Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ishaq Priyoto

NIM: 191910501027

PWK A

Link: https://www.kompasiana.com/riyoishaq/5e9dab72d541df78354abfb2/perbedaan-
obligasi-konvensional-dan-syariah-serta-kelebihan-dan-kekurangannya

Perbedaan Obligasi Konvensional dan Syariah Serta Kelebihan dan Kekurangannya


Masing-masing

Saat ini, untuk mendapatkan penghasilan bekerja bukanlah satu-satunya cara.


Karena sejatinya ada berbagai macam cara untuk mendapatkan penghasilan/uang selain dari
bekerja pada perusahaan ataupun sebagai pekerja lepas. Salah satu cara untuk mendapatkan
penghasilan atau uang yang paling banyak diminati masyarakat adalah investasi.

Investasi ini banyak digemari masyarakat bukan karena tanpa sebab, investasi ini
keuntungan yang dihasilkan tidaklah kecil serta bias menjamin kehidupan dimasa
mendatang. Jenis dari investasi ada banyak sekali macamnya saat ini, mulai dari investasi
emas hingga tanah. Namun, dari banyaknya jenis investasi ada satu jenis investasi yang
kurang dipahami oleh sebagian besar masyarakat, yakni obligasi. Padahal, Obligasi
merupakan salah satu jenis investasi yang dapat menghasilkan keuntungan yang cukup
besar dan pada umumnya setara dengan saham.

Obligasi adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi


meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki kewajiban untuk membayar
bunga secara berskala, dan kewajiban untuk melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Mudahnya, penerbit obligasi adalah
pihak yang berutang dan pemegang obligasu adalah pihak yang berpiutang. Saat ini
obligasi ada dua (2) jenis, yakni obligasi konvensional dan obligasi syariah (sukuk)

Obligasi Konvesional
Obligasi dalam sistem ekonomi konvensial yaitu surat berharga yang menajdi
instrument utang piutang bagi perusahaan atau pemerintah supaya mendapatkan modal.
Atau bisa dibilang juga, obligasi diterbitkan oleh perusahaan kepada para calon investor
agar mau untuk memberikan pinjaman modal. Dalam obligasi konvensional pemegang
obligasi akan mendapatkan keuntungan dari bunga pinjaman yang diperolehnya dari
perusahaan tempatnya berinvestasi.

Obligasi konvensional ada berbagai macam yang dapat digolongkan dari empat (4)
sisi penerbit, sistem pembayaran, hak penukar, dan jaminan. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut ;

Jenis Obligasi

1. Corporate bond: obligasi yang diterbitkan oleh perushaan


2. Government bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat
3. Municipal bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah

Dari sisi Sistem Pembayaran

1. Zero coupon bond: obligasi yang tidak mewajibkan penerbitnya membayar coupon
(bunga) kepada pemegang obligasi.
2. Coupon bond (fixed coupon bond & floating coupon bond): obligasi yang
mewajibkan penerbit obligasi untuk membayar coupon (bunga) baik tetap (fixed
coupon bond) ataupun bunga yang mengambang atau tidak tetap (floating coupon
bond)

Dari sisi Hak Penukar

1. Convertible bond: obligasi yang dapat ditukar dengan saham penerbit obligsi
(ditukar saham emiten)
2. Exchangabel bond: obligasi yang dapat ditukar dengan saham afiliasi milik penerbit
obligasi/emiten
3. Callable bond: obligasi yang memberi hak kepada penerbit obligasu untuk
melakukan penarikan/pelunasan pada waktu tertentu (waktu dari penarikan sudah
diatur di dalam perjanjian saat penerbitan obligasi)
4. Putable bond: obligasi yangmemberikan hak kepada pemilik atau pemegang
obligasi untuk menukarkan atau meminta pelunasan kepada penerbit obligasi atau
emiten

Dari sisi Jaminan

1. Secure bond: obligasi yang dijamin pelunasannya menggunakan aset - aset tertentu
2. Guaranted bond: obligasi yang penjaminnya adalah pihak ketiga
3. Mortgage bond: obligasi yang penjaminannya menggunakan real properties
(gedung)
4. Collateral trust bond: obligasi yang jaminannya menggunakan surat berharga
(sekuritas, receivables)
5. Unsecured bond: obligasi yang tidak dijamin oleh aset – aset tertentu.

Obligasi Syariah (Sukuk)

Obligasi syariah atau sering dikenal dengan sukuk ini telah menjadi salah satu
alternative pilihan untuk berinvestasi yang menarik. Dikarenakan sukuk dapat memberikan
imbal hasil atau return yang lebih tinggi dari bunga deposito dengan resiko yang relative
lebih rendah dengan prisip-prinsip syariah (islam). Seperti obligasi konvensional, obligasi
syariah atau sukuk juga bias diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan atau korporasi
dengan jangka waktu dan nilai imbla atau return tertentu.

Bedanya dengan obligasi konvensional, obligasi syariah atau sukuk ini adalah
cerminan kepemilikan aset berwujud yang disewakan atau akan disewakan serta bukan
berupa surat hutang. Pada sukuk, imbal hasil yang diberikan adalah berupa uang sewa
(ujrah) dengan persentase tertentu sesuai dengan prinsip syariah Islam yang tidak
mengandung unsur riba. Imbal hasil sukuk ini juga akan dibayarkan secara rutin pada
periode tertentu dan nilai pokok pinjaman akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.
Kita dapat membeli sukuk ritel ini pada hampir seluruh bank-bank besar baik
nasional maupun asing, bank syariah, dan perusahaan sekuritas terpercaya (kredibel) yang
menjadi agen penjual sukuk. Melalui agen penjual yang telah ditunjuk pemerintah, salah
satu persyaratan pembelian sukuk ritel adalah dengan menunjukan kartu tanda penduduk
Indonesia (KTP), sebab sukuk ritel ini hanya ditujukan bagi warga negara Indonesia
(WNI). Pembelian sukuk (untuk seri-seri yang pernah diterbitkan) dapat dilakukan dengan
minimal Rp1 juta hingga maksimal pembelian Rp5 miliar.

Obligas konvensional dan Obligasi Syariah atau sukuk, masing-masing memiliki


kelebihan dan kekurangannya masing. Obligasi konvensional dan sukuk kelebihan dan
kekurangannya yakni ;

Kelebihan Obligasi Konvensional

1. Tingakt bunga obligasi konsisten, karena tidak dipengaruhi harga pasar obligasi
2. Pemegang obligasi bisa memperkirakan pendapatan yang akan dia terima, karena
dalam kotrak sudah ditentukan secara pasti hak yang diterima oleh pemegang
3. Investasi obligasi konvensional bisa melindungi resiko pemegang obligasi dari
kemungkinan terjadinya inglasi
4. Bisa digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrument aktiva
lain

Kekurangan Obligasi Konvensional

1. Memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga pasar keuangan, apabila harga
obligasi naik maka tingkat bunga akan turun, begitu pula sebaliknya
2. Tingkat likuidasi rendah, dikarenakan pergerakan harga obligasi apabila harga
obligasu turun
3. Apabila perusahaan penerbit obligasi mempunyai masalah likuiditas dan tidak
mampu melunasi kewajibannya, maka pemegangnya akan rugi.
Kelebihan Obligasi Syariah (Sukuk)

1. Terhindar dari Riba, Investor akan mendapatkan hasil yang halal dan asli dari
investasinya. Biasanya keuntungannya berasal dari bagi hasil
2. Minim resiko dan bebas penipuan, karena dilakukan secara transparan sehingga
semua nasabah mengetahui prosesnya. Karena sukuk pembayaran nominal dan
imbalan dijamin oleh Negara sehingga resikonga bisa dibilang nihil
3. Adanya kejelasan karena berprinsip pada tata cara hukum islam, sehingga investasi
syariah berpedoman pada kejelasan setiap ketentuan yang tertera
4. Semua proses dan pengelolaan didasarkan atas suariat islam sehingga pemegang
obligasi akan merasa aman dan nyaman, khususnya bagi muslim
5. Memberikan imbalan tetap (fixed returns) yang dibayarkan secara periodik
6. Pajak terhadap sukuk lebih kecil (15%) sehingga hasil yabg diterima pun lebih besar
7. Dapat diperjualbelikan di pasar sekuder untuk mencairkan sukuk sebelum jatuh
tempo, sehinga pemilik sukuk dari hasil penjualan itu bisa mendapatkan kembali
modalnya

Kekurangan Obligasi Syariah (Sukuk)

1. Resiko gagal bayar, karena pembayaran pokok dan imbalan sukuk ritel dijamin
penuh oleh Negara berdasarkan UU No. 9 Tahun 2008
2. Potensi kerugian apabila sebelum jatuh tempo pemilik sukuk ritel yang
memerlukan dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual sukuk ritel di pasar
sekunder pada tingkat pasar yang wajar.
3. Potensi kerugian bagi investor apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga yang
menyebabkan penurunan harga Sukuk Ritel di pasar sekunder. Kerugian (capital
loss) dapat terjadi apabila investor menjual Sukuk Ritel di pasar sekunder sebelum
jatuh tempo pada harga jual yang lebih rendah dari harga belinya.

Anda mungkin juga menyukai