Anda di halaman 1dari 5

ANOTASI BIBLIOGRAFI

TIGA JENIS FOLKLORE

Oleh:
Faiza Kannisa Putri (1930932033)
Program Studi Antropologi Budaya
Fakultas Budaya dan Media
Institut Seni Budaya Indonesia Bandung

A. Folklore Lisan
Judul : 999 Pantun Betawi
Pengarang : Zahrudin Al-Batawi
Tahun terbit, hal : 2012, halaman 209
Kota penerbit : Jakarta
Penerbit : Nur Fiqi

Anotasi

Banyak sekali pantun yang terdapat di Betawi (Jakarta). Pantun ini dapat bertemakan
bermacam hal. Dari tentang keagamaan, percintaan sampai tentang dosa. Dalam buku
ini terdapat Pantun Pembuka, Pantun Al-Quran, Pantun Mengaji, Pantun Haji, Pantun
Sholat, Pantun Kematian, PantunBertobat, Pantun Nasehat, Pantun Humor, Pantun
Orang Tue, Pantun sedih, Pantun Anak, Pantun Yatim Piatu, Pantun Jodoh, Pantun
Pemabok, PantunNarkoba, Pantun Dose, Pantun Politik, Pantun Toleransi, Pantun
Korupsi, dan masih banyak lagi yang laiinya.

 Salah satu contoh pantun yang membahas tentang bertobat yaitu :

Pagi berobat sakit di dade


Berobat ke manggarai ude banyak orang
Ingin bertobat jangan pake ditunde
Kite mulai dari sekarang
 Salah satu contoh pantun tentang nasihat :

Jalan kaki jalannye perlahan


Kalo lari pasti lebih cepet
Rizki ade ditangan tuhan
Kalo kite cari pasti dapet
Komentar

Pantun merupakan salah satu contoh dari folklore lisan. Pantun dapat dianggap
sebagai suatu cara berkomunikasi yang berkembang di Jakarta ( Betawi ). Selain
menjadi cara berkomunikasi, pantun juga dapat menjadi syarat dalam tradisi
pernikahan di adat Betawi
Tanggapan

Buku ini sudah bagus, memiliki contoh-contoh yang lengkap. Baik dari yang
membahas tentang nasihat sampai dosa. Biarpun pantun yang bertemakan rokok,
namun pantun ini justru menyinggung para perokok. Jadi, bukan hanya pantun biasa,
namun memiliki pesan didalamnya. Setiap pantun juga dapat dibilang mudah
dipahami, sehingga pesan yang ada dapat mudah dimengerti.

Hanya saja, bahasa atau kata-kata yang dipakai dalam buku ini memang lebih ‘blak-
blakan’ maksudnya yaitu benar-benar terbuka. Jadi, dapat dikatakan bahwa buku ini
kurang pantas untuk dibaca oleh anak dibawah umur. Sebaiknya juga buku ini
memiliki tanda bahwa buku ini bukan buku bacaan anak di bawah umur.

B. Folklore Sebagian Lisan


Judul : Upacara Tradisional ( Upacara Kematian ) Daerah Lampung
Pemimpin Proyek : Drs. H. Ahmad Yunus
Tahun terbit : 1986
Kota penerbit : Jakarta
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Anotasi

2
Mengingat banyaknya upacara tradisional serta coraknya yang beraneka ragam yang
mungkin berkembang setiap suku bangsa di Indonesia, maka inventarisasi dan
dokumentasi upacara tradisional ini perlu dibatasi, yaitu hanya meliputi upacara yang
berkaitan dengan lintasan hidup perseorangan. Hal ini berarti bahwa perhatian akan
dipusatkan pada upacara-upacara yang pada garis besarnya menyangkut soal
kelahiran, perkawinan dan kematian.

Dalam buku ini dijelaskan mengenai Upacara Kematian, yaitu :


1. Upacara Sebelum Penguburan
1.1 Upacara pemberitahuan kematian
1.2 Upacara menunggu mayat
1.3 Upacara memandikan mayat
1.4 Upacara mengafani mayit
1.5 Upacara pemberangkatan mayit
1.6 Upacara menyembahyangkan mayit
2. Upacara Saat Penguburan
3. Upacara Sesudah Penguburan
3.1 Upacara menunggu kuburan
3.2 Upacara tahlil memperingati hari kematian
3.3 Upacara membersihkan kuburan

Komentar

Upacara kematian sebenarnya banyak dipengaruhi unsur-unsur agama khusunya


dalam hal ini yaitu Islam. Dalam hal ini juga dapat disimpulkan bahwa acara yang
bersifat khusus lambat laun akan hilang dan berganti dengan hal-hal yang bersifat
umum yang dilakukan sesuai dengan ketentuan umum agama.

Tanggapan

Buku ini sudah sangat lengkap. Hal ini karena buku ini juga berdasarkan penelitian.
Sehingga informasi yang terkumpul dapat terbilang terperinci. Selain itu, bahasa yang
digunakan juga cukup mudah dimengerti oleh pembaca sehingga pembaca dapat
memahami tentang yang dibahas dalam buku ini.

3
Hanya saja, ada beberapa salah pengetikan. Selain itu, buku ini karena sudah berumur
lama, sehingga mudah robek ataupun rusak. Ada baiknya bahwa buku ini diperbaiki
atau diketik ulang dan diperbaiki tulisan yang salah, agar buku ini dapat lebih indah
dipandang.

C. Folklore Bukan Lisan


Judul : Alat Penjaja Tradisional – Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Penulis : 1. Drs. Anto Achadiyat
2. Drs. Harry Waluyo
3. Soemantri Sastrosuwondo
4. Sri Mintosih BA.
Tahun terbit : 1986
Kota penerbit : Jakarta

Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi

dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah

Anotasi

Alat penjaja atau alat berdagang tradisional memiliki beberapa bentuk (jenis). Di
dalam buku ini dijelaskan dan diberi keterangan beserta gambar. Alat atau system
yang ada, yaitu :

1. Sistem Pikul
Contoh : Penjaja laksa, Penjaja Kue Ape, Penjaja Bubur Ayam, Penjaja Toge
Goreng, Penjaja Bajigur, dan lain-lain
2. Sistem Dorong
Contoh : Tukang Pigura, Penjaja Sayur, Penjaja Soto Daging, Penjaja Empek-
Empek, Penjaja Baso, dan lain-lain
3. Sistem Menetap
Contoh : Penjual buah-buahan, Penjual Topi, Penjaja Gambar Hias, Penjaja Akik,
Penjaja Sepatu Bekas
4. Sistem Gendong, Junjung, dan Sandang
Contoh : Penjaja Rokok

Komentar

4
Dari pembahasan-pembahasan yang ada di buku, maka secara tidak
langsungmaupun tidak langsung secara sadar maupun tidak sadar, aktivitas
menjajakan makanan tradisonal, cukup berkaitan kegiatan sosial masyarakat.

Tanggapan

Buku ini dapat dibilang sangat lengkap. Karena dalam buku ini disertai dengan
gambar, sehingga kita langsung dapat melihat contoh dari alatnya. Bahkan setiap
materi, memiliki gambar. Mungkin hal ini dapat terjadi karena buku ini merupakan
hasil penelitian yang dilaksanakan langsung. Buku ini pun masih cukup rapih
walaupun sudah berumur cukup lama.

Anda mungkin juga menyukai