Anda di halaman 1dari 23

Nama : Mifthahul Khoir

No BP : 1911412023
Laporan : resin dan bahan preventive
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Macam-Macam Resin Dalam
Kedokteran Gigi.
A. Jenis resin yang sering dipakai dalam kedokteran gigi adalah
a) Resin akrilik
Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan,
dimana bahan ini mengandung resin poli(metil metakrilat). Resin akrilik
merupakan turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus
strukturnya. Sejak tahun 1940-an resin akrilik menjadi bahan yang sangat populer
digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan.
b) Resin komposit
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan
atau kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat-sifat
unggul atau lebih baik daripada bahan itu sendiri. Bahan ini sudah lama
digunakan di kedokteran gigi sejak tahun 1940 dan telah mengalami
perkembangan pesat. Bahan ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu komponen
organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) anorganik dan
bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler yang disebut coupling agent.
Jadi, resin komposit dapat digunakan untuk pengganti struktur gigi yang hilang
atau untuk memodifikasi warna dan kontur gigi sehingga meningkatkan estetik
fasial.
c) Semen ionomer kaca modifikasi resin
Semen ionomer kaca modifikasi resin digunakan sebagai bahan tambal
untuk menahan tekanan yang rendah dan direkomendasikan untuk pasien
dengan resiko karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetik daripada semen
ionomer kaca karena adanya kandungan resin. Bahan ini dikembangkan untuk
memperbaiki sifat dari semen ionomer kaca konvensional yaitu waktu kerja
dan setting time yang lama, kekerasan yang rendah. Kelompok bahan ini telah
dikenali dengan beberapa nama, termasuk semen ionomer kaca yang
dikeraskan dengan sinar dan semen ionomer kaca yang dikeraskan dengan
pengerasan ganda ( pengerasannya dengan reaksi asam-basa dan sinar).

B. Berdasarkan sifat termalnya, resin terbagi menjadi tiga:


a) Termoplastik adalah resin yang bisa melunak dan meleleh dengan cepat jika
dipanaskan dan diberi tekanan tanpa menyebabkan perubahan kimia. Resin ini
dapat dibentuk ketika meleleh dan dapat larut di pelarut organik. Resin jenis ini
banyak digunakan dalam KG contohnya polimetil metacrilat, polivinil akriliks,
polystyrene, celluloid, cellulose nitrate, vinyl resin, nylon, polycarbonate, resin
akrilik.
b) Termosetting
Jenis ini memiliki ciri-ciri:
 Dapat menjadi keras secara permanen bila dipanaskan melebihi
temperature kritis.
 Tidak melunak kembali pada pemanasan ulang.
 Tidak larut dan bercampur.
 Umumnya ketahanan abrasi serta kestabilan dimensi yang baik
dibandingkan resin termoplastik yang lentur dan lebih tahan benturan.
Contoh : vulcanite, phenol formaldehyde.
c) Elastomer.
Resin jenis bersifat mudah mengalami deformasi dan menunjukkan elongasi
reversible yang ekstensif.

2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Resin Sintetik.


Contoh resin sintetik yang sering digunakan adalah
A. Resin akrilik merupakan resin sintetis yang paling banyak digunakan di kedokteran
gigi.
a) Resin akrilik terdapat dalam tiga jenis yaitu resin akrilik swapolimerisasi, resin
akrilik aktivasi sinar dan resin akrilik polimerisasi panas.

 Resin akrilik swapolimerisasi.


merupakan resin akrilik yang aktivasinya terjadi secara kimia. Bahan kimia yang
digunakan untuk resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi panas
adalah sama namun, resin akrilik yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan
penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Penambahan
amintersier (aktivator) terhadap monomer yaitu benzoil peroksida akan
menyebabkan terjadinya aktivasi kimia. Pengadukan komponen powder dan liquid,
menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida (inisiator) akibat dari kerja amintersier
sehingga radikal bebas terhasil dan proses polimerisasi dimulai.
Reaksi Polimerisasi
Polimer (powder) + Monomer (liquid) → Polimer + Panas (Inisiator peroksida)
(Akselerator amin).

Gambar. resin akrilik swapolimerasi


 Resin akrilik aktivasi sinar mengandung urethane dimethacrylate dan sedikit
microfine silica. Akrilik ini tersedia dalam bentuk lembaran. Lembaran ini
belum dicampur dan dikemas dengan kertas tipis bertujuan untuk mencegah
terjadinya polimerisasi awal. Bahan ini dipolimerisasi dalam suatu ruangan
yang mengandung sinar. Ruangan tersebut dipanggil curing unit. Resin akrilik
kemudiannya diaktivasi dengan sinar biru yang memiliki panjang gelombang
400-500 nm selama 10 menit dengan intensitas sinar yang tinggi yang keluar
dari bola lampu quartz-halogen. Resin akrilik ini digunakan untuk perbaikan
bila basis gigi tiruan patah.

Gambar. Resin akrilik aktivasi sinar.

 Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang menggunakan bantuan
pemanasan dan energi termal untuk menjalankan proses polimerisasinya.
Penggunaan energi termal akan menyebabkan benzoil peroksida mengalami
dekomposisi dan terbentuk radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk ini adalah
tahap awal proses polimerisasi. Energi termal yang diperlukan untuk proses
polimerisasi ini dapat diperoleh dengan menggunakan water bath, steam (uap), dry
air oven, dry heat, pemanasan infrared, dan microwave.
Reaksi Monomer-Polimer
Tahap 1 : Terjadinya peresapan polimer ke dalam monomer dan seterusnya
akan membentuk suatu cairan sandy atau granular (tidak bersatu).
Tahap 2 : Kemudian, penetrasi monomer terjadi sehingga pembungkus polimer
pecah dan polimer seterusnya meresap masuk ke dalam monomer. Bahan akan
terlihat agak lengket dan berserabut bila ditarik.
Tahap 3 : Merupakan tahap dough atau gel. Pada tahap ini, bahan menjadi lebih
halus dan dough-like. Bahan mudah dibentuk, tidak lengket dan tidak
berserabut. Pada tahap ini bahan sudah dapat dimasukkan ke dalam mold.
Tahap 4 : Pada tahap ini, tidak ada lagi penetrasi yang lebih lanjut dari polimer.
Bahan menjadi lebih kohesif dan rubber-like. Bahan tidak lagi plastis dan pada
tahap ini, bahan tidak lagi dapat dimasukkan ke dalam mold.

b) Komposisi dan Struktur


1.Bubuk mengandung :

a. Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama dalam bubuk resin akrilik


polimerisasi panas.
b.Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 %.
c. Reduces Translucency : titanium dioksida.
d.Pewarna yang dapat disesuaikan dengan rongga mulut 1%.
e. Fiber : serat nilon atau serat akrilik.

2.Cairan mengandung :

a.Monomer: methylmethacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.


b.Stabilisator: 0,006% inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama
penyimpanan.
c.Cross linking agent: 2% ethylene glycol dimetacrylate, untuk menyambung dua
molekul polimer sehingga menjadi rantai yang panjang dan untuk meningkatkan
kekuatan dan kekerasan resin akrilik.
d. Plasticizer : dibutil pthalat.
Rumus Kimia
Monomer MMA : CH - C-C-O-O-CH
3 3

H-C-H
Polimer PMMA :
H-C-H

CH - C-C-O-O-CH
3 3

H-C-H

CH - C-C-O-O-CH
3 3
c) Sifat-sifat
Mempunyai sifat-sifat fisik sbb :
 Tg tinggi → mencegah perlunakan atau distorsi resin akrilik selama pemakaian
di dalam mulut
 Dimensi stabil
 Ringan (specific gravity rendah)
 Thermal conductivity tinggi → untuk mempertahankan kesehatan jaringan
mulut serta mempertahankan reaksi yang normal bila terkena makanan panas
atau dingin
 Radiopak → mudah dilacak bila tertelan
 Ekspansi panas basis sesuai dengan material elemen gigi.
Mempunyai sifat-sifat mekanis, sbb :
 Modulus elastisitas tinggi
 Proportional limit tinggi
 Transverse/flexural strength tinggi
 Resilience cukup
 Impact strength tinggi
 Fatigue strength tinggi
 Kekerasan cukup

Mempunyai sifat-sifat kimia


Basis gigi tiruan alami, tidak terpengaruh oleh cairan yang ada didalam rongga
mulut, tidak larut dalam air, serta mempunyai tingkat absorbsi yang rendah karena
dapat merubah sifat mekanik dan bentuk yang menyebabkan gigi tiruan tidak lagi
hygienis.

d) Manipulasi
Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik
polimerisasi panas yaitu :

a. Perbandingan bubuk (polimer) dan cairan (monomer)


Perbandingan polimer dan monomer merupakan bagian yang sangat penting
diperhatikan selama proses memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas.
Pencampuran polimer dan monomer menggunakan perbandingan volume 3:1 atau
perbandingan berat 2:1. Jika monomer yang dicampurkan terlalu sedikit, maka
tidak semua dari polimer akan dibasahi oleh monomer, hal ini mengakibatkan
akrilik yang telah selesai proses polimerisasi akan bergranula, tetapi jika monomer
terlalu banyak akan menyebabkan waktu untuk mencapai fase dough (konsistensi)
akan semakin lama, hal ini membuat timbulnya porositas pada resin akrilik.

b. Proses pencampuran bubuk dan cairan


Untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang diinginkan maka resin akrilik harus
melalui 5 tahap pada saat pencampuran diantaranya :
1. Tahap I ( Wet sand stage)
Pada tahap ini polimer dan monomer bertahap bercampur membentuk
endapan. Monomer bertahap akan meresap kedalam polimer membentuk
suatu fluid yang tidak bersatu. Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada
interaksi pada tingkat molekuler. Butiran butiran polimer tetap tidak berubah
dan konsistensi adukan masih kasar dan berbentuk butiran.
2. Tahap II ( Sticky stage)
Pada tahap ini monomer akan mulai meresap atau masuk kedalam permukaan
polimer. Rantai polimer akan terdispersi dalam cairan monomer. Rantai
polimer ini akan melepaskan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan dari
adukan. Pada tahap ini adukan akan berserat berbentuk benang dan akan
lengket bila disentuh ataupun ditarik.

3. Tahap III (Dough/gel stage)


Pada tahap ini campuran akan lebih halus dan homogen. Adukan tidak akan
lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula. Pada tahap ini
adukan siap dibentuk dan dimasukan kedalam mould.

4. Tahap IV (Rubbery stage)


Pada tahap ini monomer tidak ada lagi yang tersisa, karena monomer telah
bersatu meresap sempurna dengan polimer dan sebagian monomer menguap.
Massa pada tahap ini sudah berbentuk plastik dan tidak dapat lagi dibentuk
dan dimasukan kedalam mould.
tahap V (Stiff stage)
Pada tahap ini adonan akan menjadi keras dan kaku, hal ini disebabkan
menguapnya monomer bebas. Secara klinik adukan terlihat sangat kering.

c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould (Mould lining)1


Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus diolesi
bahan separator (could mold seal) untuk menghindari merembesnya monomer sisa
kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng
yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk
menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah
masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik.

d.Pengisian resin akrilik (Packing).


Packing merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di kuvet.
Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik
berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau
berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan
menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin
akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan
underpacking, hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka
dari itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana
mould harus terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat
tekanan yang perlahan sehingga resin akrilik dapat mengalir kesuluruh rongga
mould pada kuvet.

e. Proses curing
Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing
secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74oC
dan dipertahankan selama 1,5 jam kemudian suhu dinaikan 100 oC dan
dibiarkan selama 1 jam.
B. Resin Komposit
Komposisi
1. Resin matriks

 Merupakan bahan dasar utama dalam komposit


 Dimetacrylate (bisphenol, bis – GMA, A – glycidyl methacrylate)
 Untuk mengontrol konsistensi pasta komposit
 Dikarakteristik oleh ikatan ganda karbon yang bereaksi mengubah
ke polimer

2. Bahan pengisi / filler

 Bahan pengisi halus : Quartz, Lithium aluminium silicate, Barium,


Strontium, Zinc
 Bahan pengisi sangat halus : colloidal silica particles
 Filler yang mengandung borium, strontium, zinc akan
menghasilkan foto radiopaque.
 Mengurangi kontraksi polimerisasi
 Mengurangi muai termis komposit
 Meningkatkan sifat mekanis komposit
 Mengurangi penyerapan air, kelunakan, dan pewarnaan

3. Coupling Agent

 Berfungsi untuk membentuk ikatan yang baik antara resin matriks


dengan bahan pengisi / filler
 Bahan yang paling banyak digunakan adalah vynil silane

4. Bahan tambahan lain

 Pigmen
 Inisiator : organic peroksida
 Accelerator : organic amina

Reaksi Setting
Light curing system

 Komposit terpolimerisasi dengan terpapar cahaya / sinar biru


 Sinar tersebut diabsorbsi oleh diketon yang terdapat diantara amin organik
yang memuali reaksi polimerisasi
 Waktu paparan yang dibutuhkan 20 – 40 detik

Self curing system


 Polimerisasi terjadi dengan inisiator peroxide organik dan akselerator
amin organik
 Antara inisiator dan akselerator harus dipisahkan dan tidak dicampur
sebelum restorasi
 Reaksi yang terjadi :
 Dimethacrylate + inisiator + akselerator + treated inorganik ® composite

Sifat Bahan
Polimerisasi shrinkage

 Polimerisasinya rendah sehingga menimbulkan celah akibat terjadinya


shrinkage ( penyusutan )
 Konduktivitas termal
 Konduktivitas termal lebih rendah daripada restorasi logam dan kecocokan
mendekati enamel dan dentin

Ekspansi termal

 Ekspansi termal lebih bagus daripada struktur gigi


 Mempunyai lebih bagus perubahan dimensi dengan perubahan dalam
temperatur rongga mulut daripada struktur gigi

Absopsi air

 Absorbsi air rendah

Radiopacity

 Radiopacity tinggi
 Lebih radiopak dibandingkan dentin dan lebih radiolusen dibandingakan
enamel

Kekuatan kompresif dan flexural

 Kekuatan pada umumnya meningkat seimbang dengan volume fraksi dari


filler karena restorasi komposit kebanyakan mungkin gagal menegang atau
menekuk sehingga daya rentang dan flexural strength harus diperhatikan

Modulus elastis

 Didominasi oleh jumlah filler dan peningkatan secara seimbang dengan


volume fraksi filler
 Kandungan filler yang sedikit dari hasil komposit microfilled yang
dihasilkan elastic moduli ¼ sampai ½ lebih tinggi komposit microhybrid
filled
 Kegagalan restorasi servikal kelas V sangat tinggi pada komposit
microhybrid ketika dibandingkan komposit microfilled
 Modulus yang rendah dari komposit mocrofilled mungkin dapat
mengurangi stres pada ikatan dari restorasi dengan dentin

Kekerasan dan pemakaian

 Kandungan filler yang lebih tinggi pada komposit mikrohibrid berguna


untuk memberi resistensi lebih tinggi pada penetrasi nonrecoverable dan
pemakaian abrasif
 Kekuatan ikatan
 Dengan kekuatan ikatan 20 Mpa bertujuan untuk mengurangi celah akibat
shrinkage

Pemakaian

 Estetiknya bagus dan kekuatan oklusal rendah


 Perubahan warna minimal
 Adaptasi marginal bagus
 Kerusakan akibat karies minimal
 Kekurangannya komposit akan kehilangan kontur permukaan pada
restorasi komposit karena adanya :

 Kombinasi pemakaian abrasif dari pengunyahan dan sikat gigi


 Pemakaian erosif dari degradasi komposite di lingkungan oral

Klasifikasi
Berdasarkan pada ukuran bahan pengisi ( klasifikasi klasik ) :

 Macrofilled
 Microfilled
 Hybrid

Berdasarkan perbandingan banyaknay volume matriks resin dan bahan


pengisi yang mempengaruhi daya alirnya :

 Nonflowable composite
 Flowable composite

Memiliki kandungan filler 20 – 25 % lebih rendah daripada nonflowable


composite
Berdasarkan ukuran dan komposisi bahan pengisinya :

 Resin komposit tradisional


 Resin komposit hybrid berpatikel besar ( large particle )
 Resin komposit hybrid sedang ( midfiller )
 Resin komposit hybrid kecil ( minifiller/small particle filled )
 Resin komposit homogeneous microfilled
 Resin komposit heterogenous microfilled
 Resin komposit packable hybrid
 Resin komposit flowable hybrid
 Resin komposit nanofil “ atomic cluster “

Berdasarkan proses polimerisasinya :

 Chemical cured
 Light cured
 Kombinasi chemical cured dan light cured

Kegunaan
Secara umum :

 Restorasi untuk seluruh kavitas gigi anterior dan posterior


 Restorasi gigi yang mangalami perubahan warna
 Menutup diastem ( diastema closure )
 Restorasi post endodontic
 Melekatkan alat ortodontik
 Fit and fissure sealant
 Pembuatan bridge anterior
 Direct veneer
 Periodontal splinting
 Memperbaiki posisi gigi
 Sebagai lining
 Cement for indirect restoration
 Restorasi sementara

Cara Manipulasi
Etching dan bonding

 Untuk membentuk ikatan antara composite dan struktur gigi maka gigi
harus dietsa
 Dengan menggunakan bonding agent, enamel dan dentin pada kavitas
preparasi dietsa dengan asam selama 30 detik yang mengandung 10%-
15% / 34%-37% gel / cairan asam fosfat. Asam tersebut kemudian dibasuh
dengan air dan permukaannya dikeringakan dengan aliran udara
 Permukaan gigi yang sudah dietsa tampak kusam
 Pada saat yang sama, bonding agent mempenetrasi permukaan enamel dan
dentin yang teretsa dan menyebabkan retensi mikromekanik pada restorasi
 Single paste composite ( light cured)
 Menggunakan 1 pasta composite
 Harus dicegah adanya under curing karena akan menghasilkan tambalan
yang keras hanya pada kulit luarnya sedangkan bagian dalamnya tetap
lunak
 Under curing dapat terjadi bila sumber cahaya diletakkan tidak cukup
dekat pada permukaan bahan yang hendak dipolomerisasi
 Bahan yang lebih gelap mengabsorbsi warna lebih banyak sehingga
membutuhkan waktu curing yang lebih lama.
 Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
 Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
 Two paste composite / dual cured composite ( self cured )
 Kedua pasta hendaknya dicampur dengan baik dan dengan perbandingan
yang benar ( biasanya dalam volume yang serupa ).
 Sebaiknya jangan menggunakan spatel yang terbuat dari stanless steel
karena spatel ini tidak sepenuhnya tahan terhadap abrasi
 Cegah terjadinya kontaminasi oleh suatu pasta terhadap pasta lainnya
 Sedapat mungkin cegah terperangkapnya udara dalam adonan sewaktu
pencampuran
 Pada beberapa bahan, dapat ditambahkan tins / zat pewarna selam proses
pencampuran sehingga memungkinkan diperolehnya warna komposit yang
sesuai dengan warna gigi asli
 Bahan yang sudah diadon hendanknya tanpa menunggu lebih lama
langung dimasukkan ke dalam kavitas
 Monomer yang tersisa dapat menyebabkan iritasi jaringan
 Itensitas pemajanan serta jarak pemanjanan perlu diperhatikan
 Proteksi pulpa
 Sebelum komposit dimasukkan ke dalam kavitas, pulpa harus dilindungi
dengan liner (Ca (OH)2) atau glass ionomer, hybrid ionomer, compomer
base

Penumpatan
Peletakkan komposit pada kavitas preparasi dapat dengan berbagai cara :

 Diletakkan menggunakan instrumen plastik / instrumen dengan


disposeable elastometric tips yang tidak melekat oada komposit
 Diletakkan dalam tip platik jarum suntik kemudian diinjeksikan pada
cavitas preparasi

Finishing dan polishing


Untuk mengurangi menggunakan : diamond, carbide finishing bur, finishing disk,
strips alumina
Untuk finishing akhir : abrasive - impregnated rubber rolary instrument, disk /
rubber cup dengan berbagai paste polishing
Finishing ditunjukkan dengan area basah dan pelicin ater soluable
Finishing akhir dari composite light cured dimulai segera setelah light curing
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Resin Basis Protesa Gigi

A. Definisi basis gigi tiruan


Basis gigi tiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar di atas tulang yang
ditutupi dengan jaringan lunak. Basis gigi tiruan merupakan tempat anasir gigi tiruan
dilekatkan. Daya tahan dan sifat-sifat dari suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh
bahan basis gigi tiruan tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigi tiruan,
seperti logam dan resin, namun belum ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan
basis gigi tiruan (Noort, 2007).
Basis gigi tiruan dalam pembuatannya tergantung pada ketebalan bentuk anatomi dan
resorpsi lingir alveolaris, tidak dengan satu ketebalan yang sama. Ketebalan plat tertentu
dapat meningkatkan kekuatan basis gigi tiruan (Orsi dan Andrade, 2004).

B. Syarat basis gigi tiruan

Berdasarkan International Organization for Standardization (ISO), syarat-syarat bahan basis


gigi tiruan yang ideal adalah:
 Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan.
 Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan mengkilap.
 Warna : translusen dan warna merata.
 Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan perubahan dalam warna, yang hanya
dapat dilihat bila diperhatikan.
 Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimen.
 Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong.
 Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 Mpa.
 Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang dipolimerisasi
dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi.
 Tidak ada monomer sisa.
 Tidak menyerap cairan.
 Tidak dapat larut.

Menurut Mc Cabe dan Walls (2008) syarat ideal basis gigi tiruan adalah sebagai berikut :
 Sifat fisik
Basis gigi tiruan harus mampu menyesuaikan dengan jaringan lunak disekitar rongga mulut,
ekspansi termal basis gigi tiruan seharusnya sama dengan ekspansi termal gigi
tiruan,mempunyai sifat pengahantar panas yang tinggi, suhu pelunakan hendaknya lebih
tinggi dari suhu segala jenis cairan dan makanan yang biasanya dimasukkan ke dalam rongga
mulut
 Sifat mekanik
Basis gigi tiruan harus mempunyai nilai modulus elastisitas yang tinggi, mempunyai
proporsional limit yang tinggi sehingga bila terkena tekanan tidak mengalami perubahan
permanen, mempunyai kekuatan impak yang tinggi sehingga bila jatuh tidak mudah patah,
mempunyai kekuatan fatigue yang baik dan harus mempunyai ketahanan abrasi yang tinggi.
 Sifat kimia
Basis gigi tiruan alami, tidak terpengaruh oleh cairan yang ada didalam rongga mulut, tidak
larut dalam air, serta mempunyai tingkat absorbsi yang rendah karena dapat merubah sifat
mekanik dan bentuk yang menyebabkan gigi tiruan tidak lagi hygienis.
 Sifat biologi
Basis gigi tiruan seharusnya tidak toksik dan tidak dapat mengiritasi jaringan serta dapat
menghambat pertumbuhan jamur maupun bakteri.
 Sifat lain

Basis gigi tiruan harus bersifat radio-opacity sehingga dapat terdeteksi dengan menggunakan
sinar X dan memiliki bahan dasar yang dapat disimpan lama dan materialnya memiliki
banyak persediaan,mudah diproses serta mudah untuk dibersihkan.

1. Definisi Resin Akrilik


Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus
strukturnya. Resin akrilik merupakan salah satu bahan material yang sering digunakan di
kedokteran gigi. Resin akrilik telah luas digunakan sebagai basis gigi tiruan, restorasi gigi
(resin komposit) dan peralatan orthodonsia. Bahan resin akrilik sering digunakan untuk
membuat basis gigi tiruan lengkap maupun basis gigi tiruan sebagian. Resin tersebut
merupakan
repository.unimus.ac.id 11
plastik lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul – molekul metil metakrilat
multipel (Anusavice, 2003). Resin akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu
estetis, warna dan teksturnya mirip seperti gingiva sehingga dari segi estetik baik di
dalam rongga mulut, daya serap air relatif lebih rendah dan perubahan dimensinya kecil
(Combe, 1992).
Klasifikasi resin akrilik dibagi menjadi tiga. Pertama resin akrilik polimerisasi panas
(heat cured resin acrylic) adalah tipe resin akrilik yang proses polimerisasinya terjadi
setelah pemanasan pada temperatur tertentu; kedua resin akrilik polimerisasi sinar (light
cure resin acrylic) adalah tipe resin akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan
sinar tampak; ketiga resin akrilik polimerisasi kimia (self/cold cured resin acrylic) adalah
tipe resin akrilik yang tidak memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya (Putri,
2014).
2. Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat Cured)

Sebagian besar resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk (polimer)
dan cairan (monomer). Bubuk resin akrilik polimerisasi panas dapat transparan, halus,
sewarna gigi, atau berwarna merah muda untuk menyerupai warna gingiva. Beberapa
sediaan bahkan mengandung serat-serat merah agar dapat menyerupai seperti pembuluh
darah. Cairannya tersedia dalam botol kecoklatan untuk mencegah premature
polimerization (mempercepat polimerisasi) yang disebabkan cahaya atau radiasi
ultraviolet pada saat penyimpanan (Anusavice, 2013).
Bubuknya mengandung beberapa komposisi yaitu polimetil metakrilat sebagai polimer,
benzoil peroksida (0,2-0,5%) sebagai inisiator, merkuri sulfit atau cadmium sulfit sebagai
zat pigmen yang tercampur di dalam partikel polimer dan dibutil pthalat sebagai
plasticizer (Stewart dan Bagby, 2013)
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari:
a. Bubuk mengandung

1) Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama

2) Benzoil peroksida sebagai inisiator

3) Reduce translucency mengandung titanium dioksida

4) Pewarna dalam partikel polimer yang disesuaikan dengan warna jaringan mulut
mengandung fiber sebanyak 1%

5) Fiber : serat akrilik

6) Plasticizer : dibutil pthalat

7) Partikel inorganik : zirconium silikat

b. Cairan mengandung

1) Cairannya mengandung monomer (metil metakrilat), hydroquinone


(0,006 %) sebagai inhibitor atau stabilizer untuk mencegah polimerisasi
selama penyimpanan, dibutilpthalat sebagai plasticizer dan glikol
dimetakrilat (1-2%) sebagai bahan untuk memicu ikatan silang (cross-
linking agent) (Manappallil, 2003).
2) Monomer : metal methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.

3) Stabilisator sebagai inhibitor atau hidrokuinon sebagai pencegah polimerisasi selama


penyimpanan.

4) Cross link agent mengandung 2% ethylene glycol dimetacrylate, sebagai membantu


penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi panjang dan untuk
meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

5) Plasticizer mengandung dibutil pthalat (Manappallil, 2003).

3. Manipulasi Resin Akrilik

Resin akrilik polimerisasi panas diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan
teknik compression-moulding. Bubuk (polimer) dan cairan (monomer) dicampur dengan
perbandingan 3:1 dalam satuan volume atau perbandingan 2:1 dalam satuan berat
(Khindria, 2009). Setelah pencampuran, resin akrilik polimerisasi panas akan mengalami
beberapa tahapan yaitu :
a. Tahap basah : pada tahap ini polimer dan monomer bercampur. Campuran
bahan tampak seperti pasir basah (wet sand stage). Tahap ini sering disebut
dengan sandy stage.

b. Tahap lengket : Pada tahap ini polimer larut didalam monomer. Campuran
bahan tampak seperti berserat dan berbenang (tacky fibrous). Tahap ini sering
disebut dengan sticky stage.

repository.unimus.ac.id 14
c. Tahap lembut : pada tahap ini keseluruhan dari monomer sudah larut kedalam
polimer. Campuran bahan ini seperti adonan yang mudah diangkat dan tidak
lagi lengket didalam wadah pengaduk dan pada tahap ini adalah waktu yang
tepat untuk memasukkan ke dalam mold. Tahap ini sering disebut dengan
dough stage.

d. Tahap karet : pada tahap ini polimer dan monomer sudah tidak dapat
bercampur. Campuran bahan akan berbentuk seperti karet dan sudah tidak dapat
dimasukkan kedalam mold. Tahap ini sering disebut dengan rubbery stage.

e. Tahap kaku : pada tahap ini akrilik sudah tidak dapat dibentuk lagi. Tahap ini
sering disebut dengan stiff stage (Combe, 1992; Manappallil, 2003).

Setelah pembuangan malam, adonan manipulasi resin akrilik polimerisasi panas diisikan
kedalam mold gips. Kuvet ditempatkan di bawah tekanan, dalam water bath dengan
waktu dan suhu yang terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi
panas (Combe, 1992). Umumnya resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan
cara menempatkan kuvet dalam water bath pada suhu konstan 70C selama 90 menit
dan dilanjutkan dengan perebusan akhir pada suhu 1000C selama 30 menit sesuai
rekomendasi Japan Industrial Standart (JIS) (Sadamori et al., 2007).
repository.unimus.ac.id 15
4. Sifat- Sifat Resin Akrilik

Sifat fisik resin akrilik sebagai basis gigi tiruan merupakan aspek penting untuk ketepatan
dan fungsi protesa. Menurut Anusavice (2003) sifat dari resin akrilik antara lain,yaitu :
a. Porositas
Adanya gelembung udara pada permukaan dan dibawah permukaan dapat mempengaruhi
kekuatan, kebersihan dari basis gigi tiruan serta estetiknya. Porositas ini terjadi akibat
dari penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer berberat molekul rendah.
Porositas juga dapat terjadi akibat pengadukan yang tidak tepat antara polimer dan
monomer. Timbulnya porositas dapat di minimalkan dengan cara pengadukan resin
akrilik yang homogen. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang
lebih tebal . (Manappallil, 2003).
b. Pengkerutan polimerisasi
Monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli (metil-metakrilat),
kepadatan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm3. Perubahan akan menghasilkan
pengerutan dari polimetrik sebesar 21%. Akibatnya, perubahan volumentrik yang
ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati
oleh peneliti (Ferrance, 2004). Akibat terjadi pengkerutan akan terlihat crazing atau
seperti terlihat garis retakan kecil yang timbul pada permukaan basis gigi tiruan. Crazing
terjadi akibat
relaksasi tekanan yang akan berdampak pada sifat fisik dan estetik dari basis gigi tiruan.
Crazing juga terjadi akibat perbedaan koefisien termal ekspansi antara gigi porselein dan
akrilik. Selama proses pendinginan setelah polimerisasi, akrilik lebih akan mengerut
dibandingkan dengan porselen, akibat ada tekanan tersebut akan menyebabkan crazing
atau garis retakan kecil (Manappallil, 2003).
c. Perubahan dimensi
Menurut Garfunkel dan Anderson dkk (1988) proses resin akrilik yang baik akan
menghasilkan stabilitas dimensi yang baik. Faktor- faktor yang berpengaruh pada
ketepatan dimensi adalah mould expansion pada waktu percetakan, thermal expansion
pada tahap dough, akibat pengerutan polimerisasi, serta panas yang berlebihan pada saat
polishing. Teknik injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang baik
dibandingkan dengan teknik compression moulding. Proses pengerutan akan diimbangi
oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air.
d. Penyerapan air
Bahan resin akrilik sebagai basis gigi tiruan mempunyai sifat menyerap air secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu. Nilai penyerapan air ini dapat menimbulkan
efek pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69
mg/cm2 (Anusavice, 2003). Umumnya basis gigi tiruan memerlukan jangka waktu 17
hari untuk menjadi jenuh dengan air dan menunjukkan
bahwa penyerapan air yang berlebihan pada resin akrilik sebagai basis gigi tiruan dapat
menyebabkan perubahan warna atau diskolorisasi (Ferrance,2004 ; David dan Elly,
2005).
e. Stabilitas warna
Menurut Yulin Lai dkk (2003) resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas
warna yang baik. Resin akrilik polimerisasi panas memiliki ketahanan terhadap stain dari
nilon, serta menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas mempunyai nilai
diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi (Kortrakulkij,
2008). Perubahan warna yang terjadi pada resin dapat bervariasi dan disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain ukuran sampel. Semakin luas ukuran sampel maka semakin
besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi; mikroporositas sampel
menyebabkan penempelan partikel warna pada daerah yang porus serta akumulasi dari
zat warna yang terabsorbsi melalui proses difusi dan lamanya kontak bahan (Anusavice,
2003).
Menurut Crispin dan Caputo, perubahan warna dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Pencemaran bahan pada waktu proses pembuatan bahan atau pengolahannya.

2. Kemampuan permeabilitas cairan pada bahan


3. Lingkungan tempat gigi tiruan di dalam rongga mulut yang kurang baik, oleh
kebiasaan makan

4. mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan material preventive KG

Pasta Gigi
Fungsi utama dari pasta gigi adalah untuk membersihkan permukaan gigi dan membuang
partikel, plak dan debris makanan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah sebagai pembawa bahan
flourida, deterjen, bahan abrasif, dan bahan pemutih untuk meningkatkan kualitas dan estetis
gigi. Komposisi dari pasta gigi terdiri dari :

1. Colloidal binding agent, bertindak sebagai pembawa komponen aktif. Sodium alginate
atau metilselulosa akan menipiskan bahan pembawa dan mencegah berpisahnya komponen
didalam tabung selama penyimpanan.
2. Humectants, berfungsi untuk menstabilkan komposisi dan mengurangi kestabilan air pada
saat evaporasi, contohnya gliserin.
3. Pengawet, berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri didalam pasta gigi.
4. Bahan pemberi rasa, untuk memberikan rasa agar konsumen puas dan mengurangi bau
mulut. Contohnya penambahan papermint, wintergreen, dan kayu manis.
5. Bahan abrasif yang ditambahkan pada pasta untuk membuang plak, stein, dan kalkulus.
6. Deterjen, digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan dan mempermudah
pembuangan debris dari permukaan gigi. contohnya sodium laurir sulfat.
7. Bahan terapetik, efektif dalam pengambilan ion flour dan meningkatkan ketahanan
flouroapatit terhadap demineralisasi asam pada permukaan pembentukan karies.
A. Bahan kimia lainnya, ditambahkan untuk mengurangi korosi tabung pasta,
menstabilkan viskositas, dan memberikan warna. Beberapa pasta menambahkan
sejumlah kecil peroksida yang dapat menyingkirkan diskolorasi gigi dan
meningkatkan estetis.
Sifat abrasif merupakan sifat yang sangat penting pada pasta gigi karena memiliki efek
penghancur yang luas di dalam mulut. Bahan kimia ditambahkan pada pasta gigi untuk
mencegah pembentukan kalkulus, mengurangi faktor terjadinya karies, dan pemutihan
permukaan gigi. konsentrasi flouride pada pasta gigi ± 0,025% – 0,15%. Pada pasien yang
mengandung resiko tinggi karies, flour-nya 0,5% – 1%. Penggunaan formula peroksidayang
rendah pada pasta gigi berguna untuk memutihkan gigi dan akan efektif bila digunakan sehari-
hari.

 2. Obat Kumur

Obat kumur adalah cairan untuk menambah kebersihan kesehatan mulut secara teratur, estetis,
dan nafas yang segar. Lebih efektif bila dipakai pada pagi dan malam hari setelah selesai sikat
gigi. Tujuan dari obat kumur adalah untuk menghantarkan komponen aktif ke permukaan gigi
atau jaringan yang lebih bersih agar menghasilkan efek perawatan yang lebih baik.
Obat kumur terdiri dari tiga komponen utama. Bahan aktif dipilih untuk keuntungan perawatan
kesehatan tertentu, seperti aktivitas anti-karies, efek anti-mikroba, menghantar flour ataupun
mengurangiperletakan plak. Bahan aktif tersebut dihantarkan dalam larutan air atau alkohol.
Alkohol digunakan untuk menghantar beberapa bahan aktif, menambah rasa, dan bertindak
sebagai pengawet yang akan memperpanjang masa penggunaan. Surfactants ditambahkan untuk
membantu penyingkiran debris pada gigi dan sebagai pelarut komponen lainnya.

Bahan aktif pada obat kumur yang menghasilkan efek positif adalah klorheksidin dan flourida.
Klorheksidin sangat kuat sebagai bahan anti-bakterial pada infeksi gusi seperti gingivitis dan
periodontitis. Obat kumur juga memiliki efek terhadap bahan restorasi. Obat kumur dengan
kandungan etanol yang tinggi dapat melunakkan permukaan bahan resin, seperti komposit resin,
compomer, dan sealants. Efek pelunakkan ini yang ditunjukkan oleh peningkatan kecepatan
penyerapan air, dijumpai lebih signifikan pada resin aktivasi sinar dan juga pada komposit yang
diproses dilaboratorium. Pada obat kumur dapat terjadi toksik jika kadar etanolnya tinggi
sehingga terjadi resiko karsinogenik apabila penggunaannya juga terlalu sering.

 3. Flouride Varnishes

Sediaan varnish mengandung flourida sebagai tambahan untuk menghantarkan flour ke


permukaan gigi yang beresiko karies. penggunaan dapat dilakukan secara topikal maupun
dilakukan dibawah restorasidan sepanjang permukaan akar gigipada gigi yang senditif dengan
resesi gingiva. Keuntungan dari bentuk varnish adalah waktu pemaparannya panjang karena
komposisi flour yang aktif pada permukaan gigi. efek negatifnya sedikit menimbulkan  rasa pahit
dan perubahan warna gigi setelah 24 jam.

 4. Pit dan Fissure Sealant

Pit dan fissur esealant digunakan pada gigi molar yang memiliki pit dan fissure yang dalam
untuk melindunginya dari karies dini. Saat ini sistem sealant dapat menggunakan resin Bis-GMA
(polimerisasi secara kimia ataupun sinar), polyurethane sealant yang mengandung bahan flour
anorganik, dan glass ionomer. Penggunaan bahan sealant yang mengandung flour ini adalah
untuk pemeliharaan jangka panjang dimana terjadi pelepasan ion flouride yang lambat didalam
mulut.

 5. Resin Sealant

Bahan dasar yang biasa dipakai adalah bis-GMA  resin dan light-cured, walaupun beberapa
produp self-cured masih tetap digunakan. Perbedaan dengan resin komposit, kalau bis-GMA
sealant harus lebih cair agar mudah masuk kedalam pit dan fissure dan dilakukan prosedur etsa
pada enamel untuk mendapatkan retensi sealant.

Bis-GMA merupakan campuran dari metylmethacrylate ataupun triethylene glicol


dimethacrylate, untuk mencapai viscosity sealant yang rendah alternatif lain yang digunakan
adalah urethane dimethacrylate. Beberapa bahannya adalah kombinasi dari 2 resin dasar.
1. Light cured sealant : diaktifkan dengan diketon dan aliphatic amine. Sealant diletakkan di
pit dan fissur degan menggunakan aplikator dan ujung sumber cahaya berjarak 1-2 mm
dari permukaan dan sealant disinari selama ± 20 detik. Sealant diletakkan selapis tipis dan
dalam dengan waktu penyinaran yang minimal.
2. Self cured sealant

 6. Glass Ionomer Sealant

            Glass ionomer sangat mudah melekat sehingga sangat sulit untuk mencapai fissur yang
dalam, kurangnya penetrasi membuat susah meretansi secara mekanik ke permukaan enamel
sama juga dengan bis-GMA resin, juga mudah rusak dan kurang resisten untuk pemakaian
oklusal. Glass ionomer dan hybrid ionomer dapat melepaskan flouride dan digunakan untuk
karies didaerah servikal dan pasien dengan resiko karies yang tinggi

Glass ionomer terdiri dari bermacam-macam powder dan liquid. Powdernya dalah ion Ieachable
aluminosilicate glass dan liquidnya adalah water solution dari polimer dan kopolimer dari asam
akrilik. Reaksinya lambat dan formasi silang matriks gel saat permukaan dan aluminium ion
merubah kekuatan silangnya saat penempatan terakhir. Permukaan restorasi akan terlindungi dari
saliva saat pengaplikasian varnish dan pengerasan dengan sinar.

7. Hybrid Ionomer
Hybrid ionomer digunakan untuk restorasi dengan daya tekan rendah dan direkomendasikan
untuk pasien dengan resiko karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetis dibandingkan dengan
glass ionomer karena kandungan resinnya. Powder dari hybrid ionomer sama dengan glass
ionomer. Liquidnya mengandung monomer, polyacid dan air.

Hybrid ionomer berikatan pada permukaan gigi tanpa menggunakan dentin bonding agent.
Kekuatan transversal hybrid ionomer hampir dua kali lipat dari glass ionomer yang biasa. Hybrid
ionomer melepaskan flouride lebih banyak dari compomer dan resin komposit, tetapi hampir
sama dengan glass ionomer.

Pemanipulasiannya sama dengan pemanipulasian standard glassionomer. Pencampuran secara


mekanik dari unit-dose kapsul menyediakan campuran komponen yang jauh lebih sedikit melalui
celah udara yang dapat dengan spatula tangan. Ratio optimal bubuk/liquid sangat penting untuk
pemeliharaan jangka panjang sifat fisik dan keberhasilan restorasi klinik. Restorasi ionomer kaca
seperti ionomer hybrid segera mengeras ketika dikeraskan dengan sinar.

Anda mungkin juga menyukai