Anda di halaman 1dari 3

Mendialogkan Agama, Masalah Sosial, dan Krisis Moral

Oleh: Utia Mufliha


(Mahasiswa Farmasi 2014, Universitas Tanjungpura)
27/05/2016

Tahapan dari orde lama ke orde baru hingga era reformasi merupakan perjalanan
sejarah kehidupan sosial-politik di Indonesia. Perjalanan sejarah ini merupakan langkah bagi
rakyat Indonesia untuk menemukan jati diri dan identitas suatu bangsa serta sebagai upaya
pembangunan kualitas bangsa Indonesia di mata dunia.

Namun, sudah lama era reformasi ini berjalan ternyata masih belum menemukan titik
terang untuk mengatasi segala masalah sosial yang terjadi. Hal tersebut karena reformasi
mengalami krisis multidimensi yang berakibat fatal terhadap krisis ekonomi, pendidikan, dan
kebudayaan yang dimana hal tersebut berpangku pada dua hal yaitu sistem dan sikap moral.

Persoalan kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan dan bahkan perilaku kriminal


serta korupsi yang sekarang masih terus menjalar di permukaan bumi masih belum bisa
teratasi, apalagi ditambah dengan kebijakan pemerintah yang tidak sinkron dan
berkesinambung dengan tatanan masyarakat yang ada.

Berdasarkan hal tersebut pentingnya untuk mengatasi dan memperbaiki akhlak dan
moral generasi bangsa, karena merekalah bibit-bibit yang akan dapat menciptakan perubahan
di Indonesia. Bibit-bibit yang ditanam dan dirawat secara baik maka hasilnya akan baik pula,
begitu pula generasi bangsa yang selalu ditempa dengan hal-hal yang positif maka akan
melahirkan generasi bangsa berjiwa pemimpin, yang dapat mengantarkan Indonesia menjadi
lebih baik.

Interaksi di antara masyarakat, kalangan akademisi, praktisi profesional dan


pemerintah perlu ditegakkan, bukan hanya sekadar komunikasi seremonial saja tetapi
diperlukannya penyaluran dan penjaringan aspirasi. Penyaluran dan penjaringan aspirasi
seharusnya muncul dari inisiasi pemerintah dan dilakukan oleh pemerintah dengan penuh
kesungguhan.

Hal ini bertujuan agar rakyat, mahasiswa maupun kalangan lainnya dapat
menyampaikan ide-ide dan gagasannya kepada pemerintah, sehingga ide dan gagasan
tersebut dapat didiskusikan bersama dan juga agar rakyat dapat dianggap sebagai elemen
yang penting dalam usaha membangun Indonesia.

Rakyat seharusnya sudah diberi pemahaman bahwa ide, gagasan dan pendapat mereka
juga sangat berarti dan penting sebagai masukan untuk membangun tata kehidupan Indonesia
yang lebih baik. Upaya interaksi dan komunikasi diantara rakyat dan pemerintah harus selalu
ditegakkan.

Interaksi dimaksudkan untuk mengubah realitas kehidupan secara bersama, bukan


hanya pemerintah saja yang diubah tetapi rakyatnya juga perlu diubah, karena rakyat
merupakan bagian dari pemerintah, apabila rakyatnya memiliki moral yang tidak baik pasti
pemerintahan tersebut juga akan jelek dan hancur. Pemerintah sangat perlu untuk
memberikan ruang kepada rakyatnya untuk dapat menyalurkan aspirasinya demi membangun
tata kehidupan bersama yang lebih baik.

1
Kehidupan demokrasi saat ini menjadikan media aspirasi sangat penting. Di sinilah
peran masyarakat, kalangan akademisi, praktisi profesional, aktivis agama serta pemerintah
untuk menetapkan kebijakan-kebiajakan publik yang riil dalam kehidupan masyarakat.

Penghambatan hak-hak politik, sipil, dan mengemukakan pendapat sudah saatnya


untuk diakhiri. Begitu juga peran masyarakat yang selalu diharapkan aktif, jika
penyelenggara negara tidak ingin kebijakannya dianggap hanya omong kosong belaka.

Upaya penyaluran dan penjaringan aspirasi merupakan salah satu langkah dalam
membangun bangsa. Dari aspirasi masyarakat akan ditampung dan bersama-sama dengan
elemen masyarakat yang aktif dan berkompeten untuk selanjutnya dilakukan aksi dan
advokasi di lapangan.

Aksi dan advokasi dilakukan untuk mengubah tatanan hidup yang lebih manusiawi,
adil, rasional, damai, aman dan tenteram. Semua ini merupakan menjadi tanggung jawab
semua masyarakat demi emansipasi dalam membentuk masyarakat yang maju kedepannya.
Untuk itulah diperlukannya sikap kritis dalam masyarakat yang menjadikan struktur dan
sistem sebagai persoalan, tidak hanya sekadar fakta di lapangan.

Artinya, sangat diperlukan analisis yang kritis dan akurat atas struktur dan sistem
sosial, politik, kebudayaan, ekonomi serta dampaknya bagi kondisi di masyarakat. Dengan
demikian dapar dirumuskan tahap penyelesaian kritis bangsa sebagai berikut: masalah
kemanusiaan – penampungan aspirasi – aksi perubahan. Hal ini ditujukan untuk mengubah
sistem kehidupan di masyarakat menjadi lebih baik dan terarah.

Oleh sebab itu, untuk menyelesaikan pemasalahan bangsa tidak hanya pada tatanan
fenomenanya saja tetapi lebih kepada sistem dan struktur dari persoalan tersebut. Penanganan
kasus-kasus seperti korupsi, suap dan kekerasan seksual tidak akan pernah berakhir
masalahnya apabila tatanan sistem yang ada tidak diperbaiki, sehingga para pelaku tidak
merasakan efek jera. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi setiap komponen bangsa.

Sebagai contoh, pembangunan prasarana di pedesaan sudah cukup lama dilakukan


dan bahkan sudah menjadi kebijakan pemerintah. Akan tetapi, proses yang lama tersebut
belum membuahkan hasil perubahan yang baik. Hal ini terjadi karena sistem dan struktur
dipemerintah yang kurang rapi, sehingga di satu sisi masyarakat sangat kecewa dengan
kebijakan pemerintah yang ada.

Masalah yang muncul di bangsa ini sudah sangat kompleks, dari masalah bencana
alam, sampai persoalan yang muncul dari sistem dan krisis moral yang terjadi di masyarakat.
Hal ini sangat memicu terjadinya krisis di masyarakat yang seharusnya sudah bisa diatasi.

Di bidang pendidikan dapat kita lihat bahwa masih sempit sekali ruang yang diberikan
oleh sistem pendidikan kepada murid untuk berkata-kata menyampaikan apa yang ada di
pikirannya dan kurangnya sikap aktif dalam proses belajar. Murid seolah-olah hanya
menerima segala informasi yang mana pengaplikasiannya masih sangat minim. Sistem
pendidikan seharusnya bisa memberikan manfaat besar.

Di sisi lain, terkadang pendidikan hanya sebagai covernya saja yang dipergunakan
hanya untuk menjalankan sistem dan struktur yang ada. Namun, semenjak era reformasi
sistem pendidikan sudah mengarah kepada perubahan menuju tatanan sosial yang adil dan

2
demokratis. Ekspektasinya seperti demikian adanya, tetapi realitanya di Indonesia masih
sangat jauh dari harapan tersebut.

Model UN yang hanya mengandalkan materi pendidikan tertentu menjadi masalah,


karena mengesampingkan materi pendidikan yang lainnya, sehingga pengembangan potensi
dan kemampuan siswa tidak berkembang. Seharusnya pendidikan itu bisa mencerdaskan
generasi bangsa agar para generasi bangsa ini bisa membawakan perubahan bagi bangsanya.

Di bidang keagamaan, institusi agama tidak maksimal dalam menjadikan agama


sebagai ruang penyelesaian masalah. Agama hanya sekadar rutinitas, serta tidak memberikan
ruang bagi penyadaran kritis umat beragama dalam melihat situsi sosial yang ada. Bahkan,
ideologi keagamaan sering menjadi kekerasan atas nama agama. Agama bukan menjadi
penyelesaian masalah, tetapi justru menjadi pokok atau inti masalah.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pemahaman agama yang rasional dan
toleran, bukan hanya doktrin yang kaku dan paham yang dibuat-buat. Hal ini sudah
seharusnya menjadi tugas para pemimpin agama untuk melakukan perubahan dengan cara
berpikir kritis yang berbasis pada visi dan misi agama.

Dengan cara berpikir kritis, rasional dan toleran diharapkan mampu memerankan
agama sebagai salah satu langkah dalam merubah tatanan sosial yang lebih baik, sehingga
agama akan menjadi rahmat dan membawa berkah. Hal berbeda dan buruk akan terjadi
apabila agama dijadikan hanya sebagai kepentingan individu maupun kelompok politik
tertentu.

Sebagai bagian dari sistem sosial, agama harus bisa menjadi kekuatan besar dalam
upaya membangun bangsa. Oleh karena itu, agama harus bisa berperan aktif dalam
menyelesaikan segala persoalan demi membangun bangsa yang lebih baik. Diperlukannya
sosok pemimpin agama dalam kesadaran hidup sehari-hari dalam membangun sistem
kelembagaan masyarakat.

Mari membangun komitmen yang tinggi terhadap demokrasi agar terbentuk


masyarakat sosial yang mandiri melalui pemikiran agama sebagai kekuatan bangsa, maka
agama dapat dijadikan sebagai agen penyelamat sosial serta penyelsaian masalah bagi
penganut dan keyakinan agamanya masing-masing.

---

Anda mungkin juga menyukai