan melakukan pengukuran
tinggi badan (TB) dan berat badan (BD).
Analisa data pada penelitian ini adalah
univariat yang dilakukan secara
descriptive kuantitatif.Deskriptive
kuantitatif yaitu mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa atau suatu
kejadian yang terjadi pada saat sekarang
dalam bentuk angka-angka yang
bermakna (Nana Sudjana :1997:53)10.
Analisis pada penelitian dilakukan untuk
melihat karakteristik responden
meliputi usia, jenis kelamin, kebiasaan
sarapan dan tidak sarapan, jumlah uang
saku, dan jenis jajanan yang
dikonsumsi.Analisis bivariate dengan uji
Chi Square dilakukan menggunakan
keterkaitan antara hubungan uang saku
dengan pola konsumsi makanan jajanan
10
Sudjana, Nana. 1997. Statistika untuk
Ekonomi dan Niaga II.
Bandung:Tarsito.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No Aspek Persentase (%)
1 Usia
12 Tahun 3,23 %
13 Tahun 16,13 %
14 Tahun 77,41 %
15 Tahun 3,23 %
2 Jenis Kelamin
Laki- laki 54,84 %
Perempuan 45.16 %
3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarapan Pagi
Sarapan 74,19 %
Tidak Sarapan 25,81 %
4 Uang Saku
0 -15 Ribu 19,35 %
Lebih dari 15 Ribu 80,65 %
5 Jenis Jajanan yang dibeli dengan Uang Saku
Minuman 17 %
Jajanan Pasar 27 %
Makanan Karbohidrat 44 %
Junk Food 32 %
6 Status Gizi
Kurus Ringan 19,40 %
Kurus Berat 12,90 %
Normal (Ideal) 61,3 %
Gemuk Ringan 3,2 %
Obesitas 3, 2 %
Tabel 1. Menunjukan Karakteristik Responden Pada Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri
4 Depok.
Tabel 2 Menunjukkan Hubungan Uang Saku dengan Pola Konsumsi Makanan Jajanan
di Sekolah pada Siswa kelas VIIIB SMP Negeri 4 Depok.
Jumlah Uang Saku 0 - 5 Ribu N 28
% 90,31%
Lebih dari 15 Ribu N 1
% 3,23 %
Total N 29
% 93,54 %
Hasil uji Chi Square yang dilakukan konsumsi jajanan di Sekolah. Ada
memperoleh Chi Square hitung 6,718 kemungkinan semakin besar jumlah
> Chi Square table taraf (0,05) maka uang saku makin sering siswa
terdapat hubungan yang signifikan mengkonsumsi jajanan di Sekolah.
antara jumlah uang saku dengan Pola
Tabel 3 Menunjukkan Hubungan Uang Saku dengan kebiasaaan sarapan pada Siswa
kelas VIIIB SMP Negeri 4 Depok.
Jumlah Uang Saku Frkeuensi Sarapan
Sarapan Tidak sarapan
0 - 5 Ribu N 22 7
% 70,96% 22,58 %
Lebih dari 15 Ribu N 1 1
% 3,23 % 3,23 %
Total N 23 8
% 74,19% 25,81 %
Hasil uji Chi Square yang saku dengan kebiasaan sarapan
dilakukan memperoleh Chi Square terhadap status gizi siswa, sehingga
hitung 0,654 < Chi Square table taraf ada kemungkinan siswa yang saarapan
(0,05) maka tidak terdapat hubungan juga memiliki kebiasaan
yang signifikan antara jumlah uang mengkonsumsi jajanan di sekolah.
KESIMPULAN adalah sosialisasi mengenai pedoman
Mayoritas siswa sarapan pagi di gizi seimbang di instansi pendidikan
rumah (74,19%). Semua siswa seperti sekolah dan orang tua terkait
mendapat uang saku dengan kisaran pemberian jumlah uang saku dalam
Rp 10.000 – Rp. 15.000 dengan rata- penggunaannya oleh siswa di Sekolah.
rata Rp. 12.500. Sebagian siswa DAFTAR PUSTAKA
mempergunakan uang sakunya di Almatsier,S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
sekolah untuk membeli makanan siap
Utama.
saji sebesar (10,20%) berupa olahan
Barwani, S; Abri; Hashmi; dkk. 2001.
daging yaitu bakso, sosis dan nugget, Assesment of Aerobic Fitness
makanan berat (49,94%) dengan and it Correlates in Omani
Adolescent using the 20-metre
kandungan zat gizi karbohidrat dan Shuttle Run Test a Pilot Study.
minuman (16,35%) serta jajanan pasar Medical Sciences 2001; 3: 77-
80.
sebesar (26,3%). Berdasarkan hasil
Bobak. 2005. Perilaku Makan Sehat.
penelitian ini, dapat disimpulkan
Jakarta:Salemba Medika.
bahwa terdapat hubungan jumlah uang
Depkes. (2014). Peraturan Menteri
saku dengan konsumsi makanan Kesehatan Republik Indonesia
jajanan di sekolah namun tidak ada Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Gizi Seimbang.
hubungan Jakarta: Depkes RI.
Desi; Suaebah; Astuti. 2018.
antara uang saku dengan kebiasaan Hubungan Sarapan, Uang Saku
Dengan Jajanan Di Sd Kristen
sarapan pada siswa kelas VIII-B SMP Immanuel Ii Kubu Raya.
N 4 Depok.Perlu adanya usaha untuk Jurnal Vokasi Kesehatan Vol. 4
No. 2
meningkatkan kepedulian siswa
sekolah menengah pertama (SMP) Fardiaz, Srikandi dan Dedi. 2002.
Panduan Pengolahan Pangan
terhadap pola konsumsi maakanan yang Baik bagi Industri Rumah
jajanan dan pentingnya asupan gizi Tangga. Jakarta:Badan
Pengawasan Obat dan
seimbang sebelum berangkat sekolah. Makanan.
Salah satu hal yang bisa dilakukan
Hardinsyah dan Muhammad Aries. Remaja Putri. Jurnal JOM
2012. Jenis Pangan Sarapan Volume 2 Nomor 2.
dan Perannya dalam Asupan
Gizi Harian Anak Usia 6-12 Rampersaud; Pereira; Girard; Adams;
Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi Metzl. 2005. Breakfast Habits,
dan Pangan. Volume 7 Nomor Nutritional Status, Body
2. Weight, and Academic
Performance in Children and
Hidir A.2017. Pola Pemberian Uang Adolescents. Journal of Diet
Saku/Bekal bagi Siswa/I di Association. Vol. 5 No. 5.
SMP Negeri 7 Kelurahan
Purnama Kecamatan Dumai Sidharta, P. 2008. Neurologi Klinis
Kota Dumai. Jurnal Jom Fisip, dalam Praktik Umum. Jakarta:
Vol.4 No. 2. Dian Rakyat.