Anda di halaman 1dari 11

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.40842/PP/M.

XVI/16/2012

Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai

Tahun Pajak : 2007

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Dasar Pengenaan Pajak
PPN Masa Pajak Mei 2007 sebesar Rp 2.137.954.499,00 yang terdiri dari :

a. Penghasilan insentif leasing Rp 22.596.251.220,00


b. Penghasilan Blind Bonus Rp 3.059.202.772,00
Jumlah Rp 25.655.453.992,00
Koreksi per bulan (Jumlah : 12 bulan)Rp 2.137.954.499,00

Koreksi Dasar Pengenaan Pajak PPN Masa Pajak Mei 2007 sebesar
Rp 2.137.954.499,00

MenurutTerbanding : bahwa dasar koreksi Penyerahan Kena Pajak sebesar adalah adanya
penghasilan insentif leasing dan Blind Bonus yang belum dikenakan PPN.

Menurut Pemohon : bahwa atas Hadiah dan Penghargaan tersebut dikenakan PPh Pasal 23 sebesar
15% (lima belas persen) dari jumlah penghasilan bruto, dan Pemohon
Banding telah melaporkan Pajak Penghasilan atas Penerimaan Hadiah dan
Penghargaan insentif dari lembaga pembiayaan dan Hadiah dan Penghargaan
Blind Bonus dari main dealer dalam SPT Tahunan PPh Badan yang telah
Pemohon Banding laporkan ke Kantor Pelayanan Pajak.

Pendapat Majelis : bahwa koreksi Terbanding atas Dasar Pengenaan Pajak PPN Masa Pajak Mei
2007 sebesar Rp 2.137.954.499,00 dengan rincian perhitungan sebagai
berikut:

- Penghasilan Insentif leasing Rp 22.596.251.220,00


- Penghasilan Blind Bonus Rp 3.059.202.772,00
Jumlah Rp 25.655.453.992,00
Koreksi per bulan (Jumlah : 12 bulan) Rp 2.137.954.499,00

bahwa dari perhitungan Terbanding atas koreksi tersebut diatas dapat


diperoleh perhitungan koreksi atas Insentif leasing dan Blind Bonus untuk
bulan Mei 2007 adalah sebagai berikut:

- Penghasilan Insentif leasing : Rp 22.596.251.220,00 : 12 = Rp 1.883.020.935,00


- Penghasilan Blind Bonus : Rp 3.059.202.772,00 : 12 = Rp 254.933.564,33

bahwa menurut Terbanding, penghasilan Insentif Leasing sebesar Rp


22.596.251.220,00 pada hakekatnya merupakan komisi penjualan yang
diterima oleh Pemohon Banding atas penyerahan Jasa Perantara kepada pihak
leasing karena Pemohon Banding ditunjuk oleh perusahaan leasing dalam
rangka pembiayaan konsumen atas penjualan sepeda motor, penghasilan
Blind Bonus sebesar Rp 3.059.202.772,00 pada hakekatnya merupakan
komisi penjualan yang diterima oleh Pemohon Banding atas penyerahan Jasa
Perantara kepada PT XYZ karena Pemohon Banding ditunjuk oleh PT XYZ
sebagai salah satu dealer penjual sepeda motor.

bahwa Terbanding berpendapat insentif yang diterima dari lembaga


pembiayaan oleh Pemohon Banding adalah semacam imbal balik dari
kegiatan jasa perantara yang dilakukan Pemohon Banding sehingga
disamakan dengan pemberian cuma-cuma sesuai dengan ketentuan
Perundang-undangan PPN sebagai Jasa Kena Pajak;
bahwa bahwa Pemohon Banding berpendapat penerimaan sebesar Rp
22.596.251.220,00 bukan merupakan pendapatan atas Jasa Kena Pajak,
melainkan :
a. Penerimaan Hadiah dan Penghargaan Insentif dari lembaga pembiayaan
yang Pemohon Banding anggap sebagai Hadiah dan Penghargaan yang
dikenakan PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 15%,

b. Penerimaan Hadiah dan Penghargaan blind bonus dari main dealer yang
Pemohon Banding anggap sebagai Hadiah dan Penghargaan yang
dikenakan PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 15%.

bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding dengan


lembaga pembiayaan memiliki semacam perjanjian, dan Pemohon Banding
berpendapat bahwa untuk hadiah ini bukan imbal balik secara garis lurus
dengan besarnya hadiah yang diterima atau yang Terbanding maksud dengan
jasa perantara.

bahwa menurut Pemohon Banding hadiah tersebut tidak berbanding lurus


dengan jumlah konsumen karena juga ditentukan dengan pencapaian target-
target yang diberikan oleh lembaga pembiayaan itu sendiri, kalaupun
Pemohon Banding tidak mencapai target itu maka hadiah tersebut tidak
diterima.

bahwa menurut Pemohon Banding untuk penghasilan lain-lain yang diterima


dari perusahaan leasing tersebut sudah dikenakan PPh Pasal 23 sebesar 15%
karena Pemohon Banding berpendapat penghasilan tersebut adalah objek PPh
Pasal 23.

bahwa pihak Pemohon Banding menyediakan pilihan leasing dengan beberapa


lembaga pembiayaan bagi konsumen yang membeli motor secara kredit dan
ditegaskan bahwa Pemohon Banding tidak memaksa konsumen dalam
menentukan lembaga pembiayaan yang ingin dipilih oleh konsumen.

bahwa menurut pernyataan Pemohon Banding bisa mendapat penghargaan


dan hadiah dari pihak leasing apabila penjualan Pemohon Banding melalui
leasing mencapai market share dan jumlah penjualan yang ditentukan oleh
lembaga pembiayaan tersebut dengan perhitungan yang ditentukan sendiri
oleh pihak lembaga pembiayaan.

bahwa menurut Pemohon Banding perhitungan besarnya penghargaan, hadiah


dimaksud salah satu contoh bentuknya dengan lembaga leasing tersebut
adalah apabila Pemohon Banding bisa mencapai market share 50% maka akan
mendapatkan Rp 450.000,00 per unit yang terjual, setelah memperhitungkan
Market Share;

bahwa menurut penjelasan Pemohon Banding yang dimaksud Market share


adalah berdasarkan total penjualan Pemohon Banding misalnya 10 unit,
kemudian yang dijual dengan kredit lewat FIF 5 unit maka market sharenya
adalah 50% dan atas nilai hadiah Rp 450.000,00 per unit tersebut dikenakan
PPN oleh Terbanding padahal sudah dikenakan PPh Pasal 23 oleh Pemohon
Banding.

bahwa alasan Terbanding yang menyatakan insentif tersebut merupakan jasa


perantara adalah berdasarkan dokumen perjanjian antara Pemohon Banding
dengan pihak FIF dinyatakan dalam Pasal 1 bahwa pihak pertama (FIF)
menunjuk pihak ke dua (Pemohon Banding) sebagai mitra kerja untuk
memasarkan produk pihak pertama berupa pembiayaan konsumen khusus
sepeda motor ”Honda” dimana pihak kedua menerima dengan baik
penunjukkan tersebut.
bahwa menurut Terbanding berdasarkan perjanjian tersebut Terbanding
berpendapat bahwa terdapat penunjukkan dari pihak FIF untuk memasarkan
produk leasing, sehingga pernyataan Pemohon Banding yang menyatakan
tidak memberikan kontribusi apapun kepada pihak leasing terbantahkan
dengan dokumen perjanjian kerjasama tersebut, pihak leasing secara tegas
menunjuk Pemohon Banding untuk memasarkan produk pembiayaannya.

bahwa menurut Pemohon dari Pasal 1 “Perjanjian Kerjasama Program Matrix


Loyality” antara PT Federal International Finance dengan Pemohon Banding,
adalah sebagai berikut:

“Pihak Pertama menunjuk Pihak Kedua sebagai mitra kerja dalam


memasarkan produk Pihak Pertama berupa jasa pembiayaan konsumen
khusus sepeda motor Honda (selanjutnya disebut SMH), dimana Pihak Kedua
selaku pihak penyedia kendaraan SMH ini menerima dengan baik penunjukan
tersebut”.

bahwa berdasarkan bunyi perjanjian diatas menurut Pemohon Banding, pihak


Terbanding berpendapat pihak leasing secara tegas menunjuk Pemohon
Banding untuk memasarkan produk pembiayaannya.

bahwa menurut Pemohon Banding terdapat perbedaan arti antara kata


“dalam” dengan pemakaian kata “untuk”, jika menggunakan kata “dalam”
seperti yang tercantum dalam kalimat “Pihak Pertama menunjuk Pihak Kedua
sebagai mitra kerja dalam memasarkan produk Pihak Pertama, berupa jasa
pembiayaan konsumen khusus sepeda motor Honda (selanjutnya disebut
SMH), ...”, maka Pihak Kedua (dalam hal ini Pemohon Banding) hanya
berfungsi sebagai mitra kerja dan tidak diminta/disuruh/diperintah oleh
siapapun untuk memasarkan produk Pihak Pertama, hal ini dipertegas kembali
dengan sambungan dari kalimat tersebut yang berbunyi: “..., dimana Pihak
Kedua selaku pihak penyedia kendaraan SMH ini menerima dengan baik
penunjukan tersebut”, yang artinya fungsi Pemohon Banding hanya sebagai
penyedia kendaraan sepeda motor Honda (SMH), sedangkan yang berperan
dalam memasarkan produk Pihak Pertama, berupa jasa pembiayaan konsumen
khusus sepeda motor Honda, adalah Pihak Pertama sendiri yaitu PT Federal
International Finance.

bahwa menurut Pemohon Banding bahwa kerjasama dengan FIF di Pasal 1


(satu) memang dinyatakan bahwa pihak pertama (FIF) menunjuk pihak ke dua
(Pemohon Banding) sebagai mitra kerja, akan tetapi teknis di lapangan bahwa
Pemohon Banding tidak bisa memaksakan konsumen harus melakukan proses
kreditnya melalui pihak FIF karena pihak konsumen bisa memilih sendiri
lembaga pembiayaannya, pemohon Banding sendiri memiliki kerjasama
dengan beberapa lembaga pembiayaan lain.

bahwa menurut Pemohon Banding pihak yang mencari lembaga pembiayaan


adalah konsumen sendiri, dan disediakan pilihan di dealer Pemohon Banding
memang terdapat price list dari beberapa lembaga pembiayaan leasing,
konsumen sendiri kemudian memilih lembaga pembiayaan mana yang sesuai
dengan kemampuannya, konsumen sendirilah yang datang ke pihak leasing.

bahwa menurut Pemohon Banding di lapangan ada orang dari pihak leasing
yang ”stand by” di dealer Pemohon Banding untuk memproses permohonan
leasing yang diajukan konsumen.

bahwa Pemohon Banding menyatakan bahwa Pemohon Banding bekerjasama


dengan pihak pembiayaan yang lain, tentunya dengan menjaga persaingan
antar lembaga pembiayaan tersebut dengan cara tidak mengarahkan konsumen
untuk mengambil salah satu lembaga pembiayaan, jadi Pemohon Banding
menyatakan agar tidak melihat Pasal per Pasal dikarenakan ada beberapa
ketentuan dalam perjanjian itu yang menyebutkan bahwa kerjasama tersebut
memuat syarat dan ketentuan yang berlaku, diantaranya melalui market share
ataupun jumlah penjualan yang dimulai dari nilai 100 dan bukan dari nilai 1.

bahwa menurut Pemohon Banding dalam Pasal 3 ayat (3) perjanjian


menyatakan pajak atas insentif tersebut menjadi beban dan dibayar oleh pihak
pertama (leasing), hal ini bisa dilihat di bukti pemotongan PPh Pasal 23 yang
diberikan kepada Pemohon Banding, hal ini menunjukkan bahwa dari pihak
leasing mengakui hal itu sebagai hadiah dan penghargaan serta dicatat sebagai
biaya marketing.

bahwa menurut Terbanding atas insentif yang diberikan oleh FIF merupakan
imbal balik atas jasa pemasaran (marketing) produk FIF dan hal ini jelas
tercantum dalam Pasal 3 perjanjian yang berbunyi :
”setiap pembiayaan yang dilimpahkan Pemohon Banding kepada FIF, pihak
FIF memberikan insentif”;

bahwa menurut Terbanding hal ini adalah sebuah imbal balik yang berbanding
lurus atau terkait dengan pemasaran produk, kesimpulan yang diambil
Terbanding adalah bahwa Terbanding tidak sepakat dengan tanggapan yang
diberikan Pemohon Banding karena menurut Terbanding seharusnya atas
transaksi tersebut memang dikenakan PPN.

bahwa menurut Pemohon Banding bunyi perjanjian secara lengkap dalam


Pasal 3 ayat 1 menyatakan, “atas setiap pembiayaan SMH yang dilimpahkan
oleh pihak ke dua kepada pihak pertama (selanjutnya disebut pelimpahan),
pihak pertama memberikan insentif. Besaran insentif tersebut dihitung
berdasrkan matrikulasi perhitungan perbandingan total pelimpahan dan total
penjualan dealer (“Market Share”) dan pelimpahan yang disebut “Matrix
Loyality”.

bahwa menurut Pemohon Banding insentif yang diberikan oleh lembaga


pembiayaan tersebut secara jelas disebutkan dalam perjanjian tidak
berbanding lurus dengan penjualan, dalam hal ini pihak lembaga pembiayaan
mempunyai perhitungan sendiri yang dipakai sebagai dasar untuk
memberikan insentif kepada Pemohon Banding, dapat terlihat dari tabel
sebagai berikut:

Des 07 TAX
Unit Matrix TOTAL
Outlet Name (PPh 23
Via FIF Via FIF Insentif /Unit INSENTIF
TS Selisih M/S Tarif 15%)
Cfm DAYA Cfm. FIF
binjai 69 38 32 (6) 46% 32 500.000 16.000.000 2.400.000
palembang 96 81 76 (5) 79% 76 500.000 38.000.000 5.700.000
muara 2 56 43 48 5 86% 48 500.000 24.000.000 3.600.000
bengkulu 96 42 38 (4) 40% 38 500.000 19.000.000 2.850.000
muko muko 33 22 27 5 82% 27 500.000 13.500.000 2.025.000
belitung 51 42 35 (7) 69% 35 500.000 17.500.000 2.625.000
bangka 126 72 63 (9) 50% 63 500.000 31.500.000 4.725.000
lampung 199 121 118 (3) 59% 118 500.000 59.000.000 8.850.000
menggala 93 92 87 (5) 94% 87 500.000 43.500.000 6.525.000
bogor 127 56 57 1 45% 51 500.000 25.500.000 3.825.000
cisalak 201 144 142 (2) 71% 142 500.000 71.000.000 10.650.000
sawangan 71 20 17 (3) 24% 17 500.000 4.250.000 637.500
ciranjang 104 96 89 (7) 86% 89 500.000 44.500.000 6.675.000
pondok gede 85 47 43 (4) 51% 43 500.000 21.500.000 3.225.000
kalimalang 171 45 47 2 27% 37 250.000 9.250.000 1.387.500
cikampek 172 124 115 (9) 67% 115 500.000 57.500.000 8.625.000
karawang 57 33 26 (7) 46% 21 500.000 10.500.000 1.575.000
asia 152 81 78 (3) 51% 78 500.000 39.000.000 5.850.000
soreang 107 63 70 7 65% 70 500.000 35.000.000 5.250.000
sumedang 43 11 7 (4) 16% 5 250.000 1.250.000 187.500
kircon 153 77 90 13 59% 90 500.000 45.000.000 6.750.000
kuningan 124 51 44 (7) 35% 34 500.000 17.000.000 2.550.000
cirebon 142 51 50 (1) 35% 39 500.000 19.500.000 2.925.000
arjawinangun 105 35 33 (2) 31% 25 500.000 12.500.000 1.875.000
tasik 203 52 44 (8) 22% 36 250.000 9.000.000 1.350.000
banjar 123 64 62 (2) 50% 62 500.000 31.000.000 4.650.000
garut 131 62 64 2 49% 64 500.000 32.000.000 4.800.000
majalengka 143 43 37 (6) 26% 29 250.000 7.250.000 1.087.500
widasari 103 16 16 - 16% 11 250.000 2.750.000 412.500
subang 76 58 52 (6) 68% 52 500.000 26.000.000 3.900.000
gamping 34 14 12 (2) 35% 7 500.000 3.500.000 525.000
sampang 22 2 2 - 9% 1 250.000 250.000 37.500
pare 23 27 17 (10) 74% 17 500.000 8.500.000 1.275.000
palopo 62 80 60 (20) 97% 60 500.000 30.000.000 4.500.000
kendari 98 41 31 (10) 32% 23 500.000 11.500.000 1.725.000
pinrang 35 29 19 (10) 54% 19 500.000 9.500.000 1.425.000
samarinda 44 21 20 (1) 45% 15 500.000 7.500.000 1.125.000
sangatta 60 52 42 (10) 70% 42 500.000 21.000.000 3.150.000
balikpapan 66 31 33 2 50% 33 500.000 16.500.000 2.475.000
pontianak 69 40 29 (11) 42% 23 500.000 11.500.000 1.725.000
sintang 79 64 61 (3) 77% 61 500.000 30.500.000 4.575.000
sambas 19 5 2 (3) 11% 1 250.000 250.000 37.500
402 2188 2035 (153) 51% 1936 933.750.000 140.062.500
3

bahwa penjelasan dari tabel diatas adalah sebagai berikut:


TS = Total Sale
Via FIF Cfm DAYA = Penjualan via FIF versi Pemohon Banding
Via FIF Cfm FIF = Penjualan via FIF versi FIF
SELISIH = Selisih antara jualan via FIF versi Adira Motor dengan versi FIF
M/S (Market Share) = Sales Via FIF Cfm FIF : TS
Unit Insentif = Jumlah yang dicairkan oleh FIF adalah sebesar jualan Via FIF Cfm
FIF.
Matrix/unit = ditentukan oleh FIF dimana utk Cabang yg mencapai 45% diberi
per unitnya Rp. 450.000,00

sedangkan yang tidak mencapai 45% insentif per unitnya mengacu pada
kebijakan insentif masing-masing cabang FIF dimana outlet Daya Anugrah
Mandiri berdomisili.

Insentif ini diberikan jika total penjualan Daya Anugrah Mandiri telah
mencapai 100 unit, (sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Program Matrix
Loyality).

Total Insentif = Unit Insentif x Matrix/Unit


Tax (PPh 23 Tarif 15%) = Total Insentif x 15%

bahwa menurut Pemohon Banding mekanisme proses klaim hadiah dan


penghargaan dari lembaga pembiayaan (FIF) adalah sebagai berikut :

1. pihak lembaga pembiayaan (FIF) memberitahukan kepada Pemohon


Banding melalui telepon jumlah yang akan mereka transfer ke rekening
bank Pemohon Banding dan meminta supaya Pemohon Banding membuat
kwitansi bermaterai cukup sebagai tanda bukti penerimaan yang sah dan
menyerahkannya kepada lembaga pembiayaan 3 (tiga) hari sebelum
tanggal jatuh tempo,

2. setelah menerima kwitansi tersebut, Pihak lembaga pembiayaan (FIF)


melakukan transfer hadiah dan penghargaan ke rekening bank Pemohon
Banding,

3. setelah Pemohon Banding menerima transfer hadiah dan penghargaan dari


lembaga pembiayaan (FIF), kemudian lembaga pembiayaan
memberitahukan rekapan matrix perhitungan hadiah dan penghargaannya
melalui email,

4. selanjutnya lembaga pembiayaan (FIF) mengirimkan Bukti Potong PPh


Pasal 23 sebesar 15% (lima belas persen) atas pemberian hadiah dan
penghargaan tersebut,

sedangkan perhitungan insentif dengan Adira Finance adalah sebagai


berikut:
Penjualan Via AF TAX
MEI Cfm. Via AF Cfm. AF Selisih Total Insentif (PPh 23
Cash Credit Total DAYA Tarif 15%)

PT. DAM Subang 6 72


78 16 ??? 8.400.000 1.260.000
PT. DAM Karawang 5 56
61 12 5.600.000 840.000
PT. DAM Kiaracondong 69 121
190 14 5.600.000 840.000
PT. DAM Soreang 21 128
149 9 4.800.000 720.000
PT. DAM Cirebon 36 93
129 24 7.600.000 1.140.000
TOTAL 137 470 607 75 - - 32.000.000 4.800.000

bahwa menurut Pemohon Banding untuk kerja sama dengan Adira Finance,
pihak Adira Finance tidak memberikan dasar rincian perhitungan bonus,
dalam hal ini pihak Adira Finance mempunyai perhitungan sendiri yang tidak
diketahui oleh Pemohon Banding.

bahwa menurut Pemohon Banding Hadiah dan Penghargaan Blind Bonus dari
Main Dealer bisa tidak diberikan ke Pemohon Banding dari main dealer jika
dealer/Pemohon Banding tidak mencapai target dan prestasi yang telah
ditentukan oleh main dealer.

bahwa sebagai bukti pendukung Pemohon Banding menyampaikan


perhitungan Blind Bonus sebagai berikut:

Distribusi Blind Kriteria Penilaian BLIND BONUS


Sls Komit.
Total
Kota Ke Dealer Bonus Cs Targ. Invest. Penilaian Sub Total
Per
Desember 100.000 28% 12% 40% 20% Unit Jumlah Per Unit Jumlah

Bandung 262 26.200.000 82% 0% 50% 100% 63,0% 62.960 16.495.520 137.056 35.908.666

Karawang 31 3.100.000 24% 0% 0% 0% 6,7% 6.720 208.320 14.629 453.486

Sumedang 43 4.300.000 46% 0% 0% 0% 12,9% 12.880 553.840 28.038 1.205.640

Bogor 111 11.100.000 68% 0% 75% 100% 69,0% 69.040 7.663.440 150.291 16.682.342

Bekasi 171 17.100.000 72% 0% 75% 100% 70,2% 70.160 11.997.360 152.729 26.116.739

Soreang 114 11.400.000 38% 0% 50% 50% 40,6% 40.640 4.632.960 88.468 10.085.369

Bekasi 72 7.200.000 82% 0% 0% 100% 43,0% 42.960 3.093.120 93.519 6.733.332

Cirebon 85 8.500.000 82% 0% 50% 100% 63,0% 62.960 5.351.600 137.056 11.649.758
159
Ciamis 15.900.000 52% 0% 0% 50% 24,6% 24.560 3.905.040 53.464 8.500.779

Subang 67 6.700.000 72% 0% 0% 50% 30,2% 30.160 2.020.720 65.655 4.398.853

Garut 133 13.300.000 52% 0% 0% 50% 24,6% 24.560 3.266.480 53.464 7.110.715

Cianjur 124 12.400.000 48% 0% 50% 50% 43,4% 43.440 5.386.560 94.563 11.725.862

Indramayu 120 12.000.000 82% 0% 0% 100% 43,0% 42.960 5.155.200 93.519 11.222.220

Bekasi 67 6.700.000 68% 0% 0% 100% 39,0% 39.040 2.615.680 84.985 5.694.005

Majalengka 142 14.200.000 28% 0% 0% 50% 17,8% 17.840 2.533.280 38.835 5.514.631

Cirebon 106 10.600.000 58% 0% 0% 100% 36,2% 36.240 3.841.440 78.890 8.362.330

Cisalak 201 20.100.000 76% 0% 50% 100% 61,3% 61.280 12.317.280 133.399 26.813.165

Cikampek 131 13.100.000 68% 0% 50% 100% 59,0% 59.040 7.734.240 128.523 16.836.465

Bandung 265 26.500.000 72% 0% 0% 100% 40,2% 40.160 10.642.400 87.423 23.167.162

Kuningan 120 12.000.000 48% 0% 0% 0% 13,4% 13.440 1.612.800 29.257 3.510.862

Depok 33 3.300.000 62% 0% 0% 0% 17,4% 17.360 572.880 37.791 1.247.087

Tasikmalaya 242 24.200.000 72% 0% 75% 100% 70,2% 70.160 16.978.720 152.729 36.960.531

2.799 279.900.000 128.578.880 1.934.283 279.900.000


bahwa hadiah dan penghargaan tersebut juga tidak diterima langung Pemohon
Banding pada saat pembelian barang. Main dealer menentukan beberapa
kriteria penilaian dalam pemberian Hadiah dan Penghargaan Blind Bonus,
kriteria penilaian tersebut antara lain sebagai berikut:

Kriteria dan Bobot Penilaian :

1. Consumer Satisfaction 40%,


2. Sales Target Achievement 40%,
3. Investment Commitment 20%.

1. Consumer Satisfaction 40%

1.1 Implementasi 20%


Dasar penilaian implementasi merupakan akumulasi dari :
On time report 30%
Penggunaan Form Standar 50%
PIC tetap 20%

1.2 Index Pencapaian (3.75) 12 %


Jika ≥ 2.75 akan dinilai 100%, jika dibawah target index akan dinilai 0%

2. Sales Target Achievement 40%


Kesesuaian antara pencapaian sales faktur (pengajuan) dengan target
distribusi pada periode berjalan

Pencapaian Sales Faktur : ≥ 100% dinilai 100%


85 s/d 99% dinilai 75%
70 s/d 84% dinilai 50%
< 70% dinilai 0%

3. Investment Commitment 20%


Kriteria I, dinilai 100%
H1 hak milik, standar/dalam proses & memiliki H23

Kriteria II, dinilai 50%


H1 hak milik, standar, tidak memiliki H23
H1 sewa, standar & tidak memiliki H23

Kriteria III, dinilai 0%


H1 sewa, tidak memiliki H23

bahwa dengan demikian, dari informasi yang Pemohon Banding peroleh dari
main dealer menunjukan bahwa pendapatan hadiah dan penghargaan blind
bonus dari main dealer bukanlah pemberian cuma-cuma Jasa Kena Pajak
tetapi ada usaha dan prestasi yang harus dicapai, apabila Pemohon Banding
tidak dapat mencapai target dan prestasi tersebut, maka Pemohon Banding
bisa tidak mendapatkan hadiah dan penghargaan blind bonus tersebut.

bahwa berdasarkan penjelasan Pemohon Banding dan Terbanding tersebut


diatas Majelis berpendapat Terbanding mengkategorikan bahwa kegiatan
yang dilakukan oleh Pemohon Banding merupakan jasa perantara, sedangkan
Pemohon Banding berpendapat insentif yang diterima dari perusahaan leasing
tersebut merupakan hadiah dan penghargaan.

bahwa oleh karenanya berdasarkan penjelasan dan keterangan Pemohon


Banding dan Terbanding dalam persidangan Majelis berpendapat sebagai
berikut:
- bahwa sesuai ketentuan Pasal 1 huruf c dan d Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-395/PJ./2001 tanggal 13 Mei 2001 tentang Pengenaan
Pajak Penghasilan Atas Hadiah Dan Penghargaan menyatakan, Dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan :

c. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya adalah


hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
penerima hadiah,

d. penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan


prestasi dalam kegiatan tertentu.

- bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 02/PJ.33/1998


tanggal 16 Mei 1998 Tentang Pengenaan Pajak Penghasilan Atas Hadiah
Dan Penghargaan menyatakan, jenis-jenis hadiah dan penghargaan untuk
tujuan pemajakan dapat dibedakan sebagai berikut :

c. Penghargaan atas suatu prestasi tertentu, misalnya : penghargaan atas


penemuan benda purbakala, penghargaan dalam menjualkan suatu
produk.

- bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan diperoleh


keterangan dasar pemberian insentif dan blind bonus diberikan setelah
Pemohon Banding mencapai target penjualan kredit yang telah ditetapkan
oleh lembaga pembiayaan, pemberian insentif dan blind bonus tersebut
tidak berdasarkan jasa perantara dan tidak diberikan secara cuma-cuma
namun Pemohon Banding harus berupaya untuk mencapai angka tertentu
yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan;

- bahwa pengertian kalimat “memasarkan produk Pihak Pertama” berarti


berhubungan dengan jasa perantara atas penjualan motor karena Pemohon
Banding juga sebagai pemasar barang milik lembaga keuangan tersebut
karena tidak hanya sebatas menyediakan tempat untuk memajang jenis
produk bersama daftar harga jual sepeda motor Honda Pemohon Banding
yang kemudian digunakan juga oleh pihak lembaga pembiayaan (bukan
hanya FIF saja) untuk memasarkan produk mereka berupa jasa pembiayaan
yang tertuang dalam daftar harga jual sepeda motor Honda (termasuk di
dalamnya besarnya uang muka, scheme, besarnya cicilan, nama surveyor)
selanjutnya konsumen diarahkan untuk memilih lembaga pembiayaan yang
paling sesuai dengan kondisi konsumen;

bahwa apabila konsumen memilih lembaga pembiayaan tertentu lebih


dikarenakan pelayanan dan harga yang lebih unggul dari lembaga pembiayaan
tersebut terhadap konsumen yang telah memilih jasa pembiayaannya,
keunggulan tersebut antara lain berupa mudahnya proses verifikasi kredit,
mudahnya proses bayar cicilan dan lain sebagainya, kebebasan memilih
tersebut dilakukan Pemohon Banding karena Pemohon Banding harus dapat
bersikap yang sama dan menjaga etika kerja sama yang baik pula dengan
lembaga pembiayaan yang lainnya.

bahwa dengan demikian kegiatan usaha Pemohon Banding menurut pendapat


Majelis sebagai berikut:

1. barang yang dipasarkan produk pembiayaan milik lembaga pembiayaan


dimaksud, berarti kegiatan Pemohon Banding adalah memasarkan barang
milik orang lain disamping kegiatan utama menjual motor,

2. pencapaian target penjualan sebagaimana disebut sebagai tolok ukur


perhitungan market share dimaksud, bukan dimaksudkan menghitung
jumlah barang (sepeda motor) yang harus dijual dalam waktu tertentu
adalah sebagai dasar perhitungan pemberian penghargaan dan hadiah yang
ditentukan oleh pihak lembaga keuangan tersebut kepada Pemohon
Banding.

bahwa naik turun jumlah penjualan sepeda motor tidak akan


mempengaruhi naik turunnya penghargaan dan hadiah yang diberikan
kepada Pemohon Banding apabila tidak dijual dengan memakai jasa
pembiayaan tiap-tiap lembaga tersebut, sebaliknya kenaikan atau
penurunan market share akan mempengaruhi naik turunnya jumlah
penghargaan dan hadiah, Market Share adalah jumlah konsumen yang
menggunakan jasa pembayaran lembaga keuangan dibandingkan dengan
jumlah total penjualan Pemohon Banding, baik dengan tunai maupun
dengan penjualan kredit (dengan jasa keuangan).

3. Imbalan diberikan oleh lembaga pembiayaan kepada Pemohon Banding


sebesar Rp 25.655.453.992,00 memenuhi unsur dari pengertian hadiah dan
pengertian penghargaan sebagaimana dimaksud ketentuan Dirjen Pajak
Nomor: KEP-395/PJ./2001 tentang Pajak Penghasilan atas hadiah dan
penghargaan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE -
02/PJ.33/1998 tanggal 16 Mei 1998 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan
Atas Hadiah Dan Penghargaan.

- bahwa terbukti dalam persidangan pihak lembaga pembiayaan


membukukan pemberian hadiah dan penghargaan yang diberikan
kepada Pemohon Banding mencatat sebagai Biaya Marketing, bukan
dicatat sebagai jasa perantara, hal ini membuktikan ada Jasa Kena Pajak
yang seharusnya terutang yang wajib dipungut pada saat dibayarkan
oleh lembaga pembiayaan atau diterima oleh Pemohon Banding dan atas
jumlah pajak hadiah yang terutang tersebut terbukti telah dilakukan
pemotongan oleh lembaga keuangan tersebut PPh Pasal 23 sebesar 15%
dan disetorkan sesuai dengan ketentuan berlaku.

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas Majelis


berpendapat penghasilan dari insentif leasing dan blind bonus tersebut
memenuhi unsur dari pengertian hadiah dan pengertian penghargaan
sebagaimana dimaksud ketentuan Dirjen Pajak Nomor: KEP-395/PJ./2001
tentang Pajak Penghasilan atas hadiah dan penghargaan juga memenuhi unsur
dari pengertian objek PPN atas penyerahan Jasa Kena Pajak yang terutang
PPN.

bahwa sesuai fakta hukum yang terjadi di masyarakat dan sudah menjadi
peristiwa yang umum atau peristiwa sehari-hari yang nyata-nyata dalam
kegiatan usaha penjualan kendaraan sejenis motor diketahui sebagai peristiwa
yang diyakini terjadi oleh Majelis Hakim sebagai berikut:

a) bahwa penjualan motor oleh dealer dapat dilakukan dengan cara tunai dan
juga dengan cara kredit,

b) bahwa yang sering terjadi di masyarakat apabila dibeli dengan cara tunai
dibandingkan dengan cara kredit dirasakan ada perbedaan yang menyolok
dalam segi pelayanan proses penyelesaian transaksi jual beli yang mana
pembelian dengan cara kredit lebih cepat, lebih baik dan tidak bertele-tele
dalam proses balik nama kepemilikannya, dan pelayanan sebaliknya
apabila dibeli dengan cara tunai,

c) bahwa berdasarkan perhitungan bisnis bagi dealer penjualan dengan cara


kredit dianggap lebih menguntungkan karena akan mendapatkan
kelebihan penghasilan berupa insentif dan/atau Blind Bonus dari setiap
lembaga keuangan yang diajak bekerjasama, oleh karena itu pelayanan
yang lebih cepat dan lebih baik adalah merupakan kiat yang wajar yang
dilakukan oleh setiap pengusaha. Hal-hal lain yang lebih menguntungkan
adalah : dalam setiap penjualan yang memilih dengan cara kredit bagi
pengusaha (dealer) tidak mengeluarkan biaya tambahan yang signifikan
untuk mengarahkan penjualannya ke arah penjualan kredit dan memilih
lembaga keuangan yang diajak bekerjasama itu,

d) bahwa dapat disimpulkan berdasarkan bukti/fakta dan hal-hal yang terjadi


di dalam masyarakat yang nyata-nyata dirasakan, Majelis berkesimpulan
pemberian insentif dan atau blind bonus berdasarkan sifat dan tujuannya
adalah bersifat sebagai alat perangsang (insentif) agar setiap pelaku bisnis
(dealer) selalu semangat mengarahkan konsumennya untuk memilih
lembaga keuangan tertentu sehingga oleh karenanya dia akan
mendapatkan hadiah (bonus) berarti merupakan suatu kegiatan dalam
lingkungan kerjanya dan bagi pihak lembaga keuangan pemberian
insentif tersebut mempunyai posisi yang sangat penting, sehingga usaha
untuk menjaga kelanggengannya harus membuat ikatan bisnis yang
menarik dan pasti karena hal demikian merupakan tujuan utama dari
pemasaran produknya, maka usaha untuk mendapatkan insentif/blind
bonus berdasarkan sifat dan tujuannya mengandung makna berupa hadiah
dan juga berupa kegiatan usaha jasa pemasaran yang mempunyai arti
sangat penting dalam kegiatan usaha masing-masing yaitu kegiatan usaha
Pemohon Banding penjualan motor dan kegiatan usaha lembaga
keuangan berupa pembiayaan kredit dan terbukti kegiatan jasa pemasaran
lebih utama, lalu setelah berhasil akan mendapatkan hadiah dimaksud.

bahwa dengan demikian menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, kegiatan


usaha yang dilakukan oleh/bagi Pemohon Banding disamping menghasilkan
penghasilan insentif dan/atau blind bonus adalah imbalan jasa yang memenuhi
unsur pengertian hadiah yang terhutang Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud ketentuan Pasal 23 Undang-Undang PPh juncto KEP-395/PJ./2001
tanggal 13 Mei 2001 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan
Penghargaan dan juga memenuhi unsur pengertian kegiatan penyerahan jasa
pemasaran sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 4 huruf e Undang-Undang
PPN dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-08/PJ.52/1996
tanggal 29 Mei 1996 tentang PPN atas Jasa Perdagangan yang terhutang Pajak
Pertambahan Nilai, dan yang harus dipungut oleh Pemohon Banding kepada
masing-masing lembaga keuangan dimaksud, dan atas setiap transaksi
pemberian insentif/blind bonus harus dipotong terlebih dahulu oleh lembaga
keuangan PPh Pasal 23 atas penghasilan yang diterima oleh Pemohon
Banding.

bahwa dengan demikian koreksi Terbanding tetap dipertahankan.

Memperhatikan : Surat Banding, Surat Uraian Banding serta bukti-bukti dan hasil pemeriksaan
dalam persidangan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan


Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 16 Tahun 2000.

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai


Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.

4. Ketentuan Pelaksanaan Undang-undang yang bersangkutan.


Memutuskan : Menyatakan Menolak permohonan banding Pemohon Banding terhadap
keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-540/WPJ.09/BD.06/2010
tanggal 19 April 2010, tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Nomor:
00212/207/07/441/09 Masa Pajak Mei sampai dengan Mei 2007 tanggal 30
Maret 2009.

Anda mungkin juga menyukai