Anda di halaman 1dari 2

Secara etika, mestinya didalam pengelolaan MSDM, baik di instansi pemerintah maupun swasta,

harus berlaku adil kepada para penyandang disabilitas. Namun dalam praktek kita menyaksikan
masih banyak perlakuan yang diskriminatif yang masih banyak dilakukan baik oleh aparatur
pemerintah maupun swasta, baik dalam proses rekrumen pegawai baru maupun dalam hal
mempekerjakan penyandang disabilitas.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Sosial, pada 2010, jumlah penyandang disabilitas di
Indonesia sekitar 11.580.117 orang. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat pada
2010 jumlah penyandang disabilitas adalah 7.126.409 orang. Pada tahun 2015, survey Penduduk
Antar Sensus atau Supas oleh BPS menunjukkan jumlah penyandang disabilitas Indonesia sebanyak
21,5 juta jiwa. Namun dari sejumlah data yang disampaikan oleh Organisasi Penyandang Disabilitas
(seperti Persatuan Tuna Netra Indonesia – Pertuni) sampai dengan saat ini masih banyak instansi
pemerintah maupun perusahaan swasta yang masih enggan memperkerjakan kaum penyandang
disabilitas.

Sehubungan dengan itu menurut saudara,

1) Apakah terjadi pelanggaran etika sekiranya perusahaan menolak memperkerjakan kaum


penyandang disabilitas? Jelaskan mengapa demikian.
Jawaban :
Apabila sebuah perusahaan menolak mempekerjakan kaum penyandang disabilitas menurut kami
merupakan pelanggaran etika karena Pemerintah telah mengatur tentang penyandang disabilitas
sebagaimana tercantum dalam UU no. 8 tahun 2016 pasal 11 bahwa Penyandang Disabilitas
meliputi hak:
a. memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
swasta tanpa Diskriminasi;
b. memperoleh upah yang sama dengan tenaga kerja yang bukan Penyandang Disabilitas dalam
jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang sama;
c. memperoleh Akomodasi yang Layak dalam pekerjaan;
d. tidak diberhentikan karena alasan disabilitas;
e. mendapatkan program kembali bekerja;
f. penempatan kerja yang adil, proporsional, dan bermartabat;
Bahkan pasal 53 menyebutkan bahwa :
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah
wajib mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah
pegawai atau pekerja.
(2) Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang
Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja

2) Apakah pemerintah sudah memenuhi kuota minimal 2% mempekerjakan penyandang disabilitas


seperti diperintahkan oleh UU 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas? Kalau belum apa
alasannya? Jelaskan dengan secara akademis dan sistematis.

Jawaban :

Saat ini belum dapat dikatakan dengan pasti apakah pemerintah sudah memenuhi kuota minimal
2% mempekerjakan penyandang disabilitas karena data jumlah penyandang disabilitas di
Indonesia untuk sementara ini tidak mempunyai angka yang tepat. Data yang berbeda dari setiap
sumber yang berbeda. Misalkan, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) mencatat bahwa
proporsinya lebih dari 12%, Susenas mendapatkan angka sebesar 2,31%, sedangkan data Podes
tahun 2014 mencatat kurang lebih berada di angka 1%, sementara menurut data Kementerian
Tenaga Kerja, pada tahun 2010, jumlah penyandang disabilitas adalah tujuh juta jiwa.
Namun berdasarkan data Tempo.com menyebutkan bahwa dari 440 perusahaan dengan tenaga
kerja sekitar 237 ribu orang, tenaga kerja disabilitas yang terserap baru sekitar 2.851 orang atau
sekitar 1,2 persen saja. Maka dapat diasumsikan bahwa masih banyak perusahaan yang belum
memfasilitasi dan menerima pekerja difabel sebagai mana yang diamanatkan oleh UU.

3) Apakah pihak swasta sudah memenuhi kuota minimal 1% mempekerjakan penyandang


disabilitas seperti diperintahkan oleh UU 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas?
Jawaban :
Sebagaimana dibahas dalam soal no. 2) diatas, disebutkan bahwa berdasarkan data yang di
himpun Tempo.com, sebanyak 1,2 persen atau 2.851 orang tenaga kerja disabilitas telah terserap
di berbagai perusahaan di Indonesia sehingga sudah melebihi kuota minimal 1% mempekerjakan
penyandang disabilitas.

4) Kalau belum apa alasannya? Jelaskan dengan secara akademis dan sistematis.
Bagimana saran saudara, apa sebaiknya dilakukan oleh instansi pemerintah (termasuk
BUMN/BUMD) dan perusahaan swasta di Indonesia dalam membuat kebijakan sumberdaya
manusia terhadap para pekerja penyandang disabilitas yang saat ini telah bekerja di intansi atau
perusahaan tersebut atau perekrutan di masa mendatang?
Jawaban :
Kendala utama bagi para penyandang disabilitas adalah aksesibilitas bagi tenaga kerja difabel
untuk melakukan aktivitas dan mobilitas yang terbatas. Instansi pemerintah dan pihak
perusahaan swasta berdalih kesulitan memenuhi aksesibilitas bagi pekerja difabel karena
membutuhkan dana yang tak sedikit. Fasilitas yang perlu dibuat agar tempat kerja terakses bagi
disabilitas misalnya membuat ramp atau bidang miring untuk pengguna kursi roda, guiding block
bagi tunanetra, dan kamar mandi yang aksesibel.
Kemampuan financial baru satu hal yang menghambat serapan tenaga kerja disabilitas. Faktor
lainnya adalah kurangnya pengetahuan manajemen perusahaan tentang potensi tenaga kerja
difabel, terbatasnya data pencari kerja difabel, dan ketidaksesuaian keterampilan tenaga kerja
difabel dengan persyaratan jabatan dan kondisi kerja.
Salah satu sebab masih rendahnya implementasi pemenuhan kuota min 1% - 2% mempekerjakan
penyandang disabilitas disebabkan pemerintah daerah belum mempunyai Unit Layanan
Disabilitas sebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 UU 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas. Unit ini harusnya dapat membantu difabel mendapat pendampingan dan informasi di
dunia kerja.
Penyebab lainnya adalah tumpang tindih kewenangan pengawasan dan pemberian sanksi
terhadap perusahaan antara Dinas Tenaga Kerja atau Dinas Sosial sehingga harus adanya
koordinasi yang baik antara 2 instansi pemerintah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai