4 (2017): 477-496
ISSN: 0125-9687 (Cetak)
E-ISSN: 2503-1465 (Online)
Abstract
Corruption in goods and services procurement is one of the most frequent
corruption in Indonesia. So, this article discuss about the role of information
communication and technology (ICT) and its mechanism for improving
transparency as an effort to prevent corruption. This study apply descriptive
method, literature review, and analysis the research which have been done by
preceding researcher. This article conclude that ICT is statistically significant
for reducing corruption, but the implementation of that system should be
needed further evaluation. There are some important things which need more
evaluation, such as: sufficiency of skilled worker for operating e-procurement,
user support, stakeholders involvement, ICT infrastructure, institutional
setting, and social community background.
Keywords: e-procurement, transparency, corruption
Abstrak
Korupsi pengadaan barang dan jasa merupakan salah satu korupsi yang paling
sering terjadi di Indonesia. Dalam artikel ini membahas mengenai peran sistem
ICT serta mekanismenya dalam meningkatkan transparansi sebagai upaya
mencegah terjadinya korupsi. Penulisan artikel ini menggunakan metode
deskriptif, tinjauan pustaka, dan menganalisis eksperimen yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu. Kesimpulan dalam artikel ini adalah penggunaan ICT
terbukti secara statistik signifikan dalam mendukung upaya meminimalisir
korupsi, namun implementasinya perlu dievaluasi lebih lanjut. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya mendukung terlaksananya
e-procurement, diantaranya perlu adanya tenaga yang terampil dalam
menjalankan e-procurement, dukungan dari pengguna layanan, keterlibatan
peran stakeholder, infrastruktur ICT yang memadai, kondisi institusi yang
mendukung, serta latar belakang sosial masyarakat.
Kata kunci: e-procurement, transparan, korupsi
I. Pendahuluan
1
Rimawan Pradiptyo, et. al, “Korupsi Struktural: Analisis Database Korupsi Versi 4
(2001-2015)”, <http://cegahkorupsi.wg.ugm.ac.id/publikasi-
/Database%20Korupsi%20V%204-5April16_RP_VR_THP.pdf>, diakses tanggal 24 Oktober
2016.
2
KPK. Kajian Pencegahan Korupsi Pada Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, hal.
9.
479 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
Diagram 1
Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara
3
John C. Bertot, et. al, “Using ICTs to create a culture of transparency: E-government
and social media as openness and anti-corruption tools for societies”, Government
Information Quarterly, Vol. 27, Issue 3, 2010, 264–271.
4
Harian Kompas. “LPSE Jabar Sudah 10 Persen, Aher Raih E-Procurement Award
2015”,
<http://regional.kompas.com/read/2015/11/10/14592621/LPSE.Jabar.Sudah.100.Persen.Aher.
Raih.E-Procurement.Award.2015>, diakses tanggal 27 Oktober 2016.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 480
5
Detiknews. “Hacker Kuasai Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
Bareskrim Bergerak”, <http://news.detik.com/berita/3184393/hacker-kuasai-lelang-pengadaan-
barang-dan-jasa-pemerintah-bareskrim-bergerak>, diakes tanggal 11 Desember 2016.
6
KPK. op. cit., hal. 15.
7
Abdul Halim dan Syam Kusufi, “Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik:
Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah”, (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), hal. 15-16.
481 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
8
Romli Atmasasmita, “Aspek Hukum Pidana dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah”,
<http://www.lkpp.go.id/v3/files/attachments/5_LaWZGOERamXJbauxbQLMcCetTgzDkUvR.
pdf>, diakses tanggal 12 Desember 2017.
9
Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 482
10
Atmasasmita. op. cit.
11
Amiruddin, Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa, (Yogyakarta: Genta
Publishing, 2010), hal. 46-47.
483 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
12
KPK. op. cit., hal. 45-46.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 484
13
Art Kovacic, “Competitiveness as A Source of Development”, Working Paper, No.
28, 2005.
14
Normaz Wana Ismail dan Jamilah Mohd Mahyideen, “The Impact of Infrastructure
on Trade and Economic Growth in Selected Economies in Asia”, ADBI Working Paper Series,
No. 553, 2015.
485 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
15
Marie Chêne, “Corruption, auditing and carbon emission reduction schemes”,
<http://www.u4.no/helpdesk/helpdesk/query.cfm?id=251>, diakses tanggal 26 Oktober 2016.
16
Dieter Zinnbauer, “False Dawn, Window Dressing or Taking Integrity to the Next
Level?”, <http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2166277>, diakses tanggal 30
Oktober 2016.
17
John C. Bertot, et. al, op. cit.
18
Sofia Wickberg, “Technological innovations to identify and reduce corruption”,
<http://www.u4.no/publications/technological-innovations-to-identify-and-reduce-
corruption/>, diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 486
19
Tutang Muhtar, “Implementasi Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement) di
LPSE Provinsi Sulawesi Tengah”, Infrastruktur, Vol. 1 No. 1, 2011, 43-53.
20
Nasr G. Elbahnasawy, “E-Government, Internet Adoption, and Corruption: An Empirical
Investigation”, World Development, Vol. 57, 2014, 114–126.
21
Rajeev K. Goel, et.al, “The internet as an indicator of corruption awareness”,
European Journal of Political Economy, Vol. 28, Issue 1, 2012, 64–75.
487 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
digunakan ialah apabila semakin tinggi kepekaan akan korupsi, maka tindakan
pencegahan korupsi juga semakin tinggi pula. Variabel dependen yang
digunakan ialah level korupsi (baik menggunakan corruption perception index,
control of corruption index, index of mainly political corruption), sementara
variabel independen yang digunakan: internet (jumlah rata-rata pencarian
mengenai isu korupsi), GDP per kapita, belanja pemerintah, serta variabel yang
menggambarkan kondisi institusi suatu negara (seperti kebebasan ekonomi,
demokrasi, kualitas birokrasi, dan tata tertib hukum. Dengan menggunakan
STATA dan analisis Ordinary Least Square, diperoleh hasil apabila semakin
tinggi kepekaan mengenai isu korupsi (ditunjukkan oleh variabel internet) akan
mengurangi tingkat persepsi korupsi sebesar 0,18 poin, semua faktor lain
dianggap konstan.
Meskipun pemanfaatan sistem ICT memiliki pengaruh yang kecil dalam
mereduksi korupsi seperti yang ditunjukkan dalam kedua paper diatas, namun
upaya tersebut memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi persepsi
korupsi sebagai salah satu usaha menciptakan transparansi tata kelola.
Tabel 1
Hasil Estimasi Model Data Panel
22
Nasr G. Elbahnasawy, op.cit.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 488
Terdapat dua metode yang digunakan dalam model data panel pada Tabel
1 tersebut, yaitu dengan menggunakan fixed effect dan random effect. Pada
model fixed effect terdapat dua spesifikasi model, sementara dalam random
effect terdapat lima spesifikasi model. Secara keseluruhan, variabel GDP per
kapita, pelaksanaan hukum, dan e-government memiliki pengaruh yang secara
statistik signifikan (baik di level 1% maupun 5%) dalam menurunkan persepsi
korupsi. Sama halnya dengan ketiga variabel tersebut, variabel online services
dan infrastruktur telekomunikasi juga memiliki pengaruh yang secara
signifikan dapat mengurangi persepsi korupsi. Sehingga kesimpulan yang
dapat diperoleh dari hasil estimasi tersebut adalah apabila pemerintah
menerapkan pelaksanaan layanan secara online dan mendukung upaya
mewujudkan tata kelola pemerintah yang transparan, seperti penggunaan e-
governement dan peningkatan kualitas infrastruktur telekomunikasi, maka juga
akan mendukung usaha pemerintah dalam mereduksi kasus korupsi yang ada.
Tabel 2
Evaluasi STOPE dalam Penerapan e-procurement di Indonesia
23
Hyeri Choi, et.al, “Rethinking the assessment of e-government implementation in
developing countries from the perspective of the design–reality gap: Applications in the
Indonesian e-procurement system”, Telecommunications Policy, Vol. 40, Issue 7, 2016, 644–
660.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 490
Tabel 3
Indeks E-Government dan Indeks Korupsi Negara Kawasan ASEAN
Country E-Government (2016) CPI (2015)
Singapore 0,8828 85
Malaysia 0.6175 50
Philippines 0.5766 35
Thailand 0.5522 38
Viet Nam 0.5143 31
Indonesia 0.4478 36
Lao PDR 0.3090 25
Cambodia 0.2593 21
Myanmar 0.2362 22
24
Erwan Agus Purwanto, et. al, “E-Procurement di Indonesia: Pengembangan Layanan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Elektronik”, (Jakarta: Kemitraan, 2008), hal.
21-22.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 492
IX. Penutup
1. Kesimpulan
Korupsi pengadaan barang/jasa merupakan salah satu korupsi yang
paling banyak terjadi di Indonesia. Berdasarkan identifikasi KPK, terdapat
beberapa hal yang dapat mempengaruhi korupsi pengadaan barang/jasa,
seperti: informasi asimetri, adanya kolusi, konflik kepentingan pada bagian
dari pejabat publik, kurangnya akuntabilitas, serta pembiayaan politik. Untuk
mencegah terjadinya korupsi dalam proses pengadaan barang/jasa, maka
diperlukan suatu sistem yang mendukung upaya transparansi, sehingga hal-hal
yang dapat menimbulkan korupsi dapat diminimalisir. Salah satunya yaitu
dengan menggunakan sistem e-procurement.
Meskipun banyak penelitian yang membuktikan bahwa penggunaan
layanan pemerintah secara online dapat mereduksi korupsi, dan hasilnya
signifikan, namun sistem tersebut masih harus terus dievaluasi agar sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Seperti misalnya pelaksanaan pengadaan
barang/jasa secara online (e-procurement) di Indonesia, yang masih ditemui
adanya gap antara perencanaan desain sistem dengan penerapan sistem tersebut
di masyarakat. Berdasarkan analisis STOPE, Indonesia perlu membangun
lingkungan yang mendukung kesuksesan e-procurement. Hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya tersedianya tenaga yang terampil dalam menjalankan
e-procurement, dukungan dari pengguna layanan e-procurement, keterlibatan
peran stakeholder, infrastruktur ICT yang memadai, kondisi institusi yang
mendukung, serta latar belakang sosial masyarakat terutama di daerah.
Melalui dukungan yang penuh pada penerapan e-procurement serta
melakukan beberapa perbaikan pada proses tersebut, maka keinginan untuk
meminimalisir terjadinya korupsi bukan hanya sekedar angan-angan belaka.
2. Saran
Beberapa saran dalam meningkatkan peran ICT guna mereduksi terjadinya
korupsi diantaranya:
a. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
Masih minimnya tenaga terampil yang mampu mengoperasikan sistem e-
procurement membuat tidak semua pemerintah daerah mampu
mengimplementasikannya dengan baik. Oleh sebab itu perlu adanya
pelatihan IT maupun rekrutmen bagi lulusan yang memiliki kompetensi di
bidang IT.
b. Mendukung pendanaan untuk mewujudkan sistem e-procurement.
Pendanaan yang ada nantinya digunakan bagi perbaikan maupun memenuhi
kebutuhan komponen apa saja yang diperlukan dalam upaya mendukung
sistem e-procurement yang efektif dan efisien.
c. Menyediakan infrastruktur penunjang yang memadai.
Perlu adanya peningkatan infrastruktur yang mendukung pelaksanaan e-
procurement seperti server maupun jaringan komputer, mengingat tidak
semua daerah memiliki infrastruktur ICT yang memadai, khususnya di
wilayah bagian timur Indonesia.
493 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Halim, Abdul, dan Syam Kusufi. Teori, Konsep dan Aplikasi Akuntansi Sektor
Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan dari Pemerintah Hingga
Tempat Ibadah, Jakarta: Salemba Empat, 2013.
Amiruddin. Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Yogyakarta: Genta
Publishing, 2010.
Purwanto, E. Agus, et. al. E-Procurement di Indonesia: Pengembangan
Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Elektronik,
Jakarta: Kemitraan, 2008.
B. Artikel Jurnal
Andersen, Thomas, B. “E-Government as an anti-corruption strategy”,
Information Economics and Policy, Vol. 21, Issue 3, 2009: 201–210.
Bauhr, M., dan M. Grimes. “What is Government Transparency?”, QoG
Working Paper Series, 2012:16.
Bertot, J.C., P.T. Jaeger, J.M. Grimes. “Using ICTs to create a culture of
transparency: E-government and social media as openness and anti-
corruption tools for societies”, Government Information Quarterly, Vol.
27, Issue 3, 2010: 264–271.
Castro, M.F., Calogero Guccio, Ilde Rizzo. “An assessment of the waste effects
of corruption on infrastructure provision through bootstrapped DEA
approach”, Int Tax Public Finance, Vol. 21, Issue 4, 2014, 813-843.
Choi, H., Park, M.J., Rho, J.J., Zo, H. “Rethinking the assessment of e-
government implementation in developing countries from the perspective
of the design–reality gap: Applications in the Indonesian e-procurement
system”, Telecommunications Policy, Vol. 40, Issue 7, 2016, 644–660.
Elbahnasawy, N.G. “E-Government, Internet Adoption, and Corruption: An
Empirical Investigation”, World Development, Vol. 57, 2014, 114–126.
Goel, R.K., M.A. Nelson, M.A. Naretta. “The internet as an indicator of
corruption awareness”, European Journal of Political Economy, Vol. 28,
Issue 1, 2012, 64–75.
Ismail, N.W., dan J.M. Mahyideen. “The Impact of Infrastructure on Trade and
Economic Growth in Selected Economies in Asia”, ADBI Working Paper
Series, No. 553, 2015.
Kim, S., H.J. Kim, H. Lee. “An institutional analysis of an e-government
system for anti-corruption: The case of OPEN”, Government Information
Quarterly, Vol. 26, Issue 1, 2009, 42–50.
Kovacic, A. “Competitiveness as A Source of Development”, Working Paper,
No. 28, 2005.
Lio, M.C., Liu, M.C., Ou, Y.P. “Can the internet reduce corruption? A cross-
country study based on dynamic panel data models”, Government
Information Quarterly, Vol. 28, Issue 1, 2011, 47–53.
Membangun Transparansi Pengadaan Barang, Sabrina Dyah Nayabarani 494
C. Sumber Internet
Candra, Sevenpri. “Perkembangan e-procurement di Indonesia”,
<http://sbm.binus.ac.id/2016/03/17/perkembangan-e-procurement-di-
indonesia/>, diakses tanggal 27 Oktober 2016.
Chêne, Marie. “Corruption, auditing and carbon emission reduction schemes”,
<http://www.u4.no/helpdesk/helpdesk/query.cfm?id=251>, diakses
tanggal 26 Oktober 2016.
Detiknews. “Hacker Kuasai Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
Bareskrim Bergerak”, <http://news.detik.com/berita/3184393/hacker-
kuasai-lelang-pengadaan-barang-dan-jasa-pemerintah-bareskrim-
bergerak>, diakes tanggal 11 Desember 2016.
Jasin, M., Zulaiha, A.R., Rachman, E.J., Ariati, N. “Mencegah Korupsi melalui
e-Procurement: Meninjau Keberhasilan Pelaksanaan e-Procurement di
Pemerintah Kota Surabaya”,
<http://acch.kpk.go.id/id/component/bdthemes_shortcodes/?view=downlo
ad&id=3c8dc306ee927b2adb883083c21d2e>, diakses tangal 25 Oktober
2016.
Harian Kompas. “Terapkan E-procurement, Pemkot Surabaya Hemat Rp 400
Miliar Per Tahun”,
<http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/14/193250626/Terapkan
.E-procurement.Pemkot.Surabaya.Hemat.Rp.400.Miliar.Per.Tahun>,
diakses tanggal 27 Oktober 2016.
Harian Kompas. “LPSE Jabar Sudah 10 Persen, Aher Raih E-Procurement
Award 2015”,
<http://regional.kompas.com/read/2015/11/10/14592621/LPSE.Jabar.Suda
h.100.Persen.Aher.Raih.E-Procurement.Award.2015>, diakses tanggal 27
Oktober 2016.
Harian Kompas. “KPK: E-Procurement Belum Menjamin Pengadaan Barang
dan Jasa Bebas Korupsi”,
<http://nasional.kompas.com/read/2016/08/24/11260361/kpk.e-
procurement.belum.menjamin.pengadaan.barang.dan.jasa.bebas.korupsi>,
diakses tanggal 27 Oktober 2016.
KPK. “Kajian Pencegahan Korupsi Pada Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah”.
<http://acch.kpk.go.id/documents/10180/15049/Report+Kajian+Pengadaan
+Barang+dan+Jasa.pdf/1441c294-f308-4d4e-9795-2aeb133e8e51>,
diakses tanggal 25 Oktober 2016.
Pradiptyo, R., Partohap, T.H., Pramashavira. “Korupsi Struktural: Analisis
Database Korupsi Versi 4 (2001-2015)”,
495 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-47 No.4 Oktober-Desember 2017
<http://cegahkorupsi.wg.ugm.ac.id/publikasi-
/Database%20Korupsi%20V%204-5April16_RP_VR_THP.pdf>, diakses
tanggal 24 Oktober 2016.
Atmasasmita, Romli. 2014. “Aspek Hukum Pidana dalam Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah”,
<http://www.lkpp.go.id/v3/files/attachments/5_LaWZGOERamXJbauxbQ
LMcCetTgzDkUvR.pdf>, diakses tanggal 10 Desember 2017.
Tribunnews.com. “Duh Mahalnya Internet di Papua”,
<http://www.tribunnews.com/bisnis/2015/04/13/duh-mahalnya-internet-di-
papua>, diakses tanggal 5 Oktober 2016.
Wickberg, S. “Technological innovations to identify and reduce corruption”,
<http://www.u4.no/publications/technological-innovations-to-identify-and-
reduce-corruption/>, diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Zinnbauer, Dieter. “False Dawn, Window Dressing or Taking Integrity to the
Next Level?”,
<http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2166277>, diakses
tanggal 30 Oktober 2016.
Keputusan Presiden
Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010,
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Lampiran
Tahap Pelaksanaan e-procurement di Indonesia
2010 Pusat dan Pulau Jawa + 4 Provinsi (Riau, Kalsel, Gorontalo dan
Bali): semi E-Procurement plus.
Di luar propinsi tersebut melaksanakan: Semi E-Procurement