Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang,
beberapa di antaranya, terjadidalampendidikandanteknologi. Pendidikan di
Indonesia mulai berkembang dengan seiringnya perkembangan zaman. Hal
tersebut sangat nampak melalui metode pembelajarannya yang sangat
mendukung siswa untuk lebih mudah memahaminya, dengan menggunakan
sarana visual. Sementara itu di bidang teknologi juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat, sehingga setiap masyarakat di Indonesia
dapat mengakses langsung perkembangan yang terjadi di dunia.

Ironisnya kemajuan pun diiringi dengan kenyataan akan banyaknya


penderita buta warna, yang berhubungan dengan kemampuan visual
seseorang. Oleh sebab itu ketika seseorang menderita buta warna, pada
umumnya sering mengalami kesulitan membedakan warna tertentu, yaitu
warna merah, hijau, biru atau campuran dari berbagai warna. Bahkan untuk
penderita buta warna total, mereka hanya dapat melihat dalam warna
hitam, putih dan abu-abu saja (Bayu,2011,hal.07). Kelainan persepsi warna
tersebut menimbulkan permasalahan bagi mereka, baik dalam proses
pembelajaran ataupun pemanfaatan peralatan teknologi yang tidak dapat
menjadi maksimal.

Kebanyakan kasus buta warna disebabkan karena bawaan sejak lahir


(turunan) yang dibawa oleh kromosom X orang tua penyandang buta warna,
namun buta warna ini juga dapat ditimbulkan karena umur, penyakit atau
kecelakaan(Parenting: nd). Melihat dari faktor yang menyebabkan penyakit
ini, seringkali para penderita tidak mempedulikannya. Untuk itu, mereka
hanya berusaha melakukan aktivitasnya sehari-hari, meskipun penyakit ini
sangat menghalanginya.

1
Melihat dari dampaknya bagi para penderita warna, penulis melakukan
penelitian dengan merangkai alat pendeteksi warna primer, yang kemudian
akan diaplikasikan kepada penderita. Melalui pengaplikasian tersebut akan
diketahui apakah perangkaian tersebut dapat menolong para penderita buta
warna dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.

1.2 Perumusan Masalah


Meninjau dari penelitian yang dilakukan, penulis mengangkat masalah
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana perangkaian alat pendeteksi warna primer bagi penderita
buta warna?
1.2.2 Bagaimana pemanfaatan alat pendeteksi warna primer bagi penderita
buta warna?

1.3 Tujuan Penelitian


Meninjau dari penelitian yang dilakukan, penelitian ini dilakukan untuk:
1.3.1 Mengetahui proses perangkaian alat pendeteksi warna primer bagi
penderita buta warna.
1.3.2 Mengetahui pemanfaatan alat pendeteksi warna primer bagi
penderita buta warna?

1.4 Batasan Masalah


Perumusan masalah di atas dibatasi pada:
1.4.1 Objek yang diteliti adalah penderita yang sudah terdeteksi
mengalami penyakit buta warna.
1.4.2 Perangkaianalat sensor warna ini menggunakan prinsip kerja sensor
sederhana LDR (Light Dependent Resistor).

2
1.4.3 Sistem perangkaian berdasarkan IC (Integrated Circuit) tipe LM324
IC.
1.4.4 Sistem perangkaian alat sensor ini hanya mendeteksi warna primer
(merah, hijau dan biru).

1.5 Manfaat Penelitian


Ada beberapa manfaat dari penelitian ini, antara lain:
1.5.1 Bagi Penulis
Penulis dapat mengerti dan belajar lebih lagi tentang lengkah-
langkah prosesperangkaian alat sensor, penyususan penulisan karya
tulis ilmiah dengan baik dan benar, serta wawasan tentang penyakit
buta warna. Sementara itu juga dapat menambah wawasan penulis
terhadap komponen-komponen penyusun sistem alat sensor atau
pendeteksi.

1.5.2 Bagi Para Pembaca


Para pembaca dapat menambah wawasannya tentang penyakit buta
warna, serta pemanfaatan alat pendeteksi warna primer bagi para
penderita buta warna.

1.5.3 Bagi Para Penderita


Para penderita dapat semakin mengerti wawasan mengenai penyakit
buta warna, serta mengerti bagaimana memanfaatkan alat pendeteksi
warna primer yang dapat membantu aktivitas mereka sehari-hari.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Dalambab yang keduaini, penulisakanmembahasteoridasardalamperangkaian alat


pendeteksi warna. Pokokteori yang akandibahasadalahLDR (Light Dependent Resistor),
IC (Integrated Circuit) tipe LM324 IC, Resistor, LED (Light emitting diodes),
PCB (Printed Circuit Board), penyakit buta warna serta warna primer.

2.1 LDR (Light Dependent Resistor)


LDR (Light Dependent Resistor) merupakan salah satu jenis resistor
variabel yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang
diterimannya ataupun berdasarkan tingkat perubahan kecerahan cahaya
(Manto,2010,hal.18). LDR (Light Dependent Resistor) juga biasanya
disebut sebagai fotoresistor. Fotoresistor itu sendiri merupakan salah satu
komponen elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada
penambahan intensitas cahaya yang mengenainya.

LDR (Light Dependent Resistor) merupakan sebuah sensor jenis


semikonduktor yang dibuat dari Kadmium Sulfida (CdS)(Henky,2012,hal.8).
Senyawa tersebut merupakan salah satu senyawa anorganik dan memiliki
sifat yang peka terhadap cahaya.Sensor LDR yang memakai
senyawatersebut mampu menangkap cahaya dalam spektrum tertentu yaitu

Gambar1.LDR (Light Dependent Resistor) serta simbolnya


4
515 sampai 730 nm, dan panjang gelombang maksimumnya adalah 515nm
(Grace,2013,hal.4).
Secara fisik sebuah LDR (Light Dependent Resistor) tersusun dari
sebuah piringan bahan semikonduktor yang terdapat dua buah elektroda
pada permukaannya (Widya,2010, hal.21). LDR (Light Dependent
Resistor)akan membrikan hambatan hingga 10MΩ saat kondisi gelap,
berikut grafik yang menunjukkan hambatan yang diberikan pada setiap
intensitas cahaya.

2.1.1 Karakteristik LDR (Light Dependent Resistor):


(Henky:2012,11)
1. Laju Recovery
Bila sebuah LDR (Light Dependent Resistor)dibawa dari
suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke
dalam suatu ruangan yang gelap. Oleh karena itu bisa diamati
bahwa nilai resistansi dari sensor tersebut tidak akan segera

Grafik1.Grafik pengaruh intensitas cahaya terhadap hambatan pada LDR 5


berubah resistansinya pada keadaan ruang gelap tersebut,
tetapi LDR (Light Dependent Resistor)hanya akan bisa
mencapai harga pada kegelapan setelah mengalami selang
waktu tertentu. Sehingga laju recovery merupakan suatu
praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam selang
waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuran
praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu
tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus
harganya lebih besar dari 200K/detik(selama 20 menit
pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut
akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari
tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu
kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai
dengan level cahaya 400 lux.

2. Respon Spektral
LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai
sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang
cahaya yang jatuh padanya.Bahan yang biasa digunakan
sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium,
baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga
merupakan penghantar yang paling banyak, digunakan
karena mempunyai daya hantaryang baik.

2.1.2 Prinsip Kerja LDR (Light Dependent Resistor)


Pada sisi bagian atas LDR(Light Dependent Resistor) terdapat
jalur melengkung yang menyerupai bentuk kurva. Jalur tersebut
terbuat dari bahan kadmium sulfida yang sangat sensitif terhadap
pengaruh dari cahaya. Jalur kadmium sulfida (CdS) yang terdapat
pada LDR dapat dilihat pada gambar.

6
Jalur kadmium
sulfida

Pin Diagram 1.Jalur Kadmium Sulfida

Pada gambar tampak jalur kadmium sulfida dibuat


melengkung menyerupai kurva. Hal tersebut bertujuan untuk
membuat jalur yang memanjang, meskipun dalam ruang (area)
yang sempit. Kadmium sulfida (CdS) merupakan bahan semi-
konduktor yang memiliki gap energi1 antara elektron konduksi dan
elektron valensi. Ketika cahaya mengenai kadmium sulfida(CdS),
maka energi proton dari cahaya akan diserap sehingga terjadi
perpindahan dari pita valensi ke pita konduksi. Akibat perpindahan
elektron tersebut mengakibatkan hambatan dari kadmium
sulfida(CdS) berkurang dengan hubungan kebalikan dari intensitas
cahaya yang mengenai LDR(Light Dependent Resistor).
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa pada saat gelap atau
cahaya redup, LDR(Light Dependent Resistor) tersebut
menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil.
Maka hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan
elektrik. Artinya pada saat cahaya redup LDR menjadi konduktor
yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang
1
Gap energi merupakan jarak tertentu pada setiap material di antara pita valensi dengan pita
konduksi.

7
besar pada saat gelap atau cahaya redup. Pada saat cahaya terang,
ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan
semikonduktor tersebut. Untuk itu akan ada lebih banyak elektron
untuk mengangkut muatan elektrik. Pada keadaan gelap resistansi
LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau
kurang. Artinya pada saat cahaya terang LDR menjadi konduktor
yang baik, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang
kecil pada saat cahaya terang.
(sumber: www.rider-system.net)

2.2 IC (Integrated Circuit) tipe LM324


IC(Integrated Circuit)merupakan suatu rangkaian yang tersusun dari
ratusan atau bahkan ribuan dioda2, transistor dan komponen elektronik lain
terangkai dan terpadu membentuk sebuah fungsi tertentu. LM324 adalah
salah satu jenis IC (Integrated Circuit)yang merupakan penguat operasional
(op-amp). IC (Integrated Circuit)tersebut memiliki 14 pin dan terdiri dari
empat buah penguat operasional (op-amp) yang berfungsi sebagai
komparator. penguat operasional (op-amp) itu sendiri merupakan suatu jenis
penguat elektronika dengan DC (Direct Current)-coupled serta memiliki
besaran penguat (gain)yang besar dengan dua masukan dan satu keluaran.
Keluaran (output) tegangan yang dihasilkan oleh penguat operasional (op-
amp) berkali-kali lebih tinggi dibandingkan dari masukan tegangan awal
(input).
Berikut terdapat gambar dari LM324:

2
Diodaadalahkomponenelektronika yang terdiridariduaelektroda, yaknianodadankatoda

8
Gambar2. IC Tipe LM324
Penguat operasional (op-amp)ini dioperasikan oleh power supply
tunggal LM324. Penguat operasional (op-amp) dapat digunakan sebagai
penguat, pembanding, osilator dll. Berikut terdapat pin diagram dari IC
(Integrated Circuit) tipe LM324:

9
 Keterangan Fungsi Pin Diagram
Pin
Fungsi Nama
No
1 Keluaran pembanding 1 Output 1
2 Pembalik masukan pembanding 1 Input 1-
3 Non-pembalikmasukkan pembanding 1 Input 1+
4 Suplai tegangan; 5V (sampai 32V) Vcc
5 Non-pembalikmasukkan pembanding Input 2+
6 Pembalik masukan pembanding2 Input 2-
7 Keluaran pembanding 2 Output 2
8 Keluaran pembanding 3 Output 3
9 Pembalik masukan pembanding 3 Input 3-
10 Non-pembalikmasukkan pembanding 3 Input 3+
11 Ground (0V) Ground
12 Non-pembalikmasukkan pembanding 4 Input 4+
13 Pembalik masukan pembanding 4 Input 4-
14 Keluaran pembanding 4 Output 4
Pin Diagram 2. IC (Integrated Circuit) tipe LM324

(sumber: swww.engineersgarage.com)

10
2.2.1 Spesifikasi IC(Integrated Circuit) tipe LM324
(Willy:2011,7)
a. Memilki jarak (range) temperature kerja 00C –700C
b. Memilki 4 (empat) buah op-amp dalamsatu pakage
c. Bekerja pada tegangan rendah +3 -+30VDC.
d. Arus masukan bias 20nA
e. Besar penguatan tegangan 100dB
f. Besar lebar frekuensi sampai 1.3Mhz

2.2.2 Karakteristik IC (Integrated Circuit) tipe LM324


1. Pada sistem linear, rentang masukan tegangancommon-mode
meliputi grounddan tegangan keluaran (ouput voltage) dapat
berpindah menuju ground, meskipun sistem tersebut
dioperasikan oleh satu tengangan listrik saja.
2. The unity gain crossfrequency is temperature compensated.
3. The input bias current is also temperature compensated.
(sumber: National Semiconductor)

2.3 Resistor
Resistor merupakan komponen pasif elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian.
Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi dua, yaitu: Fixed Resistor dan
Variabel Resistor. Kedua resistor tersebut, pada umumnya terbuat dari
karbon film atau metal film, meskipun itu tidak menutup kemungkinan
untuk dibuat dari bahan yang lainnya.
Pada dasarnya semua bahan yang menyusun resistor memiliki sifat
yang resistif, tetapi terdapat beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas
dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Beberapa
bahan tersebut memiliki sifat konduktor, dimana dapat menghantarkan arus

11
listrik dengan baik. Sementara itu dari bahan yang konduktif, memiliki
bahan seperti karet, gelas dan karbon. Beberapa bahan tersebut memiliki
nilai resistansi yang lebih besar untuk menahan aliran elektron, bahan
tersebut biasa disebut sebagai insulator. Satuan resistansi dari suatu resistor
disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω.

2.3.1 Fixed Resistor


Bentuk resistor pada umumnya adalah seperti tabung dengan dua kaki,
masing-masing di kiri dan di kanan.Pada bagian badan terdapat lingkaran
membentuk cincin dengan memiliki kode warna, kode warna tersebut
bertujuan untuk mengetahui besar resistansinya tanpa mengukur besarnya
dengan menggunakan Ohmmeter.Fixed resistor merupakan suatu resistor
yang nilai resistansinya tidak dapat berubah.Berikut contoh gambar dari
resistor.

Gambar3. Resistor

12
Terdapatnya kode warna pada bagian bandan resistor merupakan
standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries
Association), seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Gambar4 Urutan cincin warna pada resistor

Tabel1. Nilai warna pada cincin resistor

Warna Cicin I Cincin II Cincin III Cincin IV Cincin V


Cincin Angka ke-1 Angka ke-2 Angka ke-3 Pengali Toleransi
Hitam 0 0 0 x 100
Coklat 1 1 1 x 101 ± 1%
Merah 2 2 2 x 102 ± 2%
Jingga 3 3 3 x 103
Kuning 4 4 4 x 104
Hijau 5 5 5 x 105
Biru 6 6 6 x 106
Ungu 7 7 7 x 107
Abu-abu 8 8 8 x 108
Putih 9 9 9 x 109
Emas x 10-1 ± 5%
Perak x 10-2 ± 10%
Tanpa
± 20%
warna

Besarnya ukuran resistor tersebut, sangat bergantung pada daya (watt)


maksimum yang mampu ditahan oleh resistor. Pada umumnya di pasaran
tersedia ukuran daya dengan 1/16, ⅛, ¼, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Sementara
itu resistor yang memiliki daya maksimum yaitu 5, 10 dan 20 watt, pada

13
umumnya berbentuk balok berwarna putih dan nilai resistansinya tampak
dibagian badannya, misalnya 1KΩ10W. Berikut terdapat dua contoh urutan
cincin warna serta nilai resistansinya pada suatu resistor.

Merah Ungu Biru Emas Hasilnya


Contoh1.Urutan cincin warna (resistor 46 cincin warna): merah, ungu, biru dan emas
2 7 x 10 ± 5% 27MΩ ± 5 %
Coklat Merah Hitam Jingga Coklat Hasilnya
1 2 0 x 103 ± 1% 120KΩ ± 1 %
Contoh2.Urutan cincin warna (resistor 5 cincin warna): coklat, merah, hitam, jingga dan coklat

(Anonim,2010,hal.1-2)

2.3.2 Variabel Resistor


Variabel reistor merupakan resistor yang dapat diubah secara langsung
baik dengan tuas yang telah tersedia ataupun dengan menggunakan obeng.
Variabel resistor dibagi mencadi dua, Variabel Resistor dan Semi-fixed
Resistor. Untuk yang pertama, variabel resistor memiliki memiliki fungsi
untuk mengubah nilai resistansi yang sesuai dengan keinginan dengan
mudah. Variabel risistor biasanya digunakan untuk pengaturan volume,
bass, balance, dll. Sedangkan yang kedua, semi-fixed resistor, memiliki
fungsi yang sama dengan yang pertama, namun dapat diubah pada saat
kondisi tertentu saja. Tegangan referensi yang digunakan pada ADC3 dan
fine tune circuit merupakan kedua contoh pemanfaatan semi-fixed resistor.
Terdapat beberapa model variabel resistor yang pengaturan nilai
variabelnya terbatas hingga 300 derajat putaran dan harus diputar beberapa
kali untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan
Potentiometers danTrimmer Potentiometers.

3
Analog to Digital Converter (ADC)merupakanpengubah input analog menjadikode – kode digital.

14
2.3.2.1. Trimmer Potentiometers (Trimpot)
Trimpot merupakan komponen elektronik yang memiliki tiga kaki
yang memiliki fungsi mengatur nilai resistansi. Nilai resistansinya
dapat diubah dengan memutar porosnya menggunakan obeng atau
alat serupa. Selain itu nilai resistansi dari trimpot tertulis pada
badan trimpot tersebut dengan menggunakan kode angka dan nilai
tersebut merupakan nilai maksimum. Misal trimpot dengan nilai
10KΩ, maka trimpot tersebut dapat diubah nilai resistansinya dari
0Ω sampai 10KΩ. Trimpot ini sering digunakan pada rangkaian
elektronika seperti receiver atau multivibrator variabel. Berikut
gambar, simbol dari trimpot serta pin diagram.

Gambar5.Trimer Potensio (Trimpot)

15
(sumber: www.elektronika-dasar.web.id)

2.3.2.2. Potensiometer (Potentionmeters)


Resistor jenis ini merupakan resistor yang nilai resistansinya dapat
diubah-ubah dengan cara memutaor porosnya melalui tuas yang telah
tersedia. Nilai resistansinyatertulis pada badan potensio dengan
menggunakan kode angka. Nilai resistansi potensiometer yang beredar
dipasaran ada 2 macam, yaitu nilai resistansinya yang dapat diubah secara
logaritmis dan nilai resistansi yang dapat diubah secara linier. Nilai
resistansi yang tertulis diPin
badan potensiometer
Diagram 3. Trimpot bermakna sama dengan nilai
resistansi trimpot, yaitu nilai yang tertulis dibadan potensiometer merupakan
nilai maksimal resistansi yang dapat diatur oleh potensiometer.
Pengaplikasinya dapat kita jumpai pada perangkat audio, seperti pada
pengatur nada bass, trebel dan volume. Berikut gambar dari potensiometer.

Gambar6. Potensionmeter

16
Pada bentuk potensiomer (c), biasanya digunakan untuk mengatur atau
mengontrol volume. Pada bentuk potensiometer (b), bentuk ini merupakan
semi fixed resistor dan biasa digunakan pada PCB (Printed Circuit Board).
Sedangkan bentuk potensiometer (a) disebut sebagai dpotentiometers.
(Armiyana,2009,hal.25-26)

2.3.3 Rangkaian Resistor


a. Rangkaian Seri
Pada umumnya rangkaian resistor disusun secara seri, dengan
rangkaian yang seri akan mengakibatkan nilai resistansi
totalnya semakin besar. Berikut terdapat contoh gambar
rangkaian seri pada resistor.

Gambar7. Rangkaian resistor secara seri

Rumus yang berlaku pada rangkaian seri resistor adalah


sebagai berkut:

Rtotal=R ₁+ R ₂+ R ₃+…

Dimana: Rtotal
= resistansi total dengan satuan Resistansi R1,2,3
= resistansi (1, 2, 3)dengan satuanResistansi

b. Rangkaian Paralel
Pada rangkaian pararel, menyebabkan nilai resistansi pengganti
pada resistor akan semakin mengecil. Berikut terdapat contoh
gambar rangkaian paralel pada resistor.

17
Rumus yang berlaku pada rangkaian paralel resistor adalah
sebagai berkut:

1 1 1
Rpengganti= + + +…
R₁ R₂ R₃

Dimana:
Rpengganti= resistansi pengganti
Gambar8. Rangkaian dengan
resistor satuan Resistansi
secara paralel
R1,2,3 = resistansi (1, 2, 3) dengan satuan Resistansi
(Anonim:2010,1-3)
2.4 LED (Light Emitting Diodes)
LED (Light Emitting Dioda)merupakan dioda yang dapat memancarkan
cahaya ketikamendapat arus bias maju (forward bias)dan hanya

akanmengalirkan arus listrik satu arah saja. LED (Light Emitting Dioda)
dapat memancarkan cahaya karena menggunakan dopping galium (Ga),
arsenik (As) dan fosforus (P). Jenis doping yang berbeda dapat
menghasilkan cahaya dengan warna yang berbeda pula. LED (Light
Emitting Dioda)memiliki kemampuan mengalirkan arus yang cukup rendah,
yaitu maksimal 20 mA. Untuk itu ketika LED (Light Emitting Dioda) dialiri
arus lebih besar dari 20 mA maka LED akan rusak, maka seringkali
rangkaian LED membutuhkan resistor sebagai pembatas arus. Simbol dan
bentuk fisik dari LED (Light Emitting Dioda) dapat dilihat pada gambar
berikut.

18
Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa LED (Light Emitting
Dioda)memiliki 2 buah kaki, yaitu kaki anoda (+) dan kaki katoda (-).
Sementara itu tampak secara fisik, kaki anoda memiliki kaki yang lebih
panjang dibandingkan dengan kaki katoda. Kemudian pada kaki katoda,
ditandai dengan bagian bodyLED (Light Emitting Dioda)yang memiliki
papas rata. Untuk menyalakan LED (Light Emitting Dioda), diperlukan
teagangan bias maju. Tegangan tersebut berupa tegangan positif pada kaki
anoda dan negatif pada kaki katoda. Selain itu diperlukan resistor dengan
rangkaian seri untuk dapat memberikan pembatas arus dan dipasang pada
salah satu kaki LED (Light Emitting Dioda). Berikut gambar rangkaian
dasar pada (Light Emitting Dioda).

Gambar10. Rangkaian dasar aliran arus pada


LED (Light Emitting Dioda)

Arus maksimum yang mampu diterima oleh LED (Light Emitting


Dioda) sebesar 20 mA, untuk itu perlu ditentukan nilai resistansinya untuk
menghasilkan arus tersebut. Sementara itu nilai resistansinya berbanding
lurus dengan besarnya tegangan sumber yang digunakan. Sehingga berlaku
rumus nilai resistansi sebagai berikut:

Vs−2Volt
R=
0,02 Ampere

Dimana:
R = Resistor pembatas arus (Ω)
Vs = sumber tegangan untuk LED (Light Emitting Dioda)(Volt)
2 Volt = tegangan LED (Light Emitting Dioda)(Volt)

19
0,02 A = arus maksimal LED (Light Emitting Dioda)(20mA)

(sumber: www.elektronika-dasar.web.id)

2.5 PCB (Printed Circuit Board)


PCB(Printed Circuit Board)merupakan sebuah papan yang digunakan
untuk mendukung perangkaian semua komponen-komponen elektronika.
Papan PCB(Printed Circuit Board) juga memiliki jalur-jalur konduktor
yang terbuat dari tembaga. Jalur tersebut memiliki fungsi untuk
menghubungkan antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan PCB (Printed Circuit
Board)adalah lapisan tembaga(copper clad laminate)koduktor. Biasanya
lapisan tersebut dilapisi oleh lapisan yang berwarna hijau. Ada beberapa
warna PCB yaitu biru,hitam, putih dan merah. Selain itu terdapat beberapa
bahan lainnyayang digunakan untuk pembuatan PCB,
diantaranyapolitetrafloroetilen (teflon), FR-4, FR-1,CEM-3, CEM-4 dan
CEM-5. Semua bahan tersebut merupakan bahan yang memiliki sifat yang
tahan panas.
(Grace:2013,9)

2.6 Buta Warna


Buta warna merupakan proses penglihatan terhadap warna-warna yang
tidak sempurna. Buta warna juga dapat diartikan sebagai suatu kelainan
penglihatan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell)
pada retina mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu, sehingga
tampak objek yang terlihat bukan warna yang sesungguhnya.

2.6.1 Faktor Penyebab (Etiologi)


Buta warna karena herediter (kelainan genetik) dibagi menjadi
tiga: monokromasi (buta warna total), dikromasi (hanya dua sel

20
kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut
berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna,
kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya
deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya,
penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada
kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19
kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang
diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat
menyebabkan seseorang menjadi buta warna.
Gen buta warna terkait dengan dengan kromosom X (X-linked
genes). Jadi kemungkinan seorang pria yang memiliki genotif XY
untuk terkena buta warna secara turunan lebih besar dibandingkan
wanita yang bergenotif XX untuk terkena buta warna. Jika hanya
terkait pada salah satu kromosom X-nya saja, wanita disebut
carrier atau pembawa, yang bisa menurunkan gen buta warna pada
anak-anaknya. Menurut salah satu riset 5-8% pria dan 0,5% wanita
dilahirkan buta warna. Dan 99% penderita buta warna termasuk
dikromasi, protanopia, dan deuteranopia.
Dua gen yang berhubungan dengan munculnya buta warna
adalah OPN1LW (Opsin 1 Long Wave), yang menyandi pigmen
merah dan OPN1MW (Opsin 1 Middle Wave), yang menyandi
pigmen hijau.
Buta warna dapat juga ditemukan pada penyakit makula, saraf
optik, sedang pada kelainan retina ditemukan cacat relative
penglihatan warna biru dan kuning sedang kelainan saraf optik
memberikan kelainan melihat warna merah dan hijau.

2.6.2 Klasifikasi Buta Warna

21
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos
(pertama), deutros (kedua), dan tritos (ketiga) yang pada warna 1.
Merah, 2. Hijau, 3. Biru.
a) Anomalous trichromacy
Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan
warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau
kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous
trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun
terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu
dari tiga sel reseptor warna tersebut.
Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan
tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal yang paling
sering ditemukan adalah:
a. Trikromat anomali, kelainan terdapat pada short-
wavelenght pigment (blue). Pigmen biru ini bergeser ke area
hijau dari spectrum merah. pasien mempunyai ketiga
pigmen kerucut akan tetapi satu tidak normal, kemungkinan
gangguan dapat terletak hanya pada satu atau lebih pigmen
kerucut. Pada anomali ini perbandingan merah hijau yang
dipilih pada anomaloskop berbeda dibanding dengan orang
normal.
b. Deutronomali, disebabkan oleh kelainan bentuk pigmen
middle-wavelenght (green). Dengan cacat pada hijau
sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi
gangguan lebih banyak daripada warna hijau.
c. Protanomali adalah tipe anomalous trichromacy dimana
terjadi kelainan terhadap long-wavelenght (red) pigmen,
sehingga menyebabkan rendahnya sensitifitas warna merah.
Artinya penderita protanomali tidak akan mempu
membedakan warna dan melihat campuran warna yang
dilihat oleh mata normal. Penderita juga akan mengalami

22
penglihatan yang buram terhadap warna spektrum merah.
Hal ini mengakibatkan mereka dapat salah membedakan
warna merah dan hitam.

b) Dichromacy
Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu
dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari
disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang
menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan
terhadap warna-warna tertentu.
Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
pigmen yang rusak:
a. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang
disebabkan oleh tidak adanya photoreceptor retina merah.
Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna
merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari
seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan
cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal
dengan buta warna merah - hijau.
b. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna
yang disebabkan tidak adanya photoreceptor retina hijau.
Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue
pada warna merah dan hijau (red-green hue
discrimination).
c. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki
short-wavelength cone. Seseorang yang menderita
tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru
dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut
juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe
dichromacy yang sangat jarang dijumpai.

23
c) Monochromacy
Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana
seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak
berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu
pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada
monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam
arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan
buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau
dan nistagmus dan bersifat autosomal resesif.

d) Bentuk buta warna dikenal juga :


a. Monokromatisme rod (batang) atau disebut juga suatu
akromatopsia di mana terdapat kelainan pada kedua mata
bersama dengan keadaan lain seperti tajam penglihatan
kurang dari 6/60, nistagmus, fotofobia, skotoma sentral, dan
mungkin terjadi akibat kelainan sentral hingga terdapat
gangguan penglihatan warna total, hemeralopia (buta
silang) tidak terdapat buta senja, dengan kelainan refraksi
tinggi. Pada pemeriksaan dapat dilihat adanya makula
dengan pigmen abnormal.
b. Monokromatisme cone (kerucut), di mana terdapat hanya
sedikit cacat, hal yang jarang, tajam penglihatan normal,
tidak nistagmus.
(Handayani & Elvina:2011,1,4-7)

2.7 Warna primer (RGB)


Warna dapat didefinisikan sebagai bagian dari pengalamatan indera
pengelihatan, atau sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Proses terlihatnya
warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan
benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah

24
warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut
memantulkan warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna
hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna.

Sebaliknya suatu benda berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut
memantulkan semua warna.Beberapaahli telah melakukan beberapa
eksperimen hingga dapat memaparkan teori tentang warna.
(Victor:2011,1).
Salah satu eksperimen yang dibuktikan oleh Young dan Helmholtz,
mereka membuktikan bahwa terdapat hubungan antara warna cahaya yang
datang ke mata dengan warna yang diterima di otak. Melalui eksperimen
yang mereka lakukan, James Clerck Maxwell mengansumsikan bahwa
warna adalah penerima, penyerap dan penerus warna cahaya yang ada
dalam spektrum.
Hasil experimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna hijau, merah
dan biru merupakan warna- warna primer (utama) dalam pencampuran
warna cahaya. Warna primer adalah warna-warna yang tidak dapat
dihasilkan lewat pencampuran warna apapun. Melalui warna- warna primer
cahaya ini (biru, hijau, dan merah) semua warna cahaya dapat dibentuk dan
diciptakan. Jika ketiga warna cahaya primer ini dalam intensitas maksimum
digabungkan, berdasarkan eksperimen 3 proyektor yang didemonstrasikan
Maxwell, maka ditunjukkan sebagai berikut:

25
(Victor:2011,4)

2.8 Hipotesis
Sensor LDR (Light Dependent Resistor) mampu menangkap cahaya
yang dipantulkan oleh warna primer, yang kemudian akan diterjemahkan
oleh IC (Integrated Circuit) LM324 dalam bentuk warna primer. Untuk itu
penderita warna mampu mengetahui
Gambar11. warna apa
Diagram percobaan yang mereka lihat.
Maxwell

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di laboratorium fisika SMA Charis
National Academy.Laboratorium ini berada di Kecamatan Karang besuki,
Kabupaten Malang,Provinsi Jawa Timur.

26
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang dipakai dalam perangkaian alat sensor pendeteksi
warna adalah:
1 IC LM324
1 Sensor LDR
1 Resistor 2KΩ
1 Resistor 10KΩ
1 Resistor 330KΩ
2 LED warna merah
2 Trimpot (Variabel Resistor) 10KΩ
1 PCB kosong
1 Gulung timah
20 gram FeCl3
Air
1 Plastik mika
1 Kertas HVS

3.2.2 Alat
Alat yang dipakai dalam proses perangkaian alat sensor pendeteksi
warna adalah:
1 Solder
1 Gergaji triplek
1 Obeng
1 Gunting
1 Cutter
1 Seterika

3.3 Prosedur Penelitian

27
Berikut terdapat gambar yang menunjukkan sistem rangkaian dalam

resistor

resistor

Variabel resistor
Variabel resistor
resistor

IC LM324

pembuatan alat sensor pendeteksi warna.

3.3.1 Cara Pembuatan PCB


1. Dari gambar sistem rangkaian sensor pendeteksi warna,
selanjutnya dibuat rangkaian sirkuit pada PCB.
2. Rangkaian sirkuit dibuat dengan menggunakan progam
komputer, yaitu EWB (Electronic Workbench 5.12).
Gambar12. Gambar sistem rangkaian sensor pendeteksi warna
3. File hasil dari komputer, selanjutnya dicetak pada kertas HVS.
4. Gambar sirkuit hasil cetakan, selajutnya difotokopi pada plastik
mika dan disetrika pada plat tembaga PCB.
5. Plat tembaga yang sudah bergambar rangkaian pada PCB,
dilarutkan pada larutan FeCl3.
6. PCB kemudian dibor dengan bor khusus PCB yang tepat pada
kaki-kaki komponen.

28
3.3.2 Pembuatan Rangkaian Sensor Pendeteksi Warna
1. Semua komponen dipasang sesuai dengan rangkaian yang
sudah tergambar pada PCB.
2. Solder semua kaki-kaki komponen sesuai dengan rangkaian
sistem sensor pendeteksi warna.

3.4 Analisis Data


Berhasil atau tidaknya pembuatan rangkaian sistem alat sensor
pendeteksi warna ini dapat dilihat dari pengeluaran yang dihasilkan oleh
sensor tersebut ketika menangkap cahaya warna yang diterima oleh LDR.
Untuk itu ketika semua prosedur dilakukan dengan benar maka, alat sensor
ini akan dapat bekerja dengan semestinya, dimana sesuai dengan hipotesis
yang telah dibuat.

29

Anda mungkin juga menyukai