1. Pasal 2 (1)
Yang menjadi subjek pajak adalah : a.2. warisan yg
belum terbagi
2. Pasal 2 (3)
Yang menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri adalah : c.
Warisan yg belum terbagi
Penjelasan: Warisan yg belum terbagi mengikuti
status pewaris, dalam artian
memakai NPWP pewaris. Jika telah dibagi, kewajiban
beralih ke ahli waris. jadi jika pada
saat warisan dibagi kewajiban perpajakannya belum
tuntas, maka warisan yg didapatkan oleh ahli waris
merupakan objek pajak, jadi menambah penghasilan
netto dan penghasilan kena pajak ahli waris. Warisan
dari Wajib Pajak Luar Negeri yg tidak punya
penghasilan di Indonesia, dianggap sudah diselesaikan
kewajiban perpajakannya di
negara asal. jadi tidak dianggap ‘Subjek Pajak
Pengganti’. dalam hal ini, warisan tersebut melekat
pada objek, sehingga dikecualikan dari objek pajak.
3. pasal 2A (5)
Kewajiban pajak subjektif, dimulai sejak timbulnya
warisan dan berakhir saat warisan selesai dibagikan.
Warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan merupakan subjek pajak pengganti,
menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli
waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi
sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan
agar pengenaan pajak atas penghasilan yang
berasal dari warisan tersebut tetap dapat
dilaksanakan.
Contoh :
Tuan Ahmad adalah Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri yang memiliki usaha sebuah Toko
dan sudah punya NPWP. Ia memiliki seorang
istri dan 3 orang anak. Suatu waktu Ahmad
meninggal dunia. Warisan berupa toko yang
ditinggalkan oleh Tuan Ahmad selanjutnya
dikelola oleh Istri dan ketiga anaknya yang
merupakan ahli waris dari Tuan Ahmad. Atas
penghasilan yang diperoleh oleh toko tentu
harus dibayar pajaknya. Agar kewajiban
perpajakan atas penghasilan yang diperoleh
oleh toko tersebut tetap berjalan sebagaimana
mestinya, maka toko itulah yang ditunjuk
sebagai subjek pajak, menggantikan para ahli
waris yang berhak. Siapa yang jadi pelaksana
kewajiban perpajakan atas penghasilan yang
diperoleh oleh toko tersebut diserahkan kepada
para ahli waris.
Saat Mulai dan Berakhirnya Kewajiban Pajak
Subyektif
Mulainya kewajiban B
Subjek Pajak subyektif s
Saat timbulnya warisan S
Warisan yang belum yang belum terbagi d
terbagi (pewaris meninggal). w
Sehubungan dengan dikenakannya PPh pada
warisan yang belum terbagi maka pada Pasal 3
PP Nomor 74 Tahun 2011 diberi penegasan
tentang warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam
kedudukannya sebagai subjek pajak harus
menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak dari
orang pribadi yang meninggalkan warisan
tersebut dan diwakili oleh pihak-pihak berikut
untuk melaporkan pajaknya :
· Salah seorang ahli waris;
· pelaksana wasiat; atau
· pihak yang mengurus harta
peninggalan.
Berdasarkan penjelasan PP Nomor 74 Tahun
2011, khususnya mengenai penghapusan NPWP
dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak, pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan. Namun
demikian, terhadap Wajib Pajak yang memenuhi
kriteria tertentu, penghapusan Nomor Pokok
Wajib Pajak dan/atau pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan
berdasarkan Verifikasi, sebagaimana diatur
pada Pasal 3 ayat (3) PP Nomor 74 Tahun 2011.
Verifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah
Wajib Pajak benar-benar tidak memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif. Wajib Pajak
yang memenuhi kriteria tertentu pada ayat
tersebut, salah satunya adalah :
“Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan
sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi”
Penambahan dua ketentuan mengenai NPWP
pada PP Nomor 74 tahun 2011 menegaskan
relevansi antara ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku dengan
peraturan pelaksanaannya. Penambahan pasal
tentang warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan menggantikan yang berhak dalam
kedudukannya sebagai subjek pajak dan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
dan/atau pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak diharapkan dapat menjembatani
perbedaan persepsi di dalam penerapan
kewajiban ber-NPWP dalam pigura yang
proporsional.