UU SISDIKNAS GURU and DOSEN
UU SISDIKNAS GURU and DOSEN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tuntutan gerakan reformasi tahun 1998, ialah diadakannya reformasi dalam
bidang pendidikan. Forum Rektor yang lahir 7 Nopember 1998 di Bandung, juga
mendeklarasikan perlunya reformasi budaya, melalui reformasi pendidikan. Tuntutan
reformasi itu, dipenuhi oleh DPR-RI, bersama dengan pemerintah, dengan disahkan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional tanggal 11 Juni 2003 yang lalu. Sistem Pendidikan
Nasional yang handal dan visioner sudah harus diketemukan, agar mampu menjawab
globalisasi dan membawa Indonesia hidup sama hormat dan sederajat dalam panggung
kehidupan internasional dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Suatu Sistem Pendidikan
Nasional yang mampu mengantarkan orang Indonesia menjadi warga dunia modern tanpa
kehilangan jati dirinya.
Pada era reformasi, sistem pendidikan nasional masih diatur dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989, yang banyak pihak menilainya bahwa UU tersebut tidak sesuai dengan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang atas dasar itulah
kemudian disusun Undang-Undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
meskipun melalui perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan, namun akhirnya dapat
disahkan menjadi Undang-Undang.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dengan memahami UU Guru dan Dosen dengan baik maka guru dan dosen mampu
mengatasi berbagai permasalahan pendidikan khususnya guru dan dosen. Jadi jika guru dan
dosen tidak membekali pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang baik maka anak didik
tidak dapat bersosialisasi baik terhadap orang yang ada disekitarnya dan tidak peduli pada
kehidupan di sekitarnya. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
B. RUMUSAN MASALAH
A. Definisi
1. Definisi Pendidikan
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan Negara.
C. Kelembagaan Pendidikan
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada BAB VI membahas mengenai Jalur
Jenjang dan Jenis Pendidikan.
1. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan Non-formal di jelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003 pasal 27.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan ingkungan.Kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Hasil pendidikan Informal dapat diakuisama dengan peendidikan formal dan
noformal.
D. Faktor
Faktor-faktor yang mempengaruhi dirubahnya UU Sistem Pendidikan Nasional (SPN)
No 2/89 menjadi UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 diantaranya adalah :
a) UU No. 2 Tahun 1989 masih bersifat sentralistik
b) UU No. 2 Tahun 1989 masih belum bermutu, kemudian sesuai tuntutan dalam UU
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 dibuatlah Standar Nasional Pendidikan
c) UU No. 2 Tahun 1989 belum mengarah pada pendidikan untuk semua
d) Belum Mengarah pada pendidikan seumur hidup
e) Pendidikan belum link and match dengan dunia usaha dan dunia kerja.
f) Belum menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kompetensi guru, perlu dilakukan uji
kompetensi, melalui sertifikasi kompetensi. Sertifikasi kompetensi adalah proses
pemerolehan sertifikat kompetensi guru, dengan tujuan untuk memberikan bukti tertulis
terhadap kinerja (performance) melaksanakan tugas guru sebagai perwujudan kompetensi
yang dimiliki telah sesuai dengan standar kompetensi guru yang dipersyaratkan.
Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi guru, oleh sebab itu proses sertifikasi kompetensi dipadang sebagai bagian
esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang diperlukan.
Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
a) Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang
diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
b) Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja dalam bidang tertentu.
c) Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
d) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai
suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
e) Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama yang bersangkutan.
f) Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan ilmu pengetahuan.
g) Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan keahlian tertentu
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 pasal 12 ayat (2), selain jenjang pendidikan
sebagaimana dimaksudkan di atas, diselenggarakan pula pendidikan prasekolah, yang
bertujuan untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar
lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Satuan pendidikan yang
menyelenggarakan jenis pendidikan ini adalah Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain,
Penitipan Anak, Bustanul Athfal atau Raudhlatul Athfal.
UU No. 20/2003 juga mengatur pendidikan kedinasan, yaitu pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah non-departemen. Pendidikan
kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
1. Definisi
2. Definisi Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
3. Definisi Dosen
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pasal 3 Dosen mempunyai kedudukan sebagai
tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pasal 4 Kedudukan guru
sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pasal 5 Kedudukan dosen sebagai tenaga
Prinsip keprofesionalitas dalam Pasal 7 : Profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat;memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Pemberdayaan profesi guru atau
pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan
secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi.
Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk
memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun
swasta. Tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat
Profesi Pendidik. Pasal 8 menyebutkan : “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”
Kelahiran Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen telah
memberikan pencerahan yang cukup berarti bagi guru dan dosen. Sebelum UU Guru dan
Dosen disahkan, guru-guru tidak mempunyai payung hukum yang jelas, mengatur segala
sesuatu secara khusus yang menyangkut guru. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tidak dapat memayungi seluruh guru, posisi guru
Kinerja pendidikan nasional masih jauh dari harapan Guru sebagai tenaga profesional
telah berperan dan bertanggung jawab mempersiapkan SDM yang berkualitas. Kondisi
dilapangan memperlihatkan bahwa penghargaan terhadap profesi guru belum memadai. Pada
era globalisasi dan demokratisasi profesi guru harus ditempatkan pada posisi sepatutnya.
ILO/UNESCO (1966) merekomendasikan status guru berupa: Kualifikasi untuk menjadi
guru, gaji yang layak, jaminan sosial, perlindungan hukum, hak dan kewajiban. Pekerjaan
guru merupakan profesi yang sangat tua usianya di dunia. Di Indonesia jauh sebelum
kemerdekaan. Selama awal kemerdekaan sampai pertengahan abad XX profesi guru
merupakan pekerjaan pengabdian yang mulia dan terhormat. Profesi guru cenderung
terabaikan oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sejak
awal kemerdekaan hingga sekarang belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
profesi guru.
b. Dosen
1) Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi dan Jabatan Akademik (Pasal 45-50)
2) Hak dan Kewajiban Dosen(Pasal 51-60)
3) Wajib Kerja dan Ikatan Dinas (Pasal 61-62)
4) Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan dan Pemberhentian (Pasal 63-69)
5) Pembinaan dan Pengembangan (Pasal 69-72)
6) Penghargaan (Pasal 73-74)
7) Perlindungan (Pasal 75)
8) Cuti (Pasal 76)
Dengan lahirnya Undang-undang Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan
untuk memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan dimasyarakat baik itu negeri maupun
swasta, lebih menghargai profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini
dilakukan sebagai langkah menjadikan guru sebagai tenaga profesional. Bisa didirikan
organisasi profesi yang dapat mewadahi, terutama guru yang dapat menjalankan fungsinya
sebagai orgnisasi profesi yang independen dan diharapkan dapat menjadi lembaga yang
benar-benar memperjuangkan nasib guru. Setiap guru berhak mendapatkan perlindungan
dalam melaksanakan tugasnya.
Guru juga berhak untuk memperoleh ”maslahat tambahan” yang tercantum dalam
pasal 19 UU Guru dan Dosen.
Maslahat Tambahan tersebut meliputi :
a. Tunjangan pendidikan.
b. Asuransi pendidikan.
c. Beasiswa.
d. Penghargaan bagi guru.
e. Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan.
f. Pelayangan kesehatan.
g. Bentuk kesejahteraan lain.
(UU Guru dan Dosen Pasal 7 ayat 1) Memiliki bakat, minat, panggilan dan
idealisme Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai
Memiliki kompetensi yang diperlukan, ikatan kesejawatan dan kode etik profesi, bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, memperoleh penghasilan yang sesuai dengan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Syarif. H, Drs, M.Pd. & Asrori, Drs. M.Pd. 2013. MANAJEMEN PENDIDIKAN
Substansi dan Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PUSTAKA
MANDIRI
http://bahasa-mahasiswa.blogspot.com/2011/01/undang-undang-sisdiknas-sistem.html
http://www.academia.edu/4784240/SISTEM_PENDIDIKAN_NASIONAL
https://gumonounib.wordpress.com/2010/06/23/undang-undang-sisdiknas-dari-masa-ke-
masa/
http://rumaniyah.blogspot.com/p/pendahuluan-a_1770.html?m=1
http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-info-penting-untuk-dosen.html
http://smpsmkhkisarulla.blogspot.com/2012/03/undang-undang-guru-dan-dosen.html
http://www.scribd.com/doc/47851937/Undang-undang-guru-dan-dosen
http://agupenajateng.net/2010/01/28/guru-profesional-keberadaannya-selalu-
ada/#ixzz1CChVUVa3
http://alifis.wordpress.com/tag/uu-guru-dan-dosen/
http://www.slideboom.com/presentations/41460/Undang-Undang-Guru-dan-Dosen