Anda di halaman 1dari 84

BAB 2

PENGKAJIAN

2.1. Pengumpulan Data


Pada model metode praktik keperawatan profesional harus mampu
memberikan asuhan keperawatan profesional. Komponen utama yang diperlukan,
yaitu: sumber daya manusia (M1); sarana dan prasarana (M2); metode pemberian
asuhan keperawatan (M3); pengumpulan data tentang anggaran (M4); dan
pemasaran serta mutu pelayanan (M5).
Pengumpulan data dilakukan selama 2 hari yaitu tanggal 2 – 3 April 2018 di
Ruang Efrata RS. Baptis Kediri.

2.1.1 Sumber Daya Manusia (M1)


1. Struktur Organisasi
Ruang Efrata RS. Baptis Kediri dipimpin oleh Kepala Ruang yang dibantu
oleh Wakil Kepala Ruang dan dibagi menjadi dua Ketua Tim, dan beberapa
anggota tim (3-4 anggota tim persift). Adapun struktur organisasinya adalah
sebagai berikut :

4
RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KEPERAWATAN
RUANG EFRATA TAHUN : 2018

Direktur
Dr. Andreas Andoko, M.Kes., M.Th

Wakil Direktur Yanmed & Keperawatan


dr. R. E. Grace Lomboan, Sp. M

Ka. Instalasi Rawat Inap


dr. Suharyono, Sp. THT-KL

Ka. Bidang Keperawatan


Wa.Ka. Instalasi Rawat Inap Ince Maria, S.Kep., Ns
Krisna Wanti N., A. Md., Kep

Kepala Ruang
Erna W., A.Md., Kep

Wakil Kepala Ruang


Enny P., A.Md., Kep

Ketua Tim I Ketua Tim II


Bioyanti S., A.Md Kep Titin S,. A.Md., Kep

Perawat Anggota Tim 2


Perawat anggota Tim 1
Antok S., S.Kep., Ns
Eunike Sari, A.Md., Kep Sigit, S.Kep
Kristina B.S., A.Md., Kep Dewi Agustina, S.Kep., Ns
Kristin O., A.Md., Kep Sri Widarsih., A.Md., Kep
Kusnadi Ciluk, A.Md., Kep Anastasia, S.Kep., Ns
Yosep, S.Kep., Ns Agustina Tri, A.Md., Kep
Belinda, A.Md., Kep

Keterangan :

: garis komando

: garis fungsional

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Ruang EfrataRS. Baptis Kediri

5
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, didapatkan bahwa Ruang
Efrata RS. Baptis Kediri dipimpin oleh kepala ruang, dan dibantu oleh wakil
kepala ruang, bekerjasama dengan 2 ketua tim dan 3-4 anggota tim setiap shift
dinas. Dalam setiap dinas, kepala ruang bertanggung jawab terhadap semua proses
keperawatan yang dilakukan oleh anggota tim. Tugas kepala ruang akan
didelegasikan pada wakil kepala ruang apa bila kepala ruang tidak dinas. Ketua
Tim juga memiliki tugas sendiri yaitu membuat perencanaan dan membuat
penugasan. Jika ketua Tim tidak berdinas maka perawat per sift mendapat giliran
menjadi ketua Tim pada setiap pergantian shift sesuai dengan praktik klinik (PK).
Total jumlah perawat diruang Efrata adalah 16 orang di bagi dalam 3 shift dinas
yakni, pagi (07.00 – 14.00), sore (14.00 – 21.00) dan malam (21.00 – 07.00).

2. Gambaran Umum
a. Visi, Misi dan Motto RS. Baptis Kediri
1) Visi
Menjadi rumah sakit pilihan dan rujukan utama dengan dasar Kasih
Kristus
2) Misi
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang prima secara holistik yang
berlandaskan Kasih Kristus kepada setiap orang tanpa
membedakan status sosial, golongan, suku dan agama.
b) Memberikan pelayanan kesehatan berstandart akreditasi terbaik
3) Motto
“Sahabat Terpercaya Menuju Sehat “
4) Nilai Dasar
Iman, Kasih, Pengharapan
5) Budaya Organisasi
Keramahtamahan dan Kekeluargaan

3. Jumlah Tenaga di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri


a. Keperawatan
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan berdasarkan masa kerja dan status
kepegawaian di Ruang Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
No Kualifikasi Status
Jumlah Masa Kerja
. Pendidikan Kepegawaian
1 Ners 4 orang 11 tahun Tetap
2 tahun Tetap
1 tahun Calon Pegawai
10 tahun Tetap

6
No Kualifikasi Status
Jumlah Masa Kerja
. Pendidikan Kepegawaian
2 S1-Keperawatan 1 Orang 9 tahun Tetap
3 D3 Keperawatan 11 orang 29 tahun Tetap
20 tahun Tetap
12 tahun Tetap
4 tahun Tetap
4 tahun Tetap
1 tahun Calon pegawai
14 tahun Tetap
1 tahun Calon pegawai
3 tahun Tetap
1 Tahun Calon Pegawai
< 1 tahun Magang
Jumlah 16 orang

Tabel 2.3 Presentase Tenaga Keperawatan di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Presentase
No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah
(%)
1 Ners 4 orang 25
2 S1-Keperawatan 1 orang 6
3 DIII Keperawatan 11 orang 69
Jumlah 16 Orang 100

Berdasarkan data jumlah tenaga keperawatan di Ruang Efrata RS. Baptis


Kediri didapatkan sebagian besar perawat dengan pendidikan D3 yaitu sebanyak
11 orang (68,7%) dan kurang dari 50% berpendidikan Ners Keperawatan
sebanyak 4 orang (25%). S1 Keperawatan sebanyak 1 orang (6,25%), dengan
daftar pelatihan sebagai berikut: TERLAMPIR

7
Tabel 2.4 Daftar Seminar dan Pelatihan yang Telah diikuti oleh perawat di Ruang Efrata

Masa Status
No Nama Tim Keterangan Pendidikan Pelatihan
Kerja Kepegawaian
1. Erna W, A.Md., Kep Kepala ruang D3 20 Pegawai Peserta Sosialisasi Hospital DOTS Linkage (HDL) (2010),
(PM) Keperawatan tahun Tetap Seminar Infusion Nurse Training And Formation Di Rumah
Sakit Baptis Kediri (2010), Seminar Becton, Dickinson And
Company Infusion Nurse Training And Formation (2010),
Seminar Dan Workship Anti Aging Dan Senam Kebugaran
Sexual (2011), Pelatihan Program Pengendalian Dan
Pencegahan Infeksi (2011) , Seminar Orientasi Leadership
(2012), Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
(2013), Workshop Pemasangan Infus Dengan Baik Dan
Benar (2015), Sminar Keperawatan Dokumentasi
Keperawatan Dalam Proses Keperawatan Di Pelayanan
Keperawatan (2015), Seminar Aplikasi Etika Keperawatan
Dalam Pelayanan Keperawatan (2015), Seminar Dan
Workshop Tentang Management Keperawatan (2015),
Seminar Sehari Undang-Undang Keperawatan Dan
Implikasinya Dalam Praktik Keperawatan (2015), Workshop
Keperawatan SIM-K (2016), Musyawarah Daerah IV DPD
PPNI Kota Kediri (2016), Seminar Dan Workshop
Perawatan Kaki Diabetik Non Ulkus (2016),
2. Enny P., A.Md., Kep Wakaru D3 14 Pegawai Seminar Sehari Undang-Undang Keperawatan Dan
(PM) Keperawatan Tahun Tetap Implikasinya Dalam Praktik Keperawatan (2015), Pelatihan
In House Training Pelatihan Keperawatan Operasional dan
Interprestasi hsil EKG (2015), Seminar penanganan luka
modern pada aplikasi praktek mandiri perawat (Home Care)
menuju Intrepreneur (2015), Workshop Pemasangan Infus

8
Masa Status
No Nama Tim Keterangan Pendidikan Pelatihan
Kerja Kepegawaian
Dengan Baik Dan Benar (2015), Management of
Cardiovasculer urgency and emergecy (2015), workshop
kesehatan nasional elektrokardiografiecg inter prestasion
(2015), Pelatihan penanggulangan gawat darurat (2015),
pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat
(PPGD)/General emergency life Suport BLS (2016),
Seminar dan workshop perawatan ulkus kaki diabetik (2016)
3. Eunika Sari U., Tim 1 Perawat D3 29 Pegawai Seminar Keperawatan Dokumentasi keperawatan dalam
A.Md., Kep (PK 3) Keperawatan Tahun Tetap proses keperawatan dalam pelayanan keperawatan, (2015),
Sosialisai pelatihan kelas ibu Rumah Sakit Baptis Kediri
(2015), Seminar aplikassi etika keperawatan dalam
pelayanan keperawata,n (2015)
4. Bioyanti, A.Md.,Kep Tim 1 Perawat D3 12 Pegawai Seminar Keperawatan Dokumentasi Keperawatan dalam
(PK 3) Keperawatan Tahun Tetap proses keperawatan di layanan keperawatan (2015),
Pelatihan dan Workshop Pencampuran obat suntik
(IVAdnixture) (2017).
5. Antok, S.Kep., Ns Tim 2 Perawat Ners 11 Pegawai Peran teenaga kesehatan dan masyarakat dalam upaya
(PK 3) Tahun Tetap penanggulangan serta tindak lanjut kejadian HIV AIDS
dilingkungan sekitar (2009), Seminar Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan dalam proses keperawatan di
layanan keperawatan, Seminar Keperawatan Profesional
(2015),.
6. Titin S., A,Md., Kep Tim 2 Perawat D3 14 Pegawai Seminar penanganan kegawat daruratan Neuro
(PK 3) Keperawatan Tahun Tetap kardiovaskular serta senam jantung dewasa (2013), pelatihan
keperawatan oprasional dan interpretsi hasil EKG (2015),
Workshop Keperawatan Emergency Burn Trauma and
Assesment praimery survey (2016), seminar sehari UU
keperawtan dan implikasinya dalam praktik keperawtan

9
Masa Status
No Nama Tim Keterangan Pendidikan Pelatihan
Kerja Kepegawaian
(2016), workshop kesehatan defibrilasi pada jantung (2016),
seminar kesehatan update penatalaksanaan trauma sepinal
(2016), seminar kesehatan update kegawatdaruratan aritmia
(2016),

7. Christina B.S., Tim 1 Perawat D3 5 Pegawai Seminar penatalaksanaan dan perawatan nyeri (2014,
A.Md., Kep (PK 2) Keperawatan Tahun Tetap Seminar sehari UU Keperawatan dan Implikasinya dalam
praktek keperawatan (2015), Dokumentasi Keperawatan
dalam proses keperawatan di pelayanan keperawatan
(2015), seminar eksistensi keperawatan dalam membangun
kesehatan (2015), ,Pelatihan keperawatan oprasional dan
intepretasi hasil EKG (2015), Seminar Kesehatan Update
penatalaksanaan trauma spinal (2015)
8. Anastasia, S.Kep., Tim Perawat Ners 2 tahun Pegawai Seminar Keperawatan Dokumentasi Keperawatan dalam
Ns 2 (PK 2) Tetap proses keperawatan di layanan keperawatan (2015), Seminar
Emergency Update Cardiovascular- Cerevascular
Management (2014), Seminar penanganan gawat darurat
maternitas terkini, (2014), Seminar penangannan kegawat
daruratan kardio maternatal (2015), Workshop RGP
Neonatus (2014),Workshop Cardiorehabilitation (2015),
Workshop Disaster Managmen triage Update (2017).
9. Dewi Agustina, Tim 2 Perawat Ners 10 Pegawai
S.Kep., Ns (PK 2) Tahun Tetap Pelatihan keperawtan oprasional dan intepretasi hasil EKG
(2016), pelatihan klinikal instrukture CI (2010), Pelatihan
pola bimbingan preseptor ship (2013), Pelatihan perawatan
paliatif bagi tenaga medis dan paramadis (2013), Pelatihan
kardio rehabilitation (2014), Seminar Healty Sexs, Healty
life, Healty People (2014), Seminar aplikasi etika

10
Masa Status
No Nama Tim Keterangan Pendidikan Pelatihan
Kerja Kepegawaian

keperawatan dalam pelayanan keperawatan (2015)


10 Sigit, S.Kep Tim 2 Perawat SI 9 Pegawai PPGD (2012), pelatihan keperawatan oprasional dan
(PK 2) Keperawatan Tahun Tetap intepretasi hasil EKG (2015), Seminar aplikasi etika
keperawatan dalam pelayanan keperawatan i rumah sakit
(2015), Seminar Keperawatan Dokumentasi keperawatan
dalam proses keperawatan dalam pelayanan keperawatan,
(2015),
11. Sri Widarsih A.Md., Tim 2 Perawat D3 4 Pegawai Pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat (2016)
Kep (PK 1) Keperawatan Tahun Tetap

12. Kusnadi Ciluk, Tim 1 Perawat D3 1 Calon Pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat (2016)
A.Md., Kep (PK1) Keperawatan Tahun Pegawai
Tetap
13. Christin O., A.Md., Tim 1 Perawat D3 5 Pegawai Pelatihan keperawatan oprasional dan intepretasi EKG
Kep (PK 1) Keperawatan Tahun Tetap (2015), Seminar Keperawatan Dokumentasi keperawatan
dalam proses keperawatan dalam pelayanan keperawatan,
(2015), Seminar penaggulangan gawat darurat (PPGD/
General Emergency Life Suport GELS) (2016), Pelatihn
Kegawat darurat (2016).
14. Agustina Tri, A.Md., Tim 2 Perawat D3 1 Capeg PPGD (2016)
Kep (PK 0) Keperawatan Tahun
15. Josep C., S.Kep., Ns Tim 1 Perawat Ners 1 Calon Pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat (2016)
(PK 0) Tahun Pegawai
Tetap
16. Belinda, A.Md Kep Tim 1 Perawat D3 6 bulan Magang Pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat (2017)
(PK 0) Keperawatan

11
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan perawat yang dinas pada
saat pengkajian pada tanggal 2-3 April 2018, didapatkan bahwa Ruang Efrata RS.
Baptis Kediri dipimpin oleh kepala ruang, dan dibantu oleh wakil kepala ruang,
bekerjasama dengan 2 ketua tim dan 4 anggota tim setiap shift dinas. Perawat
dengan jenjang pendidikan Ners sebanyak 4 orang (25%), dan DIII Keperawatan
sebanyak 11 orang (69%) dan Sarjana Keperawatan sebanyak 1 orang (6%). Kepala
ruang dan manajemen Rumah Sakit juga memberikan kesempatan kepada perawat
untuk mengikuti pelatihan dan seminar yang diselenggarakan oleh komisariat PPNI
Rumah Sakit 1 bulan sekali. Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 2-3 April
2018 yang didapat dari komite keperawatan disimpulkan bahwa pelatihan dan
seminar yang pernah diikuti perawat Efrata adalah, rata-rata perawat telah
mengikuti seminar dan pelatihan, mengingat bahwa saat ini ruang Efrata merupakan
ruangan penyakit dalam. Dalam setiap dinas, kepala ruang dan wakil kepala ruang
bertanggung jawab terhadap semua proses keperawatan yang dilakukan oleh
anggota tim. Jumlah tenaga lepas dinas perhari di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
rata – rata adalah 3 orang, rata-rata dinas tiap shift 5 orang, dan total jumlah
perawat 16 orang di bagi dalam 3 shift dinas yakni, pagi (07.00 – 14.00), sore
(14.00 – 21.00) dan malam (21.00 – 07.00 ).

4. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tanaga Perawat di


Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
a. Metode Douglas
Menurut metode ini (Nursalam, 2011) bagi pasien rawat inap standar
waktu pelayanan pasien antara lain :
1) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 – 2 jam/24 jam
2) Perawatan intermediate memerlukan waktu : 3 – 4 jam/24 jam
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 – 6 jam/24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kategori I : perawatan mandiri. Kriteria pasien adalah masih dapat
melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan,
minum, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional.
Pasien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Pasien
perlu dilakukan observasi setiap shift, pengobatan minimal.
2) Kategori II : perawatan intermediate. Kriteria pasien adalah
memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari – hari seperti
makan, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar makan,

12
bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan perawatan untuk
memonitor tanda-tanda vital, memeriksa produksi urin, fungsi fisiologis,
status emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam pendidikan
kesehatan serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
3) Kategori III : perawatan total. Kriteria pasien adalah tidak dapat
melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu
oleh perawat, penampilan pasien sakit berat, pasien memerlukan
observasi tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang nasogastrik
(NGT), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap lendir
(suction) dan kadang pasien dalam kondisi gelisah atau disoreintasi.
Berdasarkan pengkajian tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan
tenaga menurut metode Douglas di Ruang Efrata adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5 Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Tanggal 2 April 2018
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tk. Ktg ∑ Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Parsial 13 13 x 0,27 = 3,51 13 x 0,15 = 1,95 13 x 0,10 = 1,3
Total 6 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,3 = 1,8 6 x 0,20 = 1,2
Jumlah 19 5,67 = 6 3,75 = 4 2,5 = 2

Tingkat ketergantungan pasien pada tanggal 2 April 2018 paling banyak


tingkat ketergantugan parsial dengan jumlah 13 orang.

Total Kebutuhan Tenaga Perawat


Pagi : 6 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang
Jumlah : 12 orang
Penghitungan tenaga perawat di atas adalah untuk penghitungan tenaga
pelaksana saja.
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :
Keterangan : angka 80 merupakan
80 × 12 = 3,36 = 3 orang jumlah hari libur atau lepas dinas
285 malam 1 tahun, sedangkan 285 adalah
jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di Ruang
Efrata adalah 12 orang + 3 orang lepas dinas + 2 orang tenaga; Kepala ruang
dan wakil = 17 orang. Berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga menurut
Douglas maka jumlah kabutuhan tenaga di ruang Efrata masih kurang, saat ini
jumlah tenaga perawat perawat di ruang Efrata hanya 16 orang, sehingga

13
membutuhkan tenaga perawat tambahan. Pada saat dilakukan observasi
tanggal 2 April 2018 ruangan Efrata mendapatkan tambahan tenaga
keperawatan 1 orang dari ruangan Super VIP.

Tabel 2.6 Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Tanggal 3 April 2018 (n=18)
Tingkat Jumlah Kebutuhan Tenaga
Ketergantungan
Tk. Ktg ∑ Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 0 0 x 0,17 = 0 0 x 0,14 = 0 0 x 0,07 = 0
Parsial 12 12 x 0,27 = 3,24 12 x 0,15 = 1,8 12 x 0,10 = 1,2
Total 6 6 x 0,36 = 2,16 6 x 0,30 = 1,8 6 x 0,20 = 1,2
Jumlah 18 5,40 = 5 3,6 = 4 2,4 = 2

Tingkat ketergantungan pasien pada tanggal 3 April 2018 paling banyak


tingkat ketergantugan parsial dengan jumlah 12 orang.

Pagi : 5 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang
Jumlah : 11 orang
Penghitungan tenaga perawat di atas adalah untuk penghitungan tenaga
perawat pelaksana saja.
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :
80 x 11 Keterangan : angka 80 merupakan
= 3,2= 3 orang jumlah hari libur atau lepas dinas malam
285
1 tahun, sedangkan 285 adalah jumlah
hari kerja efektif dalam 1 tahun
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di Ruang
Efrata adalah 11 orang + 3 orang lepas dinas + 2 orang tenaga; Kepala ruang
dan wakil = 16 orang. Berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga menurut
Douglas maka jumlah kabutuhan tenaga di ruang Efrata cukup. Saat ini
jumlah keperawatan yang bekerja di ruang Efrata adalah 16 orang.

Kesimpulan:
1. Berdasarkan analisa dari data pengkajian pada tanggal 2-3 April 2018
didapatkan rata-rata tingkat ketergantungan pasien di Ruang Efrata:
a. Parsial: (13 + 12) : 2 =7,5 orang, dibulatkan 8 orang
b. Total: (6 + 6) : 2 = 6 orang
2. Berdasarkan analisa data pengkajian tanggal 2-3 April 2018 perawat yang
dibutuhkan untuk bertugas di Ruang Efrata selama dua hari pengkajian
rata-rata perhari sebanyak (18+16) : 2 = 17 orang perhari. Sehingga dapat

14
disimpulkan bahwa jumlah tenaga perawat di Ruang Efrata kurang dan
perlu penambahan tenaga keperawatan.

b. Metode Gillies
Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah:
AxBxC F
= =H
(C-D) x E G
Keterangan :
A = Rata-rata jam perawatan per pasien per hari
B = Rata-rata jumlah pasien per hari
C = Jumlah hari per tahun
D = Jumlah hari libur masing – masing perawat
E = Jumlah jam kerja masing – masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
1) Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
a) Waktu keperawatan langsung (rata – rata 4-5 jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x
4 = 1-2 jam, keperawatan partial (partial care) = ¾ x 4 = 3 jam,
keperawatan total (total care) = 1 – 1,5 x 4 = 4-6 jam dan
keperawatan intensif (intensife care) = 2 x 4 jam = 8 jam
b) Waktu keperawatan tidak langsung
Menurut Wolfe & Young (Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
c) Waktu penyuluhan kesehatan kurang lebih 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
d) Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari
e) Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 80 hari, hari
minggu/libur = 52 hari (untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah
sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus
diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 16, cuti
sesuai dengan ketentuan rumah sakit = 12 hari

15
f) hari, dan cuti tahunan = 12 hari
g) Jumlah jam kerja tiap perawat adala 40 jam per minggu (kalau hari
kerja efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja
efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per hari)
h) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadngan)
2) Penghitungan metode Gillies yang diterapkan di Ruang Efrata RS.
Baptis Kediri tanggal 2 April 2018 adalah sebagai berikut:
a) Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 0 pasien x 2 jam = 0 jam
Ketergantungan partial = 13 pasien x 3 jam = 39 jam
Ketergantungan total = 6 pasien x 6 jam = 36 jam
Total jam = 75 jam
b) Jumlah jam keperawatan tidak langsung
19 pasien x 1 jam = 19 jam
c) Waktu penyuluhan kesehatan
19 pasien x 0,25 jam = 4,75 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan per pasien per hari adalah :
75 jam + 19 jam + 4,75 jam 98,75
= = 5,19 jam/pasien/hari
19 pasien 19
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :
AxBxC F
= = H
(C – D) x E G

5,19 x 19 x 365 35.992


= = 18,04 dibulatkan 18 orang
(365-80) x 7 1.995

d) Tenaga lepas dinas (cadangan)


20% x 19 = 4 orang
Berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga menurut rumus Gillies
adalah 18 + 4 = 22 + 2 (Kepala ruang dan wakil kepala ruang) = 24
orang
Berdasarkan penghitungan kebutuhan tenaga menurut metode
Gillies maka jumlah kebutuhan tenaga di ruang Efrata masih kurang,
saat ini jumlah keperawatan yang bekerja di ruang Efrata adalah 16
orang.
3) Penghitungan metode Gillies yang diterapkan di Ruang Efrata RS.
Baptis Kediri tanggal 3 April 2018 adalah sebagai berikut:

16
a) Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 0 pasien x 2 jam = 0 jam
Ketergantungan partial = 12 pasien x 3 jam = 36 jam
Ketergantungan total = 6 pasien x 6 jam = 36 jam
Total jam = 72 jam
b) Jumlah jam keperawatan tidak langsung
18 pasien x 1 jam = 18 jam
c) Waktu penyuluhan kesehatan
18 pasien x 0,25 jam = 4,5 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan per pasien per hari adalah :
72 jam + 18 jam + 4,5 jam 94,5
= = 5,25 jam/pasien/hari
18 pasien 18

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :


AxBxC F
= = H
(C – D) x E G

5,25 x 18 x 365 34.492,5


= = 17, 02 dibulatkan 17 orang
(365-80) x 7 1995

d) Tenaga lepas dinas (cadangan)


20% x 18 = 3,6 orang dibulatkan menjadi 4 orang
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan secara keseluruhan :
17 + 4 = 21 + 2 (Kepala ruang dan wakil kepala ruang) = 23 orang
Jumlah rerata tenaga prawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari
di Ruang Inap Efrata selama 2 hari adalah 24 + 23 = 47 : 2 = 23,5
dibulatkan 23 perawat per hari.
Kesimpulan :
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Efrata dilakukan melalui
observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat ruangan. Perhitungan
tenaga keperawatan di Ruang Efrata RS Baptis Kediri adalah menggunakan Rumus
Gillies karena seharusnya disesuaikan dengan beban kerja perawat. Jumlah tenaga
kerja di Ruang Efrata tidak mencukupi, dimana jumlah perawat yang ada sebanyak
16 orang, sedang menurut penghitungan di atas minimal perawat yang di butuhkan
sebanyak 23 orang. Jadi setiap shift membutuhkan 7 orang perawat, namun di
ruang Efrata hanya ada 4-5 orang perawat setiap shiftnya, sehingga beban kerja
perawat semakin tinggi. Penghitungan tersebut hanya diambil selama 2 hari. Pada
saat observasi selama 2 hari diketahui jumlah pasien yang ada sebanyak 19 orang

17
(jumlah tersebut adalah termaksuk pasien baru dan pasien pulang), seharusnya
jumlah pasien di Ruang Efrata ada 31 pasien.

18
5. Beban Kerja Perawat di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Pengkajian dilakukan selama 2 hari yaitu tanggal 2 – 3 April 2018, observasi
dilihat pada perawat shift dinas, dan mencocokkan dengan lembar pemberian obat
dan frekuensi dilakukan tindakan per hari, waktu dihitung dalam hitungan menit.
Berikut disajikan uraian kegiatan perawat selama pengkajian.
Tabel 2.7 Uraian Kegiatan Perawatan di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri Tanggal 2
April 2018 (n = 19)
J
u
W
m
a
l
k
a
t Fr
h
u ek
No Uraian Kegiatan ( ue
(
m ns
m
e i
e
n
n
it
i
)
t
)
A Melakukan Asuhan keperawatan Langsung Ke Pasien
Mengobservasi Pasien 2 9 1
5 9
0
Mengukur Suhu Badan 5 9 4
5 7
5
Menghitung nadi dan Pernafasan 2 9 1
5 9
0
Menghitung tekanan darah 3 9 2
5 8
5
Menyiapkan Obat 5 5 2
7 8
5
Memberikan obat 5 5 2
7 8
5
Mebmberikan Obat melalui PO 2 5 1
7 1
4
Memberikan Obat melalui IV 2 3 7
8 6
Memberikan Obat Melalui SC 2 1 3
9 8
Memberikan Obat Melalui IC 2 1 3
9 8
Memberikan obat tetes hidung 2 3 6
Memberi Makan Melalui SL 3 3 9
Melakukan Pemeriksaan gula 3 2 6
darah
Melakukan Kolaborasi dengan 5 1 9
dokter (visite dokter) 9 5
Mengantar Pasien Ke USG 1 0 0
5
Memobilisasi Pasien 3 3 9
Memberikan oksigen 2 9 1
8
Mengganti Caiiran Infus 2 3 7

19
8 6
Perawatan Jenazah 1 1 1
0 0
Menyiapkan Pasien Baru 5 2 1
0
Menyiapkan Pasien Pulang 1 2 3
5 0
Mengukur Intake Output 2 5 1
7 1
4
Menolong Pasien BAB 3 3 9
Menolong Pasien Bak 3 6 1
8
Jumlah 1 7 2
0 7 3
3 5 8
6
B Tindakan Keperawatan secara tidak langsung
Timbang Terima 3 3 1
5 0
5
Melakukan dokumentasi 1 9 5
keperawatan di status pasien 0 7 7
0
Komunikasi dengan ruangan lain 3 3 9
0 0
Komunikasi dengan tenaga 5 1 5
kesehatan lain
Megerjakan Pasien Pulang 3 2 6
0 0
Mengerjakan Pasien Baru 3 2 6
0 0
Melakukan inventaris alat dan 1 1 1
obat 5 5
Membuat Sensus harian 1 1 1
0 0
Jumlah 1 9 9
3 7 1
8 5
C Tindakan Non Produktif
Renungan Pagi 1 1 1
0 0
Istirahat (Isoma) 1 1 1
0 6 6
0
Toilet 3 5 1
5
Jumlah 2 2 1
3 2 8
5

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 2 April 2018, tindakan yang


membutuhkan waktu paling lama adalah tindakan keperawatan secara tidak
langsung yaitu timbang terima (35 menit dengan jumlah pasien 19 orang).
Tabel 2.8 Uraian Kegiatan Perawatan di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri Tanggal 3
April 2018 (n = 18)

No Uraian Kegiatan W Fr J
a ek u
k ue m
t ns l

20
a
h
u
(
(
m
m
e i
e
n
n
it
i
)
t
)
A Melakukan Asuhan keperawatan Langsung Ke Pasien
Mengobservasi Pasien 2 54 1
0
8
Mengukur Suhu Badan 5 54 2
7
0
Menghitung nadi dan Pernafasan 2 54 1
0
8
Menghitung tekanan darah 3 54 1
6
2
Menyiapkan Obat 5 54 2
7
0
Memberikan obat 5 54 2
7
0
Memberikan Obat melalui PO 2 54 1
0
8
Memberikan Obat melalui IV 2 36 7
2
Memberikan Obat Melalui SC 2 18 3
6
Memberikan Obat Melalui IC 2 18 3
6
Memberikan obat tetes hidung 2 0 0
Memberi Makan Melalui SL 3 3 9
Melakukan Pemeriksaan gula 3 4 1
darah 2
Melakukan Kolaborasi dengan 5 19 9
dokter (visite dokter) 5
Memobilisasikan Pasien 3 9 2
7
Memberikan oksigen 2 9 1
8
Mengganti Cairan Infus 2 36 7
2
Memandikan pasien 1 6 6
0 0
Mengganti linen 5 36 1
8
0
Menyiapkan Pasien Baru 5 0 0
Menyiapkan pasien pulang 1 3 4
5 5
Mengukur Intake Output 2 54 1
0
8
Menolong Pasien BAB 3 4 1
2
Menolong Pasien BAK 3 6 1
8

21
Jumlah 9 63 2
3 9 0
9
6
B
Timbang Terima 3 3 1
5 0
5
Melakukan dokumentasi 1 54 5
keperawatan di status pasien 0 4
0
Komunikasi dengan ruangan lain 3 20 6
0
Komunikasi dengan tenaga 5 1 5
kesehatan lain
Mengerjakan Pasien Baru 3 0 0
0
Mengerjakan pasien pulang 3 3 9
0 0
Melakukan inventaris alat dan 1 1 1
obat 5 5
Membuat Sensus harian 1 1 1
0 0
Jumlah 1 83 8
3 2
6 6
C
Renungan Pagi 1 1 1
0 0
Istirahat (Isoma) 1 3 3
0 0
Toilet 3 5 1
5
Jumlah 2 9 5
3 5

Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 3 April 2018, tindakan yang


membutuhkan waktu paling lama adalah tindakan keperawatan secara tidak
langsung yaitu timbang terima (35 menit dengan jumlah pasien 19 orang) dan
penyiapan pasien pulang.

Tabel 2.9 Waktu Produktif dan Tidak Produktif Perawat di Ruang Efrata RS. Baptis
Kediri Tanggal 2-3 April 2018

Produktif
Tidak
Langsun Tidak Jumla
Waktu Produktif
g Langsung h
(menit)
(menit) (menit)
Tanggal 2 April 3301
2386 915 185
2018
Tanggal 3 April 2921
2096 825 55
2018
Jumlah 4482 1740 6222 240

22
240 = 4 jam : 2
6222 = 103,7 jam : 2 = 51, 8 jam
= 2 jam

Tabel 2.10 Rekapitulasi pelaksanaan perawat di Ruang Efrata tanggal 2-3 April
2018 (n= 19)
Jenis Kegiatan
2 April 2018 3 April 2018
Keperawatan
Kegiatan Produktif:
a. Langsung 39,7 Jam 34,9 Jam
b. Tidak Langsung 15,25 Jam 13,75 Jam
Kegiatan Non 3,08 Jam 4 Jam
produktif
Total 58 Jam 53 Jam

Tabel 2.11 Beban Kerja Objektif


Beban Kerja Objektif
Hari
Persetase % Kategori
2 April 2018 95 % Tinggi
3 April 2018 92 % Tinggi

Kesimpulan:
Berdasarkan uraian kegiatan perawat diatas, diklasifikasikan menjadi kegiatan
produktif dan tidak produktif. Kegiatan produktif dibagi menjadi langsung yaitu
terkait dengan tindakan keperawatan langsung kepada pasien, tidak langsung dapat
berupa penulisan dokumentasi perawatan, timbang terima, kolaborasi dengan
dokter, dan lain-lain. Kegiatan non produktif yaitu di luar tindakan keperawatan
kepada pasien, misalnya istirahat, toilet, dan lain-lain.
Menurut Ilyas (2004) bahwa beban kerja tinggi bila presentase waktu
pelaksanaan kegiatan produktif melebihi waktu kerja produktif yang optimum yaitu
lebih dari 80% dari seluruh wajtu kegiatan yang dilakukan perawat, sehingga
berdasarkan hasil perhitungan beban kerja perawat selama 2 hari pengkajian maka
perhitungan dengan metode Time and Motion Study, beban kerja di Ruang Efrata
RS. Baptis Kediri pada tanggal 2-3 April 2018 adalah tinggi yaitu dengan
prosentase hari pertama 95% dan hari ke dua 92% dengan rata-rata beban kerja
perawat di Ruang Efrata adalah 95% + 92% = 187 : 2: 93,5%.

6. Ketenagaan Perawat
Data diambil berdasarkan hasil pengkajian 15 dari 16 perawat tentang
kepuasan kerja di Ruang Efrata, dengan meggunakan angket ketenagaan menurut
Nursalam (2016) diperoleh hasil :

23
Tabel 2.10 Tabel Kemampuan dibidangnya sesuai dengan struktur organisasi yang
ada
Kemampuan dibidangnya sesuai dengan
No ∑ %
struktur organisasi yang ada
1. Sangat kurang 0 0
2. Cukup 0 0
3. Baik 15 100
4. Sangat Baik 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


mayoritas 15 orang (100%) menjawab kemampuan perawat dibidangnya “baik” dan
struktur organisasi yang telah berjalan dirumah sakit sesuai dengan kemampuan
perawat.

Tabel 2.11 Tabel Pembagian tugas sesuai dengan struktur organisasi


Pembagian tugas sesuai dengan struktur
No ∑ %
organisasi
1. Sangat kurang 0 0
2. Cukup 0 0
3. Baik 15 100
4. Sangat Baik 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


mayoritas 15 (100%) perawat menjawab pembagian tugas yang dilakukan
diruangan “baik” dan sudah sesuai strutur organisasi yang telah ada di rumah sakit.

Tabel 2.12 Tabel Kompetensi kinerja ketua tim sesuai dengan tugas-tugasnya
Kompetensi kinerja ketua tim
No ∑ %
sesuai dengan tugas-tugasnya
1. Sangat kurang 0 0
2. Cukup 0 0
3. Baik 15 100
4. Sangat Baik 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


mayoritas 15 (100%) perawat menjawab kinerja ketua Tim/ PP “baik” dan sudah
kompeten dengan tugas-tugasnya.
Tabel 2.13 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
Kesempatan untuk meningkatkan
No ∑ %
kemampuan kerja
1. Sangat kurang 3 20
2. Cukup 2 13
3. Baik 10 67
4. Sangat Baik 0 0

24
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat dari 15 perawat lebih dari


50%, yaitu (67%) perawat menjawab kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
kerja melalui pelatihan dan pendidikan perawat di Rumah sakit sudah “baik”.

Tabel 2.14 Kebijakan rumah sakit dalam pemberian beasiswa/pelatihan


Kebijakan rumah sakit dalam pemberian
No ∑ %
beasiswa/pelatihan
1. Sangat kurang 3 20
2. Cukup 2 13
3. Baik 10 67
4. Sangat Baik 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


lebih dari 50%, yaitu (67%) menjawab kebijakan rumah sakit dalam pemberian
beasiswa atau pelatihan “baik”.

Tabel 2.15 Jumlah gaji yang diterima sesuai dengan latar pendidikan
Jumlah gaji yang diterima sesuai dengan
No ∑ %
latar pendidikan
1. Sangat kurang 1 7
2. Cukup 1 7
3. Baik 13 87
4. Sangat Baik 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


lebih dari 50%, yaitu (87%) menjawab jumlah pendapatkan yang diterima plus
insentif yang diterima sudah “baik” dan sesuai dengan latar belakang pendidikan
perawat

Tabel 2.16 Kesempatan cuti dalam waktu 1 minggu


Kesempatan cuti dalam waktu 1
No ∑ %
minggu
1. Sangat kurang 1 7
2. Cukup 3 20
3. Baik 11 73
4. Sangat baik 0 0

25
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


lebih dari 50%, yaitu (73%) menjawab kesempatan yang diberikan Rumah sakit
untuk mengambil cuti dalam kurun waktu 1 minggu “baik”.

Tabel 2.17 Tingkat ketergantungan pasien dengan tingkat beban kerja di ruangan
Tingkat ketergantungan pasien dengan tingkat
No ∑ %
beban kerja di ruangan
1. Sangat kurang 5 33
2. Cukup 4 27
3. Baik 6 40
4. Sangat baik 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


lebih dari 50% yaitu 5 orang (33%) perawat menjawab tingkat ketergantungan
pasien yang ada diruangan sangat “tidak sesuai” dengan tingkat beban kerja
diruangan

Tabel 2.18 Kesesuaian jumlah perawat dan pasien


Kesesuaian jumlah perawat dan
No ∑ %
pasien
1. Sangat kurang 11 73
2. Cukup 2 13
3. Baik 1 7
4. Sangat baik 1 7
TOTAL 15 100

Berdasakan data pengkajian ketenagaan perawat didapatkan dari 15 perawat


lebih dari 50% yaitu (73%) perawat menjawab jumlah perawatan “sangat kurang”
dengan jumlah pasien yang ada dirungan.

Kesimpulan :
1. Mayoritas perawat berpendapat bahwa kemampuan perawat dibidangnya
baik dan struktur organisasi yang berjalan di Rumah sakit sudah sesuai
dengan kemampuan perawat
2. Mayoritas perawat berpendapat pembagian tugas yang dilakukan diruangan
baik dan sudah sesuai dengan struktur organisasi yang telah ada
3. Mayoritas perawat berpendapat bahwa kinerja ketua Tim / PP baik dan
sudah kompeten dengan tugas-tugasnya
4. Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan
pendidikan perawat ruangan Efrata sudah baik

26
5. Kebijakn rumah sakit dalam pemberian beasiswa atau pelatihan di Rumah
sakit sudah baik
6. Jumlah pendapatan yang diterima plus insentif yang diterima sudah sesuai
dengan latar belakang pendidikan perawat
7. Kesempatan yang diberikan rumah sakit untuk mengambil cuti dalam waktu
1 minggu baik
8. Pasien di Ruang Efrata memiliki tingkat ketergantungan tinggi sedangkan
jumlah tenaga kerja perawat kurang sehingga beban kerja perawat
meningkat.
9. Jumlah perawat sangan kurang dengan jumlah pasien diruangan

2.1.1 Sarana dan Prasarana (Material – M2)


1. Lokasi dan Denah
Lokasi penerapan praktik profesi ners manajemen keperawatan
STIKES RS Baptis Kediri ini dilakukan di ruang rawat inap Gedung
Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kediri, dengan uraian denah
sebagai berikut.
Batas-batas ruangan sebagai berikut :
a. Timur : Lapangan parkir VVIP, Gedung Jones
b. Barat : IRNA Ruang Wijaya Kusuma.
c. Utara : HCU
d. Selatan : Instalasi Laboratorium, Instalasi Farmasi,

27
DENAH INSTALASI RAWAT INAP GEDUNG DUVALL III RUANG EFRATA RS. BAPTIS KEDIRI
Keterangan :
1. Nurse Station
2. Ruang istirahat perawat
3. Konsul dokter
4. Ruang Alat Kesehatan
8 9 10
HCU 5. Cairan Infus
6. Kamar Obat
7. Spoel Hook
h 7 22 1 8. Ruang Perawatan Efrata 1

5 19 9. Ruang Perawatan Efrata 2


jalur evakuasi 11 10. Ruang Perawatan Efrata 3
11. Ruang Perawatan Isolasi Efrata 4
3
4 20 21 12. Ruang Perawatan Isolasi Efrata 5
2 18 17 16 15 13. Ruang Perawatan Isolasi Efrata 6
14
Toilet 13 12 14. Ruang Perawatan Isolasi Efrata 7
15. Ruang Perawatan Efrata 8
Gambar 2.2 : Denah IRNA
RawatGedung Duvall III Ruang
IIIEfrata RS. BaptisRS.
Kediri
2. Peralatan dan Fasilitas di Instalasi Inap Gedung Duvall Ruang Efrata Baptis Kediri 16. Ruang Perawatan Efrata 9
Tabel 2.11 : Fasilitas Untuk Pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall 17. Ruang Perawatan Efrata 10
Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kamar Kelas 2
18. Ruang Perawatan Efrata 11
No Nama Barang Ideal / Jumlah di Kondisi Usulan
19. Lift
20. Toilet
25
21. Toilet
22. SIM
Standar ruangan
1 Tempat tidur Pasien 1:1 19 Baik -
2 Meja Pasien 1:1 19 Baik -
3 Kursi Pasien 1:1 19 Baik -
4 Tiang infus 1:1 14 Baik -
5 Kipas angin 1:1 4 Baik -
6 Bel Pasien 1:1 19 Baik -
7 Wastafel 4 Baik -
8 Kamar mandi dan WC 1:2 4 Baik -
9 Korden 1:1 32 Baik -
10 Bel kamar mandi 1:2 4 Baik -
14 Handrub 1:2 4 Baik -

Tabel 2.12 : Fasilitas Untuk Pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall
Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kamar Kelas 3
Ideal / Jumlah di
No Nama Barang Kondisi Usulan
Standar ruangan
1 Tempat tidur Pasien 1:1 12 Baik -
2 Meja Pasien 1:1 12 Baik -
3 Kursi Pasien 1:1 12 Baik -
4 Tiang infus 1:1 12 Baik -
5 Kipas angin 1:1 3 Baik -
6 Bel Pasien 1:1 12 Baik -
7 Wastafel 3 Baik -
8 Kamar mandi dan WC 1:2 3 Baik -
9 Korden 1:1 24 Baik -
10 Bel kamar mandi 1:2 3 Baik -
14 Handrub 1:2 3 Baik -

26
Tabel 2.13 : Fasilitas Untuk Pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall
Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kamar Isolasi
Ideal / Jumlah di
No Nama Barang Kondisi Usulan
Standar ruangan
1 Tempat tidur Pasien 1:1 4 Baik -
2 Meja Pasien 1:1 4 Baik -
3 Kursi Pasien 1:1 4 Baik -
4 Tiang infus 1:1 4 Baik -
5 Kipas angin 1:1 3 Baik -
6 Bel Pasien 1:1 4 Baik -
7 Wastafel 1:2 2 Baik -
8 Kamar mandi dan WC 1:2 2 Baik -
9 Korden 1:1 4 Baik -
10 Bel kamar mandi 1:2 2 Baik -
11 Handrub 1:2 3 Baik -
12 APD 1 1 Baik

Fasilitas untuk pasien yang dimiliki IRNA Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata sudah baik dan mencukupi untuk kebutuhan pasien sejumlah bed.

a. Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan pada kasus penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Pada kasus penyakit menular keperawatan penyakit dalam, Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata memiliki ruangan isolasi yang merupakan ruang
isolasi sentral dari Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Kediri.
Ruangan Isolasi sudah representatif, baik dari segi pemenuhan fasilitas kesehatan khusus untuk kasus menular, maupun penatalaksaan perawat yang
berdasarkan SPO. Pada ruang isolasi tersebut tersedia 4 kamar yaitu Efrata 4 terdapat 1 bed, Efrata 5 terdapat 1 bed, Efrata 6 terdapat 1 dan Efrata 7
terdapat 1 bed. Sudah tersedia alat perlindungan diri bagi petugas kesehatan di ruangan isolasi, seperti masker sekali pakai setiap masuk ruang pasien,

27
sarung tangan, dan baju khusus, sepatu khusus, dan kacamata khusus untuk petugas yang menangani penyakit menular, yang diletakkan pada lemari khusus
APD di ruang isolasi. Perlengkapan APD digunakan lengkap apabila merawat pasien yang mengalami penyakit menular seperti HIV Aids, sedangkan
untuk penyakit menular lainya perawat hanya menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker saja. Untuk pengunjung yang masuk
keruangan isolasi tidak selalu menggunakan maskep atau pelindung diri saat masuk ke ruangan isolasi dan tidak selalu mencuci tangan.
Tabel 2.14 : Sarana dan Prasarana Penunjang di Instalasi Rawat Inap Gedung
Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Meja perawat 1 Baik
2 Meja Kerja 1 Baik
3 Kursi perawat 4 Baik
4 Kursi Kayu Kecil 1 Baik
5 Kursi Tinggi 2 Baik
6 Lemari es 2 Baik
7 Jam dinding 2 Baik
8 Kipas angin 1 Baik
9 Lampu X-Ray 2 Baik
10 Rak list pasien 2 Baik
11 Orbit fan 1 Baik
12 Lampu X-ray 1 Baik
13 Lampu emergency 1 Baik
14 Rak infuse 2 Baik
15 Lampu neon panjang 40 Baik
16 Televisi 1 Baik
17 Tempat lyst pasien 1 Baik
18 Tempat botol infuse bekas 1 Baik
19 Tempat selang infuse bekas 1 Baik
No Nama Barang Jumlah Kondisi
20 Troli 2 Baik

28
21 Telepon warles 1 Baik
22 Alat pemadam api ringan (APAR) 1 Baik
23 Komputer 1 Baik
24 Kontainer tempat linen kotor 1 Baik
25 Keranjang untuk ke KST atau gudang 1 Baik
26 Keranjang untuk bon obat 1 Baik
27 Gayung 8 Baik
28 Kran air 5 Baik
29 Senter kecil 1 Baik
30 Troli obat 2 Baik
31 Troli tindakan 1 Baik
32 Kom mandi stainless 29 Baik
33 Baki plastik besar 2 Baik
34 Baki plastik kecil 1 Baik
35 AC 1 Baik
36 Galon 2 Baik
37 Dispenser 1 Baik
38 Rak list pasien 1 Baik

Tabel 2.14 : Prasarana Penunjang di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall III
Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Ju
Kond
No Nama Barang ml
isi
ah
Almari resusitasi 1 Baik
Almari alat steril 1 Baik
Almari Penyimpanan alat
1 Baik
APD (Alat Perlindungan Diri)

29
Dari data sarana dan prasarana di Gedung Duvall III Ruang Efrata, sudah baik dan dalam kondisi baik dan alat-alat sudah mencukupi.

b. Fasilitas dan Alat Kesehatan di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Tabel 2.14 : Peralatan non medis Alat Kesehatan di Instalasi Rawat Inap
Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kedii

Ideal /
No Nama Barang Jumlah Kondisi Usulan
Standar
Perlu
1 Kursi roda 2-3/ruangan 1 Baik
ditambah
Tempat sampah non
2 4/ruangan 7 Baik -
medis
3 Gantungan kateter - 5 Baik
Kereta dorong untuk
4 2/ruangan 1 Baik -
ember mandi
5 Kasur listrik - - - -
6 Kulkas 1/ruangan 2 Baik -
7 Roda O2 besar 2/ruangan 18 Baik -
8 Roda O2 kecil 2/ruangan 2 Baik -
9 Tiang infus beroda 1/ruangan 29 Baik -
10 Tiang infus standart 1/ruangan 1 Baik -
11 Kom mandi pasien 31/ruangan 29 Baik -

Tabel 2.15 Peralatan Medis Alat Kesehatan di Instalasi Rawat Inap


Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kedii
No Nama Barang Ideal / Jumlah Kondisi

30
Standar
1 Tensimeter 2/ruangan 3 Baik
2 Tabung O2 besar 2/ruangan 18 Baik
3 Tabung O2 kecil 2/ruangan 2 -
4 Gunting plester besar 1/ruangan 1 Baik
5 Manometer O2 6/ruangan 18 Baik
8 Gelas ukur 2000 ml 6/ruangan 5 Baik
9 Gelas ukur 500 ml 2/ruangan 2 Baik
10 Urinal stainless 1/ruangan 1 Baik
11 Urofaringeal - -
12 Syringe pump 3/ruangan 3 Baik
13 Infuse pump 3/ruangan 3 Baik
14 Timbangan BB - - -
15 Alat periksa GD 1/ruangan 1 Baik
16 Urinal plastic 6/ruangan 8 Baik
17 Tempat sampah medis 1:1 15 Baik
18 EKG 1 1 Baik

Fasilitas dan alat kesehatan yang dimiliki IRNA Gedung Duvall III Ruang Efrata sudah baik dan mencukupi untuk kebutuhan pasien sejumlah 31 orang.
Consumable (obat-obat dan bahan habis pakai) di instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
1. Spuit
2. Handrup
3. Alkohol swab
4. Sarung tangan
5. Masker

31
6. Obat-obatan peroral
7. Obat-obatan vial
8. Obat-obatan ampul
9. Obat-obatan high alert : MgSO4, KCL, natrium Bikarbonat, NaCL, Magnesium sulfat

3. Buku Administrasi Penunjang di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
a. Buku registrasi pasien
b. Buku observasi tanda-tanda vital
c. Buku timbang terima
d. Catatan obat pasien pulang
e. Buku inventaris alat
f. Buku bon oksigen
g. Buku sensus pasien
h. Buku pemeriksaan laboratorium
i. Buku transfusi
j. Buku pinjam meminjam
k. Buku bon gudang
l. Buku snack
m. Buku PKMRS
n. Buku laporan KNC (Kejadian Nyaris Cedera) dan KTD ( Kejadian Tidak Diharapkan) tentang Obat

32
o. Buku Ekspedisi pemeriksaan penyakit menular
p. Buku rujukan dan pulang paksa
q. Buku pemakaian alat GD
r. Buku ekspedisi inhealth/SJP
s. Buku ekspedisi SKD
t. Buku laporan KP
u. Buku perbaikan bengkel
v. Buku inventaris O2
w. Buku hasil bacaan
x. Buku pengumuman dan protocol

Kesimpulan :
1. Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri sudah memiliki ruang isolasi sentral yang terdiri dari 4 kamar (Isolasi 4, Isolasi 5, Isolasi 6, Isolasi
7).
2. Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri memiiki 29 tiang infus untuk pasien dengan jumlah tempat tidur 32. Jadi untuk tiang infus d ruang
efrata kurang 3 dan perlu di tambahkan lagi untuk memenuhi keperluan pasien dalam memenuhi kebutuhan intake cairan.
Gedung Duvall III Ruang Efrata sudah menyediakan APD bagi perawat yaitu masker sekali pakai setiap kali masuk ke ruang pasien dan sarung
tangan untuk perawatan pasien yang di rawat di ruang isolasi. Gedung Duvall III Ruang Efrata menyediakan fasilitas bagi pengunjung di kamar
isolasi untuk

33
2.1.3 Metode Asuhan Keperawatan Profesional (Method – M3)
1. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara pada tanggal 02 - 03 April 2018, diperoleh data bahwa model Asuhan Keperawatan yang digunakan saat ini di Instalasi Rawat
Inap Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri adalah metode Tim. Sebagian besar perawat sudah memahami model asuhan keperawatan metode
Tim. Dimana di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri terbagi menjadi 2 tim yaitu Tim I dan Tim II yang dipimpin oleh
Ketua Tim I dan ketua tim II yang masing–masing 1 anggota tim apabila jumlah perawat dalam 1 shift dinas ada 3 – 4 orang. Pembagian tugas Tim I dan Tim
II berdasarkan job description harian yang sudah ditentukan oleh kepala ruang sesuai dengan jadwal dan yang mendapatkan giliran menjadi ketua tim
berdasarkan dari tingkat tenaga sesuai jenjang dan masa kerja yang sudah tertera didaftar dinas ruangan. Tim I bertanggung jawab atas kamar 1,2,3dan isolasi (
kamar no 4 dan 5) sedangkan Tim II bertanggungjawab atas kamar isolasi (kamar no 6 dan 7) dan kamar 8,9,10.Komunikasi antar perawat dalam Tim berjalan
baik dan efektif, sehingga rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dapat berjalan dengan baik, komunikasi antar tim juga sudah berjalan dengan baik. Dalam
pelaksanaan MAKP tim, kepala ruang memiliki tugas dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan namun terkadang terjun langsung
sebagai pemberi asuhan keperawatan atau pelaksana karena ketenagaan yang kurang dan banyaknya jumlah serta tingginya tingkat ketergantungan pasien,
sehingga terjadi peran ganda. Untuk ketua tim juga memiliki tugas sendiri yaitu membuat perencanaan, membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi,
mengetahui tentang kondisi pasien, sehingga dapat menilai tingkat kebutuhan pasien, mengembangkan kemampuan anggota tim, serta menyelenggarakan
konferensi. Sedangkan tugas anggota tim yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah tanggung jawabnya, bekerja sama dengan anggota tim
yang lain, serta memberikan laporan tentang keadaan pasien. Di ruangan sudah tersedia SPO ( standar prosedur operasional) dan standar asuhan keperawatan
(SAK). Tugas Kepala Ruang akan didelegasikan pada Wakil Kepala Ruang apabila kepala ruang tidak dinas dan apabila Kepala Ruang dan Wakil Kepala
Ruang tugas akan didelegasikan kepada ketua tim yang saat itu berdinas

2. Timbang Terima

34
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 02 – 03 April 2018, didapatkan gambaran tentang timbang terima di Instalasi Rawat Inap Gedung
DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri. Di ruang tersebut sudah dilakukan timbang terima pada setiap pergantian shift jaga dimana setiap hari dilakukan
3 kali timbang terima (3 shift jaga) yaitu pagi jam 07.00, siang jam 14.00 dan malam jam 21.00, semua perawat shift sebelumnya dan selanjutnyamengikuti
timbang terima. Alur timbang terimayaitu dipimpin oleh Kepala Ruang kemudian ketua tim yang berdinas saat itu menyampaikan tentang hasil dari pasien
kelolaannya dan krtua tim yang akan berdinas menanggapi jika ada kekurangan dari penyampaian ketua tim sebelumnya, setelah selesai menyampaikan
kepada masing- masing ketua tim dan anggota tim yang akan berdinas semua perawat baik tim 1 dan tim 2 yang akan berdinas dan yang selesai dinas menuju
kamar- kamar pasien untuk memvalidasi perkembangan pasien secara langsung dan mengklarifikasi keluhan yang telah ditimbang terimakan oleh perawat
sebelumnya, setelah itu jika sudah selesai kepala ruang dan ketua tim dan anggota tim mulai mengerjakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab masing-
masing. Timbang terima dipimpin oleh kepala ruang, namun jika kepala ruang tidak ada timbang terima dipimpin oleh ketua tim. Cara penyampaian isi
timbang terima sudah terungkap dengan baik dan komprehensif. Perawat sudah menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien secara lisan, sudah
menyebutkan masalah yang dialami pasien. Teknik timbang terima sudah berjalan optimal, adanya klarifikasi, tanya jawab dan validasi terhadap semua yang
ditimbang terimakan. (saat di bed pasien, ketua tim/anggota tim shift berikutnya mengklarifikasi keluhan pasien serta hal – hal yang telah ditimbang
terimakan dan mengecek cairan infus). Berdasarkan hasil observasi sudah tersedia 2 buku timbang terima untuk 2 tim dan serah terima di Instalasi Rawat Inap
Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri. Pada buku timbang terima sudah terdokumentasikan menggunakan metode SBAR dan jika ada hal- hal
yang perlu diperhatikan maka catatan tersebut dituliskan dibawah nama dan diagnosis medis pasien dan diakhiri dengan jumlah pasien, tingkat ketergantungan
pasien dan untuk jumlah kelas yang terisi atau kosong diucapkan secara lisan serta tanda tangan ketua tim yang berdinas saat itu dan ketua tim yang akan
berdinas selanjutnya dan mengetahui kepala ruang. Lamanya timbang terima bervariasi, bergantung pada kondisi setiap pasien yang dilaporkan, dan
banyaknya pasien yang ada.Saat timbang terima di kamar perawatan, perawat sudah dapat menerapkan prinsip timbang terima yang benar yaitu menggunakan
volume suara yang cukup sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia tidak disampaikan di depan pasien dan keluarga
pasien.

35
3. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara pada tanggal 02 – 03 April 2018, ronde keperawatan di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
selama ini belum pernah dilakukan oleh perawat di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri karena terbatasnya waktu untuk
melakukan ronde keperawatan. Apabila terjadi masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh perawat, perawat berdiskusi langsung dengan dokter untuk
menyelesaikan masalah. Namun ronde keperawatan hanya pernah dilakukan oleh mahasiswa STIKES RS Baptis Kediri Program Profesi Ners di ruang efrata
pada tahun 2017 yaitu dengan kasus DM dan CVA.

4. Sentralisasi Obat
Dari hasil wawancara pada tanggal 02 – 03 April 2018, di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall III Ruang Efrata RS. Baptis Kediri sudah melaksanakan
sentralisasi obat, ini bisa dilihat dari setiap pasien memiliki kotak obat masing – masing. Hal ini menunjukkan bahwa sentralisasi obat di Gedung DuvallIII
Ruang Efratasudah terlaksana dengan baik. Di Gedung DuvallIII Ruang Efrata sudah menggunakan persediaan obat dengan proses DDD (Daily doses
dispancing / racikan obat perhari), ketika pasien masuk ruang inap pasien sudah mendapat obat yang diresepkan di IGD/IRJ yang diambil dari Farmasi Loket
10 untuk persediaan 2-3 hari sehingga sentralisasi obat semakin terkontrol. Alur Sentralisasi obat di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS.
Baptis Kediri untuk pasien umum, maupun BPJS tidak dibedakan. Alur sentralisasi obat yaitu ketika pasien masuk dokter menuliskan resep pada lembar resep
dokter kemudian perawat membawa ke ruang farmasi dilampirkan dengan lembar penerimaan obat dan lembar penerimaan resep, setelah itu bagian farmasi
akan menyiapkan dan mengantar obat ke ruangan untuk persediaan obat sesuai dengan resep dokter. Saat pengantar obat dari farmasi mengantarkan obat ke
ruangan, pengantar dan perawat melakukan doubel chek lembar penerimaan obat dengan perawat ruangan, setelah itu perawat meletakkan obat sesuai dengan
kotak obat pasien masing-masing. Obat yang diantar farmasi ke ruangan sudah dalam bentuk pack yang di dalamnya sudah terisi obat sesuai dngan resep
dokter. Dalam pack tersebut sudah tertata dan diberi etiket sekaligus jam pemberian obat tersebut. Pasien dan keluarga diberitahu oleh perawat tentang obat-

36
obat akan diberikan saat pasien masuk. Pengelolaah obat pada pasien umum dan pengelolaan obat pada pasien bpjs sama. Pada obat- obatan yang mahal atau
beli sendiri diberikan informed consent. Saat ada pesanan obat tambahan (baru) dari dokter dikomunikasikan kepada pasien oleh dokter penanggung jawab,
dokter memberitahu obat tambahan tersebut pada pasien dan saat memberikan obat tambahan tersebut perawat memberitahu lagi kepada pasien bahwa obat
tambahan dari dokter diberikan.

5. Supervisi Keperawatan
Supervisi yang ada di Ruang Efrata ada 2 yaitu supervisi dari Rumah Sakit (Bidang Keperawatan) dan dari ruangan (Karu/Wakaru). Supervisor dari
Rumah Sakit dilaksanakan setiap saat atau setiap hari ditiap ruangan, bertujuan untuk mengecek dan menyelesaikan masalah yang ada di ruangan . lingkup
yang di supervisi adalah PPI (setiap hari atau setiap saat), bidang keperawatan ( MAKP), KMKP (sewaktu-waktu), hasil supervisor akan diumumkan di
RAKOR, pertemuan ruangan, dan apabila ada permasalahan yang segera diselesaikan saat itu secepatnya (sesuai dengan kondisi dan kasus yang dihadapi).
Supervisi di ruangan Efrata RS.Baptis Kediri sudah dilaksanakan oleh bidang keperawatan dan di dukung oleh komite keperawatan, berupa adanya supervisor
yang visit di ruang Efrata untuk memantau masalah di ruangan seperti pengawasan pasien risiko jatuh atau yang lainnya akan dibahas bagaimana solusi dari
keadaan tersebut sebagai saran untuk perbaikan hal ini sekaligus sebagai bentuk supervisi dan ditulis dalam buku laporan yang terkoordinasi antara supervisor
dan Kepala Bidang Keperawatan sehingga supervisi terlaksana secara maksimal. Supervisi di ruangan dilaksanakan oleh karu/wakaru dilakukan terencana 1
bulan 1 kali yang disupervisi meliputi tindakan keperawatan, jika ada informasi penting atau adanya kesalahan maka Kepala Ruang akan menyampikan hal
tersebut setelah dilaksanakan proses supervisi. Sudah tersedia format supervisi setiap tindakan keperawatan (check list) yang diperoleh dari komite
keperawatan. Dokumentasi dari supervisi dicatat dan dikumpulkan di komite keperawatan.
6. Penerimaan Pasien Baru

37
Dari hasil observasi pada tanggal 02 – 03 April 2018, penerimaan pasien baru di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang EfrataRS. Baptis Kediri
dilakukan oleh perawat yang bertugas saat itu secara fleksibel baik ketua tim maupun anggota tim. Alur pasien masuk yaitu pasien masuk di ruang efrata RS.
Baptis Kediri berasal dari instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat atau dari ruang instalasi perawatan intensif yang berada di RS. Baptis Kediri.
Pelaksanaanya di lakukan oleh perawat dari instalasi lain menjelaskan kepada perawat yang bertugas di ruang Efrata RS. Baptis Kediri berasal dari instalasi
rawat jalan, instalasi gawat darurat dan dari instalasi perawatan intensif. Pelaksanaannya dilakukan oleh perawat dari Instalasi lain menjelaskan kepada
perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Ruang Efrata RS. Baptis Kediri. Tentang keadaan pasien saat ini, intervensi yang sudah di lakukan dan
intervensi yang belum di lakukan. Kemudian pasien di bawa ke kamar yang sudah di siapkan oleh ruangan. Saat di kamar pasien di lakukan pengkajian awal
dengan menanyakan keluhan pasien dan pemeriksaan fisik (suhu,nadi, respiratory rate, tekanan darah). Penerimaan pasien barudilakukan dengan cara lisan
dan tertulis, yaitu dengan perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga pasien, perawat menyampaikan tentang keadaan ruangan mulai dari
menjelaskan fasilitas pasien, hak dan kewajiban pasien saat di Rumah Sakit Baptis Kediri, tempat kamar mandi, kantor perawat serta penjelasan tentang jam
kunjung pasien. Perawat juga menjelaskan tentang fungsi gelang identitras yang di kenakan pasien saat masuk ruang rawat inap serta memberikan edukasi
pada pasien dan keluarga tentang cara cuci tangan, hak dan kewajiban pasien, kemudian mendokumentasikan di list pasien dan di mintakan tanda tangan
pasien atau keluarga tentang penjelasan yang sudah di berikan.
Alur Pasien Masuk

Pasien

IGD IRJ

IPI

38
1. Pelayanan IRNA
2. Terapi Medis
3. Diagnostik Medis
4. Keperawatan
5. Penunjang Medis
6. Gizi
7. Rehab Medik KRS

Dirujuk Pulang sembuh Pulang APS Meninggal

Kamar Jenazah

Dari hasil wawancara dan observasi, alur yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dengan melakukan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat ruangan sebelum pasien masuk keruangan, perawat ruangan terlebih dahulu menerima pasien melaluiIRJ,IGD, IPI kemudian perawat menyiapkan
ruangan yang akan ditempati oleh pasien.Setelah pasien datang, perawat mencocokkan identitas pasien, mencocokkan gelang yang digunakan pasien.
kemudian menjelaskan orientasi ruangan. Kemudian melakukan prosedur orientasi ruangan dan pengenalan terhadap perawat. Penerimaan pasien barudi
Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall III Ruang Efratasudah berjalan berdasarkan alur yang ditetapkan.
7. Discharge Planning

39
Dari hasil wawancara pada tanggal 02 – 03 April 2018, Discharge planning di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis
Kediri sudah dilaksanakan pada setiap pasien yang akan pulang, namun pelaksanaannya belum maksimal. Discharge planning di Instalasi Rawat Inap Gedung
DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri dilakukan secara fleksibel oleh ketua tim maupun anggota tim yang sebagian besar hanya berupa pemberian
pendidikan kesehatan tentang penjelasan obat-obatan yang diberikan dan penjelasan waktu kontrol saja. Dalam pelaksanaan discharge planning di Instalasi
Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri sudah ada pendokumentasian. Pendokumentasian tersebut berupa lembar discharge planning.
Terdapat 2 lembar, disimpan di list pasien semua bukti pelayanan yang diberikan dari rumah sakit, dan lembar salinan disertakan di status pasien sebagai arsip
bukti. Di ruangan sudah tersedia leaflet namun belum lengkap dan perlu berkoordinasi dengan PKRS dalam melengkapi leaflet yang ada diruangan. Leaflet
diberikan pada pasien pulang sebagai pendidikan kesehatan. Leaflet biasanya juga diberikan oleh ahli gizi yang melakukan penyuluhan kesehatan tentang
nutrisi kepada pasien yang membutuhkan namun untuk kasus tertentu yang belum tersedia leafletnya maka penyampaian informasi dengan KIE yaitu secara
lisan, angket kepuasan pasien sudah tersedia dan sudah berjalan secara optimal, setiap pasien yang dirawat diberikan angket kepuasan pre dan post perawatan.
Alur pasien pulang dari instalasi rawat inap pasien diperbolehkan oleh dokter yang merawat, kemudian resep obat pulang di kirimkan ke farmasi apabila
pasien diperbolehkan untuk menjalani rawat jalan, kemudian list pasien dan lembar berjalan untuk direkening pulang, apabila administrasi sudah selesai,
pasien diperbolehkan mengambil obat di farmasi kemudian diperbolehkan untuk KRS (keluar Rumah Sakit) baik sembuh maupun pulang paksa. Bagi pasien
dirujuk maupun meninggal setelah mendapatkan surat keterangan/ surat pengantar maupun mengurus administrasi biaya perawatan, kemudian pasien
diperbolehkan KRS. Pendokumentasian pasien pulang yaitu pada melengkapi lyst pasien, resume pasien pulang dan buku register pasien pulang.

8. Dokumentasi Keperawatan
Sistem pendokumentasian di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri yang berlaku saat ini adalah SOR (Source
Oriented Record), yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada 5 komponen (lembar penilaian berisi biodata, lembar riwayat medis/penyakit,
catatan perawat, lembar instruksi dokter, catatan perawat dan laporan medis). Dokumentasi keperawatan mulai pasien masuk sampai pasien keluar meliputi

40
ringkasan pasien masuk dan keluar, permintaan kelas rawat inap, persetujuan umum, pelepasan informasi, bukti pemberian informasi, cek list penerimaan
pasien dari IGD, IRJ, Ruangan, surat pernyataan jaminan pembayaran, pelayanan di Rumah Sakit Baptis, surat pengantar rawat inap, edukasi pasien, dan
keluarga terintegrasi, formulir transfer pasien, pengkajian awal keperawatan pasien dewasa, askep diagnosa, observasi nadi, suhu, nafas, tekanan daarah, intake
output, formulir A,survaillance, alat invansif, catheter vena perifer, rekonsiliasi obat pasien rawat inap, daftar pemberian obat,pengkajian risiko luka dekubitus,
assessment risiko pasien jatuh, morse fall scale (dewasa), assessment awal dokter IGD, assessment awal keperawatan IGD, assessment awal dokter spesialis
penyakit dalam, catatan perkembangan pasien teritegrasi, penjelasan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP), ringkasan pasien pulang, penempelan
EKG, penempelan hasil laboratorium, penempelan hasil radiologi, penempelan hasil lain-lain, keterangan rawat inap BPJS, surat JKN, trasaksi rawat inap.
Evaluasi menggunakan sistem dokumentasi menggunakan SOAP yang didokumentasikan di integreted note. Dokumentasi keperawatan dilakukan saat pasien
masuk dengan pengkajian awal berupa identitas, keluhan, riwayat keperawatan, pemeriksaan yang pernah dilakukan, diagnosis keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi keperawatan sehingga catatan perkembangan pasien berkesinambungan dan lengkap. Model
dokumentasi yang digunakan sudah sesuai dengan standart operasional prosedur RS. Baptis Kediri.

Kesimpulan
1. Penerapan MAKP
1) Model Asuhan Keperawatan yang digunakan saat ini di Instalasi Rawat Inap Gedung duvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri adalah metode Tim.
2) Komunikasi antar perawat dalam Tim tersebut terlaksana cukup baik dan rencana Asuhan Keperawatan pada pasien dapat berjalan berkelanjutan.
3) Kepala ruang yang dalam model MAKP Tim bertanggungjawab dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terkadang
terjun langsung sebagai pemberi asuhan keperawatan/ pelaksana sehingga terjadi peran ganda. Tugas Kepala Ruang akan didelegasikan pada Wakil
Kepala Ruang apabila kepala ruang tidak dinas dan apabila Kepala Ruang dan Wakil Kepala Ruang tugas akan didelegasikan kepada ketua tim.

41
2. Timbang Terima
1) Di ruang tersebut sudah dilakukan timbang terima pada setiap pergantian shift jaga dimana setiap hari dilakukan 3 kali timbang terima (3 shift
jaga) yaitu pagi, siang dan malam.
2) Semua perawat yang akan dinas dan yang telah berdinas selalu mengikuti timbang terima.
3) Timbang terimatidak selalu dibuka oleh Kepala ruangkemudian dilanjutkan olehKetua Tim dalam melakukan timbang terima
4) Cara penyampaian isi timbang terima sudah terungkap secara komprehensif. Perawat sudah menyampaikan keluhan yang dirasakan pasien secara
lisan, sudah menyebutkan masalah/diagnosa keperawatan yang ada, intervensi apa yang sudah dan yang belum dilakukan
5) Pada buku timbang terima sudah terdokumentasi menggunakan metode SBAR
6) Saat timbang terima di kamar perawatan, perawat sudah dapat menerapkan prinsip timbang terima yang benar yaitu menggunakan volume suara
yang cukup sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia tidak disampaikan di depan pasien dan keluarga
pasien.
7) Interaksi dengan pasien yang baik, perawat menanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini/mengklarifikasi keluhan yang telah ditimbang
terimakan oleh perawat sebelumnya.
8) Lamanya timbang terima bervariasi, bergantung pada kondisi setiap pasien yang dilaporkan, dan banyaknya pasien yang ada.
3. Ronde Keperawatan
4. Ronde keperawatan di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri selama ini sudah dilakukan bersama dengan mahasiswa
saat ada praktik manajemen terakhir dilakukan pada tahun 2017 dengan kasus DM dan CVA
5. Sentralisasi Obat

42
1) Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri sudah melaksanakan sentralisasi obat, ini bisa dilihat dari setiap pasien
memiliki kotak obat masing – masing. Hal ini menunjukkan bahwa sentralisasi obat di Gedung DuvallIII Ruang Efrata sudah terlaksana dengan
baik.
2) Di Gedung DuvallIII Ruang Efrata sudah menggunakan persediaan obat dengan proses DDD (DailyDoses Dispancing / racikan obat perhari)
3) Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri belum menggunakan format persetujuan sentralisasi obat dari keluarga
pasien, persetujuan sentralisasi obat hanya menggunakan kebijakan manajemen rumah sakit yang digunakan untuk obat – obat khusus / yang
mahal, berupa informed consent.
4) Obat pasien sendiri diberi etiket kepemilikan (labeling) dimana tertera nama, alamat, tanggal lahir dan nomer register
6. Supervisi Keperawatan
1) Supervisi eksternal (dari bidang keperawatan) keperawatan di RS. Baptis Kediri sudah dilaksanakan dan didukung oleh komite keperawatan, tapi
belum setiap hari ada Supervisor visite ke Ruang Efrata Gedung Duvall untuk memantau dan mengawasi, apabila terdapat complain dari pasien
dan masalah di Ruang Efrata akan dibahas bagaimana solusi dari keadaan tersebut sebagai saran untuk perbaikan. Pada tiap-tiap ruangan sudah
terdapat alur complain sehingga prosedur penanganan pasien complain dapat terorganisir dengan lebih baik.
2) Sudah tersedia dokumentasi buku laporan supervisi bagi supervisor, tiap-tiap kepala ruangan sudah ada format laporan/lembar supervisi bagi
perawat yang mencakup semua supervisi bagi perawat ruangan.
7. Penerimaan Pasien Baru
1) Penerimaan pasien baru dilakukan dengan cara menyampaikan keadaan pasien saat itu serta tindakan yang telah diberikan sebelum di bawa ke
Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS dan memberikan obat yang telah diresepkan untuk pasien diruangan.
2) Penerimaan pasien baru kepada perawat di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediridan keluarga pasien dilakukan
dengan cara lisan dan tertulis

43
3) Perawat ruangan kemudian mendokumentasikan di list pasien dan dimintakan tanda tangan pasien atau keluarga pasien
8. Discharge Planning
1) Discharge planning di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri dilakukan secara fleksibel oleh ketua tim maupun
anggota tim yang sebagian besar hanya berupa pemberian pendidikan kesehatan tentang penjelasan obat-obatan yang diberikan dan penjelasan
waktu kontrol saja
2) Di ruangan sudah tersedia leaflet namun perlu berkoordinasi dengan PKRS dalam melengkapi leaflet yang ada diruangan. Leaflet belum diberikan
pada pasien pulang sebagai pendidikan kesehatan, dikarenakan berbagai macam kasus, sehingga penyediaan leaflet sesuai kasus yang dialami
pasien masih belum memungkinkan.
3) Angket kepuasan pasien tidak diberikan pre dan post pada setiap pasien, pemberian angket hanya diberikan sekali oleh petugas rawat inap.
9. Dokumentasi Keperawatan
1) Sistem pendokumentasian di Instalasi Rawat Inap Gedung DuvallIII Ruang Efrata RS. Baptis Kediri yang berlaku saat ini adalah SOR (Source
Oriented Record), yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi kepada 5 komponen (lembar penilaian berisi biodata, lembar riwayat
medis/penyakit, catatan perawat, lembar instruksi dokter, catatan perawat dan laporan medis)
2) Dokumentasi keperawatan yang dilakukan menggunakan lembar pengkajian serta evaluasi menggunakan metode dokumentasi SOAP yang sudah
sesuai dengan masalah pasien
3) Ruang Efrata dalam waktu 24 jam data pengkajian pasien baru harus sudah dilengkapi.

2.1.2 Pengumpulan Data Tentang Anggaran (M4)


Berdasarkan pengkajian tanggal 2-3 April 2018, didapatkan hasil tentang sumber pendanaan di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri adalah sebagai berikut :

44
1. Program dan Anggaran Ruang Efrata RS. Baptis Kediri dilakukan oleh kepala ruang dan wakil kepala ruang Efrata, membuat rencana pengadaan alat,
selanjutnya diinventariskan kebagian IRNA, selanjutnya meminta persetujuan kepada kepala bidang keperawatan maka selanjutnya meminta persetujuan
dari Wakil Direktur Pelayanan Medis.
1) Anggaran Peralatan Perawatan pada pasien adalah sebagai berikut :
Tabel 2.16 : Alat Medis di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang
Efrata RS. Baptis
N Alat Medis Jumlah
o
1 Balon Tensi 5
2 IV Pump 2
3 Manometer 02 2
4 Nebulizer 2
5 Oxymeter 1
6 Pen light 1
7 Stetoscope DWS 3
8 Tensimeter spido 3
9 Suction portable 1
1 Kasur listrik 1
0
1 Kursi roda 1
1
1 Tiang infus 5
2
1 Troli tindakan 1
3

45
Tabel 2.17 Alat Non Medis di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3
Ruang Efrata RS. Baptis
N Alat Non Medis Jumlah
o
1 AC Pk 1 1
2 Bantal spon 10
3 Dispenser 1
4 Exhouse fan 9
5 Handuk cuci tangan 10
6 Jam dinding 2
7 Keset handuk 15
8 Kipas angin berdiri 3
9 Kipas wall fan 3
1 Kom mandi 5
0
1 Kursi penunggu 10
1
1 Lampu tidur 11
2
1 Meja cabinet/pasien 5
3
1 T sampah B 5
4
1 T sampah S 10
5
1 Telp warles 1
6
1 Tempat tidur pasien 5
7

46
2) Ruangan mempunyai anggaran KAS yang didapatkan dari potongan uang snack karyawan sebesar 10 ribu/bulan. Selain itu, Ruang Efrata mempunyai
seragam identitas ruangan yang didapatkan dari iuran masing-masing karyawan di Ruang Efrata.
2. Prosedur pencairan dana sesuai program dan anggaran yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
a. Untuk barang atau alat kesehatan dengan proses penganggaran non stock alat medis dan non medis dengan cara pertriwulan, jika pertriwulan pertama
terealisasi, kemudian ruangan mengajukan anggaran selanjutnya. Setelah mendapat persetujuan dari kepala bidang keperawatan maka selanjutnya
meminta persetujuan dari Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan.
b. Untuk pengembangan kompetensi yang diselenggarakan internal atau dari Rumah Sakit dibiayai oleh pihak Rumah Sakit. Namun, perawat ruang
Efrata yang ingin melengkapi pelatihan atau seminar di luar Rumah Sakit Baptis Kediri menggunakan biaya sendiri.
c. Untuk pemakaian anggaran dana <Rp. 1.000.000,- perlu disetujui oleh KABID Keperawatan, bila telah disetujui barang akan dibelikan lalu diberi
ruangan. Jika pemakaian anggaran dana >Rp. 1.000.000,- mengajukan barang non stock perlu disetujui oleh KABID Keperawatan dan Wakil
Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan.

3. Pendanaan fasilitas kesehatan bagi pasien


Pendanaan fasilitas kesehatan pasien diperoleh dari biaya sendiri, BPJS dan Asuransi lainnya. Data selama 3 bulan terakhir di Ruang Efrata didapatkan
pendanaan dengan biaya sendiri ada 114 pasien, BPJS 372 pasien, In-Health 5 pasien dan asuransi lainnya 4 pasien. Besarnya pendanaan fasilitas
kesehatan pasien dari BPJS maka rumah sakit perlu efisiensi bagi operasionalnya.
4. Pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas :
a. Semua karyawan di Ruang Efrata mendapatkan pendanaan fasilitas kesehatan dari Rumah Sakit yaitu ASKES BPJS sesuai dengan kelas ASKES
BPJS masing-masing.

47
5. Pemenuhan kebutuhan ATK (resep dokter, surat kembali kontrol, bon makan, kartu penunggu, label nama dokter), Gizi (Aqua, teh, gula, susu dan telur)
Rumah Tangga (sabun cuci tangan, lisol, waslap, cangkir ludah, tas kresek, gelang pasien) Tehnik (cat, kabel, lampu, O2) dilakukan dengan
menggunakan SIM RS. Baptis Kediri dengan prosedur sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan atau Ketua Tim membuat DKB ( Data Kebutuhan Barang )
b. Validasi DKB yaitu di approve atau disetujui oleh Kantor Keperawatan
c. Order diterima oleh gudang
d. Gudang membuat SBBK ( Surat Bukti Barang Keluar )
e. Bagian yang bon membuat SBBM ( Surat Bukti Barang Masuk )
f. Setelah itu barang di ambil ke gudang oleh CS ruangan
g. Pendanaan dana bagi ruangan, dana operasional, pendanaan alat dan kesehatan didapatkan dari anggaran rumah sakit sesuai dengan prosedur
pembuatan pendanaan yaitu:
1) Untuk barang atau alat kesehatan yang dimasukkan dalam anggaran belanja instalasi rawat inap gedung duvall Ruang Efrata melakukan
permintaan barang bon, terdapat 2 mekanisme permintaan barang.
a) Bon Harian : Untuk permintaan barang atau bon logistik dilakukan setiap hari senin, rabu, jumat. Sedangkan permintaan barang atau bon
farmasi setiap hari senin, rabu, jumat. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga bila sudah habis bisa meminta permintaan barang namun dalam
jumlah yang terbatas.
b) Bon Khusus : merupakan permintaan barang yang dilakukan oleh pihak pengelola instalasi rawat inap gedung duvall Ruang Efrata digunakan
sebagai sarana dan prasarana misalkan alat nebulizer, alat tensi darah, tiang infus, dll.

48
2) Penggunaan fasilitas kesehatan berupa sarana dan prasarana kesehatan yang diterima pasien didapatkan dari dana pasien itu sendiri. RS
menyediakan waktu dalam pengecekkan anggaran yang akan diajukan sebagai penunjang pelayanan kesehatan pada pasien sehingga pasien dapat
mengetahui jumlah pendanaan terhadap pelayanan yang diberikan.

Kesimpulan :
1. Gedung Duvall Ruang Efrata sudah mempunyai perencanaan anggaran ruangan. Seperti anggaran peralatan perawatan medis dan permintaan barang bon,
anggaran kebutuhan kesehatan, dan anggaran pendanaan fasilitas kesehatan.
2. Gedung Duvall Ruang Efrata mempunyai dana operasional sesuai perencanaan yang dibuat oleh kepala ruangan dan disetujui oleh pihak RS.
3. Gedung Duvall Ruang Efrata dalam pengelolaan sarana dan prasaranan tentang alat penunjang bekerjasama dengan tim teknis lain seperti halnya bengkel
dan pengelolaan linen rumah sakit atau loundry.

49
2.1.3 Pemasaran Serta Mutu Pelayanan (M5)
1. Bed Occupation Rate (BOR) Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian pada hari senin-selasa, tanggal 2-3 April 2018, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur Instalasi Rawat Inap Gedung
Duvall Lantai 3 Ruang Efrata yaitu sebanyak 31 tempat tidur dengan jumlah 11 kamar. Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktik
manajemen keperawatan yaitu 8 tempat tidur dengan jumlah 2 kamar.

a. Gambaran umum jumlah tempat tidur di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Efrata

Tabel 2.25 Tabel gambaran umum jumlah tempat tidur di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata tanggal 2 April 2018

No Shift Ruang Efrata BOR


1. Pagi 31 bed(13 kosong) 19/31 x 100% =61,29 %
2. Sore 31 bed (13 kosong) 19/31x100% =61,29 %
3. Malam 31 bed (14 kosong) 18/31x100% = 58,06%

Tabel 2.26 Tabel gambaran umum jumlah tempat tidur di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Efrata tanggal 3 April 2018

No Shift Ruang Efrata BOR


1. Pagi 31 bed (14 kosong) 18/31 x 100% = 58,06%
2. Sore 31 bed (14 kosong) 18/31 x 100% = 58,06%
3. Malam 31 bed (14 kosong) 18/31 x 100% = 58,06%

b. Gambaran jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan
Tabel 2.27 Tabel gambaran umum jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan di Instalasi Rawat Inap Gedung
Duvall Lantai 3 Efrata tanggal 2 April 2018

50
Ruang Efrata Kamar 1
No Shift BOR
dan 2
1. Pagi 8 bed (kosong 0) 8/8 x 100% = 100%
2. Sore 8 bed (kosong 3) 5/8 x 100% = 62,5%
3. Malam 8 bed (kosong 2) 6/8 x 100% = 75 %

Tabel 2.28 Tabel gambaran umum jumlah tempat tidur pasien kelolaan mahasiswa praktik profesi manajemen keperawatan di Instalasi Rawat Inap Gedung
Duvall Lantai 3 Efrata tanggal 3 April 2018

Ruang Efrata Kamar


No Shift BOR
1 dan 2
1. Pagi 8 bed (kosong 1) 7/8 x 100% = 87,5%
2. Sore 8 bed (kosong 1) 7/8 x 100% = 87,5%
3. Malam 8 bed (kosong 1) 7/8 x 100% = 87,5%
Kesimpulan :
BOR dikatakan memenuhi standar nasional jika mencapai 75-80% (Nursalam, 2014). Saat pengkajian selama 2 hari yaitu tanggal 2-3 April 2018 BOR di
Ruang Efrata sudah memenuhi standar nasional yaitu 83,3%.

2. Jumlah Pasien Per Bulan


Jumlah pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata Bulan Januari-Maret 2018 yang dihitung berdasarkan buku register yang
berada di ruangan. Pasien tersebut terdiri dari pasien BPJS, inhealth, dan umum.

Tabel 2.29 Tabel jumlah pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Ruang Efrata Bulan Januari-Maret 2018
No Bulan Jumlah
1 Januari 2018 624 orang

51
2 Februari2018 521 orang
3 Maret 2018 570 orang
Rata –rata 572

Kesimpulan :
Dari data jumlah pasien per bulan terbanyak didapatkan hasil 624 pasien pada bulan Januari 2018. Rata-rata selama 3 bulan terakhir didapatkan 572
orang, dan rata –rata per hari 19 orang.

3. Jumlah Kasus Terbanyak


Berikut adalah kasus terbanyak yang ada di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kediri pada 3 bulan terakhir Januari
sampai Maret 2018 yang dilihat dari buku register yang berada di ruangan.

Tabel 2.30 Tabel kasus terbanyak di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata bulan Januari-Maret 2018
No Kasus Frekuensi
1 Febris 72 pasien
2 PJK 89 pasien
3 CVA 51 pasien
4 GEA 35 pasien
5 DM 60 pasien
6 HT 40 pasien

Kesimpulan :

52
Dari data yang didapatkan kasus terbanyak pada penyakit Febris 72 pasien, PJK 89 pasien, CVA 51 pasien, GEA 35 pasien, DM 60 pasien dan HT 40
pasien. Di Rumah Sakit Baptis Kediri disediakan juga staf PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) pada pasien dengan penyakit tertentu sebagai tambahan
informasi bagi pasien dan keluarga, seperti pada pasien dengan kasus TBC dan DM.

4. Rerata Jumlah Hari Rawat Inap (Average Long of Stay/ ALOS)


Rata-rata pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS.Baptis Kediri pada 2 bulan terakhir yaitu bulan Februari sampai bulan
Maret 2018 yang dilihat dari buku register yang berada di ruangan..

53
Tabel 2.31 Tabel rata-rata lama rawat inap pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata bulan Januari - Maret 2018

No Lama Rawat Inap Frekuensi


1 2 Hari 120 Orang
2 3 Hari 98 Orang
3 4 Hari 91 Orang
4 5 Hari 81 Orang

Kesimpulan :
Rata-rata jumlah pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata 120 pasien dirawat selama 2 hari dan 98 pasien
dirawat selama 3 hari.

Tabel 2.32 Tabel rata-rata pasien pulang di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata bulan Januari -Maret 2018
No Pasien Pulang Frekuensi
1 Sembuh/atas permintaan sendiri 472 Orang
2 Rujuk 1 Orang
3 Meninggal 13 Orang

Kesimpulan :
Sebanyak 472 pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pulang dengan keadaan sembuh atau pulang atas
permintaan sendiri, 1 pasien rujuk pada bulan Februari- Maret karena memerlukan penanganan lebih lanjut yang disebabkan kurangnya sarana medik yang
diperlukan untuk pengobatan, dan pada bulan Januari-Maret 2018 sebanyak 18 pasien meninggal. Pada saat pengkajian tanggal 2 - 3 April 2018 ada 1 pasien
yang meninggal ≤ 48 jam. Bila ada pasien yang pulang paksa ruangan selalu memberikan edukasi dan memanggil staff konseling untuk menjelaskan supaya

54
pasien dan keluarga mau mempertimbangkan lagi, dan bila pasien tetap ingin pulang paksa ruangan memberikan surat pulang paksa. Bila ada pasien yang
mengalami masa terminal (sakratul maut) ruangan selalu memanggil staff palayanan rohani.

5. Pemasaran di Ruang Medikal Bedah Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Ruang Efrata
Cara pemasaran di Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata yaitu dengan meningkatkan pelayanan saat merawat pasien dengan melakukan tindakan sesuai
SPO (Standar Prosedur Operasional) serta membina hubungan saling percaya yang baik dengan pasien. Home care bagi pasien di Gedung Duvall Lantai 3
Ruang Efrata dikoordinasi oleh Rumah Sakit. Berdasarkan data bulan Januari-Maret 2018 yang dilihat dari buku register yang berada di ruangan, sebanyak
1715 pasien pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di Ruang Efrata sebagian besar berasal dari wilayah Kediri yaitu sebanyak 1306 pasien
(88,66%), sisanya yaitu 409 pasien (11,34%) berasal dari luar kota Kediri yaitu Nganjuk, Tulungagung, Trenggalek, Blitar . Usia pasien bervariasi, mulai dari
usia 17-90 tahun. Pasien dengan usia lebih dari ≥ 50 tahun persentasenya 60,47% (sebanyak 384 orang) dan yang berusia < 50 tahun 39,53% (sebanyak 251
orang).

6. Mutu Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kediri
Rumah Sakit Baptis Kediri merupakan rumah sakit kelas B sebagai Rumah Sakit Non Pendidikan dengan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang.
Rumah Sakit Baptis Kediri telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien, dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting di dalamnya, di
antaranya :
a. Meningkatkan Mutu Pelayanan
Indikator Mutu Unit Di Rumah Sakit Baptis meliputi :
a) Pemberi pelayanan rawat inap.
b) Dokter penanggung jawab rawat inap.

55
c) Ketersediaan pelayanan rawat inap.
d) Jam visite dokter Spesialis.
e) Kejadian infeksi pasca operasi.
f) Kejadian Infeksi Nosokomial.
g) Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/ kematian.
h) Kematian pasien > 48 jam.
i) Kejadian pulang paksa.
j) Kepuasan pelanggan.
k) Pasien rawat inap tubercolosis yang ditangani dengan strategi DOTS.
l) Ketersediaan pelayanan rawat inap di rumah sakit yang memberikan pelayanan jiwa.
m)Tidak adanya kejadian kematian pasien gangguan jiwa karena bunuh diri.
n) Kejadian Re-admission pasien gangguan jiwa tidak kembali dalam perawatan dalam waktu ≤ 1 bulan.
o) Lama hari perawatan pasien gangguan jiwa.
b. 6 Sasaran Keselamatan Pasien
a) Mengidentifikasi pasien dengan benar
Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
Jenis Gelang identitas :
(a) Pasien laki-laki : biru
(b) Pasien perempuan : merah muda
(c) Gelang Pasien risiko jatuh: kancing kuning

56
(d) Gelang alergi : merah
Dilakukan proses verifikasi identitas pasien saat:
(a) Saat pemberian obat
(b) Saat pemberian transfusi darah,
(c) Saat pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi
(d) Saat dilakukan tindakan medis
b) Meningkatkan komunikasi yang efektif
Perawat menggunakan teknik SBAR (Situation–Background–Assessment–Recomendation) dalam melaporkan kondisi pasien untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar pemberi layanan. Perawat konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat,
baca kembali dan konfirmasi ulang (CABAK) terhadap perintah yang diberikan. Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung
jawab dokter ruangan yang bertugas.
c) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “high alert” dan khusus untuk elektrolit pekat, harus ditempelkan stiker
yang bertuliskan “elektrolit pekat, harus diencerkan sebelum diberikan”.
6 benar pemberian obat:
(a) Benar obat
(b) Benar dosis
(c) Benar cara
(d) Benar waktu
(e) Benar pasien

57
(f) Benar dokumentasi
d) Memastikam lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan paada pasien yang benar
Menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi (tanda anak panah) dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan. Menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk memverifikasi saat pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum
"incisi/time out" tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan.
e) Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Mencuci tangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
(a) Mencuci tangan dengan air mengalir
(b) Mencuci tangan dengan alkohol handsrub
Lima momen cuci tangan:
(a) Sebelum kontak dengan pasien
(b) Sebelum tindakan ke pasien
(c) Sesudah tindakan atau terpapar cairan tubuh pasien.
(d) Sesudah kontak dengan pasien
(e) Setelah dari area sekitar pasien.
f) Mengurangi resiko cedera pasien akibat terjatuh
Melakukan assesmen pasien jatuh. Memasang kancing kuning pada pasien dengan risiko jatuh sedang dan tinggi. Memberikan kancing kuning pada
gelang pasien yang beresiko jatuh dan memberikan tanda segitiga berwarna kuning pada tempat tidur yang menandakan resiko jatuh sedang, segitiga
merah menandakan resiko jatuh tinggi.

58
c. Keamanan dan keselamatan pasien (Nursalam, 2014)
a) Kejadian plebitis
Di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kediri sudah terdapat instrument pemantauan plebitis yang dilampirkan
pada setiap list pasien. Dari data yang didapat bulan Januari , Februari, Maret 2018 dari PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) didapatkan pada
bulan Januari 2018 tercatat jumlah pemasangan intravena line (IVL) yaitu sebanyak 250 kali, terdapat kasus plebitis sebanyak 6 kasus, pada bulan
Februari 2018 tercatat jumlah pemasangan intravena line (IVL) yaitu sebanyak 214 kali, terdapat kasus plebitis sebanyak 10 kasus, bulan Maret 2018
tercatat jumlah pemasangan intravena line (IVL) yaitu sebanyak 199 kali, terdapat kasus plebitis sebanyak 8 kasus.

Menurut Nursalam (2014) dalam Juklak Indikaor Mutu Pelayanan Rumah Sakit, kejadian flebitis diukur dengan formula:
Banyaknya Kejadian Plebitis per Bulan
x 100%
Total Pemasangan Infus pada Bulan itu

Tabel 2.33 Kejadian plebitis di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2018
Kejadian
No Bulan Insiden rate (‰) Standart rate (‰)
Plebitis
1 Januari 2018 9 13,7 15
2 Februari2018 8 14,9 15

Kesimpulan:
Dari data yang didapat bulan Januari, Pebruari, Maret 2018 didapati dari PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) kejadian plebitis jarang terjadi
dengan persentase insiden rate pada bulan januari 13,7 ‰, bulan februari 14,9 ‰ standart rate 15 ‰ hal ini terjadi dikarenakan pasien menolak untuk
dilakukan penggantian lokasi pemasangan infus. Di Ruang Efrata penggantian pemasangan IV dilakukan tiap 3 hari sekali, bila pasien tidak mau
diganti, maka pasien mengisi formulir penolakan pemasangan IVL.

59
b) Kejadian Kesalahan Pemberian Obat
Dari data yang didapat bulan Januari , Februari, dan Maret 2018 dari KMKP (Komite Mutu dan Keselamatan Pasien) didapatkan tidak terjadi
kesalahan pemberian obat. Pemberian obat dilakukan secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh dokter. Indikator kesalahan pemberian
obat adalah:
(a) Salah pasien (salah nama, tidak sesuai medical record)
(b) Salah waktu
1) Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadwal)
2) Terlalu cepat (30 menit sebelum jadwal)
3) Obat stop tetap dilanjutkan
(c) Salah cara (rute): oral, IV, IM, SC, supp, drip
(d) Salah dosis, dosis yang diberikan menjadi berlebih atau kurang dari yang diresepkan dokter
(e) Salah obat, obat yang diberikan tidak sesuai dengan resep dokter
(f) Salah dokumentasi, dokumentasi tidak sesuai dengan yang dilaksanakan.

Kejadian kesalahan pemberian obat dapat dihitung dengan:


(a) Angka KTD dalam pemberian obat:
Jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat
x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut
0 x 100% =0%

60
15
(b) KNC dalam pemberian obat:
Jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat
x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut
0
X 100% =0%
15
Berdasarkan hasil observasi tanggal dari 15 pasien yang dirawat tidak ada yang mengalami kejadian nyaris cidera pada tanggal 2-3 April 2018
ada kejadian kesalahan pemberian obat selama perawatan di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri (0%).
c) Kejadian Pasien Jatuh
Pasien dikategorikan beresiko jatuh apabila mempunyai satu atau lebih faktor beresiko jatuh pada saat pengkajian dengan menggunakan skor Morse
Fall Scale. Kejadian pasien jatuh di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata RS. Baptis Kediri pada bulan Januari-Februari2018
dari komite PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan.
Pengkajian tanggal 2-3 April 2018 didapatkan bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan. Meskipun ada pasien yang
mempunyai resiko jatuh karena penurunan kesadaran ataupun gelisah, tetapi dari hasil observasi tidak ada pasien yang mengalami jatuh. Pencegahan
resiko pasien jatuh di Ruang Efrata yaitu dengan cara memasang restrain, memberikan kancing kuning pada gelang pasien yang beresiko jatuh dan
memberikan tanda segitiga berwarna kuning pada tempat tidur yang menandakan resiko jatuh sedang, segitiga merah menandakan resiko jatuh tinggi.

61
d) Resiko Jatuh
Tabel 2.34 Kejadian pasien jatuh di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada tanggal 2 April 2018
Persentase
No Kategori Jumlah Pasien
(%)
1 Resiko Jatuh Rendah 1 5.26
2 Resiko Jatuh Sedang 12 63,16
3 Resiko Jatuh Tinggi 6 31,58

Kesimpulan:
Di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada tanggal 2 April 2018 sejumlah 1 (5.26 %) pasien dikategorikan dalam resiko jatuh
rendah, 12 (63,16 %) pasien dikategorikan dalam resiko jatuh sedang, 5 (31,58 %) pasien dikategorikan dalam resiko jatuh tinggi.

e) Assessmen Nyeri
Tabel 2.35 Kenyamanan pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada tanggal 2 April 2018
No Kategori Jumlah Persentase
Pasien (%)
1 Tidak Nyeri 5 26,3%
2 Nyeri Ringan 8 42,1%
3 Nyeri Sedang 5 26,3%
4 Nyeri Berat 1 5,3%

Kesimpulan:
Di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada tanggal 3 April 2018 sejumlah 5 (26,3%) pasien dikategorikan tidak nyeri, 8
(42,1%) pasien dikategorikan dalam nyeri ringan, 5 (26,3%) pasien dikategorikan dalam nyeri sedang, 1 (5,3%) pasien dikategorikan dalam nyeri berat.

62
f) Kematian Pasien
Berdasarkan data pada bulan Januari-Maret 2018, dari 1.715 pasien di Ruang Efrata RS. Baptis Kediri, ada 18 pasien yang meninggal. Pada saat pengkajian
pada tanggal 2-3 April 2018 ada 1 pasien yang meninggal. Menurut Depkes RI (2008), angka kejadian kematian pasien ≤ 48 jam yang merupakan salah
satu indikator mutu pelayanan rumah sakit adalah 0,24%.
g) Perawatan Diri
Di Ruang Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata belum terdapat instrumen pengukuran tingkat kemandirian pasien yang digunakan untuk
mengidentifikasi kemampuan perawatan diri pasien. Pengkajian yang dilaksanakan selama 2 hari tanggal 2-3 April 2018 untuk mengukur kemampuan
perawatan diri pasien menggunakan instrumen penilaian tingkat kemandirian pasien.
Menurut metode Douglas (Nursalam, 2011) bagi pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien antara lain :
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu : 1 – 2 jam/24 jam
(b) Perawatan intermediate memerlukan waktu : 3 – 4 jam/24 jam
(c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5 – 6 jam/24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut :
(a) Kategori I : perawatan mandiri. Kriteria pasien adalah masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, makan, minum,
penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional. Pasien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Pasien perlu dilakukan
observasi setiap shift, pengobatan minimal.
(b) Kategori II : perawatan intermediate. Kriteria pasien adalah memerlukan bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, mengatur
posisi waktu makan, memberi dorongan agar makan, bantuan dalam eliminasi dan kebersihan diri, tindakan perawatan untuk memonitor tanda-
tanda vital, memeriksa produksi urin, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase (infus), bantuan dalam pendidikan kesehatan serta
persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

63
(c) Kategori III : perawatan total. Kriteria pasien adalah tidak dapat melakukan sendiri kebutuhan sehari-harinya, semua kebutuhan dibantu oleh
perawat, penampilan pasien sakit berat, pasien memerlukan observasi tanda vital setiap dua jam, menggunakan selang nasogastrik (NGT),
menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap lendir (suction) dan kadang pasien dalam kondisi gelisah atau disoreintasi.

Tabel 2.36 Kemampuan perawatan diri pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata tanggal 2 April 2018
Tingkat Ketergantungan ∑ Pasien
Minimal 0
Parsial 13
Total 6
Jumlah 19

Tabel 2.37 Kemampuan perawatan diri pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata tanggal 3 April 2018
Tingkat Ketergantungan ∑ Pasien

Minimal 0
Parsial 12
Total 6
Jumlah 18

Kesimpulan :
Kemampuan perawatan diri pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata tanggal 2-3 April 2018 didapatkan: Tingkat
ketergantungan parsial sebanyak (13 orang), sedangkan tingkat ketergantungan total sebanyak 6 orang.

64
h) Tingkat Kepuasan Pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap kinerja perawat dengan menggunakan kuesioner kepuasaan pasien dari Rumah Sakit
Baptis Kediri. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang berisi 6 soal yang meliputi tentang identifikasi pasien, kecepatan dalam
memberikan bantuan, keramahan perawat, kejelasan dalam memberikan informasi terkait tindakan yang dilakukan, ketelitian dan ketrampilan
perawat, dan penampilan perawat. kuesioner ini berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan penilaian “sangat memuaskan”, “memuaskan”, “kurang
memuaskan”, “tidak memuaskan”. Penilaian kepuasan dilakukan pada 15 pasien.
Data diambil berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 3 April 2018 pada 15 pasien tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat di Ruang
Efrata, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2.40 Kepuasan pasien terhadap perawat memberi informasi tentang administrasi yang berlaku bagi pasien di RS Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall
Lantai 3 Ruang Efrata pada bulan Januari, Februari, Maret 2018
No Perawat memberi informasi tentang administrasi ∑ %
1. Sangat Tidak puas 0 0
2. Tidak Puas 2 13,3
3. Puas 4 26,7
4. Sangat puas 9 60
TOTAL 15 100

Berdasakan data yang didapat dari pengkajian kepuasan pasien terhadap perawat memberi informasi pasien tentang administrasi didapatkan hasil dari 15
pasien terdapat 9 (60%) orang menyatakan bahwa pelayanan perawat tentang identifikasi pasien sangat puas.
Tabel 2.41 Kepuasan pasien terhadap perawat memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang berlaku di RS di
Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada bulan Januari, Februari, Maret 2018

65
No Perawat tentang fasilitas yang tersedia ∑ %
1. Sangat Tidak Puas 0 0
2. Tidak Puas 1 6,7
3. Puas 6 40
4. Sangat Puas 8 53,3
TOTAL 15 100

Berdasakan data yang didapat dari pengkajian kepuasan pasien terhadap perawat untuk memberikan informasi tentang fasilitas yang tersedia didapatkan
hasil dari 15 pasien terdapat 8 (53,3%) orang menyatakan bahwa kecepatan perawat untuk memberikan bantuan pelayanan memuaskan.

Tabel 2.42 Kepuasan pasien terhadap kecepatan perawat memberikan bantuan di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada bulan
Januari, Februari, Maret 2018

No Kecepatan Perawat memberikan bantuan ∑ %


1. Sangat Tidak Puas 0 0
2. Tidak Puas 2 13,3
3. Puas 9 60
4. Sangat Puas 4 26,7
TOTAL 15 100

Berdasakan data yang didapat dari pengkajian kecepatan perawat memberikan bantuan didapatkan hasil dari 15 pasien terdapat 9 (60%) orang
menyatakan bahwa keramahan perawat memuaskan.

Tabel 2.43 Kepuasan pasien terhadap kejelasan informasi tentang keluhan yang dilakukan perawat di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang
Efrata pada bulan Januari, Februari, Maret 2018

66
No Kejelasan informasi tentang keluhan yang ∑ %
dilakukan perawat
1. Sangat Memuaskan 3 20
2. Memuaskan 10 66,7
3. Kurang Memuaskan 2 13,3
4. Tidak Memuaskan 0 0
TOTAL 15 100

Berdasakan data yang didapat dari pengkajian kepuasan pasien terhadap kejelasan informasi tentang keluhan yang dilakukan perawat didapatkan hasil
dari 15 pasien terdapat 10 (66,7%) orang menyatakan bahwa kejelasan informasi tentang tindakan yang dilakukan perawat memuaskan.
Tabel 2.44 Kepuasan pasien terhadap tindakan perawat di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata pada bulan Januari, Februari, Maret
2018

No Tindakan perawat ∑ %
1. Sangat Memuaskan 5 33,3
2. Memuaskan 9 60
3. Kurang Memuaskan 1 6,7
4. Tidak Memuaskan 0 0
TOTAL 15 100
Berdasakan data yang didapat dari pengkajian kepuasan pasien terhadap tindakan perawat didapatkan hasil dari 15 pasien terdapat 9 (60%) orang
menyatakan bahwa ketelitian dan ketrampilan perawat memuaskan.

i) Kecemasan Pasien
Tabel 2.42 Tingkat kecemasan pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata tanggal 3 April 2018
No Tingkat Kecemasan Pasien ∑ %
1. Tidak Cemas 17 89,5

67
No Tingkat Kecemasan Pasien ∑ %
2. Kecemasan Ringan 2 10,5
3. Kecemasan Sedang 0 0
4. Kecemasan Berat 0 0
TOTAL 19 100
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner dari skala peringkat kecemasan diri Zung Self pada pasien tanggal 3 April 2018 dengan jumlah responden 19
pasien, didapatkan 89,5% normal atau tidak cemas (17 orang) dan hanya 10,5% mengalami kecemasan ringan (2 orang).

j) Tingkat Kepuasan Perawat


Tabel 2.43 Tingkat Kepuasan Perawat di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata tanggal 3 April 2018
No Tingkat Kepuasan Perawat ∑ %
1. Sangat kurang 0 0
2. Cukup 4 33,3
3. Baik 7 58,3
4. Sangat Baik 1 8,4
TOTAL 12 100

Data yang di ambil dari hasil pengkajian pada tanggal 3 April 2018, 12 dari 16 perawat di Ruang Efrata menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
memiliki tingkat kepuasan baik dan 4 perawat memiliki tingkat kepuasan cukup dan 1 perawat memiliki tingkat kepuasan sangat baik dengan jumlah gaji yang
diterima, sistem penggajian yang diterima, jumlah gaji yang diterima dibanding latar, kinerja ketua tim yang sesuai kompetensi dengan tugas, kesempatatan
untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui kemampuan, pemberian beasiswa atau pelatihan pendidikan, mengambil cuti dalam waktu 1 minggu, dengan
tingkat ketergantungan pasien yang ada diruangan dan tingkat beban kerja di ruangan, jumlah perawat dan pasien diruangan.

d. Upaya Pengurangan Infeksi Nosokomial (HAI’S atau Health Care Associated Infeksions)

68
Berdasarkan pengkajian, pencegahan infeksi nosokomial sudah dilaksanakan pada Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata
diantaranya :
1) Di depan pintu kamar pasien disediakan handrub. Handrub digunakan saat sebelum kontak dengan pasien, sebelum prosedur tindakan, setelah
prosedur atau risiko terpapar cairan tubuh, setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan area sekitar pasien. Perawat, dokter ataupun
pengunjung dapat langsung membersihkan tangan dengan handrub sehingga meminimalkan infeksi nosokomial. Mencuci tangan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:
a) Mencuci tangan dengan air mengalir
b) Mencuci tangan dengan alkohol handsrub
Berdasarkan hasil wawancara tanggan 3 April 2018 ditemukan 15 keluarga pasien sudah mengerti tentang cara mencuci tangan dengan benar karena
perawat mengajarkan atau memberi redemo pada pasien tentang 6 langkah cara mencuci tangan yang benar dengan air mengalir ataupun dengan
alkohol handrub dan menempelkan gambar atau prosedur 6 langkah mencuci tangan yang benar di samping wastafel.

Tabel 2.44 Hasil observasi lima momen cuci tangan pada keluarga pasien di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata
NO Langkah Langkah Langkah Langkah Langkah Langkah
1 2 3 4 5 6
1 √ √ √ - √ √
2 √ - √ √ - -
3 √ √ √ √ √ -
4 √ - - - √ √
5 √ √ √ √ - √
6 √ √ √ √ - √
7 √ √ - √ - √
8 √ √ √ √ - √
9 √ - √ √ √ √

69
NO Langkah Langkah Langkah Langkah Langkah Langkah
1 2 3 4 5 6
10 √ - √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √
12 √ - - √ - √
13 √ - - - - √
14 √ √ √ - √ √
15 √ √ √ √ - √
Total 15 9 11 11 7 13
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan banyak keluarga pasien yang tidak dapat melakukan cuci tangan dengan benar di air mengalir ataupun
menggunakan alcohol, yang ditandai dengan dari 15 keluarga pasien 6 kelurga pasien tidak mampu melakukan langkah 2 secara benar (gerakan dan hitungan
tidak sesuai), 4 keluarga pasien tidak mampu melakukan langkah 3 dan langkah 4 secara benar (gerakan dan hitungan tidak sesuai), 8 keluarga pasien tidak
mampu melakukan langkah 5 secara benar (gerakan dan hitungan tidak sesuai), 2 keluarga pasien tidak mampu melakukan langkah 6 secara benar (gerakan
dan hitungan tidak sesuai).
2) Lima momen cuci tangan:
a) Sebelum kontak dengan pasien
b) Sebelum tindakan ke pasien
c) Sesudah tindakan atau terpapar cairan tubuh pasien.
d) Sesudah kontak dengan pasien
e) Setelah dari area sekitar pasien.

Tabel 2.45 Hasil observasi lima momen cuci tangan pada perawat di Instalasi Rawat Inap Gedung Duvall lantai 3 Ruang Efrata
Tgl NO Sebelum Sebelum Setelah Setelah Setelah
kontak prosedur prosedur atau kontak kontak

70
terpapar dengan area
dengan dengan
cairan tubuh sekitar
pasien pasien
pasien pasien
2/4/ 1 √ - √ √ √
18 2 - √ √ √ √
3 √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √
3/4/ 6 √ √ √ √ √
18 7 - √ √ √ √
8 √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √
Total 8 9 10 10 10

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 2-3 April 2018 didapatkan 3 dari 10 perawat (30%) kurang menerapkan lima momen cuci tangan yaitu pada
momen sebelum kontak dengan pasien (20%) dan sebelum tindakan ke pasien (10%).

2) Instalasi rawat inap ruang efrata RS. Baptis Kediri menggunakan alat pelindung diri (APD) sarung tangan dan masker. Sarung tangan digunakan oleh
perawat ketika melakukan tindakan langsung ke pasien seperti pengambilan darah, memasang dan melepas infuse, memasang catheter, dan lain-lain. Untuk
tindakan invasif (seperti pasang infuse, mengambil sampel darah), atau pada saat terpapar cairan tubuh pasien tubuh pasien perawat selalu mengenakan
sarung tangan disponsible setelah itu mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir. Sedangkan masker digunakan ketika kontak langsung dengan
pasien yang memiliki penyakit yang beresiko tertular melalui udara, seperti TBC pada ruang eftara kamar isolasi.

71
3) Penggunaan alat medis infasive seperti jarum suntik, infuse, tabung darah, folley catheter adalah sekali pakai/disponsible. Pengaturan ruangan sudah cukup
baik, setiap kamar memiliki jendela yang menghadap ke arah luar sehingga cahaya matahari yang cukup dapat masuk ke dalam ruangan sehingga
mengurangi resiko penularan kuman melalui udara.
Indikator penilaian HAI’S adalah
a) Plebitis
b) ILO
c) ISK
4) Instalasi rawat inap ruang efrata memiliki 2 APAR yang berfungsi sebagai alat pemadam kebakaran.

2.2. Analisa SWOT


2.2.1 Identifikasi Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan Analisa SWOT
Identifikasi Situasi Ruangan Efrata berdasarkan pendekatan Analisis SWOT. Dari hasil pengkajian pada tanggal 2-3 April 2018 kemudian dilakukan
analisis SWOT berdasarkan elemen penerapan model MAKP yang meliputi :
1. M1 : Sumber daya manusia (Man)
2. M2 : Sarana dan Prasarana (Material)
3. M3 : Penerapan MAKP (Method)
a. Penerimaan Pasien Baru
b. Timbang Terima
c. Ronde Keperawatan
d. Sentralisasi Obat

72
e. Supervisi
f. Discharge Planning
g. Dokumentasi Keperawatan
4. M4 : Pengadaan Dana (Money)
5. M5 : Kualitas Pelayanan Keperawatan (Mutu)
Pada analisa SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Pengisian Item Internal Factors (IFAS) dan External factors (EFAS). Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang ada dalam
pengumpulan data. Data tersebut dibedakan menjadi dua yaitu IFAS yang meliputi aspek kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weaknes), EFAS yang
meliputi aspek peluang (Opportunity) dan ancaman (Threatened).
2. Bobot
Beri bobot masing – masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) berdasarkan faktor tersebut terhadap strategi
perusahaan.
3. Peringkat atau rating
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor tersebut.
Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan kinerja yang negatif.
Kemudian bobot dikalikan dengan peringkat untuk mendapat nilai masing-masing faktor.
4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka akan mendapatkan nilai IFAS adalah : kekuatan dikurangi kelemahan (S-W) dan EFAS adalah
peluang dikurangi ancaman (O-T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS dimasukkan dalam diagram layang (Kit kuadran) untuk mengetahui masalah dan
strategi perencanaan berdasarkan letak kuadran.
a. Pada kuadran WO

73
Strategi perencanaan bersifat progresif/ turn around dengan tujuan mengatasi kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan atau (peluang).
b. Pada kuadran SO
Strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluang yang lebih dalam
menghadapi persaingan.
c. Pada kuadran ST
Strategi bersifat diverifikasi dengan tujuan merubah rencana internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari luar.
d. Pada kekuatan WT
Strategi perencanaan bersifat bertahan dengan tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi atau perusahaan tetap ada dan dapat menjalankan
fungsinya secara minimal.

74
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1 Sumber Daya Manusia (M1)
Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Kemampuan yang dimiliki perawat 0,2 3 0,6 S–W
dibidangnya sesuai dengan struktur yang 2,8 – 3,0 =
ada baik (100%) -0,2
2. Pembagian tugas di ruangan baik (100%) 0,2 3 0,6
sesua dengan struktur organisasi yang ada.
3. Adanya sistem pengembangan staff berupa 0,2 3 0,6
pelatihan dan seminar sebanyak 100%
perawat telah mengikuti pelatihan (misalnya
BCLS, PPGD) dan seminar.
4. Jenjang pendidikan karyawan: 0,2 3 0,6
a. S1 keperawatan Ners : 4 orang
b. D3 keperwatan : 11 orang
c. S1 Keperawatan : 1 orang
5. Rata-rata masa kerja perawat yaitu >15 0,2 2 0,4
tahun 2 orang, 10-15 tahun sebanyak 4
orang sedangkan < 10 tahun 10 perawat.

TOTAL 1 2,8

Weakness
1. Tingkat ketergantungan pasien yang tinggi 0,2 3 1,5
dengan jumlah perawat yang kurang
menyebabkan peran perawat ada yang
berperan ganda.
2. Pembelajaran MAKP yang sudah diberikan 0,5 3 1,5
Rumah Sakit belum diserap secara optimal
oleh tenaga perawat sehingga masih adanya
perawat yang belum melakukan tugas sesuai
dengan perannnya

TOTAL 1 3,0

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya program pelatihan atau seminar 0,4 3 1,2 O–T
khusus tentang manajemen keperawatan 2,6 – 2,2 =
dari diklat 0,4
2. Adanya kesempatan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi 0,2 2 0,4
(terdapat 1 orang perawat yang melanjutkan
jenjang pendidikan S1)
3. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,2 3 0,6
profesionalisasi perawat
4. Adanya program akreditasi RS dari 0,2 3 0,6
pemerintah dimana MAKP merupakan salah
satu penilaian (RS Akreditasi Tingkat
Paripurna)
TOTAL 1 2,6

75
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
Threatened
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,4 0,8
masyarakat untuk pelayanan yang lebih 2
profesional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan 0,4 0,8
pentingnya kesehatan 2
3. Persaingan antar RS yang semakin kuat 0,2 0,6
3
TOTAL 1 2,2
2 M2 (Sarana dan Prasarana)
Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya 1 Nurse Station yang sudah 0,3 3 0,9 S–W
digunakan secara optimal oleh tim 2,8 – 1,9
keperawatan. = 0,9
2. Terdapat alat bantu administrasi berupa 0,3 3 0,9
buku administrasi penunjang (buku
registrasi pasien, buku tanda-tanda vital,
buku timbang terima, buku inventaris alat
dan lain-lain)
3. Mempunyai sarana dan prasarana untuk 0,2 2 0,4
pasien dan tenaga kesehatan
4. Jumlah sarana penunjang perawatan sudah 0,2 3 0,6
tersedia sesuai kebutuhan pasien
TOTAL 1 2,8
Weakness
1. Belum ada ruang untuk kepala ruangan dan 1.0 3 1,9
ruang pertemuan perawat khusus ruangan.

TOTAL 1.0 1,9

External Factor(EFAS)
Opportunity
1. Adanya kesempatan dalam pengadaan dan 1 3 3
perbaikan sarana prasarana karena RS O–T
mendukung melalui pengajuan anggaran 3,0 – 2,0
dan persetujuan dari pihak manajemen = 1,0
TOTAL 1 3
Threatened
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari 0,6 2 1,2
masyarakat untuk melengkapi sarana dan
prasarana
2. Adanya persaingan dengan RS lain dengan 0,4 2 0,8
sarana dan prasarana lebih lengkap untuk
standar rawat inap
TOTAL 1 2
3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
(M3)
a. MAKP
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Ruangan Efrata sudah ada model MAKP 0,3 3 0,9 S–W
yang digunakan, yaitu MAKP Tim. 3,0 – 2,0 =

76
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
2. Sudah memiliki SOP sebagai acuan dapat 0,3 3 0,9 1,0
setiap prosedur.
3. Terlaksananya komunikasi yang adekuat 0,2 3 0,6
antar perawat dan tenaga kesehatan yang
lain.
4. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi 0,2 3 0,6
syarat untuk MAKP yaitu S1 Keperawatan
minimal 4 orang
TOTAL 1 3,0
Weakness
1. Pendidikan Kepala Ruang diploma 0,4 2 0,8
2. Pelaksanaan model MAKP sudah 0,6 2 1,2
dilaksanakan tetapi sosialisasi kepada
semua tim masih kurang.
TOTAL 1 2,0

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 Keperawatan 0,4 3 1,2
praktik manajemen keperawatan. O–T
2. Adanya kebijakan RS tentang pelaksanaan 0,6 3 1,8 3,0 – 2,0 =
MAKP. 1,0
TOTAL 1 3,0
Treathened
1. Adanya tuntutan pasien yang semakin tinggi 0,5 2 1,0
terhadap peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih profesional.
2. Pasien semakin kritis dalam menyikapi 0,5 2 1,0
pelayanan kesehatan yang diberikan.
TOTAL 1 2,0

b. Timbang Terima
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Kepala Ruang memimpin kegiatan timbang 0,2 3 0,6 S–W
terima saat kepala ruang berdinas. 3,3 – 1,8 =
2. Tehnik komunikasi yang digunakan yaitu S- 0,2 3 0,6 1,5
B-A-R
3. Pada buku laporan timbang terima sudah 0,3 3 0,9
terdapat nama dan tanda tangan katim serta
mengetahui kepala ruang sebagai
penanggung jawab
4. Perawat selalu datang 30 menit sebelum jam 0,3 4 1,2
dinas dan akan melakukan timbang terima
15 menit sebelum jam dinas.
TOTAL 1 3,3

Weakness 0,5 2 1,0


1. Pada saat proses timbang terima terkadang
ada sebagian waktu yang tersita untuk
membicarakan hal-hal yang tidak berkaitan
dengan pasien. 0,4 2 0,8
2. Semakin banyak jumlah pasien dalam
ruangan maka pelaksanaan timbang terima

77
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
akan semakin lama sehingga waktu
pelayanan kepada pasien berkurang dan
menyebabkan pasien komplain. 1 1,8
TOTAL

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa S-1 Keperawatan 0,3 3 0,9
praktik manajemen keperawatan. O–T
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,4 3 1,2 2,7 – 3 =
mahasiswa profesi Ners yang praktik 0,3
manajemen keperawatan
3. Adanya kebijakan RS tentang waktu 0,3 2 0,6
pelaksanaan timbang terima (15 menit
sebelum jam dinas).
TOTAL 1 2,7
Treathened
1. Adanya tuntutan pasien yang semakin tinggi 0,5 3 1,5
terhadap peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih profesional.
2. Pasien semakin kritis dalam menyikapi 0,5 3 1,5
pelayanan kesehatan yang diberikan.
3.
TOTAL 1 3
c. Dokumentasi Keperawatan
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Tersediannya sarana dan prasarana 0,3 3 0,9 S–W
dokumentasi untuk tenaga kesehatan 2,7 – 1,4 =
(administrasi penunjang). 1,3
2. Dokumentasi keperawatan yang dilakukan 0,3 2 0,6
menggunakan metode dokumentasi SOAP
yang sudah sesuai dengan masalah pasien.
3. Pendokumentasian dilakukan secara
manualdalambentuk list
pasiendanjikaadakesalahandalampenulisand 0,2 3 0,6
okumentasimakaperawattidakdiperbolehkan
untukmenghapusmelainkandengancaramenc
orettulisan yang salahkemudian
memperbaiki di sampingtulisan yang salah
dan disebelah tulisan yang salah diberi
tanda tangan/ identitas perawat.
4. Pendokumentasian perencanaan pulang
pada format pengkajian awal dilengkapi 0,2 3 0,6
dalam waktu 48 jam pasien MRS di
RuangEfrata.
TOTAL 1 2,7
Weakness
1. Beberapa perawat belum mengetahui 0,3 2 0,8
tentang sistem pendokumentasian SOR
meskipun mereka sudah terbiasa mengisi
pendokumentasian tersebut.
2. Penulisan dokumentasi terkadang masih 0,7 2 0,6
dilakukan oleh anggota tim

78
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
TOTAL 1 1,4

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kebijakan RS tentang dokumentasi 0,5 2 1,0
yaitu perlunya dilakukan doble cek dalam
pendokumentasian obat
2. Adanya mahasiswa profesi ners praktik 0,5 2 1,0
manajemen untuk mengembangkan sistem
dokumentasi O–T
TOTAL 1,0 2,0 2,0 – 0,9 =
Treathened 1,1
1. Tingkat kesadaran pasien dan keluarga akan
tanggungjawab dan tanggung gugat perawat 1,0 3 0,9
semakin tinggi.
TOTAL 1,0 0,9
d. Ronde Keperawatan
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Bidang keperawatan dan ruangan 0,5 3 1,5 S–W
mendukung adanya ronde keperawatan 3,0 – 2,0 =
2. Ronde keperawatan di Ruang 0,5 3 1,5 1,0
Efratadilakukan oleh mahasiswa S1 praktik
ners
TOTAL 1 3,0
Weakness
1. Pelaksanaan ronde keperawatan tidak dapat 0,5 2 1,0
selalu dilakukan sesuai jadwal yang sudah
di tetapkan
2. Pasien yang dirawat merupakan pasien 0,5 2 1,0
penyakit dalam sehingga lebih
memungkinkan untuk dilakukan ronde
karena penyakit yang kompleks
TOTAL 1 2,0 O–T
Eksternal Faktor (EFAS) 3,0 – 2,0 =
Opportunity 1,0
1. Adanya mahasiswa profesi ners praktik 0,5 3 1,5
manajemen untuk mengembangkan proses
ronde keperawatan
2. Dengan adanya ronde keperawatan dapat 0,5 3 1,5
membuka wawasan perawat dalam proses
diskusi
TOTAL 1 3,0

Treathened
1. Tingkat kesadaran pasien dan keluarga akan 1 2 2
tanggungjawab dan tanggung gugat perawat
semakin tinggi.
TOTAL 1 2,0
e. Discharge Planning
Internal Faktor (IFAS)

79
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
Strenght
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge 0,3 3 0,9 S–W
planning dalam ruangan untuk pasien 3,0 – 2,0 =
pulang (format atau kartu dicharge 1,0
planning)
2. Adanya kartu kontrol berobat dan 0,3 3 0,9
penjelasan tentang jam pemberian obat dan
manfaatnya.
3. Angket kepuasan pasien sudah tersedia 0,2 3 0,6
dandiberikanolehperawat kepada pasien saat
pasien akan pulang
4. Perawat memberikan pendidikan kesehatan 0,2 3 0,6
secara informal kepada pasien dan keluarga
TOTAL 1 3,0
Weakness
1. Discharge planning di Instalasi Rawat Inap 0,4 2 0,8
Ruang Efrata RS. Baptis
Kediridilakukansecarafleksibelolehketuatim
maupunanggotatim
2. Di ruangan sudah tersedia leaflet namun 0,6 2 1,2
belum lengkap
TOTAL 1,0 2,0

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity 0,5 2 1,0 O–T
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang 2,0 – 3,2 =
praktik manajemen 0,5 2 1,0 -1,2
2. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa profesi ners praktik manajemen
dengan perawat ruangan.

TOTAL 1,0 2,0

Treathened
1. Adanya tuntutan pasien dan keluarga untuk 0,4 2 0,8
mendapat pelayanan yang profesional.
2. Semakin tingginya kesadaran masyarakat 0,3 4 1,2
akan pentingnya kesehatan.
3. Kurangpahamnya pasien dan keluarga 0,3 4 1,2
tentang alur discharge planning.
TOTAL 1,0 3,2

f. Supervisi
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Supervisi dilakukan dua macam, yaitu 0,2 3 0,6 S–W
supervisi eksternal (oleh komite 2,8 -1,0 =
keperawatan) dan supervisi internal (oleh 1,8
kepala ruang atau wakil kepala ruang).
2. Supervisi telah dijadwalkan dan
dilaksanakan secara rutin. 0,2 2 0,4
3. Supervisi eksternal (dari bidang
keperawatan) di RS. Baptis Kediri sudah 0,2 3 0,6

80
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
dilaksanakan dan didukung oleh komite
keperawatan, yaitu setiap hari ada
Supervisor (case manager)melakukanvisite.
4. Supervisi secara internal sudah terlaksana 0,2 3 0,6
rutin setiap bulan saat pertemuan rutin
ruangan.
5. Sudah ada format dan formulir penilaian 0,2 3 0,6
yang baku dalam pelaksanaan supervisi.
TOTAL 1 2,8
Weakness
1. Hasil supervisi tidak dibertahukan secara 1,0 2 1,0
tertulis dan hanya disampaikan secara lisan.
TOTAL 1,0 1,0

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity O–T
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang 0,3 2 0,6 1,8 – 3,0 =
praktik manajemen -1,2
2. Adanya kerjasama yang baik antara
mahasiswa profesi ners praktik manajemen 0,3 2 0,6
dengan perawat ruangan.
3. Hasil supervisi dapat dijadikan sebagai 0,4 2 0.6
pedoman untuk daftar penilaian prestasi.
TOTAL 1,0 1,8
Treathened
1. Adanya tuntutan pasien dan keluarga untuk 1 3 3,0
mendapat pelayanan yang profesional.
TOTAL
1 3,0
g. Penerimaan Pasien Baru
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Padasaatdilakukanpenerimaanpasienbaru, 1 3 3 S–W
perawat langsng memberikanbrosuratau 3 – 2,6 =
leaflet tentang hak dan tanggunggjawab 0,4
pasien dan keluarga.
TOTAL 1 3
Weakness
1. Penerimaan pasien baru dilakukan oleh 0,3 4 1,2
2. Penerimaan pasien baru belum sesuai SOP. 0,4 2 0,8
3. Ada informasi yang tidak tersampaikan 0,3 2 0,6
secara rinci.
TOTAL 1 2,6
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang 0,5 2 1,0 O–T
praktik manajemen 2,0 – 2,5 =
2. Adanya kerjasama yang baik antara 0,5 2 1,0 -0,5
mahasiswa profesi ners praktik manajemen
dengan perawat ruangan.
TOTAL 1,0 2,0

Treathened 0,5 3 1,5

81
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1. Adanya tuntutan pasien dan keluarga untuk
mendapat pelayanan yang profesional. 0,5 2 1,0
2. Semakin tingginya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesehatan. 1,0 2,5
h. Sentralasi Obat
Internal Faktor (IFAS)
Strenght
1. Sudah menggunakan persediaan obat 0,4 3 1,2 S–W
dengan proses DDD (Daily doses 3,6 – 2,0 =
dispancing / racikan obat perhari). 1,2
2. Sudah menggunakan format persetujuan 0,2 4 0,8
dari keluarga pasien, persetujuan
sentralisasi obat yang ada menggunakan
kebijakan manajemen rumah sakit yang
digunakan untuk obat–obat khusus/yang
mahal (> Rp. 100.000,00 dalam satu hari/
satu kali pemberian).
3. Adanya LPO (lembar pemakaian obat) 0,4 4 1,6
untuk permintaan obat ke farmasi.

TOTAL 1,0 3,6

Weakness
1. Ketidakpastian alur sentralisasi obat 1 2 2
(pengambilan/pengantaran) obat dari
Farmasi ke ruangan.
TOTAL 1 2,0

Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Sentralisasiobatuntukpasienumumdan BPJS 0,5 1 0,5 O–T
tidakdibedakandanmemilikialur yang sama 1,5 – 2,0 =
2. Adanya mahasiswa profesi ners yang 0,5 2 1,0 -0,5
praktik manajemen.
TOTAL 1 1,5

Treathened
1. Adanya obat yang memiliki nama dan 0,5 2 1,0
ucapan mirip sehingga dapat terjadi
kesalahan pemberian. 0,5 2 1,0
2. Semakin kritis pemikiran dari keluarga dan
pasien.
TOTAL 1 2,0
4 Pengumpulan Data Tentang Anggaran (M4)
Internal Factor (IFAS)
Strength
1. Ada sumber dana operasional ruangan 0,3 3 0,9 S–W
2. Ada perencanaan anggaran ruangan 0,3 3 0,9 2,6 – 2
3. Ada laporan evaluasi anggaran secara 0,2 2 0,4 = 0,6
periodik
4. Kepala bidang keperawatan mendukung 0,2 2 0,4
usulan pendanaan kegiatan
TOTAL 1 2,6

82
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

Weakness
1. Ada pembiayaan yang cukup tetapi harus 0,4 2 ,8
menunggu untuk direncanakan dalam
anggaran tahunan terlebih dahulu
2. Keterbatasan pemenuhan kebutuhan alat- 0,6 2 1,2
alat medis yang harganya sangat tinggi
TOTAL 1 2

External Factor (EFAS)


Opportunity
1. Rumah sakit menyediakan dan untuk 0,5 2 1,0 O–T
pembelian barang/alat kesehatan 2,5 – 2
2. Rumah sakit menyediakan waktu dalam 0,3 3 0,9 = 0,5
pengecekan anggaran yang akan diajukan
sebagai penunjang pelayanan kesehatan
kepada pasien
3. Kerjasama RS dengan program pemerintah 0,2 3 0,6
atau BPJS
TOTAL 1 2,5

Threatened
1. Masyarakat makin kritis mengenai masalah 0,5 2 1
kesehatan dan menuntut pelayanan yang
professional sesuai biaya yang dikeluarkan.
2. Kerjasamanya RS dengan program
pemerintah atau BPJS membuat RS perlu 0,5 2 1
efisiensi bagi operasional.
TOTAL 1 2
5 Pemasaran Serta Mutu Pelayanan (M5)
Internal Factor (IFAS)
Strength
1. BOR di Ruang Efrata sudah memenuhi 0,2 3 0,6 S-W
standar nasional yaitu 83,3%. 3,6-2,6=
2. Tersedianya leaflet tentang penyakit tertentu 0,2 3 0,6 1
(PJK)
3. Rata-rata pasien menyatakan puas terhadap 0,3 4 1,2
pelayanan perawat di Ruang Efrata .
4. Sebagian besar perawat memiliki tingkat
kepuasan baik dengan gaji yang diterima 0,3 4 1,2
dibanding latar, sistem penggajian yang
diterima, kinerja ketua tim yang sesuai
tugas, kesempatatan untuk meningkatkan
kemampuan kerja, pemberian beasiswa atau
pelatihan pendidikan, mengambil cuti dalam
waktu 1 minggu, dengan tingkat
ketergantungan pasien yang ada diruangan
dan tingkat beban kerja di ruangan, jumlah
perawat dan pasien diruangan.
TOTAL 1 3,6

Weakness

83
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1.Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 2- 0,6 3 1,8
3 April 2018 didapatkan 3 dari 10 perawat
kurang menerapkan lima momen cuci
tangan.
2.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan 0,4 2 0,8
banyak keluarga pasien yang tidak dapat
melakukan cuci tangan dengan benar di air
mengalir ataupun menggunakan alcohol,
yang ditandai dengan kelurga pasien tidak
mampu melakukan 6 langkah mencuci
tangan secara benar (gerakan dan hitungan
tidak sesuai).
TOTAL 1 2,6

External Factor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya ruang isolasi bagi pasien di 0,3 4 1,2 O-T
Gedung Duvall Lantai 3 Ruang Efrata bagi 3,1-2,0
pasien yang mempunyai penyakit menular 1,1
melalui udara, percikan dan kontak
langsung seperti (TBC)
2. Adanya home care bagi pasien di Gedung 0,2 2 0,4
Duvall Lantai 3 Ruang Efrata dikoordinasi
oleh Rumah Sakit
3. Adanya variasi karakteristik dari pasien 0,3 3 0,9
(BPJS, inhealth, umum, dan asuransi lain)
4. Ada staff pelayanan rohani untuk pasien
terminal dan keluarga yang ditinggalkan. 0,2 3 0,6

TOTAL 1 3,1

Threatened
1. Dari data yang didapat bulan Januari 2018 0,6 2 1,2
(13,7%), bulan Februari 2018 (14,9%),
didapati kejadian plebitis jarang terjadi
dengan persentase standart rate <15%.
2. Adanya 2 pasien rujuk pada bulan Februari- 0,4 2 0,8
Maret karena memerlukan penanganan lebih
lanjut yang disebabkan kurangnya sarana
medik yang diperlukan untuk pengobatan.

TOTAL 1 2,0

84

Anda mungkin juga menyukai