Anda di halaman 1dari 5

Mungkin kita pernah menerima hadiah dari kejuaraan, kuis ataupun seringkali kita melihat

iklan pengadaan undian di televisi, majalah dan media lain, dan terkadang disebutkan bahwa
hadiah undian dipotong pajak, pajak ditanggung pemenang. Bagaimanakah pengenaan pajak
atas hadiah undian ataupun penghargaan? berikut ini akan kita bahas sekilas mengenai
pajak atas hadiah & penghargaan tersebut. Apabila kita merujuk pada Undang–Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 1, disebutkan bahwa suatu
hadiah baik yang diperoleh dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
merupakan obyek pajak penghasilan. Namun, pertanyaan lain yang mungkin tersirat dalam
pikiran kita apakah ada perbedaan perlakuan pajak penghasilan antara hadiah yang
diperoleh dari undian dengan hadiah yang diperoleh dari suatu kegiatan misalkan lomba atau
kejuaraan yang merupakan bentuk penghargaan? Dalam tulisan ini kita akan membahas
mengenai perlakuan pajak penghasilan atas hadiah ataupun penghargaan.

Definisi Hadiah & Penghargaan

Sebelum mulai membahas mengenai perlakuan pajak penghasilan atas hadiah &
penghargaan ada baiknya kita mengenal dahulu apa itu hadiah undian, penghargaan ataupun
hadiah dari kegiatan. Berikut ini adalah definisi yang dikutip dari Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-395/PJ/2001:

1. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan melalui undian;
2. Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang
diberikan melalui suatu perlombaan atau adu ketangkasan;
3. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya adalah hadiah
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa dan kegiatan yang  dilakukan oleh penerima hadiah;
4. Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan prestasi dalam
kegiatan tertentu.

1. Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian

Pengertian Hadiah Undian

Jika kita melihat pada penjelasan dari Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian, yang dimaksud
dengan hadiah undian itu adalah adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun
yang diberikan melalui undian.

Perlakukan Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian


Penghasilan berupa hadiah undian akan dikenakan pajak yang bersifat final sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 2 serta
diatur pula dalam PP Nomor 132 Tahun 2002 Pasal 1.

Tarif Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian

Adapun dalam PP Nomor 132 Tahun 2002 Pasal 2 diatur mengenai besarnya tarif pajak
penghasilan yang dikenakan atas hadiah undian tersebut yaitu sebesar 25% dari jumlah bruto
nilai hadiah undian. Pengertian nilai hadiah adalah nilai uang atau nilai pasar apabila hadiah
tersebut diserahkan dalam bentuk natura misalnya mobil.

Kewajiban Pemotongan atau Pemungutan Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian

Pihak yang wajib memotong atau memungut pajak penghasilan atas hadiah undian adalah
penyelenggara undian baik penyelenggara tersebut orang pribadi, badan, kepanitiaan,
organisasi (termasuk organisasi internasional) ataupun penyelenggara lainnya termasuk
pengusaha yang menjual barang atau jasa yang memberikan hadiah dengan cara diundi
sebagaimana diatur dalam PP Nomor 132 Tahun 2002 Pasal 3.

2. Pajak Penghasilan atas Penghargaan dan Hadiah Sehubungan Dengan Pekerjaan,


Jasa dan Kegiatan

Pengertian Penghargaan

Dalam penjelasan pasal 4 huruf d Undang-Undang Pajak Penghasilan nomor 36 Tahun 2008
yang disebut penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan kegiatan
tertentu misalnya imbalan yang diterima sehubungan dengan penemuan benda-benda
purbakala. 

Pengertian Penghargaan Perlombaan

Penghargaan Perlombaan adalah hadiah atau penghargaan yang diberikan ketika


diadakannya suatu perlombaan, atau adu ketangkasan.

Perlakukan Pajak Penghasilan atas Penghargaan, Penghargaan Perlombaan dan


Hadiah Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Lainnya

Pajak penghasilan yang dikenakan atas hadiah atau penghargaan perlombaan,


penghargaan, dan hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya diatur
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-395/PJ/2001, perlakuan pajak
penghasilan tersebut dibedakan menurut penerima hadiah itu.
 Penerima Hadiah atau Penghargaan: Orang Pribadi Wajib Pajak Dalam Negeri
Apabila penerima hadiah atau penghargaan adalah orang  pribadi Wajib Pajak dalam
negeri, maka atas hadiah yang  diterima itu akan  terutang  Pajak Penghasilan  Pasal 21
sebesar tarif yang diatur dalam  Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008, dan dikenakan dari jumlah penghasilan bruto yang diterima.

 Penerima Hadiah atau Penghargaan: Wajib Pajak luar negeri selain BUT
Dalam hal penerima hadiah atau penghargaan adalah Wajib Pajak luar negeri selain
BUT, atas hadiah yang diterima olehnya akan dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 26
sebesar 20% dari jumlah bruto dengan memperhatikan ketentuan  Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.

 Penerima Hadiah: Wajib Pajak badan termasuk BUT


Apabila penerima hadiah atau penghargaan adalah Wajib Pajak badan termasuk BUT,
maka perlakuan pajak penghasilan atas hadiah tersebut adalah merujuk pada Undang-
Undang Pajak Penghasilan Pasal 23 ayat (1) huruf a angka 4) Undang-undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yaitu dikenakan pajak penghasilan pasal 23
sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah penghasilan bruto.

Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan

Saat terutang

PPh atas hadiah atau penghargaan terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau
diserahkannya hadiah tergantung apa peristiwa yang terjadi lebih dahulu.

Penyelenggara wajib membuat dan memberikan bukti pemotongan PPh atas Hadiah atau
Undian, rangkap 3 :

            lembar ke-1 untuk penerima hadiah (Wajib Pajak);


            lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak;
            lembar ke-3 untuk Penyelenggara/ Pemotong.

Penyetoran dan Pelaporan

Penyelenggara undian atau pemberi penghargaan wajib menyetor PPh yang telah dipotong
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ke Bank Persepsi atau Kantor Pos paling lambat
tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya Pajak (secara kolektif ),
kemudian menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan tempat Pemotong terdaftar paling
lambat tanggal 20 (duapuluh) bulan berikutnya setelah dibayarkannya atau diserahkannya
hadiah undian tersebut.

Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan pajak bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.

3. Hadiah dan Penghargaan Yang Tidak Dikenakan Pajak Penghasilan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-395/PJ/2001 juga mengatur tentang jenis
hadiah atau penghargaan yang dikecualikan dari pengenaan pajak penghasilan. 

Dalam Pasal 3 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-395/PJ/2001 disebutkan


bahwa yang tidak termasuk dalam pengertian hadiah dan penghargaan yang dikenakan
Pajak Penghasilan adalah hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang
diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut
diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

Peranan pajak yang sangat penting dalam pembiayaan negara mendorong pemerintah untuk menggali
berbagai potensi penerimaan pajak. Pada prinsipnya, pajak atas penghasilan di Indonesia dikenakan
atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun
asalnya. Salah satu bentuk tambahan kemampuan ekonomis adalah hadiah undian yang diterima olah
Wajib Pajak.

Pengenaan pajak atas hadiah undian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan (PPh) Atas Hadiah Undian. Dalam peraturan tersebut, hadiah undian yang
dibayarkan atau diserahkan kepada orang pribadi ataupun badan dikenakan PPh yang bersifat final.
Adapun pengertian hadiah undian disini adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan melalui undian. Sedangkan maksud PPh bersifat final adalah pajak atas penghasilan tertentu
di mana mekanisme pemajakannya telah dianggap selesai pada saat dilakukan pemotongan,
pemungutan atau penyetoran sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Pemotongan PPh tersebut
tidak perlu lagi diperhitungkan dalam penghitungan PPh terutang dalam perhitungan PPh yang harus
dibayar dalam Surat Pemberitahuan (SPT) dan atas pemotongan PPh tersebut juga tidak dapat
dikreditkan karena penghitungannya telah selesai, sehingga cukup untuk dilaporkan saja.
Mengingat penghasilan berupa hadiah undian bukan merupakan suatu imbalan langsung atas
pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh Wajib Pajak, dan cara memperolehnya juga tidak memerlukan
biaya dan tenaga sebagaimana yang terjadi dalam imbalan atas pekerjaan, maka penghasilan berupa
hadiah undian dipotong PPh sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari nilai hadiah. Jika hadiah
diserahkan tidak dalam bentuk tunai seperti kendaraan bermotor, maka nilai hadiah tersebut adalah
nilai uang atau nilai pasarnya.

Pada saat pemenang undian telah ditentukan atau diketahui, penyelenggara undian wajib memotong
PPh sebelum hadiah terebut diserahkan kepada yang berhak. PPh atas hadiah itu terutang pada akhir
bulan dilakukannya pembayaran atau diserahkannya hadiah tergantung peristiwa yang terjadi lebih
dahulu. Yang dimaksud penyelenggara undian dalam hal ini adalah orang pribadi, badan, kepanitiaan,
organisasi (termasuk organisasi internasional) atau penyelenggara lainnya termasuk pengusaha yang
menjual barang atau jasa yang memberikan hadiah dengan cara diundi.

Setelah melakukan pemotongan pajak, penyelenggara undian wajib menyetorkan PPh yang telah


dipotong dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi atau Kantor Pos paling
lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya Pajak (secara kolektif) serta
menyampaikan SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemotong terdaftar paling lambat tanggal
20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah dibayarkannya atau diserahkannya hadiah undian tersebut.

Untuk memastikan PPh yang dipotong oleh pihak penyelenggara undian telah disetorkan ke Kas
Negara, Direktorat Jenderal Pajak membuat sistem pengawasan. Saat melakukan pemotongan PPh,
penyelenggara wajib membuat bukti pemotongan PPh atas Hadiah Undian, rangkap 3, yang masing-
masing diberikan kepada Wajib Pajak penerima hadiah, Kantor Pelayanan Pajak tempat penyelenggara
undian terdaftar sebagai Wajib Pajak, dan sebagai arsip untuk Penyelenggara/Pemotong. Berdasarkan
data SPT dan bukti pemotongan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak melakukan pencocokan data untuk
memastikan apakah pemotongan dan penyetoran PPh telah dilakukan dengan benar.

Dengan pengenaan PPh atas hadiah undian ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara
untuk membiayai program-program pembangunan seperti pembangunan infrastruktur, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, dan lain-lain. Pengenaan PPh atas hadiah undian juga merupakan
perwujudan peran pajak untuk memperkecil kesenjangan pendapatan, yaitu pajak yang dipotong dari
mereka yang beruntung mendapatkan hadiah, didistribusikan kepada masyarakat melalui program-
program tersebut di atas.

Mari laporkan Bukti Pemotongan PPh atas hadiah undian demi sistem perpajakan yang akuntabel.
Bangga bayar pajak!

Anda mungkin juga menyukai