No BP : 1911412023
Laporan : resin dan bahan preventive
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Macam-Macam Resin Dalam
Kedokteran Gigi.
A. Jenis resin yang sering dipakai dalam kedokteran gigi adalah
a) Resin akrilik
Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan,
dimana bahan ini mengandung resin poli(metil metakrilat). Resin akrilik
merupakan turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus
strukturnya. Sejak tahun 1940-an resin akrilik menjadi bahan yang sangat populer
digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan.
b) Resin komposit
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan
atau kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat
unggul atau lebih baik daripada bahan itu sendiri. Bahan ini sudah lama
digunakan di kedokteran gigi sejak tahun 1940 dan telah mengalami
perkembangan pesat. Bahan ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu komponen
organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) anorganik dan
bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut coupling agent.
Jadi, resin komposit dapat digunakan untuk pengganti struktur gigi yang hilang
atau untuk memodifikasi warna dan kontur gigi sehingga meningkatkan estetik
fasial.
c) Semen ionomer kaca modifikasi resin
Semen ionomer kaca modifikasi resin digunakan sebagai bahan tambal
untuk menahan tekanan yang rendah dan direkomendasikan untuk pasien
dengan resiko karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetik daripada semen
ionomer kaca karena adanya kandungan resin. Bahan ini dikembangkan untuk
memperbaiki sifat dari semen ionomer kaca konvensional yaitu waktu kerja
dan setting time yang lama, kekerasan yang rendah. Kelompok bahan ini telah
dikenali dengan beberapa nama, termasuk semen ionomer kaca yang
dikeraskan dengan sinar dan semen ionomer kaca yang dikeraskan dengan
pengerasan ganda ( pengerasannya dengan reaksi asam-basa dan sinar).
Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang menggunakan bantuan
pemanasan dan energi termal untuk menjalankan proses polimerisasinya.
Penggunaan energi termal akan menyebabkan benzoil peroksida mengalami
dekomposisi dan terbentuk radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk ini adalah
tahap awal proses polimerisasi. Energi termal yang diperlukan untuk proses
polimerisasi ini dapat diperoleh dengan menggunakan water bath, steam (uap), dry
air oven, dry heat, pemanasan infrared, dan microwave.
Reaksi Monomer-Polimer
Tahap 1 : Terjadinya peresapan polimer ke dalam monomer dan seterusnya
akan membentuk suatu cairan sandy atau granular (tidak bersatu).
Tahap 2 : Kemudian, penetrasi monomer terjadi sehingga pembungkus polimer
pecah dan polimer seterusnya meresap masuk ke dalam monomer. Bahan akan
terlihat agak lengket dan berserabut bila ditarik.
Tahap 3 : Merupakan tahap dough atau gel. Pada tahap ini, bahan menjadi lebih
halus dan dough-like. Bahan mudah dibentuk, tidak lengket dan tidak
berserabut. Pada tahap ini bahan sudah dapat dimasukkan ke dalam mold.
Tahap 4 : Pada tahap ini, tidak ada lagi penetrasi yang lebih lanjut dari polimer.
Bahan menjadi lebih kohesif dan rubber-like. Bahan tidak lagi plastis dan pada
tahap ini, bahan tidak lagi dapat dimasukkan ke dalam mold.
2.Cairan mengandung :
d) Manipulasi
Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik
polimerisasi panas yaitu :
e. Proses curing
Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing
secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74oC
dan dipertahankan selama 1,5 jam kemudian suhu dinaikan 100 oC dan
dibiarkan selama 1 jam.
B. Resin Komposit
Komposisi
1. Resin matriks
3. Coupling Agent
Pigmen
Inisiator : organic peroksida
Accelerator : organic amina
Reaksi Setting
Light curing system
Sifat Bahan
Polimerisasi shrinkage
Ekspansi termal
Absopsi air
Radiopacity
Radiopacity tinggi
Lebih radiopak dibandingkan dentin dan lebih radiolusen dibandingakan
enamel
Modulus elastis
Pemakaian
Klasifikasi
Berdasarkan pada ukuran bahan pengisi ( klasifikasi klasik ) :
Macrofilled
Microfilled
Hybrid
Nonflowable composite
Flowable composite
Chemical cured
Light cured
Kombinasi chemical cured dan light cured
Kegunaan
Secara umum :
Cara Manipulasi
Etching dan bonding
Untuk membentuk ikatan antara composite dan struktur gigi maka gigi
harus dietsa
Dengan menggunakan bonding agent, enamel dan dentin pada kavitas
preparasi dietsa dengan asam selama 30 detik yang mengandung 10%-
15% / 34%-37% gel / cairan asam fosfat. Asam tersebut kemudian dibasuh
dengan air dan permukaannya dikeringakan dengan aliran udara
Permukaan gigi yang sudah dietsa tampak kusam
Pada saat yang sama, bonding agent mempenetrasi permukaan enamel dan
dentin yang teretsa dan menyebabkan retensi mikromekanik pada restorasi
Single paste composite ( light cured)
Menggunakan 1 pasta composite
Harus dicegah adanya under curing karena akan menghasilkan tambalan
yang keras hanya pada kulit luarnya sedangkan bagian dalamnya tetap
lunak
Under curing dapat terjadi bila sumber cahaya diletakkan tidak cukup
dekat pada permukaan bahan yang hendak dipolomerisasi
Bahan yang lebih gelap mengabsorbsi warna lebih banyak sehingga
membutuhkan waktu curing yang lebih lama.
Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
Two paste composite / dual cured composite ( self cured )
Kedua pasta hendaknya dicampur dengan baik dan dengan perbandingan
yang benar ( biasanya dalam volume yang serupa ).
Sebaiknya jangan menggunakan spatel yang terbuat dari stanless steel
karena spatel ini tidak sepenuhnya tahan terhadap abrasi
Cegah terjadinya kontaminasi oleh suatu pasta terhadap pasta lainnya
Sedapat mungkin cegah terperangkapnya udara dalam adonan sewaktu
pencampuran
Pada beberapa bahan, dapat ditambahkan tins / zat pewarna selam proses
pencampuran sehingga memungkinkan diperolehnya warna komposit yang
sesuai dengan warna gigi asli
Bahan yang sudah diadon hendanknya tanpa menunggu lebih lama
langung dimasukkan ke dalam kavitas
Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
Proteksi pulpa
Sebelum komposit dimasukkan ke dalam kavitas, pulpa harus dilindungi
dengan liner (Ca (OH)2) atau glass ionomer, hybrid ionomer, compomer
base
Penumpatan
Peletakkan komposit pada kavitas preparasi dapat dengan berbagai cara :
Menurut Mc Cabe dan Walls (2008) syarat ideal basis gigi tiruan adalah sebagai berikut :
Sifat fisik
Basis gigi tiruan harus mampu menyesuaikan dengan jaringan lunak disekitar rongga mulut,
ekspansi termal basis gigi tiruan seharusnya sama dengan ekspansi termal gigi
tiruan,mempunyai sifat pengahantar panas yang tinggi, suhu pelunakan hendaknya lebih
tinggi dari suhu segala jenis cairan dan makanan yang biasanya dimasukkan ke dalam rongga
mulut
Sifat mekanik
Basis gigi tiruan harus mempunyai nilai modulus elastisitas yang tinggi, mempunyai
proporsional limit yang tinggi sehingga bila terkena tekanan tidak mengalami perubahan
permanen, mempunyai kekuatan impak yang tinggi sehingga bila jatuh tidak mudah patah,
mempunyai kekuatan fatigue yang baik dan harus mempunyai ketahanan abrasi yang tinggi.
Sifat kimia
Basis gigi tiruan alami, tidak terpengaruh oleh cairan yang ada didalam rongga mulut, tidak
larut dalam air, serta mempunyai tingkat absorbsi yang rendah karena dapat merubah sifat
mekanik dan bentuk yang menyebabkan gigi tiruan tidak lagi hygienis.
Sifat biologi
Basis gigi tiruan seharusnya tidak toksik dan tidak dapat mengiritasi jaringan serta dapat
menghambat pertumbuhan jamur maupun bakteri.
Sifat lain
Basis gigi tiruan harus bersifat radio-opacity sehingga dapat terdeteksi dengan menggunakan
sinar X dan memiliki bahan dasar yang dapat disimpan lama dan materialnya memiliki
banyak persediaan,mudah diproses serta mudah untuk dibersihkan.
Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk (polimer)
dan cairan (monomer). Bubuk resin akrilik polimerisasi panas dapat transparan, halus,
sewarna gigi, atau berwarna merah muda untuk menyerupai warna gingiva. Beberapa
sediaan bahkan mengandung serat-serat merah agar dapat menyerupai seperti pembuluh
darah. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan untuk mencegah premature
polimerization (mempercepat polimerisasi) yang disebabkan cahaya atau radiasi
ultraviolet pada saat penyimpanan (Anusavice, 2013).
Bubuknya mengandung beberapa komposisi yaitu polimetil metakrilat sebagai polimer,
benzoil peroksida (0,2-0,5%) sebagai inisiator, merkuri sulfit atau cadmium sulfit sebagai
zat pigmen yang tercampur di dalam partikel polimer dan dibutil pthalat sebagai
plasticizer (Stewart dan Bagby, 2013)
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:
a. Bubuk mengandung
4) Pewarna dalam partikel polimer yang disesuaikan dengan warna jaringan mulut
mengandung fiber sebanyak 1%
b. Cairan mengandung
Resin akrilik polimerisasi panas diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan
teknik compression-moulding. Bubuk (polimer) dan cairan (monomer) dicampur dengan
perbandingan 3:1 dalam satuan volume atau perbandingan 2:1 dalam satuan berat
(Khindria, 2009). Setelah pencampuran, resin akrilik polimerisasi panas akan mengalami
beberapa tahapan yaitu :
a. Tahap basah : pada tahap ini polimer dan monomer bercampur. Campuran
bahan tampak seperti pasir basah (wet sand stage). Tahap ini sering disebut
dengan sandy stage.
b. Tahap lengket : Pada tahap ini polimer larut didalam monomer. Campuran
bahan tampak seperti berserat dan berbenang (tacky fibrous). Tahap ini sering
disebut dengan sticky stage.
repository.unimus.ac.id 14
c. Tahap lembut : pada tahap ini keseluruhan dari monomer sudah larut kedalam
polimer. Campuran bahan ini seperti adonan yang mudah diangkat dan tidak
lagi lengket didalam wadah pengaduk dan pada tahap ini adalah waktu yang
tepat untuk memasukkan ke dalam mold. Tahap ini sering disebut dengan
dough stage.
d. Tahap karet : pada tahap ini polimer dan monomer sudah tidak dapat
bercampur. Campuran bahan akan berbentuk seperti karet dan sudah tidak dapat
dimasukkan kedalam mold. Tahap ini sering disebut dengan rubbery stage.
e. Tahap kaku : pada tahap ini akrilik sudah tidak dapat dibentuk lagi. Tahap ini
sering disebut dengan stiff stage (Combe, 1992; Manappallil, 2003).
Setelah pembuangan malam, adonan manipulasi resin akrilik polimerisasi panas diisikan
kedalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan, dalam water bath dengan
waktu dan suhu yang terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi
panas (Combe, 1992). Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan
cara menempatkan kuvet dalam water bath pada suhu konstan 70C selama 90 menit
dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 1000C selama 30 menit sesuai
rekomendasi Japan Industrial Standart (JIS) (Sadamori et al., 2007).
repository.unimus.ac.id 15
4. Sifat- Sifat Resin Akrilik
Sifat fisik resin akrilik sebagai basis gigi tiruan merupakan aspek penting untuk ketepatan
dan fungsi protesa. Menurut Anusavice (2003) sifat dari resin akrilik antara lain,yaitu :
a. Porositas
Adanya gelembung udara pada permukaan dan dibawah permukaan dapat mempengaruhi
kekuatan, kebersihan dari basis gigi tiruan serta estetiknya. Porositas ini terjadi akibat
dari penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah.
Porositas juga dapat terjadi akibat pengadukan yang tidak tepat antara polimer dan
monomer. Timbulnya porositas dapat di minimalkan dengan cara pengadukan resin
akrilik yang homogen. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang
lebih tebal . (Manappallil, 2003).
b. Pengkerutan polimerisasi
Monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli (metil-metakrilat),
kepadatan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan akan menghasilkan
pengerutan dari polimetrik sebesar 21%. Akibatnya, perubahan volumentrik yang
ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati
oleh peneliti (Ferrance, 2004). Akibat terjadi pengkerutan akan terlihat crazing atau
seperti terlihat garis retakan kecil yang timbul pada permukaan basis gigi tiruan. Crazing
terjadi akibat
relaksasi tekanan yang akan berdampak pada sifat fisik dan estetik dari basis gigi tiruan.
Crazing juga terjadi akibat perbedaan koefisien termal ekspansi antara gigi porselein dan
akrilik. Selama proses pendinginan setelah polimerisasi, akrilik lebih akan mengerut
dibandingkan dengan porselen, akibat ada tekanan tersebut akan menyebabkan crazing
atau garis retakan kecil (Manappallil, 2003).
c. Perubahan dimensi
Menurut Garfunkel dan Anderson dkk (1988) proses resin akrilik yang baik akan
menghasilkan stabilitas dimensi yang baik. Faktor- faktor yang berpengaruh pada
ketepatan dimensi adalah mould expansion pada waktu percetakan, thermal expansion
pada tahap dough, akibat pengerutan polimerisasi, serta panas yang berlebihan pada saat
polishing. Teknik injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang baik
dibandingkan dengan teknik compression moulding. Proses pengerutan akan diimbangi
oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air.
d. Penyerapan air
Bahan resin akrilik sebagai basis gigi tiruan mempunyai sifat menyerap air secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu. Nilai penyerapan air ini dapat menimbulkan
efek pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69
mg/cm2 (Anusavice, 2003). Umumnya basis gigi tiruan memerlukan jangka waktu 17
hari untuk menjadi jenuh dengan air dan menunjukkan
bahwa penyerapan air yang berlebihan pada resin akrilik sebagai basis gigi tiruan dapat
menyebabkan perubahan warna atau diskolorisasi (Ferrance,2004 ; David dan Elly,
2005).
e. Stabilitas warna
Menurut Yulin Lai dkk (2003) resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas
warna yang baik. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki ketahanan terhadap stain dari
nilon, serta menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas mempunyai nilai
diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi (Kortrakulkij,
2008). Perubahan warna yang terjadi pada resin dapat bervariasi dan disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain ukuran sampel. Semakin luas ukuran sampel maka semakin
besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi; mikroporositas sampel
menyebabkan penempelan partikel warna pada daerah yang porus serta akumulasi dari
zat warna yang terabsorbsi melalui proses difusi dan lamanya kontak bahan (Anusavice,
2003).
Menurut Crispin dan Caputo, perubahan warna dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Pencemaran bahan pada waktu proses pembuatan bahan atau pengolahannya.
Pasta Gigi
Fungsi utama dari pasta gigi adalah untuk membersihkan permukaan gigi dan membuang
partikel, plak dan debris makanan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah sebagai pembawa bahan
flourida, deterjen, bahan abrasif, dan bahan pemutih untuk meningkatkan kualitas dan estetis
gigi. Komposisi dari pasta gigi terdiri dari :
1. Colloidal binding agent, bertindak sebagai pembawa komponen aktif. Sodium alginate
atau metilselulosa akan menipiskan bahan pembawa dan mencegah berpisahnya komponen
didalam tabung selama penyimpanan.
2. Humectants, berfungsi untuk menstabilkan komposisi dan mengurangi kestabilan air pada
saat evaporasi, contohnya gliserin.
3. Pengawet, berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri didalam pasta gigi.
4. Bahan pemberi rasa, untuk memberikan rasa agar konsumen puas dan mengurangi bau
mulut. Contohnya penambahan papermint, wintergreen, dan kayu manis.
5. Bahan abrasif yang ditambahkan pada pasta untuk membuang plak, stein, dan kalkulus.
6. Deterjen, digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan dan mempermudah
pembuangan debris dari permukaan gigi. contohnya sodium laurir sulfat.
7. Bahan terapetik, efektif dalam pengambilan ion flour dan meningkatkan ketahanan
flouroapatit terhadap demineralisasi asam pada permukaan pembentukan karies.
A. Bahan kimia lainnya, ditambahkan untuk mengurangi korosi tabung pasta,
menstabilkan viskositas, dan memberikan warna. Beberapa pasta menambahkan
sejumlah kecil peroksida yang dapat menyingkirkan diskolorasi gigi dan
meningkatkan estetis.
Sifat abrasif merupakan sifat yang sangat penting pada pasta gigi karena memiliki efek
penghancur yang luas di dalam mulut. Bahan kimia ditambahkan pada pasta gigi untuk
mencegah pembentukan kalkulus, mengurangi faktor terjadinya karies, dan pemutihan
permukaan gigi. konsentrasi flouride pada pasta gigi ± 0,025% – 0,15%. Pada pasien yang
mengandung resiko tinggi karies, flour-nya 0,5% – 1%. Penggunaan formula peroksidayang
rendah pada pasta gigi berguna untuk memutihkan gigi dan akan efektif bila digunakan sehari-
hari.
Obat kumur adalah cairan untuk menambah kebersihan kesehatan mulut secara teratur, estetis,
dan nafas yang segar. Lebih efektif bila dipakai pada pagi dan malam hari setelah selesai sikat
gigi. Tujuan dari obat kumur adalah untuk menghantarkan komponen aktif ke permukaan gigi
atau jaringan yang lebih bersih agar menghasilkan efek perawatan yang lebih baik.
Obat kumur terdiri dari tiga komponen utama. Bahan aktif dipilih untuk keuntungan perawatan
kesehatan tertentu, seperti aktivitas anti-karies, efek anti-mikroba, menghantar flour ataupun
mengurangiperletakan plak. Bahan aktif tersebut dihantarkan dalam larutan air atau alkohol.
Alkohol digunakan untuk menghantar beberapa bahan aktif, menambah rasa, dan bertindak
sebagai pengawet yang akan memperpanjang masa penggunaan. Surfactants ditambahkan untuk
membantu penyingkiran debris pada gigi dan sebagai pelarut komponen lainnya.
Bahan aktif pada obat kumur yang menghasilkan efek positif adalah klorheksidin dan flourida.
Klorheksidin sangat kuat sebagai bahan anti-bakterial pada infeksi gusi seperti gingivitis dan
periodontitis. Obat kumur juga memiliki efek terhadap bahan restorasi. Obat kumur dengan
kandungan etanol yang tinggi dapat melunakkan permukaan bahan resin, seperti komposit resin,
compomer, dan sealants. Efek pelunakkan ini yang ditunjukkan oleh peningkatan kecepatan
penyerapan air, dijumpai lebih signifikan pada resin aktivasi sinar dan juga pada komposit yang
diproses dilaboratorium. Pada obat kumur dapat terjadi toksik jika kadar etanolnya tinggi
sehingga terjadi resiko karsinogenik apabila penggunaannya juga terlalu sering.
Pit dan fissur esealant digunakan pada gigi molar yang memiliki pit dan fissure yang dalam
untuk melindunginya dari karies dini. Saat ini sistem sealant dapat menggunakan resin Bis-GMA
(polimerisasi secara kimia ataupun sinar), polyurethane sealant yang mengandung bahan flour
anorganik, dan glass ionomer. Penggunaan bahan sealant yang mengandung flour ini adalah
untuk pemeliharaan jangka panjang dimana terjadi pelepasan ion flouride yang lambat didalam
mulut.
Bahan dasar yang biasa dipakai adalah bis-GMA resin dan light-cured, walaupun beberapa
produp self-cured masih tetap digunakan. Perbedaan dengan resin komposit, kalau bis-GMA
sealant harus lebih cair agar mudah masuk kedalam pit dan fissure dan dilakukan prosedur etsa
pada enamel untuk mendapatkan retensi sealant.
Glass ionomer sangat mudah melekat sehingga sangat sulit untuk mencapai fissur yang
dalam, kurangnya penetrasi membuat susah meretansi secara mekanik ke permukaan enamel
sama juga dengan bis-GMA resin, juga mudah rusak dan kurang resisten untuk pemakaian
oklusal. Glass ionomer dan hybrid ionomer dapat melepaskan flouride dan digunakan untuk
karies didaerah servikal dan pasien dengan resiko karies yang tinggi
Glass ionomer terdiri dari bermacam-macam powder dan liquid. Powdernya dalah ion Ieachable
aluminosilicate glass dan liquidnya adalah water solution dari polimer dan kopolimer dari asam
akrilik. Reaksinya lambat dan formasi silang matriks gel saat permukaan dan aluminium ion
merubah kekuatan silangnya saat penempatan terakhir. Permukaan restorasi akan terlindungi dari
saliva saat pengaplikasian varnish dan pengerasan dengan sinar.
7. Hybrid Ionomer
Hybrid ionomer digunakan untuk restorasi dengan daya tekan rendah dan direkomendasikan
untuk pasien dengan resiko karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetis dibandingkan dengan
glass ionomer karena kandungan resinnya. Powder dari hybrid ionomer sama dengan glass
ionomer. Liquidnya mengandung monomer, polyacid dan air.
Hybrid ionomer berikatan pada permukaan gigi tanpa menggunakan dentin bonding agent.
Kekuatan transversal hybrid ionomer hampir dua kali lipat dari glass ionomer yang biasa. Hybrid
ionomer melepaskan flouride lebih banyak dari compomer dan resin komposit, tetapi hampir
sama dengan glass ionomer.