Kasus DHF Reza Hermina
Kasus DHF Reza Hermina
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Tangerang sejak Januari – Maret
2020 sudah sebanyak 34 kasus menyerang warga. Kendati demikian, dari 34 kasus
DBD tidak ada pasien meninggal dunia.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Buku statistik Rawat Inap di RS Hermina
Tangerang pada bulan Januari sampai dengan Maret 2020 jumlah pasien penyakit DHF:
NO Bulan Jumlah Presentase
1 Januari 18 14,6 %
2 Februari 26 21,2 %
3 Maret 79 64,2 %
Jumlah 123 100 %
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1. Konsep Dasar DHF
2.1.1. Pengertian
Menurut Mumpuni (2016) DHF atau yang lebih familiar dengan
sebutan demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari
genus Aedes,misalnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi oleh virus yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti Infeksi yang ringan hanya
menimbulkan bercak - bercak pada badan da n gejala flu ringan. Anak - anak
bisa terkena penyakit demam berdarah yang sangat parah yang bisa
menyebabkan perdarahan dan shok (Krishna, 2013 : 38)
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)
2.1.2. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus
Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus
tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang
termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-
1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan
antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan
melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini
terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di
atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur
hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina
3
yang menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk
memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah,
melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes
Aegypti betina sekitar ± 2 minggu.
2.1.3. Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti pertama tama terjadi viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal pegal di seluruh badan, ruam atau bintik bintik merah pada kulit
(ptekiae).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan
menyebabkan agregasi trombosit dalam darah meningkat sehingga akan terjadi
trombositopenia, yang berlanjut akan menimbulkan perdarahan karena
gangguan trombosit yang berisiko terjadinya perdarahan ringan sampai dengan
berat.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya
permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma.
Terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemoragic renjatan pasti
terjadi secara akut. Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler
dibuktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericardium.
Jika renjatan atau syok hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoreksia jaringan metabolik dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik.
4
c. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
mimisan (epistaksis), buang air besar dengan kotoran berupa lendir
bercampur darah (melena) dan lain-lainnya.
d. Terjadinya pembesaran hati (Hepatomegali)
e. Tekanan Darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (Darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
Trombosit dibawah 100.000UL (Trombositopeni), terjadi peningkatan
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
g. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang
dan sakit kepala.
h. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
c. Fase Pemulihan
5
Bila fase terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari
ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 -72 jam
setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih
kembali, hemodinamik stabil dana diuresis membaik.
2.1.8. Komplikasi
Komplikasi DBD menurut Sudoyo Aru, dkk (2015) adalah perdarahan,
kegagalan sirkulasi, hepatomegali dan efusi pleura :
a. Perdarahan
Perdarahan pada DBD disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 UL,
trombositopenia dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendesi
perdarahan terlihat pada uji torniquet positif, ptekie, purpura, ekimosis
dan perdarahan saluran cerna, hematemesis dan melena.
b. Kegagalan sirkulasi
Dengue Syok Syndrom (DSS) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 –
7, disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjaid
6
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura, peritonium,
hemokonsentrasi, hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran
balik vena, preload, miokardium volume curah jantung, sehingga terjadi
disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan. DSS
juga disertai dengan kegagalan hemotasis mengakibatkan perfusi miokard
dan curah jantung menurun. Sirkulasi darah terganggu atau terjadi iskemia
jaringan maupun kerusakan fungsi sel secara progesif dan irreversibel,
terjadi kerusakan sel atau sehingga pasien akan meninggal dalam 12 – 24
jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemahan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yaitu terjadi pada lobulus hati dan sel-
sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih besar
maupun lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibodi.
d. Efusi Pleura
Efusi Pleura karena adanya kebocoran plasma yang
mengakibatkan ekstravasasi alisan intravaskuler sehingga terdapat cairan
dalam rongga pleura. Pasien yang mengalami efusi pleura akan terjadi
dispnea atau sesak nafas.
7
2.1.10. Penatalaksaan
Menurut Mubarak (2013), penatalaksanaan penderita dengan DBD
adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat.
b. Diet makanan lunak.
c. Kompres hangat.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl 0,9%)
merupakan cairan yang paling sering digunakan.
e. Monitor TTV tiap 3 jam sekali (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR) jika
kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
f. Periksa Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit setia hari.
g. Pemberian obat antipiretik
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.
j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan
TTV, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
k. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
yang hebat. Indikasi pemberian trasnfusi pada penderita DBD yaitu jika
ada perdarahan klinis dan abdomen yang makin tegang dengan
penurunan Hemaglobin yang mencolok.
l. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1 1/2 - 2
liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan
melibatkan keluarga. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan
apabila : pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
8
d. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien :
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama,
pendidikan dan pekerjaan.
b. Keluhana Utama
Alasan atau keluhan utama yang menonjol pada pasien DBD untuk
datang ke Rumah Sakit.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkannya adanya keluhan panas mendadak tinggi yang disertai
dengan menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya
panas terjadi saat 3 – 7 hari. Kadang-kadang disertai dengan keluhan
batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, nyeri ulu hati, diare, sakit kepala,
nyeri otot, pergerakan bola mata terasa pegal serta adanya perdarahan
pada kulit, gusi (Grade 3 dan 4) melena atau hematesis.
d. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada pasien.
e. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi didaerah padat penduduk dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar).
9
f. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi dan Metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang atau menurun.
2) Eleminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang mengalami diare
maupun konstipasi. Sementara DBD grade 3 dan 4 bisa terjadi
melena.
3) Eleminasi urin (buang air kecil) : perlu dikaji apakah sering BAK
sedikit atau banyak, sakit atau tidak. DBD grade 4 biasanya terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat : sering mengalami kurang tidur karena mengalami
nyeri otot maupun persendian, sehingga kualitas dan kuantitas tidur
menjadi berkurang.
5) Kebersihan : upaya untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang, terutama untuk membersihkan tempat
bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari
ujung rambut sampau ujung kaki. Berdasarkan tingkat (Grade) DBD,
keadaan fisik pasien sebagai berikut :
1) Grade I : keadaan Composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran Composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan (ptekie), perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran somnolen, apatis, keadaan umum lemah, nadi
lemah kecil dan tidak teratur, tekanan darah menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
h. Sistem Integumen
1) Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat
dingin disertai lembab.
10
2) Kuku sianosis atau tidak.
3) Kepala dan Leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flussy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada
Grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa bibir kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Tenggorokan mengalami
hyperemia pharing serta terjadi perdarahan telinga pada (Grade II, III,
IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thoraks
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales positif, ronchi positif yang biasanya pada Grade III dan
IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
6) Ekstremitas
Akral dingin, serta nyeri otot, persendian, dan tulang.
i. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin meningkat 20%
2) Trombosit <100.000 UL
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis)
4) Ig. D Dengue Positif
5) Ureum dan PH darah meningkat
6) SGOT dan SGPT meningkat
11
Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan dapat dibedakan
menjadi 4 yaitu klasifikasi dan analisa data, intepretasi data, validasi data dan
perumusan diagnosa keperawatan (Setiadi, 2012) :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera bologis (viremia).
b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses infeksi virus dengue).
c. Kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas.
d. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang kurang adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun.
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek trombositipenia.
g. Gangguan rasa aman nyaman : nyeri kepala berhubungan dengan efek
sekunder infeksi virus dengue.
h. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
12
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
4) Bantu pasien dan keluarga untuk melakukan menejemen nyeri.
5) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
6) Kurangi faktor presipitasi nyeri dan tingkatkan istirahat.
7) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
8) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses infeksi virus dengue).
Noc : Termogulasi
Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh rentang normal (36,5oC – 37,5oC).
2) Nadi dan RR dalam batas normal (70 – 120 x/menit, RR 18 – 30
x/menit).
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing.
Intervensi :
1) Monitor suhu sesering mungkin.
2) Monitor suhu dan warna kulit.
3) Monitor TTV (Tekanan Darah, Nadi, RR dan suhu).
4) Berikan antipiretik.
5) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila.
6) Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negative dari kedinginan.
7) Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang dilakukan.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas.
Noc :
1) Fluid Balance
13
2) Hydration
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan urine output sesuai usia, berat badan, berat jenis
urine, hematokrit normal (35 – 45 % ).
2) Tekanan Darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal (TD : 120/80
mmHg, nadi : 70 – 120 x/menit, suhu 36,5 – 37,5 derajat celcius).
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastis turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah orostatik) jika diperlukan.
2) Monitor TTV.
3) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori
harian.
4) Dorong masukan oral.
5) Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Kriteria Hasil :
14
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang kurang adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun.
Noc :
1) Nutritional status
2) Nutrional status food atau fluid intake
3) Nutrional status nutrient intake
4) Weight control
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan.
2) BB ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menlan.
6) Tidak terjadi penurunan BB yang berarti.
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi makanan.
2) Monitor kalori dan intake nutrisi.
3) Monitor adanya penurunan BB.
4) Monitor mual dan muntah.
5) Monitor kadar albumin : total protein, Hemoglobin dan kadar
Hematokrit.
6) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C.
7) Berikan makanan yang terpilih (konsultasikan dengan ahli gizi).
8) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
9) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
f. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek trombositipenia.
Noc :
1) Blood lose severity
2) Blood koagulation
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada Hematuria dan Hematesis.
2) Kehilangan darah yang terlihat.
15
3) Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg).
4) Tidak ada perdarahan.
5) Hemoglobin dan Hematokrit dalam batas normal (HB : 10 – 16 gr/dl,
HT : 45 – 53 %).
Intervensi :
1) Monitor ketat tanda-tanda perdarahan.
2) Monitor nilai laboratorium.
3) Pertahankan bedrest jika perdarahan aktif.
4) Lindingi pasien dari trauma yang dapat mengakibatkan perdarahan.
5) Kolaborasi pemberian cairan intravena.
Intervensi :
1) Observasi tingkat nyeri pasien.
2) Observasi TTV
3) Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam.
4) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
5) Batasi pengunjung.
6) Libatkan keluarga dalam perawatan.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
h. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Noc :
1) Kowledge disease process
16
2) Kowledge : Health Behavior
Kriteria Hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskam
secara benar.
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
oleh perawat atau team medis lainnya.
Intervensi :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik.
2) Jelaskan tanda dan gejala pada proses penyakit.
3) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat.
4) Diskusikan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi dimasa yang akan datang.
17
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu evaluasi berjalan
(formatif), evaluasi akhir (sumatif). Evaluasi berjalan (formatif) adalag
evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan
perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh
pasien. Format yang dipakai adalah SOAP (data subyektif, data obyektif,
analisa data dan perencanaan). Evaluasi akhir (sumatif) merupakan evaluasi
yang dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Format yang dipakai adalah SOAPIER (data subyektif, data
obyektif, analisa data, perencanaan, implementasi dan evaluasi reassesment)
(Setiadi, 2012).
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Asesmen dimulai : Jumat, 27 Maret 2020 Pukul : 09.30 WIB
Data diperoleh dari : Klien dan Keluarga
Cara masuk : Dengan kursi roda
Asal Pasien : IGD
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. I
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Tanggal lahir : 20 November 1970
d. No. RM : K.22.xx.xx
e. Usia : 49 Tahun
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Ruang rawat : BPJS 505
h. Alamat : Jl. Bayur Opaq
kota Tangerang
i. Tanggal masuk : 27 Maret 2020
j. Tgl pengkajian : 27 Maret 2020
k. DPJP : dr. A Sp.PD
l. Diagnosa : DHF grade II
19
2. Status Sosial,Ekonomi
Pekerjaan Pasien : wiraswasta
Pekerjaan penanggungjawab
Pendidikan Pasien : SLTA
Pendidikan penanggungjawab : SLTA
Cara Pembayaran : BPJS
Tinggal Bersama : Keluarga
3. Spiritual
Agama : Budha
4. Suku / budaya : Tionghoa
5. Nilai-nilai kepercayaan pasien/ keluarga : Tidak Ada
6. Kebutuhan privasi pasien : tidak
7. Anamnesa
a. Diagnosa medis saat masuk
DHF grade II
b. Keluhan Utama
Demam naik turun sejak lima hari yang lalu
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan mengeluh demam sejak lima hari yang lalu, pusing (+), lemas
(+), nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-),
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit.
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
f. Obat Dari Rumah : Tidak ada
g. Tidak pernah mendapatkan obat pengencer darah
h. Riwayat Alergi.
Pasien mengatakan bahwa tidak ada alergi.
i. Riwayat Tranfusi Darah
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah melakukan transfusi darah.
j. Golongan Darah
Pasien mengatakan golongan darah pasien O, Rhesus +
20
k. Riwayat Kemoterapi
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah kemoterapi.
l. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan bahwa tidak merokok
m. Riwayat Minum-Minuman Keras
Pasien mengatakan bahwa tidak pernah Minum-Minuman Keras
n. Riwayat Penggunaan Obat Penenang
Tidak
o. Riwayat Pernikahan
Menikah
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum: Sakit Sedang
2. Kesadaran: Compos Mentis
3. GCS: 15 (E4, V5, M6)
4. Tanda Vital:
TD: 130/80 mmHg , suhu: 36,8ºC, nadi: 80 x/menit, pernafasan: 20x/mnt.
5. Antropometri: BB sebelum sakit 61 kg, BB saat sakit: 60 kg, Tinggi Badan: 165
cm
C. Pengkajian Persistem
Pengkajian persistem Hasil pemeriksaan
Sistem susunan syaraf Kesadaran: compos mentis
pusat Kepala: tidak ada kelainan
Ubun-ubun: datar
Wajah: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan
Kejang: tidak ada
Sensorik: tidak ada kelainan
Motorik: tidak ada kelainan
Sistem penglihatan Posisi mata: simetris
Besar pupil: isokor
Kelopak mata: tidak ada kelainan
Konjungtiva: tidak anemis
Sklera: Anikterik
21
Alat bantu pengelihatan: tidak menggunakan alat bantu
penglihatan
Sistem pendengaran Tidak ada kelainan
Tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Sistem penciuman Tidak ada kelainan
Sistem pernafasan Pola nafas: Normal, 20 x/menit
Retraksi : tidak
NCH : tidak
Irama nafas: teratur
Terpasang WSD : tidak
Kesulitan bernafas : tidak
Batuk dan sekresi : tidak
Warna sputum : putih
Suara nafas : vesikuler
Perkusi : sonor
Sistem kardiovaskuler Warna kulit: normal
Nyeri dada: tidak
Denyut nadi: teratur
Sirkulasi: akral hangat
Pulsasi: kuat
CRT : < 2 deik
Bunyi jantung : normal
Sistem pencernaan Mulut: tidak ada kelainan
Gigi: tidak ada kelainan
Lidah: bersih
Tenggorokan: tidak ada kelainan
Leher: tidak ada kelainan.
Abdomen: tidak ada kelainan
Peristaltik usus: tidak ada kelainan
Anus : tidak ada keluhan
BAB: belum
Tidak nafsu makan, mual, makan ½ porsi
Sistem genitalia Kebersihan : bersih
Kelainan: tidak ada kelainan
BAK: lancer
22
Sistem reproduksi Gangguan Haid : Tidak ada
Alat kontrasepsi : Ya, IUD
Payudara : Tidak ada keluhan
Sitem integument Ptekie : Ada
Turgor kulit : baik elastis
Warna : normal (TAK)
Integritas : normal tidak ada luka
Sistem Pergerakan sendi : bebas
musculoskeletal Kekuatan otot : baik
Nyeri sendi : tidak ada
Oedema : tidak ada
Fraktur : tidak ada
Parese : tidak ada
Postur tubuh : normal
Sistem endokrin Mata : Tidak ada keluhan
metabolic Leher : distensi vena jugularis
Ekstremitas : Tidak ada keluhan
2. Proteksi
a. Status mental: orientasi penuh
23
b. Penggunaan restrain: tidak
3. Psikologis
Status psikologis : tenang
a. Kesimpulan gangguan fungsi: tidak ada
4. Kebutuhan komunikasi
a. Bicara: bicara seperti biasa
b. Bahasa sehari-hari: Bahasa Indonesia
c. Penerjemah: tidak
d. Hambatan belajar: tidak
e. Cara belajar yang disukai: audio/visual
f. Pasien atau keluarga menginginkan informasi tentang : proses penyakit,
pemeriksaan penunjang, obat dan nutrisi
5. Rencana keperawatan
a. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
b. Kaji adanya Demam
c. Kaji intake dan output
d. Kolaborasi dengan DPJP
24
c. Transportasi pulang : mandiri
d. Transportasi yang digunakan : mobil
D. Pemeriksaan penunjang
No RM : K.22.xx.xx
Nama pasien : Tn. S
Tanggal lahir :20/11/1970
Dokter : dr. A, Sp. PD
Hematologi
Hematologi rutin 1
14,3 13,2-17,3 g/dl
Hemoglobin
42,0 40,0-52,0 jt/UL
Hematokrit
4800 3.800-10.600 %
Leukosit
24000 150.000-440.000 /uL
Trombosit
109 <180 Mg/dl
GDS
Hematologi
25
Hematologi rutin 1
13,0 13,2-17,3 g/dl
Hemoglobin
39,0 40,0-52,0 jt/UL
Hematokrit
4300 3.800-10.600 %
Leukosit
21000 150.000-440.000 /uL
Trombosit
Hematologi
Hematologi rutin 1
12,5 13,2-17,3 g/dl
Hemoglobin
37,0 40,0-52,0 jt/UL
Hematokrit
9200 3.800-10.600 %
Leukosit
50000 150.000-440.000 /uL
Trombosit
Hematologi
26
Hematologi rutin 1
11,7 13,2-17,3 g/dl
Hemoglobin
35,0 40,0-52,0 jt/UL
Hematokrit
15.700 3.800-10.600 %
Leukosit
120.000 150.000-440.000 /uL
Trombosit
8. Penatalaksanaan medis
1. Diet dan Nutrisi : Makan lunak
2. Farmasi :
Injeksi :
- IVFD RL 1500 cc/24 jam
- Omeprazole 1 x 40 mg
- Ondansentron 2 x 8 mg
- Metil prednisolone 2 x 62,5 mg
Oral :
- Parasetamol 3 x 500mg tablet (kalo perlu)
D. Analisa Data
27
1. DS: Infeksi virus dengue Kekurangan volume
Pasien mengatakan cairan
Mengeluh lemas
Reaksi imunologis
‐ DO: Ku : sakit
Permeabilitas vaskuler
Sedang
meningkat
‐ Kesadaran :
compos mentis Ekstrafaksasi cairan
‐ Pasien tampak intra vaskuler ke
lemas, ekstravaskuler
‐ Tanda tanda vital:
TD : 130/80 Kebocoran plasma :
mmHg - Hemokensentrasi
S : 36,80C - Hipoproteinuria
P : 20x/mnt - Efusi pleura
N : 80x/mnt - ascites
‐ Pemeriksaan
Hipovolemia
penunjang :
Resiko perdarahan
HB: 14,3
Hipotensi
HT: 42,0
Leuko : 4800
Deficit volume cairan
Trombosit :
24000
2. DS :
Infeksi virus dengue
Pasien mengatakan
mengeluh lemas, Trombositoposis
dan pusing destruka trhomboat
dalam darah naik
28
DO : Agregasi trombosit
‐ Ku : sakit Sedang
Agregasi trombosit
‐ Kesadaran :
naik
compos mentis
‐ Pasien tampak Trombositopenia
lemas,
Manifestasi
‐ Ada ptekie d perdarahan ringan-
bawah kulit berat
tangan kanan dan
Resiko perdarahan
kiri
‐ Tanda tanda vital:
TD : 130/80
mmHg
S : 36,80C
R : 20x/mnt
N : 80x/mnt
‐ Pemeriksaan
penunjang :
HB: 14,3
HT: 42,0
Leuko : 4800
Trombosit :
24000
29
2. DS: Mukosa mulut atau Ketidakseimbangan
pasien mengatakan lidah kotor / tidak nutrisi
tidak nafsu makan, nyaman
mual,
DO : Mual / Anoreksia
‐ Ku : sedang
‐ Kesadaran : cm Intake nutrisi tidak
‐ GCS : 15 adekuat
‐ TTV :
TD : 130/80 Ketidakseimbangan
mmHg Nutrisi
S : 36,80C
R : 26x/mnt
N : 80x/mnt
‐ Porsi makan 1/2
30
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas.
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan efek trombositipenia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang kurang adekuat akibat mual dan nafsu makan menurun.
C. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
HASIL
31
permeabilitas. Mempertahankan diperlukan.
urine output sesuai Monitor TTV.
DS:
usia, berat badan, Monitor masukan
Pasien mengatakan
berat jenis urine, makanan atau cairan
Mengeluh lemas
hematokrit normal dan hitung intake
‐ DO: Ku : sakit
(35 – 45 % ). kalori harian.
Sedang
Tekanan Darah, Dorong masukan
‐ Kesadaran :
nadi, suhu tubuh oral.
compos mentis
dalam batas normal Kolaborasi
‐ Pasien tampak
(TD : 120/80 pemberian cairan
lemas,
mmHg, nadi : 70 – intravena
‐ Tanda tanda
120 x/menit, suhu
vital:
36,5 – 37,5 derajat
TD : 130/80
celcius).
mmHg
Tidak ada tanda-
S : 36,80C
tanda dehidrasi,
P : 20x/mnt
elastis turgor kulit
N : 80x/mnt
baik, membran
‐ Pemeriksaan
mukosa lembab,
penunjang :
tidak ada rasa haus
HB: 14,3
yang berlebihan.
HT: 42,0 Monitor ketat
Leuko : 4800 tanda-tanda
Trombosit : perdarahan.
24000 Monitor nilai
Resiko perdarahan laboratorium.
berhubungan Pertahankan
2.
dengan efek Setelah di lakukan tindakan bedrest jika
keperawatan selama 31-45
trombositipenia. perdarahan aktif.
menit di harapkan
ketidakefektifan bersihan Lindingi pasien
DS :
jalan nafas dapat teratasi dari trauma yang
Pasien mengatakan dengan kriteria hasil:
dapat
mengeluh lemas, Tidak ada Hematuria
mengakibatkan
dan pusing dan Hematesis.
perdarahan.
Kehilangan darah
32
yang terlihat. Kolaborasi
DO : Tekanan darah dalam pemberian cairan
‐ Ku : sakit Sedang batas normal (120/80 intravena.
‐ Kesadaran : mmHg).
compos mentis Tidak ada perdarahan.
‐ Pasien tampak Hemoglobin dan
lemas, Hematokrit dalam
‐ Ada ptekie d batas normal (HB : 10
bawah kulit – 16 gr/dl, HT : 45 –
tangan kanan dan 53 %).
kiri
‐ Tanda tanda
vital:
TD : 130/80
mmHg
S : 36,80C
R : 20x/mnt
N : 80x/mnt
‐ Pemeriksaan
penunjang :
HB: 14,3
HT: 42,0
Leuko : 4800
Trombosit :
24000
Foto Thorax
Ap/Lateral :
tidak tampak
kelainan
33
berhubungan hipertermi teratasi dengan intake nutrisi.
dengan intake kriteria hasil : Monitor adanya
Adanya peningkatan
nutrisi yang kurang penurunan BB.
BB sesuai dengan
adekuat akibat Monitor mual dan
tujuan.
mual dan nafsu muntah.
BB ideal sesuai dengan
makan menurun. Monitor kadar
tinggi badan.
DS: albumin : total
Mampu
pasien mengatakan protein, Hemoglobin
mengidentifikasi
tidak nafsu makan, dan kadar
kebutuhan nutrisi.
mual, Hematokrit.
Tidak ada tanda-tanda
DO : Anjurkan pasien
malnutrisi.
‐ Ku : sedang untuk meningkatkan
Menunjukkan
‐ Kesadaran : cm protein dan vitamin
peningkatan fungsi
‐ GCS : 15 C.
pengecapan
‐ TTV : Berikan makanan
TD : 130/80 yang terpilih
mmHg (konsultasikan
dengan ahli gizi).
34
Jumat Menerima pasien baru dari IGD melakukan operan dgn Br.O Sr. Rini
27-03-2020 Hasil :
13.00 Ny.I usia 49 bulan pasien dr. A Sp PD
Diagnosa : DHF Grade II
Keluhan : Pasien mengatakan mengeluh demam sejak lima
hari yang lalu, pusing (+), lemas (+), nafsu makan menurun,
mual (+), muntah (-), riwayat HT, DM disangkal.
Tindakan di IGD Loading RL 500 cc
Advice sementara:
- IVFD : RL 1500/24 jam
- Omeprazole 1 x 1 Vial
- Ondansentron 2 x 8 mg
- Parasetamol infus 3 x 1 gr
- HR I / 12 jam
R/: - follow up hasil laboratorium, obat, expertise rontgen,
advice, HR I Sr. Rini
36
Indikasi : untuk mengurangi mual
- Kolaborasi tidak dilakukan, terapi sesuai Sr. Asri
18.30 - Menganjurkan pasien untuk makan sedikit sedikit tapi
sering
Hasil : Pasien mengerti
- Kolaborasi tidak dilakukan, diit pasien sesuai
20.20 - Memonitor intake output
Hasil : intake 937, output 595
20.30 Evaluasi dines siang Sr. Asri
S: Pasien mengatakan masih demam naik turun
20.45 O: K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15 TD: 123/70 N:
75x/mnt teraba kuat dan teratur, S:37ºC akral teraba hangat,
RR: 18 x/mnt, tampak adanya ptekie di bawah kulit di area
tangan, mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, makan habis
½ porsi, Balance cairan : + 342
A: DX I Kekurangan volume cairan teratasi sebagian
DX II Resiko perdarahan berhubungan dengan efek
trombositipenia teratasi sebagian
DX III Resti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
38
Mengobservasi keadaan umum dan tanda tanda vital
Hasil :
K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15 TD: 115/80 N:
70x/mnt teraba kuat dan teratur, S:36,5ºC akral teraba hangat,
RR: 20 x/mnt, adanya ptekie di bawah kulit di area tangan,
mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, makan habis ½ porsi
- Menganjurkan untuk minum yang adekuat
09.00 Hasil : Pasien mengerti Sr. Rini
- Melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien
Hasil : Keluarga mengerti
- Kolaborasi tidak dilakukan, terapi sesuai Sr. Rini
- Melakukan monitor tanda – tanda perdarahan
10.00 Hasil: adanya ptekie di bawah kulit di area tangan, tidak Sr. Rini
ada perdahan gusi ataupun hidung.
- Melakukan monitoring pemeriksaan laboratorium
- Hasil : terlampir Sr. Rini
- Menganjurkan pasien untuk makan sedikit sedikit tapi
12.10 sering Sr. Rini
Hasil : Pasien mengerti
- Kolaborasi tidak dilakukan, diit pasien sesuai
- Memonitor intake output Sr. Rini
13.30 Hasil : intake : 1100, output : 595
46
13.30 Evaluasi dines pagi
S: Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan
13.45 O: K/u sedang, kes compos metis, GCS: 15 TD: 120/80 N: Sr. Ayu
75x/mnt teraba kuat dan teratur, S:36,5ºC akral teraba hangat,
RR: 20 x/mnt, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis,
makan habis ¾ porsi, balance cairan : + 505
A: DX I kekurangan volume cairan teratasi
DX II Resiko perdarahan berhubungan dengan efek
trombositipenia. teratasi
Resti ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien masuk RS Hermina Tangerang tanggal 27 Maret 2020 jam 09.300 WIB, penulis
mengambil data pasien dan melakukan pengkajian tanggal 27 Maret 2020 jam 10.00 pagi.
Pasien diperbolehkan pulang oleh DPJP tanggal 30 Maret 2020 pukul 14.00 penulis akan
menguraikan pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang mendasari kenyataan
di lapangan yang penulis temukan.
47
Secara umum pembahasan ini sesuai dengan tahapan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
asuhan keperawatan.
48
pucat, akral tidak tampak membran
hangat, kulit kelainan mukosa
kering kering,
8. Pemeriksaan lab: sianosis dan
a.Pemeriksaan darah kulit kering
b. Foto toraks
(AP/lateral)
c. Uji serologi
didapatkan
Peningkatan IgM
dan IgG
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa Diagnosa yang Diharapkan
1. Nyeri akut keperawatan terdapat dalam perawat lebih
berhubungan 1. Kurang volume teori tidak dapat melihat
dengan agen cidera cairan ditegakan semua kegawatdaruratan
bologis (viremia). berhubungan dikarenakan pada kasus DHF
2. Resiko perdarahan dengan penulis hanya
berhubungan peningkatan mngangkat
adanya permeabilitas. diagnosa sesuai
trombositopenia 2. Resiko perdarahan masalah
3. Kurang volume berhubungan prioritas pasien
cairan adanya
berhubungan trombositopenia
dengan 3. Ketidakseimbanga
peningkatan n nutrisi kurang
permeabilitas. dari kebutuhan
4. Resiko syok tubuh
berhubungan berhubungan
dengan dengan intake
hipovolemia. nutrisi yang
5. Ketidakseimbanga kurang adekuat
n nutrisi kurang akibat mual dan
dari kebutuhan nafsu makan
tubuh berhubungan
49
dengan intake menurun.
nutrisi yang kurang
adekuat akibat
mual dan nafsu
makan menurun.
6. Resiko perdarahan
berhubungan
dengan efek
trombositipenia.
7. Gangguan rasa
aman nyaman :
nyeri kepala
berhubungan
dengan efek
sekunder infeksi
virus dengue
8. Kurangnya
pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan
dengan kurangnya
informasi.
50
- Libatkan keluarga
- Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
4. Implementasi Implementasi Dalam Tindakan yang
dikerjakan sesuai dilakukan sesuai implementasi dilakukan harusnya
dengan intervensi dengan perencanaan kasus dan teori mengacu pada
yang telah pada intervensi yaitu pada dasarnya perencanaan yang
direncanakan yaitu dengan 5 aspek yaitu sama yaitu telah dibuat tetapi
dengan : kaji, observasi, berfokus pada antara teori dan
1. Do tindakan mandiri, tindakan kasus ada yang
(melakukan) pendidikan kesehatan, keperawatan berbeda diharapkan
2. Delegative libatkan keluarga dan perawat
3. record kolaborasi kedepannya bisa
lebih lanjut
mengimplementasi
kan rencana
tindakan yang telah
dibuat sesuai
prioritas
51
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menurut Mumpuni (2016) DHF atau yang lebih familiar dengan sebutan
demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue yang
masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Aedes,misalnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi oleh virus yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti Infeksi yang ringan hanya
menimbulkan bercak - bercak pada badan da n gejala flu ringan. Anak - anak bisa
terkena penyakit demam berdarah yang sangat parah yang bisa menyebabkan
perdarahan dan shok (Krishna, 2013 : 38)
Terdapat keseuaian antara teori dengan kasus, hanya saja ada beberapa
masalah didalam teori yang tidak ditemukan pada pasien saat dilakukan
pengkajian. Diagnosa yang terdapat dalam teori tidak dapat ditegakan semua
dikarenakan penulis hanya mngangkat diagnosa sesuai masalah prioritas pasien.
Dalam intervensi dan implementasi kasus dan teori pada dasarnya sama yaitu
berfokus pada tindakan keperawatan. Evaluasi teori dan kasus sesuai hanya
perbedaan istilah bahasa yang digunakan. Peran kita sebangai perawat adalah
dengan melakukan observasi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut,
mengedukasi pasien dan keluarga tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil
samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah.
5.2 Saran
a. Untuk pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga agar bisa ikut turut serta dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
53
tempat. Perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia dan
perbaikan desain rumah. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain. Agar
resiko perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dapat ditekan sehingga
populasi dapat diminimalisir.
b. Untuk perawat
Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan dapat mengupgrade ilmu
keperawatan melalui seminar, pelatihan dan workshop untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan yang lebih up to date.
54
DAFTAR PUSTAKA
55