Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PETROLOGI

ARTIKEL BATUAN METAMORF


Nama: Joseph Emmanuel Ardine
Kelas: A
NIM: 111190006

A. Pendahuluan
Secara kebahasaan metamorf berasal dari dua kata dari Yunani yaitu meta yang
berarti perubahan dan morph yang berarti bentuk.Batuan metamorf adalah batuan yang
dibentuk hasil dari proses metamorfisme. Proses metamorfisme sendiri merupakan
suaut proses rekristalisasi yang terjadi si kedalaman kerak bumi dengankedalaman 3-
20 km, yang terjadi ketika suatu batuan dalam fase padat (tanpa melalui fase cair),
dimana pada prosesnya sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu dan/atau tekanan,
sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan tingkat kestabilan mineral pada suhu
dan tekanan tertentu. Pada proses metamorfisme dapat terbentuk mineral barudari
komposisi yang kimia yang sudah ada. Batuan metamorf dapat berasal dari batuan
beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf. Batuan asal tersebut disebut protolith.
Dalam proses metamorfisme terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
produknya yaitu protolith (batuan asal), tempratur (berkaitan dengan gradien
geothermal), tekanan, fluida, dan waktu. Perbedaan jenis protolith pada suatu jenis
metamorfisme akan menghasilkan batua metamorf yang berbeda. Perbedaan suhu dan
tekanan juga berpengaruh pada batuan metamorf yang dihasilkan. Tekanan
memberikan pengaruh yang besar terhadap struktur dari batuan metamorf (foliasi, non
foiliasi). Penambahan fluida pada suatu proses metamorfisme akan menyebabkan
penambahan mineral baru dikarenakan air dapat mempengaruhi reaksi kimia pada
batuan. Kondisi tersbut disebut metasomatisme. Contoh metasomtisme adalah pada
gaming akan menyebabkan terbentuknya garnet, pitoksen, dan kalsit. Apabila tidak
terjadi penambahan fluida, metamorfisme batugamping akan menghasilkan marmer.

B. Jenis Metamorfisme
Berdasarkan area pengaruh metamorfisme, terdapat dua tipe metamorfisme
yaitu metamorfisme lokal dan metamorfsime regional. Metamorfisme lokal memiliki
cakupan area yang kecil sedangkan metamorfisme regiona mencakup area yang luas.
Metamorfisme lokal memiliki dua sub-tipe yaitu metamorfisme kontak dan
metamorfisme kataklastik, sedangkan metamorfisme regional memiliki tiga sub-ripe
yaitu metamorfisme dinamotermal, metamorfisme burial, dan metamorfisme lantai
samudera. Berikut ini rincian masing-masing subtipenya.
1. Metamorfissme Kontak
Metamorfisme kontak merupakan metamorfisme dengan
tempratur tinggi dan tekanan rendah. Pada metamorfisme kontak
dihasilkan tekanan sebesar 1000-3000 atm dan tempratur sebesar 300-
800⁰C Gejala dari metamorfisme kontak ini bermula ketika batuan beku
mengintrusi batuan jenislain, umumnya batuan sedimen. Pada batas
persingunggan antara intrusi dan batuan yang diintrusi akan terbentuk
batuan metamorf. Pada metamorfisme kontak terdapat gradien
metamorfisme. Semakin jauh dari tubuh intrusi maka semakin rendah
tingkat metamorfismenya begitu juga sebaliknya. Metamorfisme kontak
akan menghasilkan struktur khas batuan metamorf yaitu nonfoliasi
hornfels. Zona kontak metamorfismenya disebut aureole.
metamorfisme kontak

2. Metamorfisme Kataklastik
Metamorfisme kataklastik merupakan metamorfisme yang
dipengaruhi oleh tempratur tinggi dengan suhu yang rendah.
Metamorfosime ini terjadi pada daerah pergeseran yang dangkal seperti
zona sesar dimana tekanan berperan lebih besar dibanding tempratur.
Pada metamorfisme tipe ini ridak terjadi proses rekristalisasi.
3. Metamorfisme Dinamotermal
Metmaorfisme dinamotermal merupakan metamorfisme dengan
tempratur tinggi dan tekanan tinggi. Suhu yang berkerja pada
metamorfis ini berkisar pada 200-850⁰C dengan tekanan mencapai
13.000 bars. Lokasi dari metamorfosime ini adalah di kedalaman kerak
bumi terutama pada zona subduksi. Peningkatan suhu berkaitan dengan
peningkatan gradien geothermal sedangkan tekanan dipengaruhi oleh
pergerakan yang terjadi pada batas lempeng. Zona ini disebut juga
sebagai jalur orogen atau jalur pembentukan peggunungan.
Metamorfisme tipe ini menghasilkan persebaran batuan metamorf yang
luas. Metamorfisme ini juga dapat terjadi pada zona kolisi.

metamorfisme dinamotermal

4. Metamorfisme Bruial
Metamorfisme burial merupakan metamorfisme yang
dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi dengan tempratur rendah. Proses
metamorfisme ini terjadi akibat pembebanan dari material sedimen tebal
di bagian atas. Metamorfisme ini memiliki suhu yang elatif lebih rendah
dari tipe metamirfisme yang lain dengan suhu berkisar 400-450⁰C.
Metamorfisme burial umumnya terjadi pada daerah cengkungan tempat
material sedimen terakumulasi.pada metamorfisme jenis ini akan
terbnetuk batuan nonfoliasi yang masih menampkan struktur bawaan
dari protolith. Kondisi tersebut disebut palimpsest, contohnya
blastopsamit.

metamorfisme burial

5. Metamorfisme Lantai Samudera


Metamorfisme lantai samudera terjadi pada zona rekahan samudera.
Factor utama dari metamorfisme ini adalah suhu dan kontak air laut.
Kontak air laut terjadi melalui perkolasi atau perembesan.
Metamorfisme ini akan membentuk batuan metamorf dengan sifat basa
dan nonfoliasi.

C. Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran,
bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. Pembahasan mengenai struktur
juga meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian
serta bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut. Secara umum struktur
batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : struktur foliasi dan struktur non
foliasi.
1. Stuktur Foliasi.
Struktur foliasi merupakan bentuk pensejajaran mineral akbiat tekanan
yang di dapat oleh uatu tubuh batuan. Struktur foliasi umumnya hadir
pada metamorfosisme regional dan metamorfsime kataklastik. Berikut
ini jenis-jenis struktur foliasi:
a. Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada
bidang belah batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir,
batuannya disebut slate (batusabak).
b. Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage,
batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak
mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan
mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna,
batuannya disebut phyllite (filit).
c. Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral
granular, mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus,
sering disebut dengan close schistosity, batuannya disebut schist
(sekis).
d. Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral
granular, mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus,
sering disebut dengan open schistosity, batuannya disebut gneis.
e.

Konsep foliasi

2. Struktur Non Foliasi


Struktur non foliasi merupakan struktur dimana tidak terjadi
pensejajaran mineral planar. Struktur ini umum ditemui pada
metamorfisme kontak atau termal. Berikut ini macamnya:
a. Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik
tetapi butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan
kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit).
b. Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya
penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik,
menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya
disebut mylonite (milonit).
c. Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh
pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).
d. Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-
mineral equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi,
khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut hornfels.
e. Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral
granular
f. Liniasi: Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa
mineral-mineral menjarum dan berserabut, contohnya seperti
serpentin dan asbestos.
g. Flaser: Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal
berbentuk lensa tertanam pada massa dasar milonit.
h. Augen: Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur
flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar, dalam
massa dasar yang lebih halus.
gambar struktur non foliasi

D. Tekstur Batuan Metamorf


Mineral pada batuan metamorf disebut sebagai mineral metamorphosis karena
kristalnya tumbuh dalam fase padat bukan mengkristal pada fase cair. Kristal tersbut
disebut blastos Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu kristaloblastik
dan palimpsest. Berikut ini rinciannya:
1. Kristaloblastik
Kristaloblastik merupakan tekstur pada batuan metamorf yang
sama sekali baru terbentuk akibat proses metamorfisme.. Tekstur asli
dari protolith sudah tidak terlihat. Brikut ini jenis-jenisnya:
a. Porfiroblastik: merupakan tekstu batuan metamorf yang
menyerupai tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat
massa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf
fenokrisnya disebut porfiroblast.
b. Granoblstik: tektur pada batuan metamorf dimana butirannya
seragam.
c. Lepidoblastik: dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan
saling sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.
d. Nematoblastik: memiiliki mineral yang sejajar dan searh
dengan mineral yang berbentuk prismatic, menyerat, dan
menjarum.
e. Idioblastik: tekstur batuan metamorf dimana mineral
pembentuknya berbentuk euhedral.
f. Hipiodioblastik: tekstur batuan metamorf dimana mineral nya
berbentuk subhedral.
g. Xenoblastik merupakan tekstur pada batuan metamorf dimana
mineral penyusunnya berbentuk anhedral.
gambar tekstur kristaloblastik

2. Palimpset
Palimpsest merupakan tekstur batuan metamorf dimana masih
dapat erlihat tekstur dan struktur dari protolith meskipun telah
mengalami metamorfisme. Tekstur ini dapat ditemukan pada batuan
metamorf yang terbentuk hasil metamorfisme kontak dan lantia
samudera. Berikut ini jenis dan masing-masing rinciannya:
a. Blastoporfiritik: menunjukan tekstur porfiritik dari batuan asal
yang merupakan batuan beku
b. Blastofitik: menunjukan sisa dari tekstur ofitik pada batuan asal
yang merupakan batuan beku.
c. Blastopseptit: menunjukan tekstur sisa dari batuan sedimen
yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir.
d. Blatopsamit: menunjukan tekstur sisa dari batuan sedimen yang
ukuran butirnya sama dengan pasir.
e. Blastopellit: menunjukan tekstur sisa dari batuan sedimen yang
ukuran butirnya lebih kecil dari pasir.

E. Komposisi Mineral Batuan Metamorf


Komposisi mineral batuan metamorf dibagi menjadi dua yaitu mineral stress
dan mineral antistress. Mineral stress merupakan mineral yang stabil dalam kondisi
metamorfisme dimana mineral ini berbentuk pipih atau tabular. Mineral ini tumbuh
tegak lurus dengan arah tekanan. Contoh mineral stress yaitu mika, zoelit, tremolit,
aktinolit, glaukofan, serpentin, silimanit, antofilit, hornblende dan kyanit. Mineral
antistress adalah mineral yang terbentuk bukan pada kondisi tekanan dan biasanya
berbentuk equidimensional contohnya kuarsa, grnet, kalsit, epidot, staurolit, flespar dan
kordierit. Mineral antistress dapat menjadi penciri tipe metamorfisme contohnya kyanit
dan staurolit yang terbentuk pada metamorfisme regional dan garnet serta andalusit
yang terbentuk pada metamorfisme termal.

F. Klasifikasi Batuan Metamorf


Batuan metamorf dapat dikalsifikasikan berdasrakan komposisi protolithnya,
dibagi menjadi lima yaitu pelitik, kuarsa-felspatik, karbonatan, basa, dan ultra basa.
Batuan metamorf pelitik berasal dari protolith berupa lempungan seperti batulempung,
serpih, batulumpur. Batuan metamorf kuarsa-felspatik berasal dari batupasir atau
batuan beku felsic dengan kandungan SiO2 tinggi dan MgO serta FeO rendah. Batuan
metamorf karbonatan berasal dari batuan dengan komposisi karbonat seperti
batugamping atau dolomit. Bataun metamorf basa berasal dari batuan beku basa dengan
SiO2 berkisar antara 45%-52%. Batuan metamorf ultra basa terbntuk dari protolith
berupa batuan beku ultrabasa biasanya terbentuk serpentinit.

Klasifikasi batuanmetamorf berdasarkan tekstur menurut W.T Huang, 1962

G. Penamaan Batuan Metamorf


Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan
batuan metamorf. Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan
mencerminkan tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur
sekistosa pada batuannya. Penamaan batuan metamorf bisa berdasarkan struktur, misal
sekis, gneiss, dll. Untuk memperjelas dalam penamaan, banyak digunakan kata
tambahan yang menunjukan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya
keberadaan mineral pencirinya (contoh sekis klorit), atau nama batuan beku yang
mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss). Bisa juga berdasarkan jenis
mineral penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan fasies metamorfiknya
(contoh granulit). Berikut ini macam-macam batuan metamorf yang umum dijumpai:
1. Batusabak (Slate). Disusun oleh mineral pilosilikat dengan ukuran
sangat halus yang berbentuk menyerupai daun.
2. Filit (Phyllit). . disusun oleh mineral pilosilikat yang halus dengan
tekstur skitose.
3. Sekis (schist). Batuan ini memiliki penjajaran mineral pipih berukuran
>1mm sehingga mudah dikenali dengan mata telanjang. Jumlah mineral
pipih lebih melimpah.
4. Gneis. Merupakan batuan metamorf dengan kristal besar dengan adanya
struktur foliasi. Didominasi oleh kehadiran mineral granular.
5. Migmatit. Merupakan pencampuran batuan metamorf antara sekis atau
neis pada suhu tinggi .
6. Milonit. Batuan ini disusun oleh mineral pilosilikat dengan tipe
metamorfisme kataklastik.
7. Filonit. Batuan filonit memiliki kenmpakan yang relatif sama dengan
milonitik namun derajat metamorfismenya lebih tinggi.
8. Kuarsit. Merupakan batuan metamorf dengan mineralutama berupa
kuarsa.
9. Serpentinit. Merupajan batuan metamorf dengan mineral utama berupa
serpentin.
10. Amfibolit. Merupakan batuan metamorf dengan mineral utama amfibol
dan plagioklas.
11. Granulit. Merupakan batuan metamorf dengan mineral utama berupa
kuarsa, k-feldspar, plagioklas, garnet, piroksen, dan sedikit mika.
Batuan ini erbentuk hasil metamorfisme regional.
12. Eklogit. Merupakan batuan metamorf dengan mineral utama berupa
piroksen ompasit, garnet, dan kuarsa. Terbentuk hasil metamorfisme
regional.
13. Marmer. Merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari batuan
karbonat yaitu batugamping dengan mineral utama kalsit. Marmer
terbentuk hasil metamorfisme kontak dan regional.
14. Hornfels. Merupakan batuan metamorf dengan mineral utama berupa
andalusit, silimanit, korderit, biotit, dan k-fldspar. Merupakan produk
dari metamorfisme kontak.
H. Fasies Metamorfosis
Fasies metamorphism merupakan tingkat metamorfis yang dicirikan dengan
adanya asosiasi mimenral tertenut. Hal tersebut dapat dibantu dengan kehadiran
mineral penciri factor penyebab mmetamorfisme. Setiap jenis fasies maetamorfisme
mempunyai beberapa mineral indeks. Mineral ineks tidak akan muncul apabila
komposisi kimianya tidak memenuhi syarat. Parameter dalam menentukan tingkat
metamorfisme adalah tekanan dan suhu. Berikut ini berbagai jenis fasies denngan
asosiasi mineral pencirinya:
1. Fasies Zeolit.
Fasies ini dipengaruhi oleh tekana yang relatif rendah dengan
suhu yang rendah. Fasies ini merupakan fasies metamorfisme paling
rendah. Fasies ini ditandai dengan kehadiran mineral zeolite.mineral
indeksnya adalah meta-igneous rocks dan greywackes.
2. Fasies Prehnit-pumpellyte.
Fasies ini merupakan fasies yang muncul pada pada tekanan dan
suhu yang rendah namun relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan
fasies zeolite. Penamaan fasies ini berdasarkan kehadiran mineral
prehnite dan pumpellyte. Mineral indeks dari adalah metapelites, meta-
igneous rocks dan, greywackes.
3. Fasies Greenschist
Faises ini merupakan tingkatan yang muncul pada tekanan
tingkat menengah dan tempratur menengah. Penamaan fasies ini
berdasarkan kehadiran schistose texture dan mineral yang berwarna
hijau.
4. Fasies Amphibolite
Fasies ini merupakan fasies yang terbentuk pada kondisi tekanan
tingkat menengah dengan suhu berkisar antara tingkat menengah dengan
tingkat tinggi. Penamaan fasies ini berdasarkan kehadiran mineral
amphibolite.
5. Fasies Granulite
Fasies ini merupakan fasies yang terbentuk pada kondisi tekanan
tingkat menengah dengan suhu tinggi. Fasies ini terbentuk pada
kedalaman yang tidak konstan. Ciri khas dari faseis granulite adalah
kehadiran mineral orthopyroksene.
6. Fasies Blueschist
Fasies ini terbentuk pada suhu yang rendah namun tekanan yang
berkerja berkisar antara tingkat menengah hingga tinggi. Batuan dengan
fasies ini bisa saja terbentuk pada zona subduksi. Fasies ini umumnya
membentuk dan mencirikan schistose dengan timbulnya mineral
berwarna biru yaitu mineral galukophane dan lowsonite.
7. Fasies Eclogite
Fasies ini terbentuk pada tekanan tingkat tinggi dengan suhu
tinggi.
8. Fasies Albite-epidote-hornfels
Fasiesini teerbentuk pada tekanan tingkat rendah dengan suhu
berkisar antara rendah hingga menengah. Penamaan fasies ini
berdasarkan kehadiran mineral albit dan epidot, meskipun termasuk
dalam mineral yang stabil dalam banyak fasies.
9. Fasies Hornblende-hornfels
Fasies ini terbentuk pada tekanan rendah dengan suhu sedang.
Fasies ini terbentuk pada suhu yang relatif lebih tinggi daripada fasies
albite-epidote-hornfels.
10. Fasies Pyroksen-hornfels
Fasies ini terbentuk hasil metamorfisme kontak dengan suhu
yang tinggi dan tekanan yang rendah. Fasies ini dicirikan dengan
asosiasi mineral pad metabsites.
11. Fasies Sanidine
Fasies ini merupakan hasil dari metamorfisme kontak. Fasies ini
jarang terbentuk karena terbentuk pada suhu yang sangat tinggi
(extremely high temperature) dengan tekanan rendah. Pada ssuhu yang
sangat itnggi ini akan terbentuk pelelhan sebagian (partial melting) dan
pembentukan glass. Penamaan fasies ini berdasarkan pada kehadiran
mineral sanidine.

Diagram fasies metamorfisme


Area pembentukan batuan metamorf

I. Gambar Batuan Metamorf


1. Batusabak

2. Filit

3. Sekis

4. Gneis
5. Migmatit

6. Filit

7. Kuarsit

8. Serpentinit
9. Amfibolit

10. Granulit

11. Eklogit
12. Marmer

13. Hornfels

J. Referensi Penulisan
Arif Suasanto., 2013, Diktat petrologi. Bandung: Departemen Teknik Geologi, ITB
Sukandarrumidi, d.k.k. 2014. Geologi Umum Bagian Pertama. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai