Anda di halaman 1dari 35

KOMUNIKASI MANAGERIAL DAN KONSEP ASERTIF

Dosen Pembimbing :

Dr. Mulyadi, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Alfina Lian Sari ( PO.71.20.1.18.006)


2. Atikah Qanitah Ulipia Harahap ( PO.71.20.1.18.014 )
3. Eka Sari ( PO.71.20.1.18.037 )
4. Ghanniyah Salelah Herry Alpisa ( PO.71.20.1.18.044 )

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapanTuhan Yang Maha Esa, karena


berkat rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu. Selain itu penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing kami yang telah memberikan tugas dan membimbing kami.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis
berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palembang,Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...…….2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...……3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………...………4


B. Rumusan Masalah……………………………………………...........…..5
C. Tujuan ……………………..……………………...………………….5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajerialdan Manajemen ……………………………...............6


B. Tingkatan Dalam Manajemen..…………………………………….................6
C. Keterampilan Manjemen .....……………………………………….................7
D. Komunikasi Manajerial ........………………………………………………....8
E. Elemen-elemen Komunikasi Manajerial .....…………………………..........10
F. Fungsi Komunikasi Manajerial ........………………………………………..12
G. Tujuan Komunikasi Manajerial ........……………………………….............13
H. Strategi Komunikasi Manajerial ......……………………………..............…14
I. Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan ........................……….….…22
J. Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi ............…………….….23
K. Pengertian Konsep Asertif .............................................................................24

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ....................……………………………………………………....33
B. Saran ......………….…......……………………………...……………..…....33

DAFTAR PUSTAKA…………..........………………………….………..…........34

3
BAB I
PENAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasisan, pengarahan dan
pengawasan dengan memberdayakan anggotaorganisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agarmencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Komunikasi adalah suatu proses atau kegiatan penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen komunikasi adalah prosestimbal balik untuk memberi, membujuk
dan memberikan perintah dari suatu informasi kepada orang lain serta
merupakantuntutan untuk menjembatani teoritisi komunikasi dan
praktisikomunikasi.Manajemen komunikasi akan membentuk suatu alur
komunikasiagar tercipta koordinasi yang tidak saling tumpang tindih danuntuk
memberikan solusi jika terjadi perbedaan pendapat antar individu.
Ada beberapa fungsi manajemen komunikasi yaitu : 1. Sebagai kendali, manajer
akan bertindak untuk mengendalikan perilakuanggota melalui informasi-informasi
seperti tata tertibatau peraturan anggota. Dengan ini maka setiap gerakan anggota
harus didasarkan terhadap peraturan yang sudahditetapkan perusahaan untuk
menghindari konflik. 2. Sebagai motivasi, manajer akan melakukan pengarahan
terhadap anggotasehingga bisa menjadi motivasi anggota untuk bekerjadengan baik
sesuai standar perusahaan. 3. Sebagai bentuk pengungkapan emosional,suatu bisnis
atau perusahaan yang memiliki manajemenkomunikasi yang baik akan terbentuk
koordinasi antartim yang baik pula.Dengan begitu, komunikasi bisa menjadi alat
untukmengungkapan emosional anggota. Sehingga bisameminimalisir permasalahan
yang terjadi akibat konflik pribadi indvidu seperti ketidakpuasan terhadap gaji
yangdidapatkan.4. Sebagai alat penyampaianinformasi,seperti yang sudah dijelaskan
pada pengertianmanajemen komunikasi di atas, bahwa tujuankomunikasi adalah
sebagai alat untuk menyampaikaninformasi dan menentukan alternatif sebagai
langkah pengambilan keputusan yang bijaksana.

4
B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang dimaksud dengan manajerial dan manajemen?
B. Bagaimanakah tingkatan dalam manajemen?
C. Bagaimanakah keterampilan berkomunikasi?
D. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi manajerial?
E. Apa sajakah elemen-elemen komunikasi manajerial?
F. Apa sajakah fungsi komunikasi manjerial?
G. Apa sajakah tujuan komunikasi manajerial?
H. Bagaimanakah strategi komuniasi manajerial?
I. Bagaimanakah prinsip komunikasi manajerial?
J. Apa sajakah hambatan komunikasi manajerial?
K. Apa yang dimaksud dengan asertif ?

C. Tujuan
A. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan manajerial dan
manajemen.
B. Mahasiswa memahami tingkatan manajeman.
C. Mahasiswa memahami keterampilan berkomunikasi.
D. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan komunikasi manajerial.
E. Mahasiswa memahami elemen-elemen komunikasi manajerial.
F. Mahasiswa memahami fungsi-ungsi komunikasi.
G. Mahasiswa memahami tujuan komunikasi manajerial.
H. Mahasiswa memahami prinsip, strategi, dan hambatan komunikasi
manajerial.
I. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan asertif.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajerial dan Manajemen


Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam mengatur
segala sesuatunya dengan benar. Dalam ilmu komunikasi, komunikasi manajerial
lebih dikenal dengan manajemen komunikasi.
Sementara Dubrin (1990:5) mengartikan manajemen sebagai suatu proses
menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi melalui
fungsi planning dan decision making, organizing, leading, dan
controlling.Manajemen juga diartikan sebagai proses prencanaan, pengorganisasian,
memimpin, dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua
sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang tersedia
untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas. Sementara itu,
Robbins dan Coultar memberikan definisi manajemen sebagai suatu proses untuk
membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang
lain.

B. Tingkatan Dalam Manajemen


Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:
a. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-
keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil
direktur, direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tingkat
puncak adalah konseptual, artinya keahlian untuk membuat
dan merumuskan konsep untuk dilaksanakan oleh tingkatan manajer
dibawahnya.
b. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memiliki keahlian interpersonal/manusiawi,
artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang
lain. Manajer bertanggungjawab melaksanakan rencana dan memastikan

6
tercapainya suatu tujuan. Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur
produk.
c. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah
ditetapkan oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini
juga memiliki keahlian yaitu keahlian teknis, atrinya keahlian yahng
mencakup prosedur, teknik, pengetahuan dan keahlian dalam bidang
khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.

C. Keterampilan Manajemen
Robert Katz (Robbins, 2003:5) mengidentifikasi adanya tiga macam
keterampilan penting yang harus dimiliki manajer, yaitu technical skills
(keterampilan teknis), human skills (keterampilan kemanusiaan), dan conceptual
skills (keterampilan konseptual).
a. Technical Skills (Keterampilan Teknis)
Technical skills merupakan kemampuan teknis untuk melakukan pekerjaan
yang memerlukan pengetahuan atau keahlian khusus.
b. Human Skills (Keterampilan Kemanusiaan)
Human skills menunjukkan kemampuan bekerja dengan memahami dan
memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
c.    Conceptual Skills (Keterampilan Koseptual)
Conceptual skills merupakan kemampuan mental untuk menganalisis dan
mendiagnosis situasi yang kompleks serta merumuskan konsep.
d.   Diagnostic Skills (Ketarampilan Mendiagnosis)
Manajer sering diminta melakukan investigasi masalah dan
mengimplementasikan perbaikan selama melakukan tindakan.
e.    Political Skill (Keterampilan Politis)
Political skill merupakan kemampuan untuk memperoleh kekuasaan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Sementara itu, Griffin dan Ebert
(1999:121) di samping mengemukakan perlunya techical skills, human
relation skills, dan conceptual skills, menambahkan keterampilan lain yang

7
perlu dimiliki manajer, yaitu decision-making skills dan time management
skills.
f.    Decision –Making Skills (Keterampilan Pengambilan Keputusan)
Ketarampilan membuat keputusan merupakan keterampilan dalam
mendefiniskan masalah dan menyeleksi cara untuk melakukan tindakan
yang baik.
Terdapat tiga langkah dasar yang dapat dilakukan untuk membuat
keputusan, yaitu : (1) mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, dan
mengidentifikasi alternatif solusi, (2) mengevaluasi masing-masing
alternatif dan memilih salah satu yang terbaik, (3) mengimplementasikan
alternatif yang dipilih, secara periodik menindaklanjuti dan mengevaluasi
efektivitas dari pilihan tersebut.
g.   Time Manajement Skills ( Keterampilan Manajemen Waktu)
Keterampilan mengelola waktu merupakan keterampilan yang berkaitan
dengan penggunaan waktu secara produksi. Waktu sangat berharga, dan
penggunaan waktu dengan tidak baik akan menyebabkan biaya dan
memboroskan produktivitas.

D. Komunikasi Manajerial
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa
Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai
kesamaan makna, “commonness”  atau dengan ungkapan yang lain, melalui
komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan
partisipan lainnya.     Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk
pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi manusia
yaitu: Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages
to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah
proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan lingkungan satu sama lain.

8
Proses komunikasi di mulai pada saat sumber (pengirim pesan) mempunyai ide
atau pesan, kemudian pada tahap pengkodean, sumber (pengirim pesan) menentukan
cara penyampaian pesan pada penerima. Pada tahap pengkodean, penerima pesan
menerima dan menterjemahkan pesan yang datang. Proses komunikasi dikatakan
berhasil jika penerima pesan dapat menerima dan menterjemah isi pesan sesuai yang
diinginkan oleh sumber (pengirim pesan). Jika penerima merasa bahwa pesan yang
diterima tidak jelas, maka sumber (pengirim) lalu mengirimkan respon atau
feedback. Dalam hal ini maka posisi penerima berubah menjadi pengirim dan
pengirim berubah menjadi penerima, dan proses seperti ini disebut dengan proses
komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah terjadi jika penerima tidak memberikan
umpan balik. Akibatnya sering kali tujuan komunikasi tidak tercapai.

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan


dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat
seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun,
berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki kemampuan
berkomunikasi. Berikut merupakan definis komunikasi manajemen menururut
beberapa ahli :

1. Menurut Michael kaye (1994), Communication management is how people


manage their communication processes through construing meanings about
their relationships with others in various setting. They are managing their
communication and actions in a large of relationship – some personal some
professional. Bagaimana orang-orang mengelola proses komunikasi dalam
hubungannya dengan orang lain dalam setting atau konteks komunikasi.
2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses
penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur
komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menurut Antar Venus, Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan
sumber daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan
efektivitas pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi.
Konteks komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran komunikasi

9
individual, interpersonal, organisasional, governmental, sosial, atau bahkan
internasional.

Dari pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwakomunikasi manajerial


atau komunikasi manajemen merupakan komunikasi yang menggunakan semua
sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang tersedia
untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas.Komunikasi
manajemen juga dapat diartikan sebagaikomunikasi di suatu organisasi yang
dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada
kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Proses Komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai
dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan, Pengorganisasian
memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka, Pengarahan
mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan
kelompok dapat tercapai. Jadi seorang manajer akan dapat melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.

E. Elemen-elemen Komunikasi Manajerial


Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang
menyampaikan pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya
bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek .
unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi.
1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber
bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya
partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source,
sender, atau encoder.
2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu

10
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa
inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage,
content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).
3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi
memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling
dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia seperti mata dan
teliga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam
pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap
sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan tetapi, media yang
dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat macam,
yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media
yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media
kelompok, Dalam aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari
15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah media
kelompok, misalnya, rapat, seminar, dan konperensi. Rapat biasanya
digunakan untuk membicarakan hal-hal penting yang dihadapi oleh suatu
organisasi. Seminar adalah media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri
150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang dihadiri oleh anggota
dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar organisasi,
tapi biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih dari
200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut
media publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media
massa, jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka
biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan
dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio,
dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
4. Penerima, Penerima adalah  pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim
oleh sumber.  Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk
kelempok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam
istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris

11
disebut audience ataureceiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami
bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak
adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan,
apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan
tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan
perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat
penerimaan pesan.

F. Fungsi Komunikasi Manajerial

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama sebagaimana yang diutarakan


olehStephen P. Robbins (1996:5) yang telah diterjemahkan oleh Hadyana
Pujaatmakasebagai berikut:
1. Kendali
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi
2.   Motivasi
Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada
para karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja
dengan, dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu
dibawah standar.
3.   Pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama
untuk interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu
merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota
menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka.
4. Informasi

12
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok
untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan
menilai pilihan-pilihan alternatif.
G. Tujuan Komunikasi Manajerial

Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang


baik, dapat memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini dapat
menjadi kajian dan sarana informasi yang membentuk hubungan dengan orang-orang
sebagai sarana investasi yang merupakan aspekyang sangat penting dalam
Manajemen Komunikasidalam upaya mengembangakan hubungan yang
profesional”membentuk goodwill, toleransi (tolerance), saling kerjasama (mutual
understanding) dan saling menghargai (mutual appreciation) serta memperoleh opini
public yang favorable, image yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang
haronis baik hubungan kedalam (internal relations) maupun hubungan keluar
(external relations).
B. Curtis mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan mengapa
komunikasi terjadi di dalam organisasi atau perusahaan:
1. Give and Given Information (memberi dan di beri informasi)
Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri
jika mereka di beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju
informasi tersebut.
2. Persuade Others  (mempengaruhi orang lain)
Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan
menggerakkan karyawan untuk melakukan suatu tugas atau mendidik
perilaku.
3. Help Others  (menolong orang lain)
Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian
nasihat kepada para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah,
ataupun memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan karier mereka.
4. Evaluating Behavior Effectiveness (mengevaluasi perilaku secara efektif)
Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-
hal yang akan mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka
lakukan.

13
H. Strategi Komunikasi Manajerial
Dalammelakukan komunikasi dalam suatu organisasi, diperlukan suatu
strategi agar proses komunikasi berlangsug dengan baik dengan hambatan seminimal
mungkin. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam strategi berkomunikasi dalam
organisasi, yaitu pola komunikasi dan gaya kemunikasi.
Pola komunikasi merupakan bentuk atau model dalam melakukan
komunikasi. Poa komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan arah
dan fungsinya.
1. Pola Komunikasi Berdasarkan Arah
a) Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan
secara timbal balik. Dalam komuniksi vertikal, pimpinan memberikan
instruksi-instruksi, petunjuk petunjuk,informasi-informasi, penjelasan-
penjelasan dan lain lainkepada bawahannya. Sementara bawahan
memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada
pemimpin. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para
karyawan sehingga suatu keputusan atau suatu kebijaksanaan dapat diambil
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi yang
lancar, terbuka dan saling mengisi merupakanmencerminkan sikap
kepemimpinan yang demokratis.
a. Downward Communication (komunikasi kebawah)
Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki
kekuasaan kepada yang lebih sedikit kekuasaannya; merupakan model
umum komunikasi dalam sebuah organisasi. Komunikasi ini
melibatkan instruksi, anggaran yang disetujui atau tidak, pernyataan
kebijakan, variasi dalam standar prosedur operasi dan mencatat
perubahan-perubahan lainnya, pengumuman umum,
pertemuan,ekspresi tujuan, sasaran, dan pernyataan misi. Pesan-pesan

14
ini mungkin dapat dikirimkan lewat memo, email, catatan,dan saluran
individu ke grup atau dari individu ke individu; atau mereka mungkin
saja dapat disampaikan tidak langsung melalui orang lain dalam
hirarki. Selama proses pengiriman, pesan asli dapat di edit, ditambah,
dikurangi, dijelaskan, atau bahkan diubah.
Komunikasi kebawah membawa informasi yang berhubungan
dengan tugas pada seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga
membawa informasi tentang kebijakan dan prosedur, serta bisa jadi
digunakan untuk feedback yang bersifat motivasional pada karyawan.
Komunikasi kebawah terjadi jika manajer atau penyelia mengirimkan
pesan kepada satu orang bawahan atau lebih.
Komunikasi kebawah seringkali berbentuk pemberian
instruksi atau penjelasan bagaimana seorang atasan menginginkan
suatu tugas diselesaikan para atasan mengirimkan informasi mengenai
peraturan, kebijakan, dan standar minimum. Para atasan juga
memberikan informasi untuk menilai prestasi bawahan atau
memotivasi seorang bawahan. Komunikasi ke bawah menetapkan
suatu organisasi bisnis. Apabila sebagian besar dalam organisasi
dalam bisnis berasal daripuncak (vertikal ke bawah) dan biasanya
berupa instruksi, gaya organisasi cenderung otokrasi. Apabila
sebagian besar komunikasi ke bawah bersifat mendukung dan
memiliki unsur perhatian yang besar terhadap bawahan, rangkasian
sifat akan lebih bersifat mendukung. Komunikasi seperti itu akan
mendorong pembentukan kolaborasi antara pimpinan dan pegawai.
Lebih jauh lagi, komuniaksi akan mendorong rangkaian penuh
komunikasi ke atas.
b. Upward Communication (komunikasi keatas) 
Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih penting
dari downward communication. Saluranupward
communication membawa data dari pelanggan mengenai produksi
barang dan pelayanan, dan segala kebutuhan yang diperlukan untuk
operasi organisasi dari hari ke hari. Keterangan ini dapat digunakan

15
bila orang-orang yang berada di level atas di suatu organisasi adalah
orang-orang yang memiliki keterampilan mendengar, mengumpulkan
feedback dan dapat dipercaya. Bila tidak ada komitmen untuk
melakukan pendekatan-pendekatan seperti ini maka akan terjadi
”culture of silence” atau budaya diam dan atau ”culture of silos” yang
mungkin berlaku, yang akan membawa konsekuensi dampak yang
serius untuk organisasi- dengan tanpa peringatan awal untuk
menanggulangi bencana, ini mungkin akan membawa krisis yang
besar. Dalam beberapa situasi, tidak ada berita merupakan berita yang
sangat buruk, dan berita buruk adalah tiada berita; staff pada level
bawah akan segan untuk memberikan berita buruk, yang mungkin
vital bagi kehidupan organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya
dapat memancing kritik- sebuah budaya ”shoot the messenger” .
Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-
ide baru dan penyelesaian masalah yang kreatif, terutama karena
orang-orang di bagian bawah hirarki dekat dengan masalah-masalah
spesifik dan dapat lebih waspada kepada solusi praktis daripada
orang-orang yang berada di puncak hirarki. Komunikasi
keatas membawa informasi dari tingkat bawah ke tingkat atas
organisasi. Informasi itu mungkin concern pada aktivitas lingkungan
luar atau internal pada tingkat bawah organisasi.
Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang
efektifitas keputusan yang telah diambilnya. Anggota tingkat bawah
mempunyai kesempatan untuk menginformasikan dan mengajukan
keluhan, dan memberikan saran untuk pengembangan. Komunikasi
keatas terjadi jika pesan mengalir dari bawahan ke manajer atau
atasan. Para pegawai harus melaporkan kemajuan mereka dalam
penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-tugas apa yang
menyebabkan masalah bagi mereka; saran-saran bagi peningkatan
produk atau peningkatan prosedur; dan yang terpenting adalah
perasaan mereka mengenai bagaiaman asegala sesuatu berjalan.
Komunikasi keatas merupaakan hal yang penting- para manajer

16
memerlukan umpan balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka
apakah telah dipahami atau bagaimana keputusan-keputusan tersebut
diterima setelah masalah-masalah apa yang dikembangkan.
b) Komunikasi Horizontal
Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota
staff, karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini seringkali
berlangsung tidak formal, mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada
waktu mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat atau waktu
pulang kerja. Dalam situasi komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali
menjalar, dan yang didesas-desuskan seringkali mengenai hal-hal yang
menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang merugikan mereka.
c) Komunikasi Eksternal
Dalam kaitannya dengan komunkasi eksternal ini pelaksanaan
komunikasi dilakukan oleh pihak organisasi/perusahaan melalui kesepakatan
manajemen untuk melakukan kegiatan komunikasi dengan pihak luar atau
publik yang berada diluar organisasi tentunya menjadi perhatian. Karena
bagaimanapun tanpa dukungan publik luar ini, keberhasilan suatu organisasi
sulit tercapai. Hal tersebut memberikan konsekuensi bagi pihak organisasi
untuk dapat meraih perhatian publik luar dan menarik simpati publik luar
tehadap organisasi, sehingga mereka mau bekerja sama dengan pihak
organisasi atau perusahaan.
Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi
dapat dilakukan oleh seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari
tingkatan pimpinan tertinggi sampai dengan karyawan operasional sampai
merupakan repersantasi publik organisasi pada saat mereka melakukan
kegiatan komunikasi dengan publik luar. Oleh karenanya segala prilaku
mereka atau prilaku manajemen suatu organisasi akan memberikan warna
bagi efektivitas komunikasi.
Kegiatan komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Jika kegiatan komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan kepada
publik luar, maka dapat dilakukan dalam bentuk misalnya ;

17
a) Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen dapat
dilakukan kegiatan komunikasi melalui periklanan, promosi,
publisitas,pameran,dsb
b) Untuk publik pers dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui
,press conference ,press interview,press tour

Sedangkan, jika kegiatan komunikasi dari publik luar kepada pihak


organisasi dapat dilakukan dalam bentuk penyampaian opini publik.
Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini
dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan
sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,
setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel
surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur;
leaflet; poster; konferensi pers.
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari
khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek
dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

2. Pola Komunikasi berdasarkan Fungsi


a) Pola Komunikasi dalam Planning
Planningberarti menentukan tujuan dan sasaran utama
perusahaan agar berhasil, termasuk diantaranya: mengembangkan
strategi, menetapkan kebijakan, merencanakan anggaran dan petunjuk-
petunjuk umum untuk menggiatkan jalannya perusahaan.
Untuk melakukan hal tersebut di dalam sebuah organisasi,
diperlukan dimensi komunikasi vertikal dan horizontal. Karena dalam
melakukan perencanaan atau planning harus melibatkan pemimpin dan
anggota lainnya. Agar dapat mengetahui keadaan perusahaan dan strategi
dari seluruh bagian dari organisasi tersebut.Contoh kasus: Sebuah
perusahaan melakukan rapat untuk membahas strategi agar perusahaan
tersebut dapat lebih berkembang. Maka perusahaan tersebut harus

18
mengundang seluruh kepala bagian. Maka dalam rapat tersebut akan
terjadi komunikasi untuk membicarakan hal dalam perusahaan. Disitulah
terjadi pola komunikasi horizontal, karena komunikasi dilakukan antar
kepala bagian yang mempunyai jabatan yang sama.
Sedangkan jika rapat untuk merumuskan kebijakan dalam
suatu perusahaan, maka dalam rapat tersebut di undang direksi, kepala
bagian dan beberapa karyawan lainnya. Hal itu menyebabkan terjadinya
komunikasi secara vertikal karena dilakukan dari atasan kebawahan dan
sebaliknya.
b) Pola Komunikasi Dalam Organizing
Organizing adalah menentukan secara spesifik aktivitas atau
kebutuhan untuk mencapai sasaran atau hasil yang akan dicapai perusahaan.
Dalam praktiknya, diimplementasikan dalam bentuk struktur organisasi
sebagai garis komando dalam menjalankan fungsi dan peran anggota
organisasi/perusahaan.Karena diimplementasikan dalam bentuk struktur
organisasi, maka dalam organizing dilakukan pola komunikasi vertikal. Hal
tersebut disebabkan dalam membentuk struktur organisasi dan memberikan
komando dilakukan oleh seorang pimpinan sebuah perusahaan ke
bawahannya untuk mengisi sebuah posisi dan menjalankan tugas di bagian
yang ditunjuk oleh pemimpin perusahaan tersebut.
c) Pola Komunikasi Dalam Directing
Mengarahkan prilaku anggota perusahaan sesuai apa yang telah
ditetapkan perusahaan serta sesuai dengan kebutuhan, rencana dan desain
pekerjaan.Directing itu memerlukan pola komunikasi vertikal, karena adanya
pengarahan yang diberikan oleh atasa (pimpinan perusahaan) kepada
bawahan hatau karyawannya untuk mencapai sebuah konsep kebutuhan atau
perencanaan dalam perusahaan.
d) Pola Komunikasi Dalam Controlling
Mengawasi apakah aktivitas perusahaan dijalankan sesuai dengan
perencanaan dan dilaksanakan oleh anggota perusahaan sesuai dengan
fungsi dan tanggung jawabnya. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh
manajer atau pimpinan yang bertanggung jawab langsung atas anggota

19
organisasi/perusahaan. Contoh kasus : seorang manajer akan mengawasi
cara dan hasil kerja karyawannya dan jika cara dan hasil kerja karyawan
tersebut dianggap kurang maka manajer akan menegur dan memberi arahan
kepada karyawan tersebut.
Dari contoh kasus diatas sudah jelas bahwa dalam fungsi manajemen
Controling itu menggunakan pola komunikasi Vertikal, karena adanya
arahan dari atasan (manajer) ke bawahan (karyawan).

  Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan


kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika
mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Gaya komunikasi
didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang
digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau
tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya
komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan
harapan dari penerima (receiver).
Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss :
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan
adanya satu    kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan
mengatur perilaku,  pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator
satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang memakai
controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untukberharap pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk     berbagi pesan.
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik,
kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan
pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatirdengan
pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain
mematuhi pandangan-pandangannya.

20
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.
The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah.
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka.
Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana
yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif
dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk
mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan
verbal secara    tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus
dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan lebihmemberi perhatian kepada keinginan untuk
mempengaruhi orang lain denganjalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,
karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan
pekerjaannyaberorientasipada tindakan (action-oriented). The dynamic style
of communicationini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawapara wiraniaga (salesmen atau
saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasiyang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untukbekerja dengan lebih
cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namundengan persyaratan

21
bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang   cukup untuk
mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima
saran,pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk
memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk
memberiperintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya
komunikasi ini akanefektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja
sama dengan orang-  orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti
serta bersedia untukbertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang
dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak     komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada
beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-
orang tersebut.

I. Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan


Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus
menerapkan prinsip-prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip
komunikasi manajemen ini pula yang harus diterapkan dalam manajemen
keperawatan. Secara umum, berikut prinsip komunikasi manajemen:
a) Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng
siapa yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.
b) Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.
Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat
profesional adalah CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap
melakukan komunikasi (lisan/tulisan) dengan teman sejawat atau profesi kesehatan
lain harus memenuhi ketiga unsur diatas. Profil perawat masa depan yang terpenting
adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa inggris.

22
1. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima
secara akurat, salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah
disampaikan.
2. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan
orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan
yang disampaikan.

J. Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi


1. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi,
semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat
diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976,
jenis hambatan teknis dari komunikasi :
a.       Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
b.      Kurangnya informasi atau penjelasan
c.       Kurangnya ketrampilan membaca
d.      pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

2.    Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian
pengertian atau idea secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas
pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa Kata-kata membantu proses
pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan komunikan],
tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara
Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat
mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya.Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini,
seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan
karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap
kata-kata yang dipakainya.

23
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
panca indera seseorang

K. Pengertian Konsep Asertif


Asertif adalah kemampuan mengekspresikan hak, pikiran, perasaan, dan
kepercayaan secara langsung, jujur, terhormat, dan tidak mengganggu hak orang lain.
Jadi, berani untuk secara jujur dan terbuka menyatakan kebutuhan, perasaan, dan
pikiran dengan apa adanya (Alberti dan Emmons, 2002).Perilaku atau sikap asertif
adalah ekspresi langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan,
kebutuhan, atau hak-hak seseorang tanpa kecemasan yang beralasan (Corey, 2007).
Perilaku asertif adalah perilaku antar perorangan (interpersonal) yang melibatkan
aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan, ditandai oleh kesesuaian
sosial dan seseorang yang berperilaku asertif mempertimbangkan perasaan dan
kesejahteraan orang lain (Gunarsa, 2007).Assertif merupakan kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan secara tepat serta tetap menghormati orang lain dengan
komunikasi interpersonal, sehingga dapat diterima dengan kepercayaan oleh
penerimanya (Stuart Gail Wiscarz, 2009 : 642).
Perilakuasertif membuatperasaan kita menjadi lebih lega dan merasa
nyamantanpa menyakiti perasaan orang lain, meningkatkan kepercayaan dengan
mengungkapkankejujuran, keterusterangan, kesesuaian, dan penghargaan terhadap
orang lain.Kejujuran merupakan dasar untuk berperilaku asertif (Townsend, Mary
2009 : 231). Komunikasi asertif digunakan saat seseorang mengalami permasalahan
namun tetap menghormati hak orang lain.Perawat yang profesional berkomunikasi
secara asertif;mereka berbicara langsung dan jujur kepada orang lain. ( Sue C.
DeLaune&Patricia K. Ladner 2002: 452).
Seseorang dikatakan asertif jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujur
dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain. Dalam
dunia kesehatan, kususnya pelayanan ada kalanya asertifitas harus benar-benar di
lakukan dalam usaha memberikan pelayanan dan informasi yang sebenarnya

24
terhadap kondisi pasien, untuk menghindari suatu kondisi yang dapat menimbulkan
kesalah pahaman antara perawat, pasien, maupun keluarga pasien.
Menurut Nasir, dkk (2009), munculnya perilaku asertif karena adanya unsur-
unsur, antara lain:
1. Kejujuran (Honesty)
Perilaku asertif akan sulit diwujudkan jika sesorang tidak jujur karena dengan
kejujuran, orang lain akan mengerti, memahami, dan menghormati apa yang
dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan.
2. Tanggung Jawab (Responsibility)
Hal ini berarti seseorang bertanggung jawab atas pilihan-pilihan atau
keputusannya tanpa menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya.
Dengan rasa tanggung jawab terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya, maka
ia akan dapat merubah hal-hal yang tidak diinginkannya.
3. Kesadaran (Self-awareness)
Ketika seorang akan belajar asertif, sebelumnya ia harus lebih dahulu mengenal
dirinya sendiri, agar lebih memperhatikan perilaku dan memikirkan cara-cara
yang diinginkannya.
4. Percaya diri (self confident)
Percaya diri adalah sebagai salah satu keyakinan seseorang untuk mampu
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan dan diinginkan. Seseorang yang
memilki rasa percaya diri yang rendah akan menghambat perilaku asertifnya
karena ada perasaan atau anggapan bahwa hal-hal yang negatif akan terjadi jika
ia melakukan sesuatu sehingga tidak yakin bahwa perilaku tersebut justru akan
membawa pada perubahan yang positif.

 Komponen Asertif
Menurut Eisler, Miller & Hersen, Johnson & Pinkton dalam Jurnal Psikologi(2005),
beberapa komponen dari perilaku asertif, antara lain adalah:
1. Compliance
Berkaitan dengan usaha seseorang untuk menolak atau tidak sependapat
dengan orang lain. Perlu ditekankan disini adalah keberanian seseorang untuk

25
mengatakan “tidak” pada orang lain jika memang itu tidak sesuai dengan
keinginannya.
2. Duration of Replay
Merupakan lamanya waktu bagi seseorang untuk mengatakan apa yang
dikehendakinya, dengan menerangkannnya pada orang lain. Orang dengan
tingkat asertifnya yang tinggi memberikan respon yang lebih lama (dalam arti
lamanya) waktu yang digunakan untuk berbicara dari pada orang yang tingkat
asertifnya rendah.
3. Loudness
Berbicara dengan lebih keras biasanya lebih asertif, selama seseorang itu
tidak berteriak. Berbicara dengan suara yang jelas merupakan cara yang terbaik
dalam berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
4. Request for New Behaviour
Meminta munculnya perilaku yang baru pada orang lain, mengungkapkan
tentang fakta ataupun perasaan dalam memberikan saran pada orang lain,
dengan tujuan agar situasi berubah sesuai dengan yang kita inginkan.
5. Affect
Afek berarti emosi; ketika seseorang berbicara dalam keadaan emosi maka
intonasi suaranya akan meninggi. Pesan yang disampaikan akan lebih asertif
jika seseorang berbicara dengan fluktuasi yang sedang dan tidak berupa respons
yang monoton ataupun respon yang emosional.
6. Latency of Response
Adalah jarak waktu antara akhir ucapan seseorang sampai giliran kita untuk
memulai berbicara. Kenyataannya bahwa adanya sedikit jeda sesaat sebelum
menjawab secara umum lebih asertif daripada yang tidak terdapat jeda.
7. Non Verbal Behaviour
Komponen-komponen non verbal dari asertivitas antara lain:
a. Kontak Mata
Secara umum, jika kita memandang orang yang kita ajak bicara maka akan
membantu dalam penyampaian pesan dan juga akan meningkatkan
efektivitas pesan. Akan tetapi jangan pula sampai terlalu membelalak
ataupun juga menundukkan kepala.

26
b. Ekspresi Mata
Perilaku asertif yang efektif membutuhkan ekspresi wajah yang sesuai
dengan pesan yang disampaikan. Misalnya, pesan kemarahan akan
disampaikan secara langsung tanpa senyuman, ataupun pada saat gembira
tunjukkan dengan wajah senang.
c. Jarak fisik
Sebaiknya berdiri atau duduk dengan jarak yang sewajarnya. Jika kita
terlalu dekat dapat menggganggu orang lain dan terlihat seperti menantang,
sementara terlalu jauh akan membuat orang lain susah untuk menangkap
apa maksud dari perkataan kita.
d. Sikap Badan
Sikap badan yang tegak ketika berhadapan dengan orang lain akan membuat
pesan lebih asertif. Sementara sikap badan yang tidak tegak dan terlihat
bermalasmalasan akan membuat orang lain menilai kita mudah mundur atau
melarikan diri dari masalah.
e. Isyarat Tubuh
Pemberian isyarat tubuh dengan gerakan tubuh yang sesuai dapat
menambah keterbukaan, rasa percaya diri dan memberikan penekanan pada
apa yang kita katakana, misalnya dengan mengarahkan tangan keluar.
Sementara yang lain dapat mengurangi, seperti menggaruk leher, dan
menggosok-gosok mata.

 Keuntungan Asertif dalam Praktik Keperawatan


Dalam berperilaku asertif ini sangat bermanfaat dalam hal bagaimana seseorang
terampil berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain secara jujur sabar,
percaya diri, dan tanpa menyinggung perasaan orang lain.selain itu :
1. Dapat memahami diri sendiri, seorang klien, tim kerja, dan organisasi
2. Meningkatkan pola berpikir : positif, percaya diri, tegas, tulus, terbuka, etis
dan tidak menyinggung perasaan
3. Mengembangkan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi secara
asertifitas dengan klien
4. Meningkatkan percaya diri dalam mengepresikan diri sendiri

27
Menurut Nasir, dkk. (2009), Asertif memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan self esteem dan percaya diri dalam mengekspresikan diri
sendiri.
2. Dapat bernegosiasi lebih produktif dengan orang lain.
3. Dapat mengubah situasi kerja yang negatif menjadi positif.
4. Mengingkatkan hubungan antarmanusia pada pekerjaan dan mengurangi
kesalahpahaman.
5. Meningkatkan pengembangan diri dan kepuasan diri pada pekerjaan/karir
sesuai dengan kebutuhan, gaya dan kemampuan.
6. Mampu membuat keputusan dan lebih mempunyai peluang mendapatkan apa
yang dicari dalam hidup.

 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keasertifan Perawat


Asertivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pola asuh orang tua,
kebudayaan, jenis kelamin dan usia.
a. Pola Asuh
Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua, pertama: otoriter, disini orang tua
mendidik anak secara keras, penuh dengan disiplin yang tidak dapat diterima anak
tetapi dipaksakan, penuh dengan larangan yang membatasi ruang kehidupan anak.
Anak yang diasuh dengan pola otoriter akan tumbuh menjadi anak yang merasa
dirinya rendah (inferior). Kedua: pola asuh demokratis, pada pola ini orang tua
mengasuh anak mereka dengan penuh kasih sayang tetapi tidak memanjakan,
sehingga anak tumbuh menjadi individu yang penuh percaya diri, mempunyai
pengertian yang benar tentang hak mereka, dapat mengkomunkasikan segala
keinginan dengan wajar, dan tidak memaksakan kehendak dengan cara menindas hak
orang lain. Ketiga: pola asuh permisif, orang tua mendidik anak tanpa adanya
batasan atau aturan yang bersifat mengikat, bahkan terkesan bebas. Anak-anak
dengan pola asuh permisif akan tumbuh menjadi remaja yang mudah kecewa dan
mudah marah karena ia terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan cepat dan
mudah. Kurangnya pengawasan dari orang tua akan membuat perilaku anak menjadi
sulit untuk dikendalikan.

28
b. Kebudayaan
Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku asertif adalah faktor kebudayaan.
Rakos dalam Santosa (1999), memandang bahwa kebudayaan mempunyai peran
yang besar dalam mendidik perilaku asertif. Biasanya hal ini berhubungan dengan
norma-norma.

c. Usia
Buhrnmester dalam Santosa (1999), berpendapat bahwa usia merupakan salah
satu faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Pada masa remaja dan
dewasa perilaku asertif berkembang, sedangkan pada usia tua tidak begitu jelas
perkembangan atau penurunannya.

d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria dan wanita berpengaruh terhadap perilaku asertif seseorang.
Umumnya kaum pria cenderung lebih asertif daripada wanita karena tuntutan
masyarakat (Buhrnmester dalam Santosa :1999).

e. Strategi Coping
Strategi coping adalah bentuk penyesuaian diri yang melibatkan unsur-unsur
kognisi dan afeksi dari seseorang guna mengatasi permasalahan yang datang pada
dirinya. (Massong et al dalam Santosa, 1999).

 Penggunaan Asertif dalam Praktik Keperawatan


a. Di Unit Rawat Jalan
Contoh kasus : pasien tidak puas dengan jawaban petugas ketika dokter datang
terlambat. Perawat sudah menjelaskan bahwa dokternya masih di Arjasa
menuju RS Kalisat. Pasien membutuhkan kepastian kehadiran dokter perawat
memberikan keterangan secara "jujur" dengan bahasa asertif, bapak/ibu,
mohon maaf, dokter datang terlambat, kami sudah menghubungi beliau, saat
ini beliau masih diperjalananan dari arjasa menuju kesini. Kira-kira sampai
sini 15 menit lagi kami mohon bapak/ibu untuk menunggu dan mohon maaf
atas ketidaknyamanan ini.

29
b. Penanganan Komplain di Unit Rawat Inap
Kasus : Dokter marah kepada perawat karena perawat menjalankan instruksi
dokter konsulen lain (kasus rawat bersama).
Masalah : Dokter utama tidak diberitahu ketika instruksi dari dokter konsulen
akan diberikan.
Pelayanan yang diberikan : Perawat/dokter jaga lapor ke dokter sebelum
instruksi dari dokter konsulen dijalankan.
Komunikasi asertif : Perawat, mohon maaf dok, seharusnya kami
menghubungi dokter lebih dulu sabelum menjalankan instruksi dari dokter
konsulen. Sekali lagi kami mohon maaf dan terima kasih atas masukannya.
c. Penanganan Komplain di Unit Rawat Inap
Kasus : Pasien minta pulang dan dokter tidak kunjung tiba, keluarga marah-
marah didepan resepsionis sambil menggebrak meja dan berkata “Takut saya
tidak bisa bayar ya?!”
Masalah :Pasien merasa kepulangannya dihambat karena masalah biaya.
Pelayanan yang diberikan : Pasien mendapat penjelasan bahwa perawat tidak
punya wewenang untuk memulangkan pasien, pasien pulang harus seizin
dokter yang merawat.
Komunikasi asertif : Bapak/ibu maaf, bukannya kami tidak mau membantu,
kami tidak punya wewenang untuk memulangkan pasien, kami menunggu
instruksi dari dokter yang merawat, jadi kami mohon bapak/ibu menunggu
dokter yang merawat dan menanyakan kepada dokter apakah sudah boleh
pulang atau belum. Kami mohon bapak/ibu bersabar.

 Respon Asertif
Orang yang asertif akan memberikan respon yang lebih bersifat terbuka,
jujur, penuh penghargaan serta pertimbangan terhadap orang lain (Agustin, 2008)
karena respon asertif lebih bersifat akomodatif daripada respon pasif maupun
respon agresif di dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Alberti dan Emmons,
dkk (2002) menyatakan bahwa orang asertif diasumsikan memiliki konsep diri
yang positif yaitu salah satu cirinya adalah harga diri mereka tinggi.

30
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai
sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata
maupun tindakan.
2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan
baik.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat
orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat
negatif.
5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan.
6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha
untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik
berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan
kepercayaan diri (self confidence).

 Belajar untuk Menggunakan Ketrampilan Asertif


Sebagai penangkal terhadap rasa takut, malu, kepasifan, bahkan kemarahan,
perilaku asertif perlu dilatihkan. Berdasarkan penelitiannya Schimmel (Dharma
2008:32) menyatakan bahwa beberapa jenis perilaku asertif yang perlu dilatih
terutama adalah:
1. Berani mengemukakan pendapat, permintaan, kesukaan, dsb, yang
menjadikan seseorang dihargai sebagai manusia yang sederajat dengan
manusia lain.
2. Mengekspresikan emosi-emosi negatif (keluhan, kebencian, kritik,
ketidaksetujuan, intimidasi, kebutuhan untuk dibiarkan sendirian) dan
menolak permintaan.

31
3. Memperlihatkan emosi-emosi positif (senang, menghargai, menyukai
seseorang, merasa tertarik), memberikan pujian, dan menerima pujian
dengan mengucapkan “terimakasih”.
4. Bertanya “mengapa” tentang pemegang kekuasaan dan tradisi, bukan untuk
memberontak, tapi meminta tanggung jawab, sebagai bentuk pernyataan
kepedulian untuk mengendalikan situasi dan mengubah sesuatu menjadi
lebih baik.
5. Memulai, melaksanakan, mengubah, atau menghentikan percakapan secara
menyenangkan, berbagi perasaan, pendapat, dan pengalaman dengan orang
lain.
6. Mengatasi ketersinggungan sebelum kemarahan semakin meningkat dan
meledak menjadi agresif.

32
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Komunikasi manajerial atau komunikasi manajemen merupakan komunikasi
yang menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai
tujuan organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan
dengan jelas. Berdasarkan tinjauan teori diatas maka disimpulkan bahwa salah satu
unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan adalah
komunikasi.Komunikasi adalah suatu seni untuk dapat menyusun dan
menghantarkan suatu pesan dengan cara yag mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima.
Dalam manajer keperawatan, komunikasi harus diperhatikan sesuai dengan
konsepnya (komponen, prinsip dan model) agar mendapatkan komunikasi yang
efektif tanpa adanya hambatan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka penyusun dapat memberikan saran
yang kiranya dapat bermanfaat bagipembaca maupun penulis sendiri yaitu agar lebih
memahami mengenai konsep manajemen dan kepemimpinan keperawatan
terkhususnya pada makalah ini yaitu mengenai komunikasi,  demi
mewujudkankualitas pelayanan yang baik dengan komunikasi yang baik dalam
pengaplikasiannya di bidang keperawatan.

33
DAFTAR PUSTAKA

http://googleweblight.com/?

lite_url=http://www.definisipengertian.com/2015/08/definisi-pengertian-manajemen-

komunikasi.html Diakses pada Februari 2020.

https://amirlahjeni.wordpress.com/2012/03/30/unsur-unsur-komunikasi Diakses pada

Februari 2020.

http://googleweblight.com/?lite_url=http://mtopikismail.blogspot.com/2013/12/pola-

strategi-komunikasi-dalam.htmlr Diakses pada Februari 2020.

Soedarsono, Dewi K.2010.Sistem Manajemen Komunikasi.Jakarta: Simbiosa


Rekatama Media
Suprapto, Tommy.2012.Pengntar Teori dan Manajemen Komunikasi.Jakarta: Media
Presindo
Agustin, M. 2008. Mengenali dan Memahami Dunia Anak. Bandung : CV Lotus
Mandiri.
Alberti, R. dan Emmons, M., 2002. Your Perfect Right. Penterjemah Buditjahya,
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E.
Koswara, Bandung : Rafika Aditama Press.
Dharma, Surya, 2008. Pendekatan,Jenis dan Metodologi Penelitian Pendidikan.
Fensterheim, H. & Baer, J. 1980. Jangan Bilang Ya Bila Anda akan Mengatakan
Tidak. Jakarta: Gunung Jati.
Gunarsa, Ny. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D. 2007. Psikologi Untuk
Membimbing. Jakarta : Gunung Mulia.
Liza Marini Dan Elvi Andriani. 2005. Perbedaan Asertivitas Remaja ditinjau dari Pola Asuh
Orang Tua. Psikologia_Volume I_No. 2_Desember 2005.
Nasir, Abdul Dkk. 2009.Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta

:Penerbit Salemba Medika.

Santosa, Slamet. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

34
35

Anda mungkin juga menyukai