Anda di halaman 1dari 48

1.1.

Latar Belakang Masalah

Persaingan yang keras dan dunia usaha yang terus berkembang dengan

pesat membuat perusahaan harus selalu memikirkan berbagai cara agar

menghasilkan keuntungan yang maksimal, namun ternyata tantangannya bukan itu

saja. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik, diperlukan

upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktivitas, efektifitas

dan efisiensi, serta pengawasan. Seluruh kegiatan dan operasi perusahaan harus

diawasi, dimana dimungkinkan terjadi penyimpangan-penyimpangan,

pemborosan ataupun kecurangan. Hal yang mengancam kerberlangsungan hidup

perusahaan ini dapat muncul baik dari dalam (internal) maupun dari luar

(eksternal) perusahaan tersebut. Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, maka

fungsi pengawasan terhadap tata kelola perusahaan yang baik menjadi sangat

penting peranannya.

Perhatian sosial cenderung diakui sebagai suatu respon perusahaan yang

signifikan untuk berkomunikasi antara perusahaan dan masyarakat berkaitan

dengan tanggung jawab sosial dan keberlanjutan (Sun, Aly Salama, Hussainey

Khaled dan habbash, 2010). Saat ini keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

dilihat dari tingkat laba yang didapatkan oleh perusahaan tersebut, namun juga

dari tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan perusahaan baik dalam bidang

sosial, kesehatan maupun lingkungan.

Pentingnya aktivitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility

(CSR) juga mendapatkan perhatian dari pemerintah, hal tersebut dapat dilihat dari

Undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan tentang pengungkapan


Corporate Social Responsibility (pertanggungjawaban sosial perusahaan) bagi

Perseroan terbatas. UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 66

dan 74, pada pasal 66 ayat 2 bagian c tertulis bahwa selain laporan keuangan,

dalam laporan tahunan perusahaan juga diwajibkan melaporkan pelaksanaan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dan dalam pasal 74 menyatakan bahwa

setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan.

Pencemaran lingkungan akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan,

menimbulkan tekanan dari berbagai pihak khususnya masyarakat terhadap

perusahaan agar perusahaan memberikan informasi yang transparan mengenai

aktivitas lingkungannya didalam laporan tahunan perusahaan (Anggraini, 2006).

Sun, dkk., (2010) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela dalam annual report

seperti pengungkapan lingkungan perusahaan atau yang sering disebut dengan

corporate environmental disclosure dipandang perlu untuk menunjukkan kepada

stakeholders akan kesadaran perusahaan dari kepentingan yang lebih luas dan

akuntabilitas dengan cara berperilaku tanggung jawab sosial. Semakin banyaknya

bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya,

maka image perusahaan menurut pandangan masyarakat menjadi meningkat atau

citra perusahaan menjadi baik.

Tata kelola perusahaan yang baik atau sering disebut dengan Good

corporate governance berperan penting dalam keberhasilan perusahaan. Dengan

adanya tata kelola perusahaan yang baik diharapkan mampu melakukan


pengawasan dan pengendalian sehingga menciptakan nilai tambah bagi

perusahaan. Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai

pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga mempengaruhi

kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan

oleh manajer, artinya semakin kompeten dewan komisaris maka semakin

mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan

(Chtourou,dkk.,2001). Komite audit memegang peranan yang cukup penting

dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

karena merupakan bagian dari dewan komisaris dalam mengawasi jalannya

perusahaan. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional dan

independen kepada dewan komisaris mengenai laporan atau hal- hal lain yang

disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, serta untuk

mengindentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris

(Effendi, 2009). Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (good corporate

governance) dalam suatu perusahaan diharapkan dapat mengurangi asimetri

informasi dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah

ini adalah sebagai berikut:

1) Apa yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan serta tujuan dari

pembangunan berkelanjutan?

2) Bagaimana kesinambungan dan agenda pertemuan dalam tata kelola

perusahaan?
3) Bagaimana pandangan ke depan perihal keberlanjutan, tata kelola

perusahaan, dan nilai tidak berwujud?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengertian dari pembangunan berkelanjutan serta

tujuan dari pembangunan berkelanjutan.

2) Untuk mengetahui kesinambungan dan agenda pertemuan dalam tata

kelola perusahaan.

3) Untuk mengetahui pandangan ke depan perihal keberlanjutan, tata kelola

perusahaan, dan nilai tidak berwujud.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sustainable Development


Sustainable development adalah sebuah konsep yang bertujuan untk

menciptakan keseimbangan diantara dimensi pembangunan, seperti ekonomi,

sosial serta lingkungan. Sustainable development atau pembangunan

berkelanjutan merupakan proses pembangunan (kota, bisnis, sosial, lahan,

masyarakat, dsb) dimana proses dlaam pembangunan tersebut mempunyai prinsip

memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan

generasi yang akan datang.

Sustainable development (pembangunan berkelanjutan) mempunyai dua

konsep kunci, yaitu:

1) Kebutuhan, yaitu kesadaran akan adanya kebutuhan para masyarakat

miskin di negara berkembang

2) Keterbatasan, merupakan adanya keterbatasan dari teknologi dan

organisasi sosial yang berhubungan dengan kapasitas lingkungan untuk

mencukupi kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

2.2. Lingkup Kebijakan Sustainable Development

Menurut dokumen PBB hasil World Summit tahun 2005, sustainable

development atau pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan

dimana kebijakan tersebut saling terhubung satu sama lain serta merupakan pilar

pendorong pembangunan berkelanjutan, kebijakan tersebut antara lain kebijakan

pembangunan ekonomi, pembangunan sosial serta perlindungan lingkungan.


Dalam aspek ekonomi, sustainable development berhubngan dengan

pertumbuhan ekonomi serta mencari cara untuk bagaimana memajukan

perekonomian dalam jangka panjang tanpa harus menghabiskan modal alam.

Lalu dalam aspek sosial, sustainable development adalah pembangunan

yang berkutat pada manusia dalam hal interrelasi, interaksi dan interdependensi.

Dimana hal tersebut erat kaitannya dengan aspek budaya. Pembangunan

berkelanjutan bertujuan untuk menjaga keberlangsungan budaya masyarakat agar

masyarakat tetap bisa menjalani kehidupan dengan tenang.

Sedangkan dalam aspek lingkungan, sustainable development berkaitan

dengan perlindungan lingkungan, dimana pembangunan yang dilakukan harus

senantiasa melibatkan aspek-aspek ligkungan agar pesatnya pembangunan tidak

lantas menghancurkan kelestarian lingkungan hidup.

Prinsip sustainable development adalah sebagai berikut:

1) Melindungi sistem penunjang kehidupan;

2) Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik;

3) Memelihara serta meningkatkanintegritas ekosistem yang rusak;

4) Mengembangkan dan menerapkan strategi yang adaptif dan preventif

untuk menanggapi ancaman perubahan lingkungan;

5) Empertahankan skala fisik dari kegiatan manusia dibawah daya dukung

biosfer.

6) Mengenali biaya lingkugnan dari kegiatan manusia yaitu mengembangkan

strategi untuk meminimalisir pemakaian energi dan material per unit


kegaitan ekonomi, menurunkan emisi beracun dan merehabilitas yang

rusak;

7) Meyakinkan adanya kesamaan sosio politik dan ekonomi dalam transisi

menuju masyarakat yang berkelanjutan;

8) Menjadikan perhatian-perhatian lingkungan lebih langsung dan terus

menerus pada proses pembuatan keputusan secara politis;

9) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan;

10) Menciptakan hubungan antara aktivitas politik dengan lingkungan hidup;

11) Menerapkan proses politik yang terbuka dan mudah dicapai;

12) Meyakinkan masyarakat bebas dari tekanan ekonomi;

13) Meyakinkan masyarakat dapat berpartisipasi secara kreatif dan langsung

dalam sistem politik dan ekonomi;

14) Meyakinkan tingkat minimal dari pemerataan (equality) dan keadilan sosial;

15) Manusia sebagai pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan;

16) Peran negara sangat menentukan bagi kelangsungan kehidupan;

17) Perrempuan memiliki peran signifikan terhadap proses pembangunan

berkelanjutan,bahkan menjadi penentu keberhasilan;

18) Partisipasi masyarakat.

2.3. Program Pilihan Perusahaan Dalam Sustainable Development


Kotler dan Lee mengidentifikasi beberapa pilihan program bagi

perusahaan untuk melaksanakan inisiatif serta aktivitas yang berhubungan dengan

berbagai masalah sosial dan sekaligus sebagai wujud komitmen atas tanggung

jawab sosial perusahaan. pilihan tersebut yaitu sebagai berikut:

1) Cause promotions, yaitu memberikan kontribusi berupa dana atau

penggalangan dana untuk menumbuhkan dan meningkatakan kesadaran

masyarakat akan masalah-masalah sosial tertentu.

2) Cause-related marketing, merupakan bentuk kontribusi perusahan dengan

cara menyisihkan sekian persen dari pendapatannya sebagai bentuk donasi

bagi masalah sosial terterntu, dalam periode waktu tertentu atau produk

tertentu.

3) Corporate social marketing, merupakan bentuk bantuan perusahaan untuk

membantu pengembangan ataupun implementasi dari kampanye dengan

fokus ntuk merubah pola perilaku tertentu yang memiliki pengaruh

negatif.

4) Corporate philantrophy, merupakan inisiatif perusahaan dengan

memberikan kontribusi secara langsung kepada suatu aktivitas amal,

biayanya lebih sering dalam bentuk donasi maupun sumbangan tunai.

5) Community volunteering, merupakan bentuk aktivitas dimana perusahaan

memberikan bantuan dan mendorong karyawan dan mitra bisnis

perusahaan untuk secara sukarela terliabt dan membantu masyarakat

setempat.

6) Social responsible business practices, yaitu sebuah inisiatif dimana

perusahaan akan mengadopsi serta melaksanakan praktik bisnsi dan


investasi tertentu yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas

dan melindungi lingkungan.

2.4. Sustainable Development Goals

SDGs (Sustainable Development Goals) adalah sebuah program

pembangunan berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169

target yang terukur dengan tenggat waktu yang ditentukan. SDGs merupakan

agenda pembangunan dunia yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia dan

planet bumi. SDGs ini diterbitkan pada tanggal 21 Oktober 2015 menggantikan

program sebelumnya yaitu MDGs (Millennium Development Goals) sebagai

tujuan pembangunan bersama sampai tahun 2030 yang disepakati oleh berbagai

negara dalam forum resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

SDGs adalah hasil dari proses yang bersifat partisipatif, transparan dan

inskusif terhadap semua suara pemangku kepentingan dan masayrakat selama tiga

tahun lamanya. SDGs akan mewakili sebuah kesepakatan yang belum terjadi

sebelumnya yang terkait dengan prioritas-prioritas pembangunan berkelanjutan

diantara 193 Negara Anggota.

2.5. Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs)

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, SDGs (Sustainable

Development Goals) memiliki 17 tujuan dengan 169 target, dimana tujuan dan

target-target dari SDGs ini bersifat global serta dapat diaplikasikan secara

universal yang dipertimbangkan dengan berabgai realitas nasional, kapasitas serta

tingkat
pembangunan yang berbeda dan menghormati kebijakan serta prioritas nasional.

Tujuan dan target SDGs tidaklah berdiri sendiri, perlu adanya implementasi yanag

dilakukan secara terpadu.

Gambar 2.2. Tujuan Sustainable Development Goals

Tujuan dari SDGs yang dikutip dari Litbang Depkes RI antara lain sebagai

berikut:

1) Mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimanapun;

2) Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi

dan mendorong pertanian yang berkelanjutan;

3) Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan bagi

semua orang di segala usia;

4) Menjamin pendidikan yang iklusif dan berkeadilan serta mendorong

kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang;

5) Menjamin kesetaraan gender serta membedayakan seluruh perempuan;

6) Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitas yang

berkelanjutan bagi semua orang;


7) Menjamin akses energi yang terjangkau, terjamin, berkelanjutan serta

modern bagi semua orang;

8) Mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus-menerus, inklusif, dfan

berkelanjutan, serta kesempatan kerja penuh, produktif dan pekerjaan yang

layak bagi semua orang;

9) Membangun infrastruktur yang berketahanan, mendorong industrialisasi

yang iklusif dan berkelanjutan serta membina inovasi;

10) Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara;

11) Menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, berketahanan

dan berkelanjutan;

12) Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan;

13) Mengambil tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim serta

dampaknya;

14) Melestarikan dan menggunakan samudera, lautan dan sumber daya laut

secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan;

15) Melindungi, memperbaharui, serta mendorong penggunaan ekosistem

daratan yang berkelanjutan, mengelola hutan secara berkelanjutan,

memerangi penggurunan, menghentikan dan memulihkan degradasi tanah

serta menghentikan kerugian keanekaragaman hayati;

16) Mendorong masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan

berkelanjutan, menyediakan akses keadilan bagi semua orang, serta

membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di seluruh

tingkatan;
17) Memperkuat perangkat-perangkat implementasi (means of

implementation) dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan

berkelanjutan.

2.6. Pemerintahan Berkelanjutan: Agenda "Sustainability" dan Tata


Kelola Perusahaan

Isu sosial dan lingkungan (yaitu "keberlanjutan") dan tata kelola

perusahaan secara historis dipandang sebagai bidang yang cukup terpisah, yang

menarik bagi dua konstituensi yang sangat tidak terkait. Hari ini, bagaimanapun,

keduanya menjadi semakin terkait satu sama lain. Korvergensi tata kelola

perusahaan dan agenda pembangunan berkelanjutan adalah tren yang menarik dan

tampaknya tidak dapat dibiarkan, dan seiring waktu akan memerlukan perubahan

dramatis baik dalam proses pemikiran maupun tindakan direktur, eksekutif, dan

investor institusional yang sama.

Setidaknya ada sepuluh "mega-tren" global yang kuat yang dapat

diharapkan untuk mempercepat konvergensi antara keberlanjutan dan tata kelola

perusahaan sampai tingkat yang lebih tinggi lagi di masa depan:

1) Peningkatan apresiasi terhadap keterhubungan antara kinerja perusahaan

terhadap isu lingkungan dan sosial serta daya saing, profitabilitas dan

kinerja harga saham mereka.

2) Memperkuat persyaratan peraturan nasional, regional, dan global untuk

kinerja lingkungan dan sosial yang lebih kuat.

3) Globalisasi dan intensifikasi persaingan industri, khususnya ke pasar

negara berkembang, secara eksponensial meningkatkan tingkat risiko

lingkungan dan sosial bagi perusahaan besar dan investor.


4) Perluasan luas lingkup dari apa yang dianggap sebagai tanggung jawab

fidusia yang sah untuk mencakup kinerja sosial dan lingkungan

perusahaan.

5) Persyaratan hukum yang ketat untuk pengungkapan risiko "non finansial"

oleh perusahaan dan investor institusional.

6) Menumbuhkan tekanan dari organisasi nonpemerintah internasional

(LSM), dipersenjatai dengan sumber daya, kredibilitas, dan platform

komunikasi global yang belum pernah ada sebelumnya.

7) Akselerasi globalisasi investasi kelembagaan, terutama oleh dana pensiun

utama.

8) Kecenderungan dan kemampuan yang berkembang - di antara investasi

institusional utama untuk aktivisme pemegang saham dalam pengelolaan

perusahaan portofolio mereka.

9) Mengubah demografi untuk konsumen dan investor, secara substansial

meningkatkan keunggulan dan kinerja keuangan perusahaan lingkungan

dan sosial.

10) Apresiasi yang lebih besar dari eksekutif senior mengenai risiko dan

manfaat kompetitif dan finansial dari faktor keberlanjutan.

Masing-masing dari sepuluh mega-trens disajikan pada gilirannya.

2.7. Pertumbuhan Nexus Antara Keberlanjutan dan Kinerja Keuangan

Para analis dan investor yang mainstream menyadari adanya pertumbuhan,

adanya hubungan korelasi yang kuat, positif, dan berkembang antara kinerja

keberlanjutan industri perusahaan dan daya saing dan kinerja keuangan mereka,
apakah diukur sebagai imbal hasil investasi, imbal hasil ekuitas atau total return

pasar saham.

Mungkin yang paling baru dan definitif tentang potensi kinerja diberikan

dalam analisis yang dilakukan pada tahun 2002 oleh perusahaan spesialis analisis

independen kuantitatif QED International di New York City. Studi ini

menggunakan portofolio indeks ekuitas Standard & Poor's 500 U.S. yang

canggih.

Untuk tujuan penelitian tersebut, semua faktor risiko investasi lain yang

diketahui, yang dapat dinyatakan untuk menjelaskan perbedaan kinerja telah

dinormalisasi. Dampak keuangan potensial dari perbedaan sektor industri

perusahaaan, kapitalisasi pasar, rasio harga / pendapatan, sensitivitas suku bunga,

volatilitas dan keterpaparan terhadap guncangan harga minyak merupakan salah

satu faktor risiko investasi tradisional yang dieliminasi melalui teknik optimasi

portofolio yang canggih. Tujuannya adalah untuk mengisolasi bagian

pengembalian keuangan yang dapat dikaitkan semata-mata dengan kualitas

kinerja perusahaan pada masalah keberlanjutan.

Seperti ditunjukkan oleh gambar 11-1, tampaknya ada kemungkinan untuk

meningkatkan hasil yang diharapkan dari pemegang saham yang disesuaikan

dengan risiko oleh perusahaan yang memiliki kelebihan dana yang menunjukkan

pengelolaan lingkungan yang superior dan mengurangi bobot pesaing industri

mereka dengan kinerja rendah di wilayah tersebut.


Gambar 2.1 Ratings Normalized by Industry: Relative Performance

Since 12/31/98 vs. S&P 500

Masing-masing dari empat baris yang berbeda pada grafik mewakili

tingkat kesalahan pelacakan yang berbeda, atau sejauh mana pertimbangan

pengelolaan lingkungan diizinkan untuk "memiringkan" portofolio indeks dasar

konvensional. Bergantung pada tingkat penekanan yang diberikan pada faktor

lingkungan, marjin out-performance berkisar antara 180 sampai 440 basis poin

(bps) (1,8 sampai 4,4 persen). Secara signifikan, semakin besar penekanannya,

semakin besar pula tingkat pengembalian finansial. Tidak satu pun dari kinerja

luar ini dapat dijelaskan oleh sekuritas tradisional dan analisis risiko; tampaknya

didorong sepenuhnya oleh faktor keberlanjutan.

Temuan serupa muncul dalam sebuah penelitian saham Eropa tahun 2002

oleh bank Jerman West LB Panmure. Temuan penting lain dari analisis kami

adalah bahwa filter keberlanjutan dapat menciptakan nilai tambah terlepas dari

apakah
seseorang investor bernilai, seorang investor pertumbuhan, atau seorang investor

yang memilih untuk style bentuk kecil, menengah, atau besar. Oleh karena itu,

kami yakin bahwa filter keberlanjutan akan digunakan sebagai masalah investasi

ekuitas hanya dalam waktu beberapa tahun saja

Tetapi apakah yang mengendalikan hubungan pertumbuhan ini antara

kinerja perusahaan dengan isu sosial dan lingkungan dan daya saing, kesuksesan

finansial, dan kinerja harga saham mereka? Secara singkat, mereka dapat

mempengaruhi kedua sisi risiko dan sisi pengembalian dari persamaan investasi.

Di sisi risiko, mereka dapat menciptakan berbagai macam eksposur keuangan:

Risiko neraca: kewajiban historis dan kontinjensi dapat memberikan

pengaruh negatif yang dapat diestimasikan atas nilai aset bersih perusahaan dan

bahkan dalam keadaan tertentu, hal tersebut adalah nilai pasarnya. Penonaktifan

tambang dan pembersihan lokasi industri yang terlantar, misalnya, dapat menjadi

beban keuangan yang serius jika langkah-langkah persiapan yang tepat belum

dilakukan sebelumnya. Ancaman litigasi dalam skala besar karena praktik bisnis

masa lalu juga dapat merusak harga saham perusahaan secara ketat. Halliburton,

Dow, dan ABC baru-baru ini kehilangan sekitar 40 persen dari total kapitalisasi

pasar mereka atas kekhawatiran investor akan proses pengadilan asbes retroaktif

di Amerika Serikat.

Risiko operasi: Mengelola emisi dan pembuangan limbah, mengatasi

risiko pertanggungjawaban produk, menangani masalah perizinan dan pajak

lingkungan, dan penanganan pembebasan atau divestasi yang tertunda atau

dibatalkan dapat menarik sumber daya pengelolaan dan pengelolaan keuangan

yang jauh dari usaha


bisnis yang lebih produktif. Biasanya, perusahaan ekstraksi sumber daya mencatat

pengeluaran lingkungan sebesar antara 10 dan 30 persen dari total biaya operasi

tahunan, yang terutama signifikan pada persaingan turbo yang sedang berlangsung

saat ini, turunnya harga saham, dan margin keuntungan tipis.

Risiko biaya modal: Pengendalian polusi, biaya redesain produk, dan

pengeluaran modal lainnya karena standar dan peraturan lingkungan dapat

menjadi barang anggaran yang signifikan. Selama tahun 1990an, industri

penyulingan minyak menghabiskan sekitar $ 30 miliar untuk mematuhi peraturan

pemerintah, sebuah tren yang sepertinya akan berlanjut, berkat standar kualitas

bahan bakar yang pernah ketat. Dalam beberapa kasus, kekhawatiran investor

tentang kinerja keberlanjutan perusahaan dapat meningkatkan biaya hutang dan

modal ekuitas, atau bahkan membuat modal tidak tersedia sama sekali.

Risiko keberlanjutan bisnis: Perusahaan di banyak industri menghadapi

risiko yang timbul karena kurangnya keberlanjutan produk dan layanan mereka

secara intrinsik. Misalnya, niat pemerintah untuk mengatasi masalah perubahan

iklim, baik melalui Protokol Kyoto maupun peraturan nasional dan regional, dapat

mengganggu pasar batubara dan mengurangi permintaan secara signifikan,

terutama untuk jenis batubara termal termal. Perundingan publik pemerintah

Jepang baru-baru ini mengenai penerapan pajak karbon untuk mengurangi

perubahan iklim memberikan contoh yang serius. Pertaruhan tersebut memangkas

nilai pasar satu perusahaan batubara besar Eropa (X Strata) secukupnya untuk

melepaskannya dari indeks FTSE 100 di Inggris, sehingga merampas ratusan juta

modal investasi otomatis dari para pengindeks.


Risiko pasar dan reputasi: Ini mungkin merupakan faktor risiko terpenting

dari semua. Pengusaha besar tetap sangat bergantung pada lisensi sosial mereka

untuk melakukan bisnis, sebuah lisensi yang dapat dicabut secara ringkas karena

pelanggaran lingkungan atau sosial yang dirasakan. Kejadian platform minyak

Laut Utara Brent Spar pada tahun 1995, misalnya, biaya royal Dutch / Shell

sepenuhnya 30 persen dari pangsa pasarnya di Jerman dalam waktu 1 bulan, dan

butuh waktu lebih dari 18 bulan untuk memulihkannya. Perusahaan tersebut

mengalami kerusakan komersial serupa saat para pengkritiknya mengklaim bahwa

mereka terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia di Nigeria. Kampanye

boikot Stop Esso saat ini di Inggris dan di tempat lain dipicu secara khusus oleh

sikap obstructionist Exxon Mobil terhadap perubahan iklim - memberikan contoh

yang lebih baru, seperti halnya reaksi balik terhadap beberapa perusahaan farmasi

besar karena menolak memberikan obat HIV / AIDS pada atau di bawah biaya

Afrika. Memang, nilai merek atau reputasi bisa begitu besar-diukur dalam

miliaran dolar untuk beberapa perusahaan - bahwa Dewan Standar Akuntansi

Keuangan di Amerika Serikat saat ini sedang mempertimbangkan sebuah proposal

yang akan mengenali aset tak penting yang vital ini di neraca perusahaan.

Dengan cara yang sama, tentu saja, perusahaan yang mencapai

kepemimpinan kinerja keberlanjutan juga dapat menciptakan keunggulan

kompetitif, memperkuat ekuitas merek, dan dorongan keuntungan dan nilai

pemegang saham di sisi positifnya. Mereka melakukannya dengan meningkatkan

sejumlah driver nilai kunci, termasuk:


1) Peningkatan hubungan dengan regulator, pemasok lokal, masyarakat lokal,

dan pemangku kepentingan utama lainnya.

2) Kemampuan untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi bakat

terbaik.

3) Mengamankan, mempertahankan, dan meningkatkan lisensi sosial untuk

melakukan bisnis, terutama di negara-negara emerging market.

4) Mengurangi biaya operasional, melalui langkah-langkah seperti

peningkatan efisiensi energi dan minimisasi limbah.

5) Mengurangi risiko kewajiban dan denda hukum.

6) Memberikan akses dan keterjangkauan modal investasi yang lebih besar.

7) Menghasilkan pertumbuhan pendapatan top-line melalui produk, layanan,

dan teknologi baru.

8) Meningkatkan customer, dan investor, loyalitas.

9) Meningkatkan cahayanya perusahaan inovasi dan adaptasi.

Perusahaan seperti DuPont, Johnson Matthey, dan Interface, misalnya,

telah menghasilkan pertumbuhan pendapatan baris atas dengan layanan iklan

produk baru yang didasarkan pada keberlanjutan dalam melakukan pertunjukan.

Eksekutif di perusahaan-perusahaan yang beragam seperti Merck (obat-obatan),

Suncors (energi), dan Intel (semikonduktor) yakin bahwa kinerja dan reputasi

superioritas mereka telah menghasilkan nilai pemegang saham yang nyata melalui

hubungan yang lebih baik dengan regulator, pelanggan, pemasok, dan karyawan.

Dalam kasus Intel, misalnya, eksekutif menilai peningkatan kinerja keberlanjutan

mereka untuk meningkatkan hubungan mereka dengan regulator mereka. Mereka

bisa memotong
berbulan-bulan yang dibutuhkan untuk izin lingkungan untuk pabrik fabrikasi

miliar dolar baru. Hal ini memungkinkan Intel mengurangi waktu untuk

memasarkan chip komputer generasi berikutnya dengan jumlah yang sama. Hal

ini berubah menjadi beberapa poin tambahan dari pangsa pasar, yang pada

gilirannya mewakili jutaan dolar dalam pendapatan baru. Dalam hal menghasilkan

budaya inovasi, STMicroelectronics di Perancis, Aracruz di Brasil, dan Royal

Dutch / Shell di Inggris hanya tiga dari perusahaan global terkemuka di mana

inovasi lingkungan telah membantu menciptakan etos perusahaan yang sama

sekali baru dan telah meningkatkan keseluruhan perusahaan hasil analisis inovasi.

Singkatnya, bobot bukti tampak jelas: kinerja lingkungan dan sosial

perusahaan memang dapat mempengaruhi tingkat risiko dan tingkat pengembalian

yang diharapkan, baik membentuk perusahaan perorangan maupun dari

keseluruhan portofolio investasi. Hal ini dengan sendirinya membuat isu-isu ini

fokus langsung kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata kelola

perusahaan dan tanggung jawab fidusia. Apa yang akan membuat lingkungan dan

masalah sosial yang menjadi perhatian lebih besar bagi para direktur, eksekutif,

dan investor yang akan maju adalah pertemuan sembilan mega tren tambahan

yang hanya dapat meningkatkan kepentingan mereka ke depan.

Memperketat Persyaratan Peraturan Untuk Lingkungan Dan Kinerja Sosial

Standar kinerja perusahaan adalah, dengan sedikit pengecualian diajukan

di tingkat nasional, regional, dan bahkan tingkat global. Contoh di tingkat

nasional mencakup amandemen Undang-Undang Udara Amerika untuk

meningkatkan
standar kualitas udara, undang-undang emisi kendaraan yang lebih ketat di China,

India, Singapura, Meksiko, Thailand, dan Afrika Selatan, dan pengendalian polusi

air yang lebih ketat di Filipina dan Indonesia. Di tingkat regional, generator yang

paling mencolok dengan persyaratan yang lebih ketat untuk kinerja lingkungan

dan sosial Union (UE). Hampir setiap tahun, Uni Eropa menghasilkan puluhan

arahan mengenai segala hal mulai dari emisi gas buang mobil dan jenis bahan

bakar yang diizinkan sampai Investasi wajib pada sumber energi terbarukan.

Pada tingkat global, Protokol Kyoto adalah diperkirakan akan datang

sebelum tahun 2004. Protokol tersebut menciptakan kuota nasional dan membatasi

penerapan gas rumah kaca yang sangat terkait dengan perubahan cli. Konvensi

internasional serupa telah ditandatangani dan diimplementasikan untuk membatasi

dan mengurangi emisi olesan deplesi, polusi air lintas darat, dan sejumlah masalah

kemampuan bertahan lainnya.

Tren ini tidak diragukan lagi dan tak terhindarkan: Di seluruh regulator

pemerintah dunia "menaikkan standar" untuk kinerja perusahaan lebih tinggi dan

lebih tinggi. Hal ini jelas meningkatkan premi kompetitif dan finansial bagi

pemain unggulan, dan menciptakan risiko fidusia tambahan bagi perusahaan yang

berkinerja buruk, baik direktur, eksekutif, atau investor institusional. Sekali lagi,

imperatif keberlanjutan dan tata kelola perusahaan yang baik menyatukan

2.8. Globalisasi dan Intensifikasi Persaingan Industri khususnya ke Pasar


Berkembang

Intensifikasi persaingan di antara perusahaan utama telah memiliki satu

peluang masuk pasar negara berkembang yang penting: perpanjangan kompetisi

itu
ke pasar negara berkembang ini secara eksponensial meningkatkan tingkat risiko

lingkungan dan sosial bagi perusahaan transnasional. Sementara fenomena

globalisasi itu sendiri secara intuitif relatif dipahami dengan baik (jika tidak

diterima), dimensi sebenarnya mungkin kurang begitu. Salah satu proxy penting

untuk tingkat dan kecepatannya adalah pertumbuhan investasi asing langsung

yang dramatis negara-negara pasar. Jika hanya memeriksa tujuh dari kemunculan

pasar terpenting di dunia argentina, Brazil, Cile, Cina, Indonesia, Korea, dan

Mexico), investasi di negara-negara tersebut dari negara-negara OECD meningkat

rata-rata 680 persen pada dekade antara 1990 dan 2000.

Sambungan Di antara globalisasi persaingan industri, keberlanjutan, dan

tata kelola perusahaan hanyalah: Tepatnya di pasar negara berkembang dimana

eksposur perusahaan terhadap risiko kelangsungan usaha paling tinggi, namun

kemampuan mereka untuk menangani risiko tersebut pada umumnya paling tidak

berkembang dengan baik.

Pilih risiko bisnis Anda: boikot konsumen terhadap produk yang diduga

diproduksi oleh pekerja anak di Malaysia atau di Indonesia: pelanggaran hak asasi

manusia di China dan Afrika; lisensi pertambangan dicabut di Filipina setelah

daftar kejadian dan kejadian secara resmi, direksi perusahaan dan fidusia lainnya

tidak dilengkapi untuk memantau dan mengelola risiko tersebut, walaupun saat ini

mereka menerima pelatihan cepat dan terarah.

Bersikap jujur karena berpendapat bahwa risiko bisnis yang serupa dan

berkelanjutan tidak ada di pasar negara maju, namun jelas di dunia saat ini

semakin transparan, dunia kabel, perusahaan per kinerja mengenai isu sosial dan

lingkungan
di pasar negara berkembang adalah sub. Menurut pengamatan yang belum pernah

terjadi sebelumnya, dan oleh karena itu, risiko bisnis potensial. Tata kelola

perusahaan kelas pertama mensyaratkan paling sedikit bahwa direksi dan fidusia

perusahaan mengetahui risiko tersebut, dan menerapkan mekanisme yang sesuai

untuk memantau mereka dan jika perlu, inter- Ada indikasi bahwa persaingan

industri di pasar negara berkembang hanya akan meningkat di tahun-tahun

mendatang. Tren ini, ditambah dengan lokus yang lebih keras. l standar kinerja

dan rezim penegakan hukum, akan menjadi faktor lain yang mempercepat

konvergensi tata kelola perusahaan, tanggung jawab fidusia, dan keberlanjutan.

2.9. Pandangan Memperluas Tanggung Jawab Kebijaksanaan Fidusia

Konvensional di kalangan profesional investasi telah diadakan untuk itu

setiap tindakan yang diambil untuk memperbaiki kinerja lingkungan atau sosial

perusahaan akan menjadi buruk atau paling tidak relevan dengan pengembalian

dana, dan karena itu sangat di luar lingkup yang sah Etos ini sekarang telah

dimulai. untuk bergeser secara dramatis: Seperti yang telah kita ketahui

sebelumnya di bab ini, semakin banyak penelitian empiris yang menunjukkan

bahwa kinerja keberlanjutan yang superior memang memperbaiki keuntungan

finansial. Sebagai konsekuensinya, sustainabil untuk fidusia Memang, persamaan

fidusia / pemerintahan sekarang efektif Memalingkan kepalanya: Dengan adanya

dampak kinerja keberlanjutan yang dapat ditunjukkan pada profil perusahaan,

fidusia mereka menganggapnya sebagai kelalaian dalam tanggung jawab mereka

jika mereka tidak mengambil keputusan baru di Inggris mengenai Reformasi yang

telah
mengkodifikasi Prancis, Jerman, Australia, dan di tempat lain ini. adalah etos

menjadi kewajiban persyaratan hukum wali amanat dana pensiun-

Di Amerika Serikat, fidusia yang ditetapkan dalam Karyawan dan oleh

manajer uang mereka-adalah tanggung jawabnya adalah Undang-Undang Pensiun

dan Penghasilan Keuangan (ERISA). Mereka yang dasarnya berlipat ganda

1) Tugas perawatan: fidusia harus bertindak dengan cara yang “bijaksana”

dan "masuk akal"

2) Kewajiban untuk loyalitas: mereka harus bertindak semata-mata untuk

kepentingan penerima manfaat oleh institusi.

Singkatnya, hakikat fidusia AS diwajibkan secara hukum. untuk memiliki

kepentingan jangka panjang dari keuntungan mereka sebagai satu-satunya tujuan

mereka.Pada praktiknya, telah menjadi interpretasi yang berkembang mengenai

undang-undang ERISA, dan bukan resep khusus dalam undang-undang itu sendiri,

yang telah menentukan apa yang sebenarnya dan bukan " masuk akal, "" bijaksana

"oleh fidusia Sayangnya, sampai akhir-akhir ini interpretasi keduanya sangat

sempit dan berdasarkan asumsi-asumsi yang salah. Ada beberapa alasan untuk

percaya, namun di era baru 'topi fidusiari kapitalisme, apakah interpretasi praktis

dari apa yang masuk akal dan bijaksana untuk fidusia akan terus berkembang dan

berkembang, dan agenda pemerintah dan agenda keberlanjutan akan terus

berlanjut cakupannya.
2.10. Tekanan Pengetatan yang ketat untuk Pengungkapan Resiko Non
Finansial

Implikasi spektakuler dari kebutuhan Enron WorldCom 2001-2002 tidak

diragukan lagi, para pemicu langsung untuk persyaratan pengungkapan informasi

investasi yang lebih ketat di Amerika Serikat, namun di Eropa, momentum

tersebut telah mulai dibangun lebih awal.

Pada bulan Juli 2000, Inggris melewati Undang-Undang Pensiun yang

mewajibkan penyelia skema pensiun kerja untuk mengungkapkan prinsip-prinsip

Pernyataan Investasi mereka pendekatan mereka terhadap hal yang

menguntungkan (SRI). Jika pendekatan mereka terhadap bijih SRI sama sekali,

maka, harus diputuskan Sementara aktivis sosial di kerajaan bersatu berpendapat

bahwa amandemen hanya memiliki efek praktis minimal sampai saat ini,

pengaruhnya terhadap wali dana pensiun dan penasihat mereka dan uangnya.

Sementara aktivis sosial di kerajaan bersatu berpendapat bahwa amandemen

hanya memiliki efek praktis minimal sampai saat ini, pengaruhnya terhadap wali

dana pensiun dan penasihat mereka dan uangnya.

Sementara aktivis sosial di lingkungan persatuan telah sepakat bahwa

amandemen tersebut hanya memiliki efek praktis minimal sampai saat ini,

dampaknya terhadap pensiun menemukan wali amanat dan pembesar dan manajer

keuangan boleh dibilang sudah cukup besar, dan akan terus bertambah seiring

berjalannya waktu. Peraturan baru tersebut telah menempatkan masalah

keberlanjutan ke dalam agenda puluhan wali dana pensiun dan manajer keuangan

yang sebelumnya tidak memberi mereka pemikiran yang jelas. Terlebih lagi,

selain pengaruhnya di Inggris sendiri, peraturan baru tersebut telah melahirkan

perubahan
serupa antara Prancis, Jerman, Switz dan Australia, di antaranya di Australia di

negara lain. Undang-Undang Reformasi Jasa Keuangan tahun 2001 telah

melangkah lebih jauh, juga membutuhkan uang di sektor swasta untuk

membuktikan secara rinci klaim tentang faktor sosial, lingkungan, dan etika. Di

Amerika Serikat, tekanan pasca-Enron untuk pengungkapan yang lebih baik

mencapai apotheosisnya dalam Sarbanes-Oxley Act yang banyak dibahas pada

tahun 2002, yang memerlukan pengungkapan lebih jauh mengenai risiko bisnis

yang lebih cepat dan lebih komprehensif. Persyaratan pengungkapan yang lebih

ketat ini kemudian diperluas secara tepat ke dalam wilayah faktor risiko sosial dan

lingkungan dengan keputusan Januari 2003 oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS

bahwa reksa dana dan penasihat investasi selanjutnya akan diminta untuk

mengungkapkan kedua prosedur mereka untuk memilih hak pemegang saham dan

catatan pemungutan suara aktual Secara keseluruhan, perkembangan ini

menciptakan momentum yang tidak dapat salah dan tidak dapat dipulihkan:

Perusahaan dan investor mereka akan dipaksa untuk mengungkapkan berbagai

risiko bisnis yang lebih luas, termasuk masalah sosial dan lingkungan. Hal ini juga

akan memaksa isu keberlanjutan menuju agenda dewan perusahaan, dan

mempercepat konvergensi tata kelola perusahaan dan masalah keberlanjutan

bahkan lebih jauh lagi.

2.11. Tekanan yang Meningkat dari Organisasi Nonpemerintah dan


Pemangku Kepentingan Eksternal lainnya

Dipersenjatai dengan persyaratan pengungkapan yang lebih ketat yang baru

saja dibahas, dan memberi lebih banyak sumber daya dan informasi real-time yang
lebih komprehensif mengenai perusahaan, organisasi eksternal ini sekarang dapat

menerapkan tekanan pada perusahaan. Beberapa organisasi non pemerintah

(NGOs) yang paling efektif di bidang keberlanjutan adalah "organisasi kampanye

seperti Greenpeace, Friends Earth, Sierra dan World Wildlife Fund. Sementara

filosofi dan taktik organisasi mereka, keempatnya memiliki dampak yang

jelas.Sebagai tambahan, lebih banyak lagi organisasi bisnis yang berbasis arus

utama seperti dewan bisnis dunia yang berbasis di Jenewa untuk pengembangan

berkelanjutan dan Institut Sumber Daya Dunia di Washingto D.C memiliki dan

terus memiliki dampak penting juga.

Selain akses mereka ke informasi perusahaan yang lebih baik dan lebih

cepat, organisasi-organisasi non pemerintah ini memiliki dua keuntungan

tambahan: kredibilitas yang luas dan kemampuan yang belum pernah ada

sebelumnya untuk memperkuat dan menyiarkan pandangan mereka secara instan

melalui Internet. Siapa pun yang meragukan kekuatan kredibilitas NGO’s harus

mempertimbangkan hal ini: Dalam sebuah survei oleh Edelman Public Relations

terhadap 2.500 "pemimpin opini" di lima negara OECD yang berbeda pada tahun

2000, organisasi nonpemerintah yang paling dihormati di setiap negara dianggap

setidaknya dua kali lipat "dapat dipercaya" sebagai perusahaan yang paling

dikagumi di negara yang sama. Pada beberapa isu keberlanjutan seperti makanan

hasil rekayasa genetika, organisasi nonpemerintah tersebut enam kali lebih dapat

dipercaya. Di dunia "dunia CNN yang semakin transparan", perusahaan dan

investor dapat memperoleh pengawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya


mengenai masalah keberlanjutan, dan dengan itu, kelanjutan konvergensi tata

kelola perusahaan dan keberlanjutan.

2.12. Globalisasi Investasi Dana Pensiun

Selama tahun 1990an, total aset dana pensiun global tumbuh rata-rata 15

persen per tahun dari $ 4,6 triliun menjadi $ 15,9 triliun. Selama periode yang

sama, kepemilikan ekuitas mereka meningkat dari $ 1,6 triliun menjadi s 8 triliun

- atau dari 35 sampai 51 persen dari total aset mereka. Pada tahun 1999,

kepemilikan saham dana pensiun mewakili 22,9 persen dari kapitalisasi pasar

ekuitas global, naik dari 17 persen di tahun 1990. Pertumbuhan ini terutama

didorong oleh empat pasar pensiun terbesar di Jepang, Inggris, dan Belanda - yang

bersama-sama mencapai lebih dari 80 persen aset global.

Pada tahun 1990, hanya 3,3 persen dari investasi ekuitas dana pensiun AS

berada dalam sekuritas perusahaan non-AS. Pada akhir tahun 2001, proporsi lebih

dari tiga kali lipat A investasi dana pensiun terjadi di hampir negara OECD,

walaupun pada tingkat yang berbeda. Proses Globalisasi ini sejajar dan

memperkuat perluasan persaingan industri ke pasar internasional. Dalam kedua

kasus tersebut, ini dapat meningkatkan persaingan menjadi risiko lingkungan dan

sosial yang menurut sifatnya, jauh lebih sulit dikelola secara global. Hal ini

menciptakan risiko bisnis baru dan asing yang tidak dapat dipungkiri oleh dewan

direktur harus puas. Sekali lagi, masalah keberlanjutan dan tata kelola menjadi

saling terkait.
2.13. Pertumbuhan Aktivisme Pemegang Saham

Sejak akhir 1980an, aktivisme pemegang saham telah memainkan peran

yang semakin penting dalam upaya mempengaruhi kualitas tata kelola

perusahaan. Baru-baru ini, peningkatan aktivitas pemegang saham bertepatan dan

ditambah dengan dua tren investasi kuat lainnya: proporsi kenaikan saham

perusahaan yang meningkat secara dramatis yang dimiliki oleh institusi, dan

pertumbuhan yang pesat dalam perhatian diberikan pada tanggung jawab sosial

perusahaan dan isu pembangunan berkelanjutan. Manajer dana menggunakannya

dengan cepat dan bukan ancaman untuk memperbaiki kinerja perusahaan

portofolio mereka. Dalam beberapa kasus, aktivisme pemegang saham emiten

menjadi kuat sehingga pada dasarnya menjadi strategi utama pengelola dana

untuk meningkatkan kinerja keuangan. Fokus dan Fokus Hermes di Inggris,

Investasi Relasional di Amerika Serikat, dan di Jepang adalah contoh utama;

masing-masing mencari tahu di mana mereka percaya perbaikan praktik

manajemen perusahaan yang kurang mampu dapat membuka nilai tersembunyi,

dan kemudian menggunakan kekuatan mereka sebagai pemegang saham investor

untuk mewujudkan perubahan tersebut.

Sebuah studi baru-baru ini yang dirilis oleh Investor Responsibility

Research Center (IRRC) dan Social Investment Forum (SIF) mengkonfirmasi

pertumbuhan advokasi pemegang saham di Amerika Serikat. Ini juga menyoroti

fenomena baru dan signifikan: perluasan basis advokasi di luar konstituen

tradisional aktivis lingkungan, sosial, dan religius untuk memasukkan institusi

konservatif dan arus utama seperti New York dan States of New York dan

Connecticut. Laporan tersebut menyatakan bahwa, "penyimpangan resolusi tata


kelola perusahaan tradisional dan yang disebut resolusi 'sosial' menemukan

kesamaan dengan tingkat yang tidak memadai tahun ini karena mereka bekerja

untuk mengatasi masalah Enron seperti di perusahaan lain.

Studi tersebut melaporkan bahwa lebih dari 860 Resolusi pemegang saham

telah diajukan pada musim proksi 2003 pada Februari, meningkat 8 persen dari

tahun 2009. Dari jumlah tersebut, lebih dari 260 orang secara langsung membahas

masalah-masalah keberlanjutan satu jenis atau lainnya,meningkat dari tahun ke

tahun 20 persen. Rentang resolusi yang digerakkan oleh keberlanjutan sangat luas:

Ada beberapa resolusi yang mengusulkan untuk menghubungkan kompensasi

eksekutif dengan kinerja perusahaan dan lingkungan (Boeing, Coca Cola,

Unocal); salah satu perusahaan yang menasihati untuk menjadi lebih proaktif

terhadap masalah kesehatan global seperti HIV/AIDS (Bristol-Myers Squibb,

Merck,Phizer); proposal yang menuntut standar ketenagakerjaan yang lebih tinggi

di pasar negara berkembang (Nike, Perusahaan Teluk Hudson’s ); dan resolusi

pada kategori pertumbuhan tercepat dari semua perubahan iklim (Exxon Mobil,

AEP, Pacific Gas & Electric)

Tidak hanya ada aktivisme pemegang saham yang lebih besar mengenai

masalah keberlanjutan dari serangkaian resolusi arus utama yang meluas,

pertemuan mereka dengan sukses lebih besar.

2.14. Mengubah Konsumen, dan Investor, Demografi

Konsumen dan investor saat ini jauh lebih sadar akan masalah lingkungan

dan sosial dari pada pendahulunya. Sebagian merupakan pergeseran generasi di


yang focus pada daya beli; Pada bagian ini adalah fungsi dari akses yang belum

pernah terjadi sebelumnya, hampir universal terhadap informasi real-time tentang

aktivitas perusahaan di hampir semua bagian dunia. Apapun penyebabnya, bukti

fenomena itu meluap-luap.

Di sisi konsumen, kita telah menyaksikan segala sesuatu mulai dari 25

persen tingkat pertumbuhan tahunan dalam penjualan makanan organik hingga

boikot yang sangat sukses dari produk Nike (tenaga kerja sweatshop) semacam

itu, Monsanto (makanan hasil rekayasa genetika), dan Exxon Mobil (perubahan

iklim), ini bukti anekdotal dapat dilengkapi dengan survei konsumen terhadap

lingkup yang belum pernah ada sebelumnya. Pada tahun 2000, perusahaan

pemungutan suara Environics dan afiliasinya mewawancarai 25.000 warga di 23

negara di 6 benua. Survei tersebut, yang disponsori oleh Conference Board di

Amerika Serikat dan Forum Pemimpin Bisnis di Inggris Raya, memberikan

dokumentasi yang menarik mengenai seberapa dalam dan keberlanjutan

keberlanjutan bersama. Salah satu temuan studi yang paling mencolok adalah

bahwa kinerja perusahaan terhadap masalah sosial dan lingkungan adalah satu-

satunya faktor terpenting yang mengatur keputusan pembelian orang. Sebagai

pilihan utama 56 persen responden, keberlanjutan tampaknya jauh lebih penting

daripada dua faktor terpenting berikutnya: kualitas merek (40 persen) dan

fundamental bisnis perusahaan (34 persen). Selain itu, 40 persen sampel secara

keseluruhan telah secara aktif mempertimbangkan untuk menghindari produk-

produk keberlangsungan keberlanjutan, dan lebih dari 20 persen telah

melakukannya selama tahun sebelumnya.


Studi tersebut juga menemukan bahwa "pemimpin opini" dalam survei tersebut

memiliki standar yang lebih ketat daripada kebanyakan, dan menyimpulkan:

temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan akan mendapat tekanan publik yang

lebih besar lagi di tahun-tahun depan untuk mewujudkan tanggung jawab sosial

mereka yang lebih luas, karena pandangan yang lebih kuat terhadap pemimpin

opini menjadi lebih banyak dibagikan.

Pertumbuhan yang sama pentingnya pertimbangan keberlanjutan juga

dapat dilihat di sisi investasi. Bukti yang paling jelas adalah peningkatan

akselerasi investasi "tanggung jawab sosial" (SRI). Satu perkiraan terbaru dan

otoritatif menempatkan ukuran pasar SRI global hampir $ 2 triliun, dengan tingkat

pertumbuhan tahunan lebih dari 20 persen selama beberapa tahun terakhir. Dan,

sementara tingkat pertumbuhan "kelas aset" SRI ini memang mengesankan, apa

yang pada akhirnya akan terbukti lebih penting lagi adalah integrasi progresif dari

banyak masalah SRI dan keberlanjutan ke dalam dunia investasi utama $ 30 +

triliun.

2.15. Kesadaran Meningkat di kalangan Eksekutif Perusahaan

Mengingat sifat, arahan, dan kekuatan dari tren mega yang telah kita bahas

di atas, hampir tidak mengejutkan bahwa eksekutif perusahaan senior semakin

menyadari pentingnya kompetitif dan finansial dari masalah keberlanjutan. Saat

ini, kesadaran tampaknya paling tinggi di antara CEO Eropa, namun berkembang

di hampir setiap negara. Sebuah survei oleh Price Water House Coopers pada

tahun 2002 menginterogasi lebih dari 1.100 kepala dari 33 negara. Sepenuhnya 70

persen
responden sepakat bahwa 'tanggung jawab sosial perusahaan sangat penting bagi

profitabilitas perusahaan manapun.

Temuan ini konsisten dengan hasil survei yang lebih kecil bahkan lebih

baru yang dilakukan oleh World Economic Forum. Studi tersebut, yang dilakukan

pada tahun 2003, mempertanyakan CEO dari 16 countrie yang berbeda dan 18

sektor industri yang berbeda. Sepenuhnya 80 persen eksekutif yang disurvei

melihat kinerja keberlanjutan perusahaan mereka yang terkait erat dengan

keseluruhan reputasi dan nilai merek mereka.

Dengan demikian, tampak jelas bahwa ada satu set pembalap lain yang

mempercepat konvergensi tata kelola perusahaan dan keberlanjutan agen das:

kader pemimpin eksekutif global yang semakin sadar dan peduli. Memang, lebih

dari 130 dari mereka sekarang berpartisipasi secara teratur di World Business

Council yang berbasis di Jenewa untuk Pembangunan Berkelanjutan, boleh

dibilang forum bisnis global paling berpengaruh untuk memajukan dan

mengartikulasikan kasus keberlanjutan ini.

2.16. Keberlanjutan Tata kelola Perusahaan dan Nilai Tertentu

Seperti baru-baru ini pada pertengahan 1980an, laporan keuangan

menangkap setidaknya 75 sampai persen dari nilai pasar sebenarnya dari

perusahaan besar. Menurut profesor akuntansi New York University, Baruch Lev,

namun pada tahun- tahun berikutnya angka tersebut rata-rata turun rata-rata 15

percen. Angka itu kira- kira 85 persen dari nilai perusahaan yang tidak dapat

dijelaskan oleh analisis keuangan tradisional berbasis akuntansi. (dalam kasus

Microsoft, angka tersebut


sebenarnya lebih dari 99 persen). Ini menguap memilah-milah antara nilai buku

perusahaan dan apa yang sebenarnya mereka hargai - kapitalisasi pasar mereka -

sekarang berada pada titik tertinggi sepanjang sejarah. Ini meninggalkan investor

institusi dan fidusia dengan defisit informasi yang parah.

Seiring kita menggerakkan pernyataan yang lebih dalam dan dalam ke

dalam era nilai pengetahuan dan tak berwujud, neraca konvensional dan

pernyataan propit dan kerugian akan menangkap dan mencerminkan sedikit dan

sedikit nilai sebenarnya dari perusahaan dan potensi persaingan. Yang dibutuhkan

adalah pendekatan "neraca eslok" yang baru yang lebih dinamis, fokus perhatian

dan pertimbangan manajemen senior di mana ada: pada 80 sampai 85 persen nilai

sebenarnya dari perusahaan yang tidak dapat dijelaskan oleh analisis sekuritas

berbasis akuntansi tradisional. Sebenarnya, ini adalah bagian yang tak terlihat dari

"gunung es bernilai" yang berisi pendorong utama kemampuan penciptaan nilai

masa depan perusahaan dan keunggulan komparatif yang unik. 6 Pengenal nilai

tak tentu ini tentu saja sangat halus dan sulit diukur, namun juga sangat penting

bagi daya saing dan profitabilitas perusahaan. Kesepakatan dan keberlanjutan

perusahaan adalah dua yang paling manjur dari penggerak nilai tak berwujud

nontradisional ini. Fidusia, analis keuangan, dan investor akan disarankan untuk

mengingatnya, dan memastikan kedua set tersebut mendapat pengawasan cermat

dan terus menerus.


BAB III

STUDI KASUS

PEDOMAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK


DAN PEDOMAN PERILAKU DI MEDCO ENERGI

(Good Corporate Governance and Code of Conduct Guidelines of MedcoEnergi)

HUBUNGAN GCG DAN COC

Visi, Misi dan Nilai-Nilai Perusahaan

Tata Kelola Perusahaan


Pedoman Perilaku
(Corporate Governance) (Code of Conduct)

Mengatur Perilaku Mengatur Perilaku


Organisasi Karyawan

Etika Bisnis & Etika Kerja


(Etika)

Gambar 3.1. Hubungan GCG dan COC


1. Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan Pedoman Perilaku

 Siapa yang Harus Menerapkan?

Pedoman Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik dan Pedoman Perilaku
("Pedoman GCG dan CoC") ini harus diterapkan oleh setiap individu di
MedcoEnergi tanpa kecuali dan tanpa memandang lokasi geografis. Jika ada
perbedaan karena norma-norma lokal, hukum dan peraturan-peraturan, perbedaan
tersebut harus mengacu pada standar perilaku yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
setiap individu di MedcoEnergi bertanggung jawab untuk mengetahui,
memahami, menyelaraskan dan menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik dalam melaksanakan pekerjaannya dan mewakili
MedcoEnergi untuk pihak-pihak eksternal, selama dan setelah jam kerja, sesuai
dengan Pedoman GCG dan CoC. Selain itu, setiap individu di MedcoEnergi harus
waspada terhadap situasi-situasi yang dapat mengarah pada tindakan-tindakan
ilegal dan tidak etis, dengan selalu mencegah dan tidak terlibat dalam perilaku
yang tidak sesuai dan tidak beretika.

 Siapa yang Harus Mengawasi?

Untuk memastikan Pedoman GCG dan CoC ini diterapkan secara tepat,
MedcoEnergi telah menetapkan pihak-pihak tertentu dengan tanggung jawab
dalam melakukan pengawasan.

1. Dewan Komisaris bertanggung jawab mengawasi penerapan Pedoman GCG


dan CoC ini serta memberikan nasihat kepada Direksi atas arah penerapan
prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik. Para anggota Dewan
Komisaris juga harus menjadi panutan bagi Direksi dan karyawan dalam
penerapan Pedoman GCG dan CoC. Dalam melakukan pengawasan atas
penerapan Pedoman GCG dan CoC ini secara efektif, Dewan Komisaris
didukung oleh Komite GCG.
2. Direksi bertanggung jawab merumuskan arah penerapan prinsip-prinsip Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik dan menjadi pemimpin sekaligus panutan bagi
karyawan dalam menerapkan Pedoman GCG dan CoC ini. Para anggota
Direksi memiliki hak tertinggi untuk mengambil keputusan dalam setiap
tindakan pelanggaran GCG dan CoC.
3. Komite GCG bertanggung jawab membantu Dewan Komisaris mengawasi
penerapan dan praktik-praktik yang sesuai dengan Pedoman GCG dan CoC ini
serta memberi rekomendasi untuk meningkatkan praktik-praktik tersebut.
Komite ini didirikan oleh Dewan Komisaris MedcoEnergi, dengan Komisaris
Independen sebagai Ketua. Komite ini terdiri dari Komisaris, Direktur Utama
dan Direktur MedcoEnergi.
4. Komite Peninjauan Praktik Bisnis (Business Practice Review Committee) yang
disingkat BPRC yang merupakan Gugus Tugas GCG bertanggung jawab dalam
memantau penerapan Pedoman GCG dan CoC ini serta mengevaluasi dan
memberi rekomendasi terhadap setiap pelanggaran. Gugus Tugas GCG
didirikan oleh Direktur Utama MedcoEnergi yang diketuai oleh direktur atau
pejabat setingkat direktur, dengan anggota yang terdiri dari Sekretaris
Perusahaan, Kepala Divisi Hukum Perusahaan, Kepala Divisi Audit Internal,
Kepala Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kepala Divisi Hubungan
Masyarakat (Relations).
5. Para atasan bertanggung jawab menjalankan dan mengawasi penerapan
Pedoman GCG dan CoC ini dalam tugas pokok dan fungsinya masing-masing
termasuk penciptaan iklim komunikasi terbuka di antara timnya, terutama yang
menyangkut setiap potensi isu pelanggaran hukum dan norma. Atasan
diharapkan mampu memberikan solusi alternatif kepada timnya. Jika terjadi
situasi dimana atasan tidak mampu memberikan solusi alternatif, maka atasan
dapat meneruskan isu tersebut kepada tingkat manajemen yang lebih tinggi
dan/ atau BPRC.

2. Pedoman Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik


2.1. Dewan Komisaris dan Direksi

 Peran Dewan Komisaris dan Direksi


Peran Dewan Komisaris adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilakukan oleh Direksi untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
Peran Direksi adalah memimpin dan mengelola usaha MedcoEnergi secara
keseluruhan serta mengendalikan, memelihara dan mengelola aset MedcoEnergi
sesuai dengan tujuan strategisnya. Setiap anggota Direksi harus bertindak dan
mengambil keputusan berdasarkan penilaian yang wajar, penuh tanggung jawab
dan dalam keyakinan yang baik, serta mengutamakan kepentingan MedcoEnergi,
pemegang saham dan para pemangku kepentingannya.
Struktur Pengurus Perusahaan

 Besaran dan Komposisi

Para anggota Dewan Komisaris dan Direksi di MedcoEnergi, khususnya PT


Medco Energi Internasional Tbk, masing-masing harus terdiri dari minimal tiga
orang anggota sesuai anggaran dasar, sedangkan untuk anak-anak perusahaannya
di Indonesia masing-masing minimal satu orang anggota sesuai anggaran dasar
perusahaan tersebut. Untuk anggota Direksi berdasarkan ketentuan hukum negara
lain mengikuti ketentuan hukum yang berlaku di negara tersebut. Salah satu
anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi di PT Medco Energi Internasional
Tbk (disebut juga "MedcoEnergi Korporasi" atau "Perusahaan") harus
dinominasikan sebagai anggota Dewan Komisaris dan Direksi di anak perusahaan
berdasarkan hukum Indonesia, sedangkan dalam ketentuan hukum di negara
lainnya, anggota Direksi MedcoEnergi Korporasi dapat dinominasikan sebagai
Direktur di anak perusahaan tersebut.

 Komisaris Independen dan Direktur Independen

Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar


perusahaan, tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada
perusahaan tersebut, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan,
komisaris, direksi atau pemegang saham utama perusahaan tersebut dan tidak
memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan tersebut. Anggota komisaris ini semata-mata ditunjuk
berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman dan keahlian profesional
yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan
perusahaan.

Direktur Independen adalah anggota direksi yang berasal dari luar perusahaan,
tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan
tersebut, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan, komisaris, direksi
atau pemegang saham utama perusahaan tersebut dan tidak memiliki hubungan
usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
perusahaan tersebut. Anggota direksi ini semata-mata ditunjuk berdasarkan latar
belakang pengetahuan, pengalaman dan keahlian profesional yang dimilikinya
untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan.

Independensi Komisaris Independen dan Direktur Independen harus memenuhi


kualifikasi standar Peraturan Pasar Modal.
2.2. Satuan Pengawas Internal dan Sekretaris
Perusahaan Satuan Pengawas Internal (Audit Internal)
Satuan Pengawas Internal di MedcoEnergi atau yang disebut juga Audit Internal
merupakan fungsi yang tidak memihak dan obyektif dalam memberikan saran dan
rekomendasi untuk peningkatan nilai dan perbaikan kinerja operasi Perusahaan.
Audit Internal juga membantu organisasi Perusahaan mencapai tujuannya dengan
mengevaluasi secara sistematik terhadap perbaikan/peningkatan efektivitas proses
Manajemen Risiko, Pengendalian Internal dan Tata Kelola Perusahaan.

Sekretaris Perusahaan

Sejak tahun1997, Perusahaan telah memenuhi Peraturan BAPEPAM-LK


No.IX.I.4 dan Peraturan BEI No.I-A tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan
yang saat itu dijabat oleh seorang direktur. Namun pada tahun 2005, Perusahaan
telah membentuk Divisi Sekretaris Perusahaan yang dipimpin oleh seorang
Kepala Divisi. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Divisi Sekretaris
Perusahaan melapor dan bertanggung jawab kepada Direktur

2.3. Pedoman Perilaku Dewan Komisaris dan Direksi


Dewan Komisaris dan Direksi MedcoEnergi diwajibkan mematuhi hal-hal berikut:

• Mengelola perusahaan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan


yang berlaku dan pernyataan kebijakan perusahaan.
• Mengelola perusahaan berdasarkan hasil penilaian objektif secara
independen.
• Mengelola transaksi saham secara jujur dan adil untuk kepentingan
MedcoEnergi, pemegang saham dan pihak pemangku kepentingan
berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Mengelola perusahaan dengan tidak ada dominasi kekuasaan pada setiap
individu.
• Mengelola perusahaan sesuai dengan strategi dan kebijakan MedcoEnergi.
• Mengelola perusahaan dengan sistem pengendalian internal yang tangguh
dan ulet untuk mengamankan investasi para pemegang saham dan aset
perusahaan.
• Melaporkan jumlah kepemilikan saham MedcoEnergi yang dimiliki,
termasuk keluarga dekat di MedcoEnergi dan menyerahkan Laporan
Kepemilikan Saham Tahunan tersebut kepada Perusahaan melalui Divisi
Sekretaris Perusahaan.
• Tidak berpartisipasi dalam setiap perundingan usaha antara MedcoEnergi
dan setiap perusahaan yang dimilikinya.
• Tidak memiliki kendali atas perusahaan yang berkompetisi secara langsung
maupun tidak langsung dengan MedcoEnergi.
• Tidak terlibat dalam transaksi perusahaan yang mengandung benturan
kepentingan. Apabila benturan kepentingan tidak dapat dihindarkan, maka
transaksi tersebut perlu diungkapkan dan dinyatakan dalam pernyataan
benturan kepentingan sesuai peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku, serta mengisi formulir Laporan Benturan Kepentingan.
• Tidak melakukan eksploitasi posisi dan jabatan untuk keuntungan pribadi,
secara langsung atau tidak langsung.
• Tidak melakukan penyalahgunaan setiap informasi rahasia
• Mematuhi kebijakan dan etika yang dinyatakan dalam buku panduan
penerapan GCG dan CoC ketika melaksanakan setiap tanggung jawab
terkait, antara lain benturan kepentingan, etika pengadaan, atau kebijakan
pengungkapan informasi di MedcoEnergi.
• Mengelola perusahaan tanpa ada konflik pribadi dalam pengambilan
keputusan usaha.
• Memperlakukan karyawan secara adil sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
• Melibatkan diri dalam berbagai pengembangan di lingkungan perusahaan
maupun di luar perusahaan, seperti pengajaran, pelatihan atau siaran radio
maupun televisi.
• Tidak melakukan atau terlibat dalam praktik pencucian uang (money
laundring).

3. Pedoman Perilaku
3.1. Melindungi Kepentingan Karyawan
3.1.1. Sumber Daya Manusia

Konsep Dasar

Kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM) harus mampu mendorong seluruh


potensi kecerdasan anggota perusahaan di lingkungan MedcoEnergi untuk
mencapai kinerja dan karya terbaiknya. Kebijakan yang dibuat menunjukkan
komitmen dalam menyediakan peluang yang sama dan setara serta bersifat
obyektif dalam rangka pengembangan diri dan karir melalui akuntabilitas dan
tetap pada tanggung jawab yang jelas di lingkungan Perusahaan selaras dengan
peraturan perundangan- undangan yang berlaku.
Sumber Daya Manusia di MedcoEnergi adalah setiap karyawan, baik yang
berstatus tetap atau kontrak langsung dan tidak langsung, yang bekerja untuk
MedcoEnergi. Pekerja individu ini merupakan aset berharga dalam pencapaian
visi dan misi MedcoEnergi.

Perilaku untuk sumber daya manusia meliputi :

1. Kesempatan yang Sama Bagi Seluruh Karyawan


2. Kebijakan Umum Penerimaan Karyawan
3. Peluang Peningkatan Karir
4. Hak dan Tanggung Jawab Karyawan
5. Manfaat Bagi Karyawan
6. Manajemen Kinerja
7. Pelatihan dan Pengembangan
8. Disiplin
9. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan

3.1.2. Pedoman Etika


Konsep Dasar
MedcoEnergi memerlukan peraturan dan perundang-undangan tertentu yang
mengatur perilaku Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan untuk
kebaikan dan keselamatan semuanya serta operasi-operasi usaha yang efektif dan
efisien. Untuk itu MedcoEnergi membuat pernyataan standar perilaku sesuai
dengan Nilai- Nilai Perusahaan, yaitu Profesional, Etis, Terbuka dan Inovatif,
yang menjadi acuan bagi Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan dan
mengharapkan Dewan Komisaris, Direksi dan karyawan bersikap jujur,
bertanggung jawab dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
secara konsisten.

Penjabaran Nilai-Nilai Perusahaan


Sebagaimana telah disampaikan di atas, perilaku yang dikembangkan dalam
Pedoman Etika ini didasarkan atas Nilai-Nilai Perusahaan MedcoEnergi. Pedoman
Etika tersebut meliputi:
1. Perilaku Profesional
2. Perilaku Etika
3. Perilaku Terbuka
4. Perilaku Inovatif

3.2. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan


Konsep Dasar
MedcoEnergi peduli terhadap keselamatan dan kesehatan karyawannya. Sejumlah
program dan standarisasi keselamatan dan kesehatan telah diselenggarakan dan
dikembangkan secara sistematis dengan tujuan melindungi keselamatan dan
kesehatan karyawan dan kontraktor serta keselamatan komunitas di lokasi operasi.

Di samping itu, MedcoEnergi memiliki komitmen untuk senantiasa melestarikan


lingkungan dan sosial-ekonomi komunitas di sekitar lokasi operasi dan
melindungi mereka dari produk-produk dan limbah atau polutan yang berbahaya
bagi masyarakat dan lingkungan.

Komitmen dalam Melindungi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Lingkungan

MedcoEnergi patuh pada peraturan-peraturan keselamatan, kesehatan dan


lingkungan yang berlaku, juga praktik-praktik terbaik dan mengadopsi standar
internasional serta menyatukan sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan (SHE) dalam kegiatan sehari-hari perusahaan. MedcoEnergi
senantiasa membekali karyawan dan kontraktor dengan kesadaran dan pelatihan
SHE yang memadai untuk meminimalkan kejadian-kejadian yang dapat
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan karyawan, kontraktor dan komunitas
sekelilingnya.

MedcoEnergi senantiasa meningkatkan kinerja SHE dengan secara proaktif


mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja, menyelidiki kecelakaan dan kejadian,
mengidentifikasi akar penyebab serta menerapkan solusi dalam permasalahan dan
isu terkait SHE baik di kantor maupun di wilayah kerja dimana perusahaan
beroperasi.

MedcoEnergi berkomitmen mencegah semua penyakit yang berhubungan dengan


pekerjaan serta meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan seluruh
karyawannya. Untuk mendukung komitmennya, MedcoEnergi menyediakan dan
mengatur layanan kesehatan yang diperlukan untuk mengobati karyawan yang
sakit, serta menangani kecelakaan kerja dan kasus-kasus darurat dengan cepat.
Setiap karyawan harus bekerja dalam kondisi kesehatan mental dan fisik yang
baik, sehingga dapat bekerja tanpa membahayakan dirinya atau orang-orang lain
dan MedcoEnergi.
Selain itu, MedcoEnergi selalu memastikan untuk mengendalikan limbah dan
penggunaan sumber daya untuk meningkatkan operasi-operasi keberlanjutan
secara
ekologis. Untuk itu, MedcoEnergi senantiasa mematuhi ketentuan mengenai
lingkungan hidup yang berlaku di masing-masing wilayah operasi.

3.3. Melindungi Integritas Keuangan dan Aset Perusahaan

 Keakuratan Laporan Keuangan dan Akuntansi

Konsep Dasar

Memastikan MedcoEnergi menampilkan laporan akuntansi dan keuangan yang


akurat, dapat dipercaya dan tepat waktu, dengan berpegang pada prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan kebijakan akuntansi MedcoEnergi.

Akuntansi adalah pengukuran, pernyataan, atau pemberian kepastian tentang


informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan
alokasi sumber daya di MedcoEnergi. Selain itu, MedcoEnergi menerbitkan
laporan akuntansi dan keuangan sebagai alat untuk menunjukkan semua transaksi
usaha yang dilakukan oleh manajemen dalam periode tertentu kepada para
pemegang saham dan krediturnya.

 Perlindungan Aset dan

Pendapatan Konsep Dasar

Memastikan Dewan Komisaris, Direksi dan karyawan MedcoEnergi melindungi


dan mengamankan aset dan pendapatan, intellectual property, proprietary
information, hak paten, properti dan peralatan perusahaan dari setiap potensi
gangguan, termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan/atau properti yang
sedang dibangun.

Perlindungan aset dan pendapatan merujuk pada kebijakan dan kegiatan dalam
melindungi dan mengamankan aset dan pendapatan, informasi yang dimiliki,
properti dan peralatan perusahaan dengan cara aman yang dapat dilakukan melalui
asuransi, perawatan dan sikap pencegahan.

Aset yang perlu dilindungi meliputi bangunan, pabrik, peralatan, perlengkapan,


pasokan, rekening, program komputer, informasi, teknologi, dokumen, keahlian,
data (seismik, pertimbangan, survei, pemboran, kontrak dan sebagainya), hak
paten, merek dagang, hak cipta dan setiap sumber daya atau properti lain yang
dimiliki oleh MedcoEnergi.
Perlindungan terhadap aset ini harus mencakup perlindungan aset terhadap
kebakaran/petir, ledakan, perusakan, banjir, badai, perampokan dan pencurian,
kerusakan karena kecelakaan, kerusuhan, pemogokan dan terorisme.

 Penyimpanan Dokumen

Konsep Dasar

Penyimpanan dokumen yang tepat akan membantu MedcoEnergi dalam


menyimpan data historis dan menyediakan dokumen penunjang, sehingga
informasi yang lengkap apabila diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah
yang mungkin terjadi di masa depan dapat tersedia dengan mudah.

Usia penyimpanan data maupun dokumen tersebut, baik fisik maupun elektronik,
wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
masing- masing yurisdiksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan atas informasi
atau data yang lengkap.

Dokumen yang harus disimpan adalah semua pencatatan yang berisi data,
informasi, laporan, transaksi yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan
MedcoEnergi dalam bentuk catatan, arsip fisik dan elektronik. Informasi yang ada
dari dokumen tertentu hanya dapat diakses oleh individu dengan status dan
kewenangan tertentu.

 Hak Atas Kekayaan Intelektual

Konsep Dasar

Kekayaan intelektual adalah karya, ciptaan, hasil buah pikiran atau produk
pemikiran manusia. Contohnya, kreasi pikiran yang menghasilkan penemuan-
penemuan serta simbol, nama, gambar, rumus dan desain yang digunakan dalam
bisnis, studi teknis dan perdagangan.

Hak atas kekayaan intelektual adalah hak eksklusif yang diberikan suatu hukum
atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya
dalam bentuk hak cipta, merek dagang, hak paten dan hak-hak terkait lainnya.

MedcoEnergi berkomitmen menghargai para pemilik hak kekayaan intelektual


yang dilindungi oleh undang-undang kekayaan intelektual.
3.4. Menghormati Mitra Usaha

 Hadiah dan Hiburan

Konsep Dasar

Setiap individu wajib mempertahankan integritas dan profesionalisme yang tinggi


dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, setiap individu tidak
dibenarkan untuk menerima hadiah, hiburan dan/atau fasilitas dari mitra usaha,
pemasok, kontraktor, pelanggan, pemerintah dan memberi hadiah, hiburan
dan/atau fasilitas kepada pihak-pihak terkait.

Pembatasan Penerimaan/Pemberian Hadiah dan Hiburan

MedcoEnergi menganggap setiap penerimaan/pemberian hadiah, hiburan dan/atau


fasilitas lain yang nilainya di atas USD 200 (dua ratus dolar Amerika Serikat)
dianggap dapat mempengaruhi objektivitas proses pengambilan keputusan.
Hadiah hiburan dan/atau fasilitas lain yang dimaksud antara lain berupa barang
yang diberikan sebagai balas jasa atas bantuan untuk transaksi tertentu atau pada
masa perayaan dan jamuan dalam bentuk makanan, minuman, olahraga dan
pertunjukan seni.

 Benturan Kepentingan
Konsep Dasar

Setiap individu harus bertindak untuk kepentingan MedcoEnergi dan tidak terlibat
dalam kegiatan yang berpotensi kepada benturan kepentingan. Oleh karena itu,
setiap pengambilan keputusan harus dilakukan secara profesional tanpa pengaruh
siapapun, individu yang dapat melemahkan penilaian independensinya untuk
memberi keuntungan tertinggi bagi MedcoEnergi.

Pengambilan Keputusan dengan Benturan Kepentingan

Dalam kaitannya dengan benturan kepentingan, keputusan untuk diri sendiri (self
dealing) harus dihindari. Yang dimaksud dengan self dealing ini adalah keputusan
yang dibuat oleh seseorang untuk memberikan manfaat bagi dirinya sendiri.
Apabila kegiatan yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan tidak dapat
dihindarkan, maka harus melaporkan kepada atasan langsung dengan mengisi
formulir Laporan Benturan Kepentingan.
3.5. Melindungi Kepentingan Komunitas dan Pemerintah

 Korupsi
Konsep Dasar

Setiap individu di MedcoEnergi dilarang memberi atau menerima secara langsung


atau tidak langsung dalam bentuk apapun yang dapat memperkaya diri sendiri
atau pihak lain yang dapat berdampak pada proses pengambilan keputusan.

Komitmen MedcoEnergi terhadap Pemberantasan Korupsi

Sebagai perusahaan yang mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, baik di
tingkat nasional maupun internasional, MedcoEnergi mewajibkan para mitra
usaha, termasuk para pelaku usaha patungan (joint venture), agen, distributor,
perwakilan, kontraktor dan pemasok, untuk patuh terhadap peraturan dan
kebijakan yang berlaku terkait dengan korupsi.

 Kegiatan Politik dan Donasi

Konsep Dasar

MedcoEnergi memberikan kebebasan kepada setiap individu yang bekerja di


MedcoEnergi untuk berpartisipasi dalam proses politik dan mendukung partai
atau kandidat pilihannya tanpa pengaruh apapun. Individu yang mengikuti
kegiatan politik secara aktif, antara lain ikut serta dalam keanggotaan partai
politik atau berkampanye untuk tujuan pemilihan, harus mengacu dan mematuhi
Peraturan Perusahaan atau PKB dan kebijakan MedcoEnergi yang berlaku.

Pelarangan Pemberian Donasi Politik

Sesuai dengan semangat demokrasi, setiap individu di MedcoEnergi


diperkenankan melakukan kegiatan/kampanye politik dengan tujuan pemilihan
sepanjang tidak mengganggu pekerjaannya dan dilakukan di luar jam kerja, serta
tidak menggunakan fasilitas yang diberikan oleh MedcoEnergi dalam
menjalankan kewajibannya sebagai Dewan Komisaris, Direksi dan karyawan
MedcoEnergi.

MedcoEnergi tidak berpihak kepada partai politik manapun atau tidak memberi
sumbangsih dan/atau donasi baik dalam bentuk uang tunai atau lainnya kepada
partai politik maupun organisasi atau perwakilan yang terafiliasi di lokasi
manapun MedcoEnergi beroperasi.
 Sistem Pelaporan Pelanggaran

Konsep Dasar

Setiap individu dijamin kebebasannya oleh MedcoEnergi untuk melaporkan


indikasi pelanggaran dalam bentuk apapun yang diketahuinya kepada pihak
independen yang ditunjuk oleh MedcoEnergi. MedcoEnergi memiliki sistem dan
proses pelaporan sebagai umpan balik agar individu pelapor percaya dan tanpa
ragu memiliki jaminan kerahasiaan dan perlindungan dari MedcoEnergi atas
laporannya.

Laporan Indikasi Pelanggaran

Laporan indikasi pelanggaran dapat berasal dari internal maupun pihak eksternal
yang memiliki keterkaitan usaha dengan MedcoEnergi, termasuk tetapi tidak
terbatas pada para mitra usaha, pemasok, pelanggan dan komunitas lokal. Laporan
ini merupakan umpan balik dari individu para penerima jasa saat berinteraksi
dengan karyawan MedcoEnergi, sehingga apabila ada nilai-nilai yang dilanggar
dapat disampaikan oleh pelapor dan menjadi satu bagian dari proses untuk selalu
meningkatkan kualitas perilaku karyawan untuk menjadikan GCG sebagai budaya
perusahaan.

Perlindungan Terhadap Pelapor

Setiap laporan akan dijamin kerahasiaannya untuk kemudian ditindaklanjuti.


Dalam hal ini MedcoEnergi memberikan jaminan dan perlindungan atas
kerahasiaan identitas pelapor. Perlindungan ini diberikan jika pelapor memberikan
identitas serta informasi yang dapat digunakan untuk menghubungi pelapor.
DAFTAR PUSTAKA

George S. Dallas, Governance and Risk: An Analytical Handbook for Investor,


Managers, Directors & Stakeholders, Standard & Poor’s Governance
Services, McGraw-Hill

http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/10/pengertian-sustainable-development-
pembangunan-berkelanjutan.html

http://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/10/pengertian-dan-tujuan-sdgs-
sustainable-development-goals.html

Anda mungkin juga menyukai