Anda di halaman 1dari 5

Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau

diperolehnya dalam Tahun Pajak. Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 7 tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh) menentukan
pelunasan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : 

1. Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan

Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan dilakukan oleh Wajib Pajak melalui
mekanisme pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain dan melalui pembayaran
pajak yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak. Pelunasan pajak dalam tahun berjalan
merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang
terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang
pengenaan pajaknya bersifat final.

2. Pelunasan Pajak Penghasilan pada akhir tahun pajak. 

Pelunasan Pajak Penghasilan pada akhir tahun pajak dilakukan melalui mekanisme
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan yang merupakan penghitungan Pajak
Penghasilan yang terutang, yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain maupun yang
telah dibayar sendiri, dan jumlah Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar untuk
Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pelunasan pajak dalam tahun berjalan atau angsuran pajak yang dilakukan sendiri oleh
wajib pajak merupakan pelunasan atau pembayaran atas perkiraan Pajak Penghasilan
yang akan terutang dalam suatu tahun pajak. Ketentuan mengenai angsuran Pajak
Penghasilan diatur dalam Pasal 25 UU PPh.. Secara umum PPh Pasal 25 yang harus
dibayar sendiri oleh WP Badan dapat dihitung sebagai berikut :

 
Penghitungan PPh Pasal 25 untuk Kondisi-Kondisi Tertentu 

Ketentuan penghitungan PPh Pasal 25 dapat berbeda dari penghitungan PPh Pasal 25
secara umum. Perbedaan penghitungan terjadi apabila perusahaan dihadapkan pada
kondisi-kondisi tertentu, antara lain :
1. PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
Besarnya anggsuran yang harus dibayar untuk bulan-bulan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan
terakhir dari tahun pajak yang lalu. 

2. Dalam tahun pajak berjalan WP menerima Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Apabila WP menerima SKP untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya angsuran pajak
akan dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut. Nilai PPh Pasal 25 yang baru, mulai
berlaku pada bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP.

3. WP berhak atas kompensasi kerugian


Apabila Wajib Pajak Badan memiliki kompensasi kerugian fiskal, yang timbul pada tahun
pajak sebelumnya. Kerugian fiskal tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan
neto, pada tahun pajak berikutnya sampai dengan 5 (lima) tahun. Dengan demikian
penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang berhak atas kompensasi kerugian tersebut
adalah sebagai berikut:

4. WP memperoleh penghasilan tidak teratur


Suatu perusahaan umumnya menerima penghasilan yang bersifat teratur dan tidak
teratur.  Penghasilan teratur merupakan penghasilan yang lazimnya diterima atau
diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak, yang
bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, harta dan atau modal,
kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Sedangkan penghasilan tidak teratur dapat berupa keuntungan selisih kurs dari
utang/piutang dalam mata uang asing dan keuntungan dari pengalihan harta (capital
gain) sepanjang bukan merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok, serta
penghasilan lainnya yang bersifat insidentil. Penghasilan tidak teratur ini dapat
dipotong/dipungut pajak oleh pihak yang memberikan penghasilan. Terkait dengan
penghasilan teratur dan tidak teratur, maka penghitungan angsuran pajak dalam tahun,
maka penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang memperoleh penghasilan tidak teratur
adalah sebagai berikut:
5. SPT Tahunan PPh disampaikan setelah batas waktu yang ditetapkan
Dalam kondisi tertentu, misalnya audit laporan keuangan perusahaan belum selesai
dilakukan, atau belum tersedianya dana untuk membayar pajak yang terutang. Sehingga
perusahaan menyampaikan SPT Tahunan PPh setelah jatuh tempo penyampaian SPT
Tahunan PPh yang telah ditetapkan. Bila kondisi tersebut dialami oleh WP Badan, maka
nilai angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah sebagai
berikut:

Skema 1

Atas kondisi tersebut, terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-nya, yaitu:    

o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih besar dari yang telah


dibayarkan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25
sampai dengan tanggal penyetoran.
o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih kecil dari yang telah
dibayarkan, maka atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya. 

6. WP diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh


Dalam kondisi tertentu WP Badan dapat saja mengajukan permohonan perpanjangan
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh. Apabila hal tersebut dilakukan oleh WP, maka
berikut ini merupakan ketentuan dalam menghitung besarnya nilai PPh Pasal 25.

Skema 2
Atas kondisi tersebut, terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-nya, yaitu:   

o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih besar dari yang telah


dibayarkan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 25
sampai dengan tanggal penyetoran.
o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih kecil dari yang telah
dibayarkan, maka atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya.

7. WP melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh 


Wajib Pajak membetulkan SPT PPh Tahun pajak lalu, maka besarnya PPh Pasal 25
dihitung kembali berdasarkan SPT Tahunan Pembetulan dan akan berlaku surut mulai
batas waktu penyampaian SPT Tahunan tersebut. SPT Tahunan yang dibetulkan,
terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-nya, yaitu:
o Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi lebih besar dari PPh Pasal 25
sebelum dilakukan pembetulan. Atas kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.
o Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi lebih kecil dari PPh Pasal 25
sebelum dilakukan pembetulan. Atas kelebihan setoran PPh Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya setelah penyampaian SPT
PPh Pembetulan.
8. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP
Perubahan keadaan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh WP, merupakan hal yang
wajar. Dimana tidak jarang WP dihadapkan  pada kondisi-kondisi tertentu, yang dapat
secara drastis meningkatkan laba ataupun sebaliknya. Perubahan penghasilan yang
diterima/diperoleh WP akan mempengaruhi kewajiban PPh Pasal 25. Jika dalam tahun
pajak berjalan terjadi penurunan omzet, maka WP Badan dapat mengajukan
permohonan pengurangan PPh Pasal 25. Namun jika kondisi yang terjadi adalah laba
WP dalam tahun pajak berjalan bertambah besar, maka besarnya nilai PPh Pasal 25
dapat dihitung kembali. Apabila WP mengalami penurunan pendapatan dan ingin
mengajukan permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25, maka berikut adalah
ketentuan yang perlu diketahui: 
o WP dapat mengajukan permohonan tersebut, saat telah 3 (tiga) bulan atau
lebih berjalannya satu tahun pajak;
o WP dapat memperlihatkan bahwa PPh yang terutang pada tahun pajak
tersebut kurang dari 75% dari dasar penghitungan PPh Pasal 25;
o WP dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak Terdaftar.
o WP harus menyertakan penghitungan besarnya PPh yang akan terutang
(berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh, serta
besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan.
o Bila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan tersebut, Kepala KPP tidak memberikan keputusan, maka permohonan
WP tersebut dianggap diterima.
o Bila permohonan tersebut dikabulkan maka WP dapat melakukan
pembayaran PPh Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika dalam tahun pajak berjalan WP
mengalami peningkatan usaha, dan diperkirakan PPh yang akan terutang untuk tahun
pajak tersebut lebih dari 150% (serta lima puluh persen) dari dasar penghitungan PPh
Pasal 25. Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak
tersebut, harus dihitung kembali oleh WP atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana
WP terdaftar.

Anda mungkin juga menyukai