Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu tuntutan gerakan reformasi tahun 1998, ialah diadakannya reformasi dalam
bidang pendidikan. Forum Rektor yang lahir 7 Nopember 1998 di Bandung, juga
mendeklarasikan perlunya reformasi budaya, melalui reformasi pendidikan. Tuntutan
reformasi itu, dipenuhi oleh DPR-RI, bersama dengan pemerintah, dengan disahkan Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional tanggal 11 Juni 2003 yang lalu. Sistem Pendidikan
Nasional yang handal dan visioner sudah harus diketemukan, agar mampu menjawab
globalisasi dan membawa Indonesia hidup sama hormat dan sederajat dalam panggung
kehidupan internasional dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Suatu Sistem Pendidikan
Nasional yang mampu mengantarkan orang Indonesia menjadi warga dunia modern tanpa
kehilangan jati dirinya.
Pada era reformasi, sistem pendidikan nasional masih diatur dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989, yang banyak pihak menilainya bahwa UU tersebut tidak sesuai dengan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang atas dasar itulah
kemudian disusun Undang-Undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
meskipun melalui perdebatan yang cukup rumit dan melelahkan, namun akhirnya dapat
disahkan menjadi Undang-Undang.
Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Dengan memahami UU Guru dan Dosen dengan baik maka guru dan dosen mampu
mengatasi berbagai permasalahan pendidikan khususnya guru dan dosen. Jadi jika guru dan
dosen tidak membekali pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang baik maka anak didik
tidak dapat bersosialisasi baik terhadap orang yang ada disekitarnya dan tidak peduli pada
kehidupan di sekitarnya. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang
beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 1


Selain itu dengan adanya teknologi informasi yang semakin canggih dan semakin global
semakin memudahkan para guru dan dosen untuk mengembangkan kualitas pedidikan agar
lebih baik lagi. Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan
relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan bahwa guru dan dosen mempunyai fungsi, peran,
dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada reformasi pendidikan?


2. Bagaimana pembentukan undang undang sisdiknas?
3. Seperti apa pendidikan menurut undang-undang?
4. Bagaimanakah kulifikasi, kompetensi, sertifikasi dan jabatan akademik yang
harus dimiliki dosen ?
5. Hak dan kewajiban apa yang dimiliki dosen ?
6. Bagaimanakah ketentuan wajib kerja dan ikatan dinas bagi dosen ?

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Definisi Pendidikan
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan Negara.

2. Definisi Pendidikan Nasional


Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

3. Definisi Sistem Pendidikan Nasional


Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti adalah “cara atau
strategi”. Dalam bahasa Inggris sistem berarti “system”,jaringan, susunan, cara”.
Sistem juga diartikan “suatu strategi atau cara berpikir”.
Sedangkan kata pendidikan itu berasal dari kata “Pedagogi”, kata tersebut berasal dari
bahasa yunani kuno, yang jika dieja menjadi 2 kata yaitu Paid yang artinya anak dan Agagos
yang artinya membimbing. Dengan demikian Pendidikan bisa di artikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar agar para pelajar
di didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya yang diperlukan untuk dirinya
dan masyarakat.Jadi, bisa di simpulkan bahwa sistem pendidikan adalah suatu strategi
ataucara yang akan di pakai untuk melakukan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
agar para pelajar tersebut dapat secara aktif Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003
Pasal 1 ayat ke 3 yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 3


B. Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional
Undang-undang No.20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 2 dan Pasal 3 membicarakan
mengenai Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional.

a. Dasar Pendidikan Nasional


Menurut Undang-undang no.20 tahun 2003 Pasal 2 Pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional


Menurut Undang-undang no.20 tahun 2003 Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

C. Kelembagaan Pendidikan
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada BAB VI membahas mengenai Jalur
Jenjang dan Jenis Pendidikan.

1. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.

a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 4


b. Pendidikan Non-formal
Pendidikan Non-formal di jelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003 pasal 26.
Pendidikan Non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan


layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup,dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara
dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.

c. Pendidikan Informal
Pendidikan Non-formal di jelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003 pasal 27.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan ingkungan.Kegiatan pendidikan
informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Hasil pendidikan Informal dapat diakuisama dengan peendidikan formal dan
noformal.

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 5


2. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Jenjang pendidikan terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan
Tinggi.

D. Faktor
Faktor-faktor yang mempengaruhi dirubahnya UU Sistem Pendidikan Nasional (SPN)
No 2/89 menjadi UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 diantaranya adalah :
a) UU No. 2 Tahun 1989  masih bersifat sentralistik
b) UU No. 2 Tahun 1989 masih belum bermutu, kemudian sesuai tuntutan dalam UU
SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 dibuatlah Standar Nasional Pendidikan
c) UU No. 2 Tahun 1989 belum mengarah pada pendidikan untuk semua
d) Belum Mengarah pada pendidikan seumur hidup
e) Pendidikan belum link and match dengan dunia usaha dan dunia kerja.
f) Belum menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.

E. Kedudukan Guru dalam Sistem Pendidikan Nasional


Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan
bahwa Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar, menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal (TK).
Sebagai seorang profesional, guru harus menguasai kompetensi yang dipersyaratkan
untuk profesi tersebut. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Paling tidak terdapat 4 (empat) macam kompetensi yang harus dikuasai oleh guru,
yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional.

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 6


 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang
meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan kurikulum/ silabus
d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f) Evaluasi hasil belajar
g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

 Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan kepribadian yang:


a) Mantap
b) Stabil
c) Dewasa
d) Arif dan bijaksana
e) Berwibawa
f) Berakhlak mulia
g) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
h) Mengevaluasi kinerja sendiri
i) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
 Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk:
a) Berkomunikasi lisan dan tulisan
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua/wali peserta didik
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

 Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara


luas dan mendalam yang meliputi:

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 7


a) Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren
dengan materi ajar
b) Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
c) Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
d) Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
e) Kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai
dan budaya nasional.

Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kompetensi guru, perlu dilakukan uji
kompetensi, melalui sertifikasi kompetensi. Sertifikasi kompetensi adalah proses
pemerolehan sertifikat kompetensi guru, dengan tujuan untuk memberikan bukti tertulis
terhadap kinerja (performance) melaksanakan tugas guru sebagai perwujudan kompetensi
yang dimiliki telah sesuai dengan standar kompetensi guru yang dipersyaratkan.
Sertifikasi merupakan jawaban terhadap adanya kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi guru, oleh sebab itu proses sertifikasi kompetensi dipadang sebagai bagian
esensial dalam memperoleh sertifikat kompetensi yang diperlukan.

F. Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indoensia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi disini pendidikan hanya
menekankan pada intelektual saja, dengan bukti bahwa adanya UN sebagai tolak ukur
keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti anak.

G. Tujuan Pendidikan Menurut Undang Undang dan UNESCO


 Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 8


Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia.”

 Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003


Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20,
Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”

 Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO


Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui
peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun
masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4)
learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-
tujuan IQ, EQ dan SQ.

H. Undang Undang SISDIKNAS dari masa ke masa

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 9


A. Sistem Pendidikan Nasional menurut UU No. 4 Tahun 1950 UU No. 12 tahun
1954
Tujuan pendidikan dan pengajaran menurut UU No. 4 Tahun 1950 Bab. II pasal 3
adalah ”membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”. Selanjutnya pada tahun
1954 dikeluarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1954 tentang Pernyataan Berlakunya
Undang-Undang No. 4 Tahun 1950 Dari Republik Indonesia Dahulu tentang Dasar-Dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk Seluruh Indonesia. Undang-undang ini lahir
sebagai akibat dari perubahan sistem pemerintahan Indonesia pada saat itu, dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berganti menjadi Negara Republik Indonesia Serikat,
dan kembali lagi menjadi negara kesatuan.
Sistem pendidikan nasional pada masa ini masih belum mencerminkan adanya
kesatuan. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954
hanya mengatur pendidikan dan pengajaran di sekolah, sementara penyelenggaraan
pendidikan tinggi belum diatur. Undang-Undang yang mengatur penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi baru lahir pada tahun 1961 dengan disahkannya Undang-undang No. 22 Tahun 1961
tentang Penyelenggaraan Perguruan Tinggi.

Berlakunya dua undang-undang dalam sistem pendidikan, yaitu Undang-undang


Nomor 4 Tahun 1950 jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 1954 dan Undang-undang No. 22
Tahun 1961 sering dipandang sebagai kendala yang cukup mendasar bagi pembangunan
pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang tersebut, di
samping tidak mencerminkan landasan kesatuan sistem pendidikan nasional, karena
didasarkan pada Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat, juga tidak sebagaimana
diamanatkan oleh UUD 1945. Penyelenggaraan pendidikan yang diatur dengan dua undang-
undang yang berlainan menyebabkan konsolidasi dalam perwujudan satu sistem pendidikan
nasional – seperti yang dikehendaki oleh UUD 1945 Pasal 31 Ayat (2) – belum terlaksana
sepenuhnya. Sesuai dengan kedua undang-undang tersebut, persekolahan pada waktu itu
memiliki penjenjangan berikut :

a) Pendidikan prasekolah yang disebut Taman Kanak-kanak.(TK) dengan lama belajar


satu atau dua tahun. Berdasarkan undang-undang yang berlaku hanya diatur bahwa

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 10


pendidikan taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk sekolah tetapi tidak
diatur bahwa pendidikan prasekolah merupakan prasyarat untuk memasuki sekolah
dasar.
b) Sekolah dasar (SD) dengan lama pendidikan enam tahun yang menampung murid--
murid baik yang telah lulus maupun tidak lulus pendidikan taman kanak-kanak.
c) Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) adalah pendidikan dengan lama belajar tiga
tahun setelah lulus SD. Dalam undang-undang ini, pendidikan kejuruan mulai
dilakukan pada tingkat SLTP. Pada waktu itu SLTP terbagi menjadi dua, yaitu
pendidikan umum yang diselenggarakan melalui sekolah menengah pertama (SMP)
dan pendidikan kejuruan melalui sekolah menengah kejuruan tingkat pertama
(SMKTP).
d) Sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) adalah pendidikan sekolah dengan lama belajar
tiga atau empat tahun setelah SMP atau SMKTP. Undang-undang yang berlaku pada
waktu itu sudah menganggap penting dikembangkannya pendidikan menengah
kejuruan sehingga, di samping pendidikan menengah umum yang diselenggarakan di
sekolah menengah atas (SMA) juga berkembang jenis-jenis sekolah menengah
kejuruan tingkat atas (SMKTA).
e) Perguruan Tinggi (PT) adalah pendidikan dengan lama kuliah tiga sampai empat
tahun untuk tingkat sarjana muda dan lima sampai tujuh tahun untuk tingkat sarjana
yang ditempuh baik melalui universitas, institut, akademi, maupun sekolah tinggi.
f) Di lain pihak, pendidikan masyarakat juga merupakan bagian yang integral dalam
sistem pendidikan nasional pada waktu itu. Pendidikan masyarakat atau pendidikan
luar sekolah bertujuan untuk: pertama; memberikan pengetahuan dan keterampilan,
termasuk kemampuan membaca, menulis dan berhitung kepada orang-orang dewasa
yang buta huruf yang tidak berkesempatan bersekolah, kedua; membantu orang-orang
dewasa yang sudah bekerja agar lebih produktif di dalam usaha-usahanya, dan ketiga;
memperkecil jurang antara kemajuan di daerah perkotaan dengan kemajuan di daerah
pedesaan.

B. Sistem Pendidikan menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1989

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 11


Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional meneguhkan
dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut
termaktub dalam Bab II pasal 2 yang bunyi lengkapnya adalah ”Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”. Sedangkan tujuan pendidikan
nasional tercantum dalam Bab II pasal 4 yang berbunyi ”Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989, pembangunan pendidikan mengusahakan
pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi mutunya dan
mampu mandiri, serta pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh dan. mengandung
makna terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, paham, dan ideologi yang
bertentangan dengan Pancasila. Pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk
memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
mengembangkan dirinya secara terus-menerus dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sistem pendidikan nasional sekaligus merupakan alat dan tujuan yang amat penting dalam
perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan serta tujuan negara dan bangsa Indonesia.

Sistem pendidikan nasional mengamanatkan jaminan untuk memberikan pendidikan


bagi setiap warga negara Republik Indonesia, agar masing-masing memperoleh sekurang-
kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar, yang meliputi kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung, serta menggunakan bahasa Indonesia, yang diperlukan oleh setiap
warga negara untuk dapat berperanserta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan baik melalui jalur
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah sampai ke tingkat yang sesuai dengan
kemampuannya. Sistem Pendidikan Nasional memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya
kepada setiap warga negara, sehingga tidak dibenarkan adanya perbedaan atas dasar jenis
kelamin, agama, ras, suku, latar belakang sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dalam
penerimaan murid baru.

UU No.2/1989 memberikan arah terwujudnya satu sistem pendidikan nasional,


dengan salah satu penegasan bahwa sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta,

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 12


menyeluruh, dan terpadu. Semesta diartikan terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku di
seluruh wilayah negara. Menyeluruh berarti mencakup semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan, sedangkan terpadu berarti adanya saling keterkaitan antara pendidikan nasional
dengan seluruh usaha pembangunan nasional. Dengan demikian, di dalam UU ditetapkan
segala bentuk satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan beserta peraturan pelaksanaannya,
termasuk tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dari semua jenis dan jenjang pendidikan.
UU No.2/1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu
jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar
secara berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-
mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.

Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
a) Pendidikan umum merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang
diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan.
b) Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja dalam bidang tertentu.
c) Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
d) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai
suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
e) Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama yang bersangkutan.
f) Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan ilmu pengetahuan.
g) Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan keahlian tertentu

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 13


Sedangkan Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan luar sekolah terdiri atas
pendidikan umum, pendidikan keagamaan,-pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan,
dan pendidikan kejuruan.
Jenjang pendidikan yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 1989 adalah jenjang
pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan tinggi. Jenjang
pendidikan dasar pelaksanaannya diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990,
pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan
selama enam tahun di Sekolah Dasar (SD) dan tiga tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat. Bentuk satuan pendidikan dasar yang
menyelenggarakan pendidikan program 6 tahun adalah SD (umum), SDLB, dan Madrasah
Ibtidaiyah. Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan program tiga
tahun adalah SLTP, SLTPLB, dan Madrasah Tsanawiyah.

Jenjang berikutnya adalah jenjang pendidikan menengah. Jenis-jenis pendidikan


menengah meliputi:
a) Pendidikan menengah umum mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan siswa, serta menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi;
b) Pendidikan menengah kejuruan, mengutamakan pengembangan kemampuan
siswauntuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan, menyiapkan siswa memasuki
lapangan kerja, serta mengembangkan sikap profesional;
c) Pendidikan menengah keagamaan mengutamakan penguasaan khusus siswa tentang
agama yang bersangkutan;
d) Pendidikan menengah kedinasan mengutamakan peningkatan kemampuan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan;
e) Pendidikan menengah luar biasa diselenggarakan secara khusus untuk siswa yang
menyandang kelainan fisik dan/atau mental.

Jenjang berikutnya adalah jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi melanjutkan


pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah, yang terdiri atas pendidikan akademis dan
pendidikan profesional. Pendidikan akademis terutama diarahkan pada penguasaan ilmu

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 14


pengetahuan dan teknologi.Pendidikan profesional lebih diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu.

Satuan penyelenggara pendidikan tinggi adalah perguruan tinggi. Satuan pendidikan


ini dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Akademi
merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dalam satu
cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu. Politeknik
merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan profesional dalam sejumlah
bidang pengetahuan khusus. Sekolah Tinggi merupakan perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam satu disiplin ilmu
tertentu. Institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sekelompok disiplin
ilmu yang sejenis. Universitas merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas
yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin
ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1989 pasal 12 ayat (2), selain jenjang pendidikan
sebagaimana dimaksudkan di atas, diselenggarakan pula pendidikan prasekolah, yang
bertujuan untuk membantu pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar
lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Satuan pendidikan yang
menyelenggarakan jenis pendidikan ini adalah Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain,
Penitipan Anak, Bustanul Athfal atau Raudhlatul Athfal.

C. Sistem Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003


Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tetap
mempertahankan dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 15


1945. Hal tersebut termaktub dalam Bab II pasal 2 yang bunyi lengkapnya adalah
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam
Bab II pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.

Undang-undang sisdiknas terbaru ini memberikan penekanan bahwa penyelenggaraan


pendidikan harus dilaksanakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multi makna. Selain itu, endidikan diselenggarakan: sebagai suatu
proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;
dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran; dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat; dan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
pendidikan.

Undang-Undang No.20/2003 Bab VI pasal 13 menetapkan bahwa pendidikan nasional


dilaksanakan melalui jalur formal, non formal, dan informal yang penyelenggaraannya dapat
saling melengkapidan saling memperkaya. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 16


Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang


mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem
terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, dan vokasi.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan


layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan


berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
Sementara itu, undang-undang ini juga mengatur pendidikan anak usia dini (PAUD),
yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat.

UU No. 20/2003 juga mengatur pendidikan kedinasan, yaitu pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah non-departemen. Pendidikan
kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 17


kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah
non-departemen.

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah atau kelompok masyarakat


dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendidikan keagamaan
berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama.
Pengendalian penyelenggaraan dan mutu pendidikan dilaksanakan dengan indikator Standar
Nasional Pendidikan (SNP). SNP diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab IX pasal 35.
Pelaksanaan pengaturan SNP telah dijabarkan dalam sejumlah Peraturan Pemerintah yang
telah diundangkan.

A. UNDANG UNDANG GURU DAN DOSEN

1. Definisi

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 18


Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa,
dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pemenuhan
pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan. Guru dan Dosen menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan
nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan formal. Guru dan Dosen profesional dan bermartabat menjadi impian kita
semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan
berakhlak. Guru dan Dosen profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi
terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan
agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak
tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat, dan tenaga pendidik.

2. Definisi Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.

3. Definisi Dosen
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pasal 3 Dosen mempunyai kedudukan sebagai
tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Pasal 4 Kedudukan guru
sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pasal 5 Kedudukan dosen sebagai tenaga

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 19


profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Pasal 6 Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Prinsip keprofesionalitas dalam Pasal 7 : Profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : memiliki
bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang diperlukan
sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan; memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat;memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Pemberdayaan profesi guru atau
pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan
secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik
profesi.

Undang-undang Guru dan dosen merupakan perjuangan panjang mewujudkan hak


azasi pendidik. UU ini dianggap bisa menjadi payung hukum unuk guru dan dosen tanpa
adanya perlakuan yang berbeda antara guru negeri dan swasta.. UU Guru dan Dosen secara
gamblang dan jelas mengatur secara detail aspek-aspek yang selama ini belum diatur secara

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 20


rinci. Semisal, kedudukan, fungsi dan tujuan dari guru, hak dan kewajiban guru, kompetensi
dan lain-lain. Yang perlu digaris bawahi dan mendapat sambutan positif dari masyarakat
terhadap UU Guru dan Dosen adalah hal-hal yang menyangkut :
a) Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki
oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat
penugasan.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen
b) Hak dan kewajiban.
c) Pembinaan dan pengembangan.
d) Penghargaan,
e) Perlindungan
f) Organisasi profesi dan kode etik.

Dengan lahirnya UU Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan untuk
memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan di masyarakat baik itu negeri maupun
swasta. Tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat
Profesi Pendidik. Pasal 8 menyebutkan : “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”

Kelahiran Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen telah
memberikan pencerahan yang cukup berarti bagi guru dan dosen. Sebelum UU Guru dan
Dosen disahkan, guru-guru tidak mempunyai payung hukum yang jelas, mengatur segala
sesuatu secara khusus yang menyangkut guru. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tidak dapat memayungi seluruh guru, posisi guru

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 21


swasta selama ini memang seolah-olah tidak dipayungi oleh UU yang ada, dari sudut UU
kepegawaian jelas tidak menkhususkan untuk guru, karena yang diatur adalah pegawai
pemerintah (PNS). Sedangkan dari sudut UU Ketenagakerjaan juga akan sangat sulit karena
penyelenggara pendidikan adalah yayasan, sehingga ditakutkan adanya proses diskriminasi
antara guru PNS dan guru swasta, guru tidak dapat dikatagorikan sebagai tenaga kerja atau
buruh.

Kinerja pendidikan nasional masih jauh dari harapan Guru sebagai tenaga profesional
telah berperan dan bertanggung jawab mempersiapkan SDM yang berkualitas. Kondisi
dilapangan memperlihatkan bahwa penghargaan terhadap profesi guru belum memadai. Pada
era globalisasi dan demokratisasi profesi guru harus ditempatkan pada posisi sepatutnya.
ILO/UNESCO (1966) merekomendasikan status guru berupa: Kualifikasi untuk menjadi
guru, gaji yang layak, jaminan sosial, perlindungan hukum, hak dan kewajiban. Pekerjaan
guru merupakan profesi yang sangat tua usianya di dunia. Di Indonesia jauh sebelum
kemerdekaan. Selama awal kemerdekaan sampai pertengahan abad XX profesi guru
merupakan pekerjaan pengabdian yang mulia dan terhormat. Profesi guru cenderung
terabaikan oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sejak
awal kemerdekaan hingga sekarang belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur
profesi guru.

B. Tujuan pembuatan Undang-Undang Guru dan Dosen


a) Mengangkat harkat, citra dan martabat guru.
b) Meningkatkan tanggung jawab profesi guru sebagai pengajar, pendidik,
pelatih, pembimbing dan manajer pembelajaran.
c) Memberdayakan dan mendayagunakan profesi guru.
d) Memberikan jaminan kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesi guru.
e) Meningkatkan mutu pelayanan dan hasil pendidikan.
f) Mendorong peran serta masyarakat dan kepedulian terhadap guru.

C. Undang – undang Guru dan Dosen terdiri dari :


a. Guru
1) Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi (Pasal 8-13)
2) Hak dan Kewajiban (Pasal 14-20)
3) Wajib Kerja dan Ikatan Dinas (Pasal 21-23)

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 22


4) Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan dan Pemberhentian (Pasal 24-31)
5) Pembinaan dan Pengembangan (Pasal 32-35)
6) Penghargaan (Pasal 36-38)
7) Perlindungan (Pasal 39)
8) Cuti (Pasal 40)
9) Organisasi Profesi dan Kode Etik (Pasal 41-44)

b. Dosen
1) Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi dan Jabatan Akademik (Pasal 45-50)
2) Hak dan Kewajiban Dosen(Pasal 51-60)
3) Wajib Kerja dan Ikatan Dinas (Pasal 61-62)
4) Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan dan Pemberhentian (Pasal 63-69)
5) Pembinaan dan Pengembangan (Pasal 69-72)
6) Penghargaan (Pasal 73-74)
7) Perlindungan (Pasal 75)
8) Cuti (Pasal 76)

Dengan lahirnya Undang-undang Guru dan Dosen diharapkan dapat menjadi acuan
untuk memperbaiki kualitas mutu pelayanan pendidikan dimasyarakat baik itu negeri maupun
swasta, lebih menghargai profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini
dilakukan sebagai langkah menjadikan guru sebagai tenaga profesional. Bisa didirikan
organisasi profesi yang dapat mewadahi, terutama guru yang dapat menjalankan fungsinya
sebagai orgnisasi profesi yang independen dan diharapkan dapat menjadi lembaga yang
benar-benar memperjuangkan nasib guru. Setiap guru berhak mendapatkan perlindungan
dalam melaksanakan tugasnya.

D. Perlindungan untuk guru dan dosen meliputi :


a. Perlindungan hukum.
Perlindungan hukum mencakup perlindugan atas tindak kekerasan, ancaman,
perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil.
b. Perlindungan profesi.

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 23


Perlindungan profesi mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak
wajar, pelecehan terhadap profesi serta pembatasan lain yang dapat menghambat guru dalam
melaksanakan tugas.
c. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan ini mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja,
kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja
atau resiko lain.
UU Guru dan Dosen mungkin masih harus di perdebatkan dalam rangka
memperbaikinya di masa yang akan datang. Apalagi ada beberapa hal memang tidak serta
merta dapat dilaksanakan. Pemberian tunjangan kepada seluruh guru, akan sangat terganturng
anggaran pemerintah. Sehingga pada saat anggaran pendidikan belum mencapai 20% dari
APBN maka akan sangat sulit dilaksanakan. Demikian pula dengan program sertifikasi dll,
masih memerlukan proses untuk pelaksanaan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Namun
diharapkan dengan adanya 2 (dua) undang-undang yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU Guru dan Dosen diharapkan akan memperbaiki
mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.

Guru juga berhak untuk memperoleh ”maslahat tambahan” yang tercantum dalam
pasal 19 UU Guru dan Dosen.
 Maslahat Tambahan tersebut meliputi :
a. Tunjangan pendidikan.
b. Asuransi pendidikan.
c. Beasiswa.
d. Penghargaan bagi guru.
e. Kemudahan bagi putra-putri guru untuk memperoleh pendidikan.
f. Pelayangan kesehatan.
g. Bentuk kesejahteraan lain.
(UU Guru dan Dosen Pasal 7 ayat 1) Memiliki bakat, minat, panggilan dan
idealisme Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai
Memiliki kompetensi yang diperlukan, ikatan kesejawatan dan kode etik profesi, bertanggung
jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, memperoleh penghasilan yang sesuai dengan

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 24


prestasi kerjanya, memiliki kesempatan pengembangan profesi, memiliki jaminan
perlindungan hukum, miliki organisasi profesi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 25


Uraian di atas secara singkat dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan nasional
yang diatur UU No. 4/1950 jo UU No. 12/1954 masih belum terintegratif dan utuh. Sistem
pendidikan nasional yang terintegratif dan utuh mulai muncul pada UU NO. 2/1989, namun
pada undang-undang ini hakikat pendidikan yang menghargai keragaman belum
terakomodasi. Sistem pendidikan nasional menurut UU NO. 2/1989 masih bersifat
sentralistik.
Bangun sistem pendidikan nasional paling komprehensif dan desentralistik sudah
terlihat pada UU No. 20/2003. Undang-undang ini  sangat kuat, karena pada tahun yang sama
UUD 1945 juga diamandemen dan hasilnya menempatkan pendidikan pada posisi sangat
penting, alokasi anggaran pendidikan diamanatkan minimal 20% dari APBN. Namun
demikian, pelaksanaannya sampai tahun kelima (2008) masih belum sempurna. Alokasi
anggaran pendidikan masih kurang dari 20% dari APBN. Sinkronisasi peraturan pelaksanaan
UU No. 20/2003 masih belum sempurna, bahkan ada yang bertentangan.

DAFTAR PUSTAKA

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 26


Hidayat, Syarif. H, Drs, M.Pd. 2013. PROFESI KEPENDIDIKAN Teori dan Praktik di Era
Otonomi. Jakarta : PUSTAKA MANDIRI

Hidayat, Syarif. H, Drs, M.Pd. & Asrori, Drs. M.Pd. 2013. MANAJEMEN PENDIDIKAN
Substansi dan Implementasi dalam Praktik Pendidikan di Indonesia. Jakarta : PUSTAKA
MANDIRI

http://bahasa-mahasiswa.blogspot.com/2011/01/undang-undang-sisdiknas-sistem.html
http://www.academia.edu/4784240/SISTEM_PENDIDIKAN_NASIONAL
https://gumonounib.wordpress.com/2010/06/23/undang-undang-sisdiknas-dari-masa-ke-
masa/
http://rumaniyah.blogspot.com/p/pendahuluan-a_1770.html?m=1
http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-info-penting-untuk-dosen.html
http://smpsmkhkisarulla.blogspot.com/2012/03/undang-undang-guru-dan-dosen.html
http://www.scribd.com/doc/47851937/Undang-undang-guru-dan-dosen
http://agupenajateng.net/2010/01/28/guru-profesional-keberadaannya-selalu-
ada/#ixzz1CChVUVa3
http://alifis.wordpress.com/tag/uu-guru-dan-dosen/
http://www.slideboom.com/presentations/41460/Undang-Undang-Guru-dan-Dosen

SPJD – UNDANG UNDANG SISDIKNAS, GURU DAN DOSEN 27

Anda mungkin juga menyukai