Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu ion kompleks didefinisikan sebagai ion yang tersusun dari atom pusat yang
mengikat secara koordinasi sejumlah ion atau molekul netral. Ion atau molekul netral sebagai
spesies terikat pada atom pusat dalam suatu ion kompleks biasanya dinamakan ”ligan”.
Spesies ini memiliki satu pasang atau lebih elektron bebas dan berperan sebagai donor
pasangan elektron pada pembentukan ikatan koordinasi (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010 :
22).
Dalam Pelaksanaan analisis anorganik kualitatif, banyak digunakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu
atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah
relatif komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri
yang sangat tertentu, meskipun tidak dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang
klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi adalah 6 (Seperti dalam kasus Fe2+,
Fe3+, Zn2+, Cr3+, Co3+, Cd3+), kadang-kadang 4 (Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi bilangan-bilangan
2(Ag+) dan 8 (beberapa ion dari golongan platinum) juga terdapat (Svehla, 1990 : 95).
Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam atau kelompok atom
seperti VO, VO2, dan TiO yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul disebut
senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang mengelilingi atom pusat atau kelompok
atom itu disebut ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa lewis, atom pusat atau kelompok
atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak sebagai asam Lewis, sedangkan
linggannya bertindak sebagai basa Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom pusat
merupakan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks disebut juga senyawa
koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan bilangan koordinasi.
Jumlah muatan kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan
yang membentuk kompleks (Ramlawati, 2005 : 1).

1.2 Identifikasi

1
Dari uraian latar belakang di atas, maka timbullah berbagai masalah yang dapat di
identifikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Heksaaminnikel (II) Iodida?


2. Bagaimana reaksi reaksi yang terjadi pada pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida?
3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh senyawa kompleks?
4. Bagaimana pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida?
5. Apa kegunaan Senyawa Kompleks?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang Heksaaminnikel (II) Iodida.
2. Untuk mengetahui bagaimana reaksi reaksi yang terjadi pada pembuatan
Heksaaminnikel (II) Iodida.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh Senyawa Kompleks.
3. Untuk mengetahui cara pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida.
4. Untuk mengetahui kegunaan Senyawa Kompleks
1.4 Manfaat
1. Kita dapat mengetahui tentang Heksaaminnikel (II) Iodida.
2. Kita dapat mengetahui bagaimana reaksi reaksi yang terjadi pada Heksaaminnikel
(II) Iodida.
3. Kita dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh Senyawa Kompleks.
4. Kita dapat mengetahui cara pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida.
5. Kita dapat mengetahui kegunaan Senyawa Kompleks.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

2
Ditinjau dari system asam-basa Lewis, atompusat atau kelompok atom dalam senyawa
kompleks tersebut bertindak sebagai asam Lewis. Ikatan yang terjadi antara ligan dan atom
pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi, sehingga senyawa kompleks tersebut disebut
pula senyawa koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat menyatakan bilangan
koordinasi. Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang senyawa kordinasi disebut kimia
koordinasi. Sifat-sifat senyawa koordinasi dapat diprediksi dari sifat ion pusatnya, M n+ dan
ligan, L1, L2, …. Dst.
Ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halide atau molekul-molekul H 2O atau
NH3 adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbangan pasangan electron menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau ligan
itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan electron
menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom penyumbang, dan adalah mungkin untuk
membentuk dua ikatan koordinasi dengan ion logam yang sama ligan seperti itu disebut
bidentat (Anonim, 2010).
2.2 Senyawa Kompleks
Hal yang sangat spesifik dari senyawa kompleks adalah adanya spesies bagian dari
senyawa itu yang tidak berubah baik dalam padatan maupun dalam larutan, walaupun sedikit
ada disosiasi. Spesies tersebut dapat berupa nonionic, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusun. Jika bermuatan maka sepsis itu disebut ion kompleks atau lebih sederhana
disebut spesies kompleks (Ramlawati, 2005 : 1).
Dalam artian luas senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena
penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri
sendiri. Misalnya dalam penggabungan seperti berkut :
A + B      →     AB
Senyawa AB dapat dianggap sebagai senyawa kompleks  (Svehla, 1985 : 182).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion (molekul) kompleks terdiri dari satu atom
(ion pusat dan sejumlah ligan) yang terikat erat pada atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif
komponen-komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stokiometri yang
sangat tertentu meskipun ini tak dapat ditafsirkan dalam lingkup konsep valensi yang klasik.
Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, satu angka bulat yang menunjukkan jumlat
ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat.
Pada kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6 (seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2. Zat
padat dapat dibedakan antara zat padat kristal dan amorf. Dalam kristal, ataom atau molekul

3
penyusun memiliki struktur tetap (tetapi dalam amorf tidak) dan titik leburnya pasti. Zat
padat memiliki volume dan bentuk tetap. Ini disebabkan karena molekul-molekul dalam zat
padat menduduki tempat yang gelap dalam kristal. Molekul-molekul zat padat juga
mengalami gerakan namun sangat terbatas (Anonim, 2010).
Ion-ion dan molekul-molekul anorganik sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2O
membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yang
tersedia di sekitar ion pusat dalam bulatan koordinasi, tetapi ligan bidentat (seperti ion
dipiridil).
2.3 Rumus dan beberapa Ion Kompleks
Rumus dan nama beberapa ion kompleks adalah sebagai berikut:
 [Fe(CN)6]4+ heksasianoferrat (II)
 [Fe(CN)6]3- heksasianoferrat (III)
 [Cu(NH3)4]2+ tetraamintembaga (II)
 [Cu(NH3)4]3- tetraaminkuprat (III)
 [Co(CO)4]3- tetrakarbonilkobaltat (III)
 [Ag(CN)2]- disianoargentat (I)
 [Ag(S2O3)2]3- ditiosulfatoargentat (I)
Dari contoh-contoh ini, kaidah tatanama nampak jelas (Oxtoby, 2007 ; 97).
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar atom atau ion
pusat dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masing dapat dihuni satu ligan
(monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks
dengan satu atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu
oktahedron (Svehla, 1985 ; 56).
Karena kebanyakan reaksi dimana kompleks terbentuk berlangsung larutan air, salah
satu reaksi yang sangat mendasar untuk dipelajari dan dipahami adalah dimana molekul-
molekul air disekeliling kation dalam larutan air dipindahkan dari kulit koordinasi dan diganti
oleh ligan lain masuk disini adalah kasus dimana ligan yang baru semata-mata molekul lain,
yakni reaksi pertukaran air. Dengan beberapa pengecualian misalnya [Cr(H 2O)6]3+,
[Rh(H2O)6]3+ reaksi tersebut sangat cepat dan harus dipelajari dengan metode relaksasi
(Cotton, 1989 : 168).
Molekul ataupun ion yang bertindak sebagai ligan umumnya mengandung suatu ligan
atom elektronegatif, seperti nitrogen, oksigen, atau salah satu halogen. Ligan yang hanya
memiliki satu pasang elektron menyendiri misalnya NH3 dikatakan unidentat. Ligan yang

4
memiliki dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan dengan atom sentral disebut
bidentat. Salah satu contoh adalah etilendiamina, NH2CH2CH2NH2 dimana dua atom nitrogen
ini memiliki pasangan elektron menyendiri. Ion tembaga (II) membentuk suatu kompleks
dengan dua molekul etilendiamina cincin yang dibentuk oleh interaksi sebuah ion logam
dengan dua gugus fungsional dalam ligan yang sama disebut cincin sepit, molekul
organiknya adalah zat penyepit dan kompleks itu disebut senyawa sepit.
2.4 Pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida

No. Cara Kerja Hasil Pengamatan


1. 1 gr nikel klorida heksahidrat dalam Larutan berwarna hijau
beker gelas yang berisi 5 ml air.
2. Gelas beker dimasukkan dalam lemari Larutan berubah berwarna biru
asam, ditambah 10 ml larutan NH3
pekat (15 M)
3. Ditambah 2,6 gr kalium iodide. Biarkan Larutan terpisah menjadi dua bagian. Bagian
beberapa menit atas berwarna biru dan bawah terdapat
endapan ungu.
4. Larutan disaring menggunakan kertas Filtrat berwarna biru terang, terdapat endapan
saring. Dicuci dengan etanol 1:1 lalu ungu.
ditambah 2 ml etanol.
5. Keringkan Kristal di udara terbuka Kristal menjadi kering
dengan diangin-anginkan selama
beberapa menit.
6. Pindahkan Kristal yang telah kering Kristal kering
kedalam kertas saring
7. Pindahkan kelebihan pelarut dengan Kristal menjadi lebih kering
menekan Kristal diantara 2 lembar
kertas saring
8. Pindah Kristal kedalam tabung yang Berat bersih Kristal seluruhnya adalah 0,6 gr
telah ditimbang. Timbang tabung+
isinya. Hitung persentase berat yang
dihasilkan.
9. Melakukan tes pengujian adanya ion Larutan berwarna merah strawberry yang
nikel. 0,1 gr sampel dalam 0,5 ml air menandakan adanya ion nikel dalam larutan
(larutkan). 1-2 tetes larutan NH3 (5 M) tersebut.
+ 5 tetes dimetil glikosim (C4H8O2N2)
10. Tes pengujian ion iodide: larutkan 0,1 Larutan berwarna biru yang menandakan

5
gr sampel dalam 0,5 ml air. Ditambah 2 adanya ion iodide dalam larutan tersebut.
tetes H2SO4 5M + H2O2 3%. Uji dengan
amilum.

2.5 Reaksi Yang terjadi saat Pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida

Pada pembuatan ion kompleks tersebut digunakan Ni(NO3)2.6H2O  berfungsi sebagai


penyedia atom pusat Ni. Kristal dilarutkan dengan aquadest. Setelah Kristal dilarutkan
dengan air, warna larutan menjadi hijau yang menandakan bahwa Kristal Ni(NO 3)2.6H2O ini
telah terionisasi dalam aquadest tersebut. Kemudian diaduk sehingga mempercepat Kristal
larut dalam aquadest (larutan homogen). Adapun reaksinya :

Persamaan reaksi tes pengujian ion nikel :


Ni (s) + 6H2O (l) à [Ni (H2O)6]2+ (aq)
Ni2+ (aq) + 2NH3 + 2H2O (aq) à Ni(OH)2 ¯ (s) + 2NH4+
Ni (OH)2 ¯ (s) + 6NH3 à [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 2OH- (aq)
[Ni(NH3)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) + KI (aq) à [Ni(NH3)6]I2 (s) + 2KOH (aq)

b.      Persamaan reaksi tes ion iodide :


[Ni(NH3)6]I2 (s) + H2O (l) + H2SO4 (aq) à [Ni(NH3)6]2+ (s) + I- (aq) +  H2SO4 (aq) + H2O (aq)
H2O2 (aq) + 2I- (aq) + 2H+ (aq) à I2 (aq) + 2H2O (aq)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi

Heksaaminnikel (II) Iodida merupakan ion kompleks yang terbuat dari senyawa asal
garam nikel Ni(NO3)2. 6H2O. Apabila dilarutkan dalam air, garam ini akan ada dalam bentuk
ion kompleks  Ni(H2O)6 dan ion NO3-. Pada prinsipnya ion kompleks tersebut melibatkan
proses penggantian ligan H2O dengan ligan NH3 yang diikuti dengan oksidasi atom pusat
Ni2+ menjadi Ni3+.

3.2 Proses dan reaksi yang terjadi dalam pembuatan Heksaaminnikel (II) Iodida

6
Pembentukan senyawa kompleks adalah salah satu karakteristik logam transisi. Logam
transisi pada senyawa [Ni(NH3)6]I2 adalah logam Ni. Senyawa kompleks [Ni(NH3)6]I2 ini
didapat dengan mereaksikan nikel sulfat heksahidrat dengan larutan ammonia pekat
kemudian ditambah dengan larutan KI.
Nikel sulfat heksahidrat merupakan zat padat berwarna hijau. Awalnya, padatan ini
dilarutkan dahulu dalam air, yang menghasilkan larutan berwarna hijau. Ditambahkan
ammonia maka larutan menjadi berwarna biru. Lalu ditambah KI maka larutan menjadi ungu
dan terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk berwarna ungu ini kemudian dibilas larutan
etanol dan ditambahkan etanol.
Penambahan etanol pada endapan ini bertujuan agar endapan yang didapat merupakan
kristal murni. Etanol disini befungsi sebagai pelarut. Etanol memiliki titik didih rendah
sehingga udah menguap dan mengakibatkan mudah tebentuknya kristal. Selain itu, etanol
tidak bereaksi dengan endapan yang didapatkan.
Pada uji nikel, ke dalam kristal [Ni(NH3)6]I2 yang terlebih dulu dilarutkan dalam air
ditambahkan larutan ammonia dan dimetil glioksim. Endapan yang dihasilkan dari reaksi ini
adalah endapan berwarna merah strawberry. Endapan merah strawberry ini menunjukkan
adanya ion nikel dalam larutan itu. Endapan merah ini terbentuk dari larutan yang tepat basa
dengan ammonia. Jadi, fungsi penambahan ammonia adalah agar larutan berada dalam
suasana basa. Endapan ini adalah Ni(C4H7N2O2)3.
Untuk uji iodide, dilakukan dengan penambahan larutan asam sulfat ke dalam endapan
[Ni(NH3)6]I2 yang telah dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu. Kemudian ditambahkan H 2O2
dan larutan amilum. Fungsi penambahan asam sulfat adalah agar endapan berada dalam
suasana asam, sehingga mudah dioksidasi menjadi iod bebas dengan sejumlah zat
pengoksidasi. Larutan amilum berfungsi sebagai indicator. Setelah ditambahkan amilum,
terjadi perubahan pada larutan, yaitu berubah warna menjadi biru kehitaman. Warna inilah
yang menunjukkan adanya ion iodide pada larutan.
3.3 Kegunaan senyawa kompleks dalam kehidupan sehari-hari

Aplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali karena penelitian
tentang senyawa kompleks terus berkembang dan perkembangannya sangat pesat sejalan
dengan perkembangan IPTEK. Dalam makalah ini diuraikan beberapa aplikasi senyawa
kompleks tersebut.

A.    Aplikasi Dalam Bidang Kesehatan

7
Senyawa kompleks gadolinium-dietilentriaminpentaasetato (GdDTPA) secara in vivo
telah digunakan dalam bidang kesehatan sebagai senyawa pengontras MRI untuk diagnose
berbagai penyakit. Senyawa kompleks GdDTPA memiliki kestabilan termodinamika (log
KML> 20) dan kestabilan kinetika yang cukup tinggi (log Ksel > 7).
Pengkhelatan gadolinium dengan ligan asam dietilentriaminpentaasetat (DTPA)
menghasilkan senyawa yang berguna dalam bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mereaksikan gadolinium dengan ligan DTPA melalui metode refluks. Kemudian untuk proses
kristalisasi ditambahkan etanol sampai tepat jenuh. Senyawa yang terbentuk kemudian
dikarakterisasi dengan spektrofotometer ultraviolet, spektrofotometer inframerah dan
Magnetic Susceptibility Balance (MSB). Hasil analisis spektrofotometer ultraviolet
menunjukkan bahwa ligan DTPA mempunyai serapan maksimum pada panjang gelombang
205,2 nm sedangkan pada senyawa GdDTPA mempunyai serapan maksimum pada panjang
gelombang 214,7 nm.
Kemudian dari hasil perbandingan antara spektrum inframerah ligan DTPA dengan
spectrum inframerah senyawa kompleks GdDTPA terjadi perubahan gugus-gugus penting,
yaitu pada senyawa kompleks GdDTPA yang terbentuk, puncak gugus –OH karboksilat serta
pita lebar pada sidik jari hilang dan tergantikan dengan munculnya puncak yang tajam dari
gugus –OH dan pada daerah sidik jari muncul pita-pita tajam. Terjadinya perubahan gugus-
gugus penting ini dapat dijadikan petunjuk telah terjadi ikatan kovalen koordinasi antara
logam dengan ligan. Dari hasil perhitungan dengan MSB, diperoleh harga momen magnet
senyawa kompleks GdDTPA adalah 8,069 BM yang menunjukkan bahwa senyawa yang
terbentuk bersifat paramagnetic.

B.     Aplikasi Dalam Bidang Farmasi


Sintesis senyawa kompleks besi (II) dengan menggunakan ligan turunan 1,10-
Phenantrolin (phen) seperti 4,7-dimetil-phen (DMP). 3,4,7,8-tetrametil-phen (TMP) dan 4,7-
difenil-phen (DIP) menggunakan metode substitusi ligan yang digunakan sebagai kandidat
senyawa obat pada terapi penyakit tumor/kanker. Kompleks mixed-ligand disintesis dengan
reaksi substitusi ligan dari tris-phenantrolin, [M(phen)3]2- dengan memanfaatkan sifatnya
yang labil terhadap proses rasemisasi.
Senyawa kompleks besi (II) turunan fenantrolin dapat berinteraksi secara non-kovalen
dengan DNA. Disamping senyawa-senyawa turunan fenantrolin, senyawa lain yang potensial
sebagai photosensitizer dalam terapi PDT adalah senyawa-senyawa turunan klorofil yang
dapat diekstrak dari tumbuhan yang kaya akan klorofil. Kelebihan photosensitizer senyawa

8
kompleks logam yaitu mempunyai struktur dan bentuk geometri yang fixed, hal ini
memberikan kemudahan dalam mendesain struktrur geometrinya dan atau menvariasi gugus-
gugus fungsi sehingga diperoleh bentuk geometri yang tepat, dan dapat terinterkalasi secara
spesifik kedalam pasangan basa DNA.

C.    Aplikasi Dalam Bidang Industri


Penentuan kesadahan air untuk menganalisa pembentukan kerak yang terjadi pada
dinding pipa yang disebabkan endapan CaCO3. Metode yang digunakan dalam analisis
larutan Ethyldiamine tetra acetic acid sebagai larutan standarnya, untuk mengetahui titik
akhir titrasi digunakan indikator logam. Diantara indikator yang digunakan adalah
Eriochrome Black T.
Eriochrome Black T sebagai indikator akan membentuk senyawa kompleks
seluruhnya dengan EDTA yang ditambahkan, dengan kata lain kapan penambahan larutan
EDTA mulai berlebih yang ditunjukkan oleh perubahan warna larutan merah menjadi biru.
Reaksi ini berlangsung sempurna pada pH 8-10. Untuk mempertahankan larutan pH tersebut
ditambahkan larutan buffer salmiak. Ca2+ dam Mg2+ akan membentuk senyawa kompleks
warna merah anggur, dengan EBT
M2+ + EBT (M EBT) kompleks merah anggur

Perubahan semakin jelas bila pH semakin tinggi, namun pH yang tinggi dapat
menyebabkan ion-ion kesadahan hilang dari larutan, karena terjadi pengendapan Mg(OH)2
dan CaCO3- pada pH >9, CaCO3 sudah mulai terbentuk.

D.    Aplikasi Dalam Bidang Lingkungan


Proses biosintesis asam oksalat oleh jamur pembusuk coklat merupakan proses
fisiologis yang sangat penting bagi jamur, dimana jamur memberoleh energi dengan
mengoksidasi karbohidrat menjadi asam oksalat, seperti pada persamaan:
C6H12O6 + 5O2 2(COOH)2 + 2CO2 + 4H2O
Dalam metabolisme biosintesis asam oksalat pada jamur basidiomisetes, asetil-KoA
yang diperoleh dari oksidasi glukosa dikonversi menjadi asam oksalat selanjutnya di
disekresikan ke lingkungann sintesis asam oksalat dengan mengunakan inhibitor spesifik
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur untuk meminimalisir dalam degradasi
polutan.

9
E.     Aplikasi Dalam Bidang Pertanian
Pemupukan memegang peranan yang penting dalam kegiatan budidaya tebu, selain
dapat meningkatkan produksi biomassanya, pupuk juga dapat meningkatkan keragaman dan
kualitas hasil yang diperoleh. Masalah utama penggunaan pupuk N pada lahan pertanian
adalah efisiensinya yang rendah karena kelarutannya yang tinggi dan kemungkinan
kehilangannya melalui penguapan, pelindian dan immobilisasi. Untuk itu telah dilakukan
penelitian peningkatan efisiensi pemupukan N dengan rekayasa kelat urea-humat pada jenis
tanah yang mempunyai tekstur kasar (Entisol) dengan menggunakan tanaman tebu varietas
PS 851 sebagai tanaman indikator.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan urea dengan asam humat yang berasal
dari Gambut Kalimantan sebesar 1% menghasilkan pupuk urea yang lebih tidak mudah larut
daripada yang dilapisi asam humat dari Rawa Pening. Dengan pelepasan N yang lebih lambat
diharapkan keberadaan N di dalam tanah lebih awet dan pemupukan menjadi lebih efisien.
Pupuk urea-humat telah diaplikasikan ke tanah Psamment (Entisol) yang kandungan pasirnya
tinggi (tekstur kasar) untuk mewakili jenis-jenis tanah yang biasa ditanami tebu dengan
tekstur yang paling kasar. Respons tanaman tebu varietas PS 851 menunjukkan kinerja
pertumbuhan yang lebih baik di tanah Vertisol.

Rekayasa kelat urea-humat secara fisik dan kimia terbukti meningkatkan efisiensi
pemupukan N pada tanaman tebu. Penelitian ini memperlihatkan bahwa memang efisiensi
pemupukan N pada tanah Entisol dan Vertisol rendah, bahkan di Entisol lebih rendah (hanya
sekitar 25 %). Aplikasi pupuk urea-humat pada tanah Vertisol dan Entisol terbukti
meningkatkan efisiensi pemupukan N hingga 50 %. Di tanah Entisol bahkan efisiensi
pemupukan yang lebih tinggi dicapai pada dosis pupuk yang lebih rendah.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada pembuatan ion kompleks tersebut digunakan Ni(NO3)2.6H2O  berfungsi sebagai
penyedia atom pusat Ni. Kristal dilarutkan dengan aquadest. Setelah Kristal dilarutkan
dengan air, warna larutan menjadi hijau yang menandakan bahwa Kristal Ni(NO3)2.6H2O ini
telah terionisasi dalam aquadest tersebut. Kemudian diaduk sehingga mempercepat Kristal
larut dalam aquadest (larutan homogen).

4.2 Saran
 Dalam proses pembuatannya dibutuhkan ketelitian untuk menghasilkan kristal
yang murni.

11
Daftar Pustaka

 Anonim. 2010. Ion Kompleks. (http : // www. Chem-is-try.org). Ramlawati.


2005. Kimia Anorganik Fisik. FMIPA. UNM. Makassar.

 Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta.

 Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro. Kolgam Media Pustaka. Jakarta.
 Firdaus, Ikhsan. 2009. Pengertian Senyawa Kompleks, (Online), (http://www.chem-
is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/pengertian-senyawa-
kompleks/, diakses tanggal 16 Oktober 2011).
 Gulo Fakhili. 2007. Panduan Praktikum Kimia Anorganik 2. Indralaya: FKIP MIPA
Universitas Sriwijaya

12
13

Anda mungkin juga menyukai