Anda di halaman 1dari 10

PPh Pasal 23 atas

insentif/bonus/penghargaan apakah
terutang PPN?

sarwin060100424
Participant
Kawan2..saya Sarwin Siregar dari KPP Madya Medan..Saya lagi menggali potensi
pajak dengan equalisasi PPh Pasal 23 dan PPN..
WP bergerak sebagai distributor.. atas pencapaian target penjualan maka principal
memberikan bonus/insentif/penghargaan dengan memotong dan menerbitkan bukti
potong PPh Pasal 23 sebesar 15%. Menurut kawan2..apakah atas hal tersebut
terutang PPN?
27/10/2017 AT 9:13 AM#24976

Saiful Amri
Participant
Salam, Bro Sarwin
Sesuai Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor: S-1112/PJ.322/2005 tanggal 30
Desember 2005 tentang Pertanyaan Pengenaan PPN atas insentif/bonus,
Penegasan dalam surat tersebut berbunyi sebagai berikut :
Sesuai dengan pengertian dan peristilahan perdagangan, transaksi pemberian
insentif kepada para konsumen adalah merupakan penghargaan yang diberikan
terhadap suatu subjek karena kinerja yang melampaui suatu standar yang telah
ditetapkan.
Dari sisi PPh, pemberian insentif ini adalah merupakan pemberian hadiah yang
merupakan objek PPh. Perlakuan PPh atas insentif ini adalah jika insentif dibayarkan
kepada Wajib Pajak berbentuk badan, maka akan terutang PPh Pasal 23 dengan tarif
PPh sebesar 15% dari jumlah bruto yang dibayarkan. Sedangkan jika penerima
insentifnya adalah merupakan orang pribadi, maka insentif ini terutang PPh Pasal 21
dengan tarif progresif Pasal 17 UU PPh.Sedangkan dari sisi PPN, perlakuan atas
pembayaran insentif ini adalah:
1. Atas pemberian bonus/insentif/hadiah/penghargaan dari perusahaan kepada
para customer sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya atau
imbalan prestasi terutang PPN.
2. Dalam hal bonus/insentif/hadiah/penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk
Barang Kena Pajak, maka atas pemberian bonus/insentif/hadiah/penghargaan
tersebut termasuk dalam kategori pemberian cuma-cuma dan atas
penyerahannya terutang PPN dan PPnBM sebagaimana diatur dalam Pasal 4
ayat (1) dan ayat (5) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
87/PJ./2002, serta harus diterbitkan Faktur Pajak.

Pihak yang wajib untuk menerbitkan faktur pajak dan memungut PPN adalah pihak
penjual barang kena pajak atau pihak pemberi jasa kena pajak yang telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak, dalam hal ini adalah customer yang telah
dikukuhkan sebagai PKP.
Sehingga sesuai surat diatas insentif/bonus/penghargaan yang diterima distributor
dari principal terutang PPN, CMIIW
Demikian rekan Sarwin
Salam Satu Jiwa
Saiful Amri (AR KPP Kelapa Gading)
27/10/2017 AT 9:19 AM#24982

PRISDIANTO
Participant
Mencoba menjawab ya…
Seringkali dalam jalur distribusi maupun MLM, Principal memberikan
bonus/insentif/penghargaan kepada Distributornya, atas pencapaian prestasi di atas
target yang telah ditetapkan.
Apabila pemberian bonus/insentif/penghargaan dicantumkan dalam Faktur Pajak
penyerahan BKP (dianggap sebagai pengurang harga jual/potongan/diskon harga),
maka tidak ada implikasi perpajakan atas pemberian bonus/insentif/penghargaan
tersebut, karena sebagai bagian dari potongan harga.
Namun, biasanya pemberian bonus/insentif/penghargaan diberikan terpisah dari
urusan penyerahan BKP (barang dagangannya), sehingga dikategorikan
sebagai komisi penjualan (SE-145/PJ/2010),
Sesuai dengan ketentuan Pasal 4A UU PPN, komisi penjualan tidak termasuk dalam
kategori jasa yang tidak dikenakan pajak.
Oleh karena itu, menurut pendapat saya atas pemberian
bonus/insentif/penghargaan (sepanjang tidak tercantum dalam FP penyerahan BKP)
dari Principal ke Distributornya, terutang PPN.
CMIIW
27/10/2017 AT 9:23 AM#24984

JUNAEDI PURNOMO
Participant
sebagai reverensi dapat juga dibaca Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE –
12/PJ.43/2002 tentang intensifikasi keewajiba pemotongan /pemungutan PPh dan
PPN dalam rangka peningkatan potensi perpajakan, namun perlu prinsip kehati –
hatian disini adalah apakah memang diperjanjikan adanya insentif / bonus tersebut,
jika ada bagaimana formula penghitungannya sehingga kita bisa menyakini
keberadaan biaya tersebut dan dengan perhitungan yang tepat serta terdapat aliran
uang atas transaksi diatas (tidak diada-adakan hanya untuk melegalkan posisi
expenses di lawan transaksinya)
terima kasih
27/10/2017 AT 9:32 AM#24988

MARYONO
Participant
Dalam hal bonus/insentif/hadiah/penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk
Barang Kena Pajak, maka atas pemberian bonus/insentif/hadiah/penghargaan
tersebut termasuk dalam kategori pemberian cuma-cuma dan atas penyerahannya
terutang PPN dan PPnBM sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (5)
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-87/PJ./2002, serta harus diterbitkan
Faktur Pajak.
27/10/2017 AT 9:32 AM#24989

SUHAIRI
Participant
Mohon Ijin menjawab.
Berdasarkan Pasal 4A ayat (3) UU No.8/1983 stdd UU No. 42/2009, atas
bonus/insentif/penghargaan yang diterima WP Distributor tersebut tidak
termasuk dalam jenis jasa yang tidak dikenakan PPN, sehingga atas
bonus/insentif/penghargaan oleh WP supplier kepada WP Distributor
tersebut terutang PPN.
Terima Kasih
Suhairi
27/10/2017 AT 9:36 AM#24992

tesamarissa
Participant
setuju dengan jawaban dan penjelasannya pak saiful amri
27/10/2017 AT 9:39 AM#24996

Arif Khusyaini
Participant
SARWIN060100424 WROTE:Kawan2..saya Sarwin Siregar dari KPP Madya
Medan..Saya lagi menggali potensi pajak dengan equalisasi PPh Pasal 23 dan PPN..

WP bergerak sebagai distributor.. atas pencapaian target penjualan maka principal


memberikan bonus/insentif/penghargaan dengan memotong dan menerbitkan bukti
potong PPh Pasal 23 sebesar 15%. Menurut kawan2..apakah atas hal tersebut
terutang PPN?
Pertama kita lihat status WP distributor tersebut, apabila statusnya telah dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka atas insentif/komisi/bonus tersebut
terutang PPN. Hal ini disebabkan pemberian insentif/bonus/komisi dalam rangka
hubungan usaha atau hubungan pekerjaan. DJP telah menerbitkan beberapa SE
maupun Surat penegasan terkait PPN atas insetif/bonus dan komisi tersebut.
Saya sepakat atas metode galpot yang mas Sarwin gunakan..memang equalisasi PPH
23 dan PPN bisa menjadi salah satu metode yang bagus untuk penggalian potensi
pajak dengan tetap melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum menerbitkan
SP2DK atas data tersebut.
Oleh sebab itu sangat diperlukan penguasaan profile WP Distributor tsb. terutama
pemasok/supplier utama dan pelanggan utamanya.
demikian
27/10/2017 AT 9:44 AM#24998

tambos
Participant
atas bonus/insentif/penghargaan yang sudah dipotong PPh Pasal 23 bukan
merupakan Objek PPN..
berdasarkan pasal 4 UU PPN…
PPN dikenakan atas :
1. penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2.
3
dst
Berdasarkan pasal 1 angka 18
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh
penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU
ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Berdasarkan hal di atas : bonus/insentif/penghargaan yang sudah dipotong PPh
Pasal 23 bukan merupakan Objek PPN karena tidak termasuk dalam pengertian
harga jual..dan bonus/insentif/penghargaan tersebut bukan merupakan potongan
harga karena tidak tercantum dalam faktur pajak..
27/10/2017 AT 9:45 AM#24999

PRISDIANTO
Participant
Setuju dengan prinsip prudent nya pak Junaedi (Widyaiswara)..
Apabila isu ini yang digulirkan berarti kita melihat sisi lain dari transaksi ini,
yaitu profit shifting.
Apabila pemberian bonus/insentif/penghargaan diindikasikan sebagai profit
shifting, maka perlu beberapa deteksi awal analisis, seperti :
3. kontrak/agreement Principal dan Distributor;
4. arus kas pada laporan keuangan audit;
5. yang terpenting adalah : benefit apa yang diperoleh masing-masing
pihak (andaikan afiliasi/related party). Apabila masing-masing
pihak meskipun afiliasi, tetapi PPh Badannya sama-sama bertarif
25%, saya kira isu profit shifting sangat kecil sebagai tax
avoidance, kecuali contoh : apabila Principal adalah perusahaan
yang dikenakan PPh Final, maka perlu dicurigai Distributor
sebagai cost center dan mendapatkan manfaat berupa opportunity
of taxable decreases.
CMIIW
27/10/2017 AT 9:47 AM#25000

Arif Khusyaini
Participant
MARYONO WROTE:Dalam hal bonus/insentif/hadiah/penghargaan tersebut
diberikan dalam bentuk Barang Kena Pajak, maka atas pemberian
bonus/insentif/hadiah/penghargaan tersebut termasuk dalam kategori pemberian
cuma-cuma dan atas penyerahannya terutang PPN dan PPnBM sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (5) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
87/PJ./2002, serta harus diterbitkan Faktur Pajak.
pemberian bonus/insentif/hadiah/penghargaan memang beragam bentuk dan
wujudnya kawan. bonus/insentif/hadiah/penghargaan di dunia perdagangan dan jasa
adalah hal yang sangat mafhum dan berlaku jamak. Namun demikian kita perlu
mempelajari proses bisnis di subsektor peerdagangan/jasa itu sendiri denagn lebih
detil. Hal ini disebebkan bentuk/ragam bonus/insentif/hadiah/penghargaan akan
berbeda di tiap lini sub sektor perdagangan atau jasa.
APabila kita melihat sub sektor perdagangan kendaraan bermotor akan berbeda
ragam/bentuk bonus/insentif/hadiah/penghargaan dengan subsektor perdaganagan
seluler, dan yang lainnya. bonus/insentif/hadiah/penghargaan dikendaraan bermotor
biasanya dalam bentuk pengurangan hutang/piutang atas pembelian sparepart dari
prinsipal.
oleh sebab itu kawan, penguasaan proses bisnis usaha adalah hal yang sangat mutlak
oleh AR.
demikian
27/10/2017 AT 10:26 AM#25012

Arif Khusyaini
Participant
TAMBOS WROTE:atas bonus/insentif/penghargaan yang sudah dipotong PPh Pasal
23 bukan merupakan Objek PPN..

berdasarkan pasal 4 UU PPN…

PPN dikenakan atas :

1. penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha

2.

dst

Berdasarkan pasal 1 angka 18


Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh
penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU
ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Berdasarkan hal di atas : bonus/insentif/penghargaan yang sudah dipotong PPh Pasal


23 bukan merupakan Objek PPN karena tidak termasuk dalam pengertian harga
jual..dan bonus/insentif/penghargaan tersebut bukan merupakan potongan harga
karena tidak tercantum dalam faktur pajak..

obyek PPN adalah penyerahan BKP dan JKP. Menurut saya yang disampaikan mas
Tambos adalah dari sudut pandang penyerahan BKP. Insentif/Bonus/Penghargaan
dalam konteks kasus mas Sarwin ini adalah bagian dari imbalan jasa yang
berhubungan dengan pekerjaan/usaha atas pencapaian target tertentu. Hal ini sangat
jamak terjadi di dunia perdagangan maupun jasa perantara. Oleh sebab itu atas
pemberian Insentif/Bonus/Penghargaan terutangg PPN
27/10/2017 AT 10:32 AM#25015

Arif Khusyaini
Participant
PRISDIANTO WROTE:Setuju dengan prinsip prudent nya pak Junaedi
(Widyaiswara)..

Apabila isu ini yang digulirkan berarti kita melihat sisi lain dari transaksi ini,
yaitu profit shifting.

Apabila pemberian bonus/insentif/penghargaan diindikasikan sebagai profit


shifting, maka perlu beberapa deteksi awal analisis, seperti :

6. kontrak/agreement Principal dan Distributor;


7. arus kas pada laporan keuangan audit;
8. yang terpenting adalah : benefit apa yang diperoleh masing-masing
pihak (andaikan afiliasi/related party). Apabila masing-masing
pihak meskipun afiliasi, tetapi PPh Badannya sama-sama bertarif
25%, saya kira isu profit shifting sangat kecil sebagai tax
avoidance, kecuali contoh : apabila Principal adalah perusahaan
yang dikenakan PPh Final, maka perlu dicurigai Distributor
sebagai cost center dan mendapatkan manfaat berupa opportunity
of taxable decreases.
CMIIW
<ul id=”bbp-reply-revision-log-24999″ class=”bbp-reply-revision-log”>
<li id=”bbp-reply-revision-log-24999-item-25002″ class=”bbp-reply-revision-log-
item”>This reply was modified 38 minutes ago by PRISDIANTO.

Indikasi profit shifting juga harus dilihat hubungan antara principal dan distributor
serta jenis kegiatan usahnaya. Apabila antara principal dan distributir terdapat
hubungan istimewa memang terdapat peluang untuk profit shifting, namun demkian
perlu dilihat lagi pengenaan PPh dari 2WP tersebut, apabila yg satu dikenakan PPh
final yang satu tidak final dan terdapat hubungan istimewa maka indikasi profit
shifting akan semaki menguat. Namun apabila kedua WP sama-sama dikenakan PPh
tidak final, menurut saya indikasi PS lemah. Selain itu bentuk usaha PT dan CV juga
bisa menjadi salah satu faktor. karena atas laba CV yang diambil oleh persero /prive
bukan objek pajak pajak sednagkan laba PT yang dibagi/dividen merupakan objek
pajak.

cmiiw
27/10/2017 AT 10:52 AM#25019

sarwin060100424
Participant
menurut saya juga demikian man teman..tp yang mengganjal ada sebuah surat
penegasan dari satu kpp LTO yang dikirimkan ke WP terdaftar pada KPP tersebut
yang menyatakan itu tidak terutang PPN..bunyinya seperti ini : bahwa “potongan
penjualan tersebut tidak terutang PPN apabila merupakan pemberian/penyerahan
bonus/hadiah/penghargaan kepada pembeli (pelanggan) atas pencapaian suatu
target/prestasi/syarat/kontigensi dalam bentuk uang/mengurangi kewajiban
pelanggan yang termasuk jenis barang yang tidak dikenai PPN (Non BKP)..
27/10/2017 AT 1:27 PM#25038

Melandesya
Participant
Sebagian besar rekan-rekan setuju bahwa case di atas dikenakan PPN. sebagai
tambahan, perlu diteliti juga kontrak kerjasama antara principal dengan distributor,
untuk memahami pola kerjasama dan kesepakatan antara kedua belah pihak
mengenai insentif yang diberikan principal atas prestasi distributor.

Anda mungkin juga menyukai