Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA DAN IMPLIKASINYA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak

Dosen Pengampu : Agung Hastomo S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Benedicta Elvirra Dheylamasta

18108241091

PGSD 4A

PROGRAM STUDI PENDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pola Asuh Orangtua ........................................................................................................... 3
B. Strategi Pendidikan Karakter di Keluarga ......................................................................... 6
C. Karakter yang Dikembangkan ......................................................................................... 11
D. Porsi dan Tanggung Jawab Orangtua .............................................................................. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 16


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Anak dalam Keluarga dan Implikasinya.” Penulis menyajikan materi yang mudah
dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Makalah ini juga menjadi bahan ajar bagi mahasiswa
untuk menggali ilmu secara mandiri, mencari untuk menemukan aspirasi, motivasi, dan dapat
berkarya sehingga bermamfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga penyajian makalah selanjutnya dapat
penulis tingkatkan.

Yogyakarta, 5 April 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah aset dan modal bagi manusia yang dimulai sejak lahir untuk
menjalani proses kehidupan (pengembangan kepribadian, pengetahuan, ketrampilan
hidup) sampai akhir hayat. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai karakter yang ada di masyarakat. Karakter kehidupan yang tumbuh bersama
anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan unsur penentu
pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak. Anak merupakan anugrah dari Tuhan
Yang Maha Kuasa yang dianugerahkan kepada orang tua dengan keadaan fisik dan
psikologis yang sangat tergantung pada lingkungan sekitarnya terutama adalah keluarga.
Kaitannya dengan proses belajar anak, keluarga sebagai bagian dari lingkungan pendidikan
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membina kepribadian anak, sebab didalam
keluarga memberikan pendidikan dasar berkenaan dengan keagamaan dan budaya. Oleh
karena itu kedudukan keluarga sebagai salah satu lembaga pendidikan (informal) sangatlah
vital bagi kelangsungan pendidikan generasi muda.
Keluarga memiliki arti penting dalam kehidupan manusia terutama anak. Sedang
orang tua merupakan tempat dimana anak memperoleh pendidikan. Orang tua sebagai
pendidik utama dan pertama bagi anak memiliki peranan untuk dapat memberikan
pendidikan awal sebagai bekal pengalaman untuk anak-anak mereka. Peranan orang tua
sangat penting bagi pendidikan anak-anak karena orang tua memberikan pengaruh yang di
signifikan terhadap prilaku anak sebab seorang anak akan meniru sikap dan perilaku ayah
dan ibunya. Secara kodrat ayah dan ibu diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa
naluri sebagai orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada
anak-anak mereka, sehingga secara moral keduanya mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing anak mereka. Seorang anak akan
tumbuh dengan baik apabila dia memperoleh pendidikan yang baik secara informal.
Pendidikan didalam keluarga diperoleh anak dari pendidikan yang diberikan oleh orang
tua. Hal ini dapat dilihat dari hubungan yang terjadi antar anggota keluarga dalam kegiatan
sehari-hari.
Orang tua memegang peranan penting dalam berlangsungnya proses pendidikan
dan pembentukan perilaku anak yang sesuai dengan nilai karakter yang ada di dalam
masyarakat. Pendidikan anak membutuhkan peran orang tua. Pola asuh yang dilakukan
oleh orang tua kepada anak sangat berpengaruh dalam proses pendidikan anak dalam hal
pembentukan karakter anak. Implikasi nyata dalam kehidupan bahwa keberhasilan dalam
pendidikan karakter yang ebih utama yaitu terletak pada proses pendidikan dalam keluarga,
karena anak lebih punya banyak waktu berinteraksi dengan orang tua.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pola asuh orangtua?
2. Apa saja macam-macam pola asuh orangtua?
3. Bagaimana model pendidikan karakter yang ada di keluarga?
4. Bagaimana metode yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter pada
anak?
5. Apa saja ranah dalam pendidikan karakter?
6. Apa saja nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter dalam
keluarga?
7. Apa saja porsi dan tanggung jawab orang tua?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui maksud dari pola asuh orangtua.
2. Untuk mengetahui macam-macam pola asuh orangtua.
3. Untuk mengetahui bagaimana model pendidikan karakter yang ada di keluarga.
4. metode yang digunakan untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak.
5. Untuk mengetahui apa saja ranah dalam pendidikan karakter.
6. Untuk mengetahui nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
dalam keluarga.
7. Untuk mengetahui porsi dan tanggung jawab orang tua.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pola Asuh Orangtua


a. Pengertian
Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pola berarti model, sistem, cara kerja, bentuk
(struktur yang tetap), sedangkan kata asuh mengandung arti menjaga, merawat,
mendidik anak agar dapat berdiri sendiri.
Pola asuh menurut Mulyadi dkk (2016: 184) dapat diartikan sebagai proses
interaksi total antara orangtua dengan anak yang mencakup proses pemeliharaan
(pemberian makan, membersihkan, dan melindungi) dan proses sosialisasi
(mengajarkan perilaku yang umum dan sesuai dengan aturan dalam masyarakat).
Proses ini melibatkan juga bagaimana pengasuh (orangtua) mengkomunikasikan
afeksi, nilai, minat, perilaku dan kepercayaan kepada anak-anaknya. Djamarah (2014:
51) berpendapat pola asuh orangtua adalah upaya orangtua yang konsisten dan
persistem dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga dewasa.
Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Masingmasing orangtua memiliki pola asuh yang
berbeda satu sama lainnya. Orangtua dengan latar belakang petani, model pola asuhnya
pasti akan berbeda dengan orangtua dengan latar belakang pendidikan guru.
Pola asuh merupakan hal yang fundamental dalam pembentukan karakter. Teladan
sikap orang tua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak karena anak -anak
melakukan modeling dan imitasi dari lingkungan terdekatnya. Keterbukaan antara
orang tua dan anak menjadi hal penting agar dapat menghindarkan anak dari pengaruh
negatif yang ada di luar lingkungan keluarga. Orang tua perlu membantu anak dalam
mendisiplinkan diri (Sochib, 2000).
Thomas Lickona (2016) mengatakan bahwa secara umum orang-orang memandang
keluarga merupakan sumber pendidikan moral yang paling utama bagi anak-anak.
Mereka adalah guru pertama dalam mendidik moral. Hubungan antar orang tua dan
anak dipengaruhi dengan berbagai perbedaan khusus dalam hal emosi, yang
menyebabkan anak merasakan dicintai dan dihargai atau sebaliknya.
b. Macam-macam
Menurut Baumrind (dalam Dariyo, 2004: 98) membagi pola asuh orang tua menjadi
4 macam, yaitu:
1. Pola Asuh Otoriter (parent oriented)
Ciri pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati oleh anak.
Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak
harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang diperintahkan
oleh orang tua.
2. Pola Asuh Permisif (childern centered)
Segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang dilakukan oleh
anak diperbolehkan orang tua, orang tua menuruti segala kemauan anak.
3. Pola Asuh Demokratis
Kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi
kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap
harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan
secara moral.
4. Pola Asuh Situasional
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini, tidak berdasarkan pada pola asuh
tertentu, tetapi semua tipe tersebut diterapkan secara luwes disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
Menurut Baumrind (dalam King, 2010: 172) bahwa orangtua berinteraksi dengan
anaknya lewat salah satu dari empat cara, yaitu:
1. Pola Asuh Authoritarian
Pola asuh authoritarian merupakan pola asuh yang membatasi dan
menghukum. Orangtua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan
menghargai kerja keras serta usaha. Orangtua authoritarian secara jelas
membatasi dan mengendalikan anak dengan sedikit pertukaran verbal.
2. Pola Asuh Authoritative
Pola asuh authoritative mendorong anak untuk mandiri namun tetap
meletakkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka. Pertukaran verbal
masih diizinkan dan orangtua menunjukkan kehangatan serta mengasuh anak
mereka.
3. Pola Asuh Neglectful
Pola asuh neglectful merupakan gaya pola asuh di mana mereka tidak terlibat
dalam kehidupan anak mereka. Anak-anak dengan orangtua
neglectfulmungkin merasa bahwa ada hal lain dalam kehidupan orangtua
dibandingkan dengan diri mereka.
4. Pola Asuh Indulgent
Pola asuh indulgent merupakan gaya pola asuh di mana orang tua terlibat
dengan anak mereka namun hanya memberikan hanya sedikit batasan pada
mereka. Orangtua yang demikian membiarkan anak-anak mereka melakukan
apa yang diinginkan.
Tridonanto dan Agency (2014: 12-17) mengatakan pola asuh orangtua terdiri dari:
1. Pola asuh otoriter; 2. Pola asuh permisif; 3. Pola asuh demokrasi. Mulyadi dkk
(2016: 184-186) menjelaskan beberapa jenis pola asuh, yaitu: 1. Pola asuh uninvolved;
2. Pola asuh indulgent; 3. Pola asuh authoritative (berwenang); 4. Pola asuh
authoritarian.
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-
anaknya dengan aturan-aturan yang ketat, sering kali memaksa anak untuk berperilaku
seperti dirinya (orangtua), ditandai dengan hukuman yang keras yang diberlakukan
sampai anak tersebut dewasa.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orangtua
terhadap kemampuan anak dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu
bergantung kepada orangtua. Anak diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
mengatur hidupnya, dan mengembangkan control internalnya.
Pola asuh otoritatif (berwenang), orangtua cenderung menunjukkan adanya kontrol
dan kehangatan yang tinggi terhadap anak. Di dalamnya terdapat aturan sikap asertif,
dukungan, fleksibilitas, serta self-regulation sehingga anak bebas berkreasi dan
mengeksploitasi berbagai hal dengan sensor batasan dan pengawasan dari orangtua.
Pola asuh permisif atau laissez faire memiliki kebebasan memilih terbuka bagi anak
dengan sedikit campur tangan orangtua agar kebebasan yang diberikan terkendali.
Orangtua dalam pola asuh ini menginginkan anaknya berpartisipasi tanpa
memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya.

B. Strategi Pendidikan Karakter di Keluarga


Model adalah contoh, pola, acuan, ragam, macam dan sebagainya yang dibuat
menurut aslinya. Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Model juga dapat diartikan sesuatu yang dapat
memvisualisasikan sebuah konsep dengan nyata. Model berbeda dengan konsep dalam
bentuk teori. Fungsi model adalah menjembatani konsep dalam bentuk teori menjadi
kenyataan.
Menurut fungsinya, model dibagi dalam tiga bentuk. Pertama, model deskriptif,
yaitu model yang hanya menggambarkan situasi sebuah system tanpa rekomendasi dan
peramalan, contohnya peta organisasi, Kedua, model prediktif, yaitu model yang
menunjukan apa yang akan terjadi atau bila sesuatu terjadi, contohnya model alat peraga
atau alat pendeteksi gempa. Ketiga, model normatife, yaitu model yang menyediakan
jawaban terbaik terhadap satu persoalan. Model ini member rekomendasi tindakan-
tindakan yang perlu diambil, contohnya model pemasaran, model ekonomi, model
konseling, model pendidikan, model pembelajaran, dan sebagainya.
Selain model terdapat pula metode yang digunakan untuk menanamkan karakter
pada diri anak, yaitu:
1) Metode Internalisasi
Metode Internalisasi adalah upaya memasukan pengetahuan (knowing) dan
ketrampilan melaksanakan pengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang sehingga
pengetahuan itu menjadi kepribadiannya (being) dalam kehidupan sehari-hari.
2) Metode Keteladanan
“Anak adalah peniru yang baik.” Berbagi keteladanan dalam mendidik anak
menjadi sesuatu yang sangat penting. Seorang anak akan tumbuh dalam kebaikan
dan memiliki karakter yang baik jika ia melihat orang tuanya member teladan yang
baik. Sebaliknya, seorang anak akan tumbuh dalam penyelewengan dan memiliki
karakter yang buruk, jika ia melihat orang tuanya memberikan teladan yang buruk.
3) Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan dalam membina karakter anak sangatlah penting. Jika metode
pembiasaan sudah diterapkan dengan baik dalam keluarga, pasti akan lahir anak-
anak yang memiliki karakter yang baik dan tidak mustahil karakter mereka pun
menjadi teladan bagi orang lain.
4) Metode Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain.Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk
mengembangkan kemampuan anak sesuai kompetensinya.Kegiatan bermain yang
mendukung pembelajaran anak yaitu bermain fungsional atau sensorimotor,
bermain peran, dan bermain konstruktif.
5) Metode Cerita
Metode cerita adalah metode mendidik yang bertumpu pada bahasa baik lisan
maupun tulisan. Bercerita dapat meningkatkan kedekatan hubungan orang tua dan
anak. Selain itu, bercerita juga bisa mengembangkan imajinasi dan otak kanan anak.
6) Metode Nasihat
Metode nasihat merupakan penyampaian kata-kata yang menyentuh hati dan
disertai keteladanan. Agar nasihat dapat membekas pada diri anak, sebaiknya
nasihat bersifat cerita, kisah, perumpamaan, menggunakan kata-kata yang baik dan
orang tua memberikan contoh terlebih dahulu sebelum memberikan nasihat.
7) Metode Penghargaan dan Hukuman
Metode penghargaan penting untuk dilakukan karena pada dasarnya setiap orang
dipastikan membutuhkan penghargaan dan ingin dihargai. Anak adalah fase
perkembangan manusia yang sangat membutuhkan penghargaan.Penghargaan
harus didahulukan dari pada hukuman. Jika hukuman terpaksa harus diberikan,
maka hati-hatilah dalam mempergunakannya, jangan menghukum anak secara
berlebihan, jangan menghukum ketika marah, jangan memukul bagian-bagian
tertentu dari anggota tubuh anak seperti wajah, dan usahakan hukuman itu bersifat
adil (sesuai dengan kesalahan anak).

Pendidikan Karakter
Secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Latin kharakter atau bahasa
Yunani kharassein yang berarti member tanda (to mark), atau bahasa Perancis carakter,
yang berarti membuat tajam atau membuat dalam (Majid dan Andayani, 2012: 11). Dalam
bahasa Inggris character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, peran, dan huruf (Echols dan
Shadiliy, 2003: 110).Dalam Kamus Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat,
watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
pada yang lain (Poerwadarminta, 2007: 521).

Secara terminologis karakter bisa diartikan sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang
melekat dan dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti
secara khusus cirri-ciri ini membedakan antara satu individu dengan yang lainnya, dank
arena cirri-ciri karakter tersebut dapat diidentifikasi pada perilaku individu dan bersifat
unik, maka karakter sangat dekat dengan kepribadian individu. Suatu perbuatan dikatakan
karakter/akhlak apabila perbuatan tersebut memlh ipaya memiliki cirri-ciri: perbuatan itu
telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya,
perbuatan itu dilakukan dengan spontan tanpa pemikiran terlebih dahulu, perbuatan itu
dilakukan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, perbuatan itu dilakukan dengan
sungguh-sungguh, bukan pura-pura atau sandiwara.

Pendidikan karakter adalah upaya membentuk/mengukir kepribadian manusia


melalui proses knowing the good (mengetahui kebaikan), loving the good (mencintai
kebaikan), yaitu proses pendidikan yang melibatkan tiga ranah: pengetahuan moral (moral
knowing), perasaan moral (moral feeling/moral loving), dan tindakan moral (moral
acting/moral doing), sehingga perbuatan mulia bisa terukir menjadi habit of mind, heart,
and hands. Tanpa melibatkan tiga ranah tersebut pendidikan karakter tidak akan berjalan
efektif.

1. Pengetahuan Moral (moral knowing)


Pengetahuan moral (moral knowing) adalah kemampuan mengetahui, memahami,
mempertimbangkan, membedakan dan menginterpretasikan jenis-jenis moral
yang harus dilakukan dan yang mesti ditinggalkan.Pengetahuan moral sebagai
pilar pertama pendidikan karakter mempunyai enam komponen, yaitu:
1) Kesadaran moral (moral awareness) yaitu kemampuan menggunakan
kecerdasan untuk melihat kapan sebuah situasi mempersyaratkan
pertimbangan moral dan kemudian berpikir secara cermat tentang tindakan
apa yang sebaiknya dilakukan.
2) Pengetahuan nilai moral (knowing moral values) yaitu kemampuan
memahami berbagai nilai-nilai moral seperti menghargai kehidupan dan
kemerdekaan, tanggungjawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan,
toleransi, penghormatan disiplin diri, integritas, kebaikan hati, berbelas
kasih dan keberanian.
3) Memahami sudut pandang lain (perspective taking) yaitu kemampuan
menerima sudut pandang orang lain, memahami sebuah situasi
sebagaimana orang lain memahaminya, mengimajinasikan bagaimana
orang lain berfikir, mereaksi dan berperasaan.
4) Penalaran moral (moral reasoning) yaitu memahami apa itu makna
bermoral dan mengapa harus bermoral.
5) Keberanian mengambil keputusan (decision making).
6) Pengenalan diri (self knowledge) yaitu kemampuan mengenali perilaku
kita dan mengevaluasinya secara kritis/jujur.
2. Perasaan Moral (moral feeling)
Perasaan moral (moral feeling) adalah kemampuan merasa bersalah dan meras
harus/wajib untuk melakukan tindakan moral. Memiliki enam komponen yaitu:
1) Mendengarkan hati nurani (conscience)
2) Harga diri (self-esteem)
3) Empati (empathy)
4) Cinta kebaikan (loving the good)
5) Kontrol diri (self control)
6) Rendah hati (humility)
3. Tindakan Moral (moral acting)
Tindakan moral merupakan hasil dari kedua karakter moral diatas. Mempunyai
tiga komponen yaitu:
1) Kompetensi (competence)
2) Keinginan (will)
3) Kebiasaan (habit)
Keluarga
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi seseorang.
Pendidikan dalam keluarga sangat berperan dalam mengembangkan watak, karakter, dan
kepribadian sesorang. Oleh karena itu pendidikan karakter dalam keluarga perlu
diberdayakan secara serius.
1) Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi keluarga adalah fungsi yang berkaitan dengan pendidikan anak
khususnya dan pendidikan anggota keluarga pada umumnya. Bagi seorang anak,
keluarga merupakan jenjang pendidikan pertama sebelum menapaki pendidikan
formal (sekolah) dan masyarakat, disinilahkedua orang tuanya menjadi guru
terbaiknya.
2) Fungsi Proteksi
Fungsi proteksi maksudnya keluarga menjadi tempat perlindungan yang
memberikan rasa aman, tentram lahir dan batin sejak anak-anak berada dalam
kandungan ibunya sampai mereka menjadi dewasa dan lanjut usia. Perlindungan
disini termasuk fisik, mental dan moral.
3) Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi adalah sebagai pemupuk dan pencipta rasa kasih sayang dan cinta
antara sesame anggota keluarga.
4) Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi keluarga terkait erat dengan tugas mengantarkan anak ke
dalam kehidupan social yang lebih nyata dengan tugas mengantarkan anak
kedalam kehidupan social yang lebih nyata dan luas.
5) Fungsi Reproduksi
Keluarga sebagai sebuah organism memiliki fungsi reproduksi, dimana setiap
pasangan suami istri yang diikat dengan tali perkawinan yang sah dapat memberi
keturunan yang berkualitas sehingga dapat melahirkan anak sebagai keturunan
yang akan mewarisi dan menjadi penerus tugas kemanusiaan.
6) Fungsi Religi
Artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan dan mengajak serta anak dan
anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama.
7) Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi bertujuan agar setiap keluarga meningkatkan taraf hidup yang
tercerminkan pada pemenuhan alat hidup seperti makn, minum, kesehatan, dan
sebagainya yang menjadi prasarat dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarga dalam perspektif ekonomis.
8) Fungsi Rekreasi
Fungsi rekreasi keluarga adalah fungsi yang berkaitan dengan peran keluarga
menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, hangat dan penuh gairah bagi
setiap anggota keluarga untuk dapat menghilangkan rasa keletihan.
9) Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan biologis
anggota keluarga seperti makan, minum, kesehatan.
10) Fungsi Transformasi
Fungsi transformasi adalah berkaitan dengan peran keluarga dalam hal
pewarisan tradisi dan budaya kepada generasi setelahnya baik tradisi baik
maupun buruk.
Dari uraian diatas dapat di pahami bahwa yang dimaksud “Model Pendidikan
Karakter dalam Keluarga” adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematis
berkenaan dengan penanaman nilai-nilai karakter pada anak yang dilakukan oleh orang tua
dalam keluarga yang meliputi komponen pengetahuan (kognitif), perasaan (afektif), dan
tindakan (psikomotorik) untuk melakukan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, maupun lingkungan sekitar. Kerangka konseptual
itu kemudian dapat dijadikan rujukan oleh orang lain yang ingin mengimplementasikan
pendidikan karakter dalam keluarga.

C. Karakter yang Dikembangkan


Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan karakter dalam keluarga
antara lain:
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuhdalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan
dan ketentuan.
5. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang ingin selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa
dan Negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya,
ekonomi dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat dan mengakuai serta menghormati keberhasilan orng
lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama
dengan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa tenang dan
aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan alam yang sudah terjadi
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang
seharusnya dia lakukan baik terhadap diri sendiri masyarakat, lingkungan, Negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.

D. Porsi dan Tanggung Jawab Orangtua


Porsi dan tanggungjawab orangtua dapat diklasifikasikan menjadi empat macam
yaitu sebagai berikut “mendidik dan mengasuh anak-anaknya, memenuhi segala kebutuhan
anak-anaknya, membina mental/moral anak-anaknya, orangtua berkewajiban untuk
membentengi anak-anaknya dengan agama.”
Karena anak adalah amanat yang diberikan Allah kepada manusia (orang tua),
maka kewajiban orang tualah untuk mendidik dan mengasuhnya dengan sebaik-baiknya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan bahwa “pemeliharaan seorang bapak terhadap anaknya
ialah dengan jalan mendidik, mengasuh dan mengajarnya dengan akhlak atau moral yang
tinggi dan menyingkirkannya dari teman-teman yang jahat.”
Untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya adalah suatu hak dan kewajiban dari
orangtua yang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain sebagaimana dijelaskan, bahwa
“salah satu kewajiban dan hak utama dari orangtua yang tidak dapat dipindahkan adalah
mendidik anak-anaknya”.Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa kewajiban
orangtua mendidik anak-anaknya, dan jangan sampai mereka membiarkan anak-anak
mereka tumbuh tanpa bimbingan terutama pada usia mereka menjelang remaja.
Pemenuhan segala kebutuhan tersebut meliputi:
a. Kebutuhan jasmaniah, seperti ; makan, minum, pakaian dan segala kebutuhan yang
berkenaan dengan kebutuhan biologis.
b. Kebutuhan psykhis dan sosial (rohani), meliputi ; kebutuhan akan rasa kasih
sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan
rasa bebas, kebutuhan akan rasa mengenal, dan kebutuhan akan rasa sukses.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diperoleh
kesimpulan bahwa peran orangtua sangat penting dalam pendidikan anak. Dalam
mendidikan anak mereka biasanya orangtua menerapkan pola asuh yang berbeda-beda tiap
orang tua. Pola asuh adalah cara bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik,
membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses
kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh
masyarakat pada umumnya. Pola asuh yang umumnya digunakan yaitu pola asuh otoriter,
demokratis dan permisif. Pola asuh orangtua akan berpengaruh bagi pembentukan karakter
anak mereka nantinya.
Selain penanaman karakter melalui pola asuh tiap orang tua yang berbeda-beda,
terdapat pula model pendidikan karakter di keluarga. Menurut fungsinya, model dibagi ke
dalam tiga bentuk yaitu deskriptif, prediktif dan normatife. Kemudian terdapat tiga ranah
dalam proses pendidikan karakter yaitu pengetahuan moral (moral knowing), perasaan
moral (moral feeling/moral loving), dan tindakan moral (moral acting/moral doing).
Terdapat pula metode yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai karakter pada diri
anak yaitu metode internalisasi, keteladanan, pembiasaan, bermain, cerita, nasihat dan
metode penghargaan dan hukuman. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter dalam keluarga antara lain religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tau, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Porsi dan tanggungjawab orangtua dapat diklasifikasikan menjadi empat macam
yaitu sebagai berikut “mendidik dan mengasuh anak-anaknya, memenuhi segala kebutuhan
anak-anaknya, membina mental/moral anak-anaknya, orangtua berkewajiban untuk
membentengi anak-anaknya dengan agama.”
DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Thoha. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Dariyo, Agoes. (2011). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Jakarta: Refika
Aditama.
Djamarah, S. B. (2014). Pola Asuh Orangtua dan Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta: Rineka
Cipta.
Echols, J. M. & Shadily, Hassan. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Gunarsa, Singgih. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
King, Laura. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.
Lickona T. (2016). Educating for Character. Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, A. & Andayani. (2012). Pendidikan Krakter Perspektif Islam. Bandung: PT. Rosdakarya.
Mulyadi, Yadi dkk. (2016). Intisari Tata Bahasa Indonesia untuk SMP dan SMA. Bandung: Yrama
Widya.
Poerwadarminta, W.J.S. (2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sochib, Moch. (2000). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin
Diri. Rineka Cipta: Jakarta.
Tridonanto, dan Agency, B. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: Gramedia.
Yatim, & Irwanto, D. (1991). Kepribadian Keluarga Narkotika. Jakarta: Arcan.

Anda mungkin juga menyukai