A. Pendahuluan
Secara kebahasaan metamorf berasal dari dua kata dari Yunani yaitu meta yang
berarti perubahan dan morph yang berarti bentuk.Batuan metamorf adalah batuan yang
dibentuk hasil dari proses metamorfisme. Proses metamorfisme sendiri merupakan
suaut proses rekristalisasi yang terjadi si kedalaman kerak bumi dengankedalaman 3-
20 km, yang terjadi ketika suatu batuan dalam fase padat (tanpa melalui fase cair),
dimana pada prosesnya sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu dan/atau tekanan,
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat kestabilan mineral pada suhu
dan tekanan tertentu. Pada proses metamorfisme dapat terbentuk mineral barudari
komposisi yang kimia yang sudah ada. Batuan metamorf dapat berasal dari batuan
beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf. Batuan asal tersebut disebut protolith.
Dalam proses metamorfisme terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
produknya yaitu protolith (batuan asal), tempratur (berkaitan dengan gradien
geothermal), tekanan, fluida, dan waktu. Perbedaan jenis protolith pada suatu jenis
metamorfisme akan menghasilkan batua metamorf yang berbeda. Perbedaan suhu dan
tekanan juga berpengaruh pada batuan metamorf yang dihasilkan. Tekanan
memberikan pengaruh yang besar terhadap struktur dari batuan metamorf (foliasi, non
foiliasi). Penambahan fluida pada suatu proses metamorfisme akan menyebabkan
penambahan mineral baru dikarenakan air dapat mempengaruhi reaksi kimia pada
batuan. Kondisi tersbut disebut metasomatisme. Contoh metasomtisme adalah pada
gaming akan menyebabkan terbentuknya garnet, pitoksen, dan kalsit. Apabila tidak
terjadi penambahan fluida, metamorfisme batugamping akan menghasilkan marmer.
B. Jenis Metamorfisme
Berdasarkan area pengaruh metamorfisme, terdapat dua tipe metamorfisme
yaitu metamorfisme lokal dan metamorfsime regional. Metamorfisme lokal memiliki
cakupan area yang kecil sedangkan metamorfisme regiona mencakup area yang luas.
Metamorfisme lokal memiliki dua sub-tipe yaitu metamorfisme kontak dan
metamorfisme kataklastik, sedangkan metamorfisme regional memiliki tiga sub-ripe
yaitu metamorfisme dinamotermal, metamorfisme burial, dan metamorfisme lantai
samudera. Berikut ini rincian masing-masing subtipenya.
1. Metamorfissme Kontak
Metamorfisme kontak merupakan metamorfisme dengan
tempratur tinggi dan tekanan rendah. Pada metamorfisme kontak
dihasilkan tekanan sebesar 1000-3000 atm dan tempratur sebesar 300-
800⁰C Gejala dari metamorfisme kontak ini bermula ketika batuan beku
mengintrusi batuan jenislain, umumnya batuan sedimen. Pada batas
persingunggan antara intrusi dan batuan yang diintrusi akan terbentuk
batuan metamorf. Pada metamorfisme kontak terdapat gradien
metamorfisme. Semakin jauh dari tubuh intrusi maka semakin rendah
tingkat metamorfismenya begitu juga sebaliknya. Metamorfisme kontak
akan menghasilkan struktur khas batuan metamorf yaitu nonfoliasi
hornfels. Zona kontak metamorfismenya disebut aureole.
metamorfisme kontak
2. Metamorfisme Kataklastik
Metamorfisme kataklastik merupakan metamorfisme yang
dipengaruhi oleh tempratur tinggi dengan suhu yang rendah.
Metamorfosime ini terjadi pada daerah pergeseran yang dangkal seperti
zona sesar dimana tekanan berperan lebih besar dibanding tempratur.
Pada metamorfisme tipe ini ridak terjadi proses rekristalisasi.
3. Metamorfisme Dinamotermal
Metmaorfisme dinamotermal merupakan metamorfisme dengan
tempratur tinggi dan tekanan tinggi. Suhu yang berkerja pada
metamorfis ini berkisar pada 200-850⁰C dengan tekanan mencapai
13.000 bars. Lokasi dari metamorfosime ini adalah di kedalaman kerak
bumi terutama pada zona subduksi. Peningkatan suhu berkaitan dengan
peningkatan gradien geothermal sedangkan tekanan dipengaruhi oleh
pergerakan yang terjadi pada batas lempeng. Zona ini disebut juga
sebagai jalur orogen atau jalur pembentukan peggunungan.
Metamorfisme tipe ini menghasilkan persebaran batuan metamorf yang
luas. Metamorfisme ini juga dapat terjadi pada zona kolisi.
metamorfisme dinamotermal
4. Metamorfisme Bruial
Metamorfisme burial merupakan metamorfisme yang
dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi dengan tempratur rendah. Proses
metamorfisme ini terjadi akibat pembebanan dari material sedimen tebal
di bagian atas. Metamorfisme ini memiliki suhu yang elatif lebih rendah
dari tipe metamirfisme yang lain dengan suhu berkisar 400-450⁰C.
Metamorfisme burial umumnya terjadi pada daerah cengkungan tempat
material sedimen terakumulasi.pada metamorfisme jenis ini akan
terbnetuk batuan nonfoliasi yang masih menampkan struktur bawaan
dari protolith. Kondisi tersebut disebut palimpsest, contohnya
blastopsamit.
metamorfisme burial
Konsep foliasi
2. Palimpset
Palimpsest merupakan tekstur batuan metamorf dimana masih
dapat erlihat tekstur dan struktur dari protolith meskipun telah
mengalami metamorfisme. Tekstur ini dapat ditemukan pada batuan
metamorf yang terbentuk hasil metamorfisme kontak dan lantia
samudera. Berikut ini jenis dan masing-masing rinciannya:
a. Blastoporfiritik: menunjukan tekstur porfiritik dari batuan asal
yang merupakan batuan beku
b. Blastofitik: menunjukan sisa dari tekstur ofitik pada batuan asal
yang merupakan batuan beku.
c. Blastopseptit: menunjukan tekstur sisa dari batuan sedimen
yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
d. Blatopsamit: menunjukan tekstur sisa dari batuan sedimen yang
ukuran butirnya sama dengan pasir.
e. Blastopellit: menunjukan tekstur sisa dari batuan sedimen yang
ukuran butirnya lebih kecil dari pasir.
2. Filit
3. Sekis
4. Gneis
5. Migmatit
6. Filit
7. Kuarsit
8. Serpentinit
9. Amfibolit
10. Granulit
11. Eklogit
12. Marmer
13. Hornfels
J. Referensi Penulisan
Arif Suasanto., 2013, Diktat petrologi. Bandung: Departemen Teknik Geologi, ITB
Sukandarrumidi, d.k.k. 2014. Geologi Umum Bagian Pertama. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.