Anda di halaman 1dari 26

PENUNTUN

PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI II

Penyusun :

Muh. Ilyas Yusuf, S.Farm., Apt


Parawansah, M.Kes., Apt
Nur Sa’adah Daud, S.Farm., Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM DIPLOMA III FARMASI


BINA HUSADA KENDARI
2013

PENUNTUN INI HANYA DIGUNAKAN DI LINGKUNGAN SENDIRI


PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

NAMA :
NIM :
KELAS/ KELOMPOK :

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM DIPLOMA III FARMASI


BINA HUSADA KENDARI
2013
PEMBERIAN OBAT
PADA BINATANG PERCOBAAN

1. CARA BEKERJA DENGAN BINATANG PERCOBAAN


A. Setiap orang, baik praktikan maupun peneliti, yang bekerja di laboratorium yang
menggunakan binatang percobaan sebaiknya membaca :
 Petunjuk memelihara dan menggunakan binatang percobaan
 Dasar-dasar binatang percobaan
B. Perlakukan binatang percobaan dengan kasih sayang dan jangan sekali-kali disakiti
 Kelinci dan Marmut
Jangan sekali-kali memegang telinga, karena saraf pembuluh darah dapat terganggu.
 Tikus dan Mencit
Peganglah binatang-binatang ini pada ekornya, tetapi hati-hati jangan sampai
binatang tersebut membalikkan tubuhnya dan menggigit Anda. Karena itu selain
ekornya, peganglah leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.
C. Menggunakan kembali binatang yang telah dipakai
Untuk menghemat biaya, bila mungkin diperbolehkan memakai satu binatang
percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian jika binatang tersebut telah digunakan
dalam suatu periode dan obat yang digunakan pada percobaan sebelumnya masih berada
dalam tubuh binatang, kemungkinan hasil percobaan berikutnya akan memberikan data
yang tidak benar. Hal ini terutama terdapat pada kasus pemberian barbiturat yang
menyebabkan induksi enzim. Dengan dalil ini maka binatang tersebut baru boleh
digunakan lagi untuk percobaan berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari.
Disamping itu, kelinci harus digunakan secara alternatif untuk cara pemberian internal
maupun eksternal, meskipun percobaan menjadi tidak berurutan.

2. PEMBERIAN OBAT PADA BINATANG PERCOBAAN


A. Alat Suntik
 Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan pada kelinci, marmut, dan
anjing, tetapi tidak perlu steril melainkan harus bersih untuk tikus dan mencit.
 Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut disemprotkan cairan ke
dalam gelas piala dan jarum suntik dipegang erat-erat. Ulangi cara ini tiga kali.
B. Heparinisasi
 Untuk heparinisasi (mencegah darah menggumpal) dipakai 10 unit heparin
 Untuk heparinisasi penggumpalan darah, sebelum dipakai tabung dan jarum suntik
dicuci dahulu dengan larutan jenuh Natrium Oxalat steril

3. CARA PEMBERIAN PADA BINATANG MENCIT


A. Per Oral (p.o)
Pemberian oral dilakukan dengan alat injeksi yang dimodifikasi pada ujung jarum
ukuran 18 G yang runcing yang dipotong ujungnya dan diganti dengan bola logam halus
yang berlobang. Dengan cara yang lain adalah dengan menggunakan pipa karet/plastik.
Dengan panjang antara 2-3 cm, mencit harus dipegang pada bagian kulit tengkuk dan
punggungnya. Kateter dimasukkan ke dalam mulut mencit dan ditekan masuk ke dalam
mulut mencit dan ditekan masuk ke dalam esophagus, baru cairan obat diinjeksikan.
B. Injeksi Subkutan (s.c)
Mencit harus dipegang seperti pada pemberian oral injeksi subkutan dilakukan
melalui kulit tengkuk, cara lain untuk mengekang mencit bisa dilakukan dengan ibu jari
telunjuk dan sementara mencit dibiarkan mencengkram suatu permukaan yang kasar
sehingga tertahan di tempat. Injeksi dilakukan pada bagian kulit punggung yang terangkat
dengan arah paralel ke belakang
C. Injeksi Intra Muskuler (i.m)
Karena kecilnya massa otot pada mencit maka volume obat yang diinjeksikan relatif
kecil. Otot pada bagian posterior dan anterior yang merupakan tempat yang paling sering
dipakai untuk keperluan tersebut. Mencit dikekang dengan memegang kulit bagian tengkuk
dan punggung dan diarahkan pada posisi terlentang kemudian operator memegang salah
satu kakinya. Injeksi dilakukan apabila otot pada bagian anterior dipegang dengan cara
menjepitnya di antara ibu jari dan telunjuk.
4. PERHITUNGAN DOSIS
Contoh perhitungan :
Dosis terapi Paracetamol untuk orang dengan berat badan 70 kg adalah 500 mg, berapa
perkiraan dosis untuk tikus?
Jawab :
(Lihat Tabel 1)
Konversi tabel manusia 70 kg ke tikus 200 g = 0,018
Dosis terapi Parasetamol tikus (200 g) adalah :
= 0,018 x 500 mg
= 9 mg / 200 g BB
= 45 mg / kg BB
Perlu dicatat takaran dosis yang diberikan hendaknya selalu dikaitkan dengan batas volume
maksimum yang dapat diterima oleh subjek atau hewan (Lihat Tabel 2).

Tabel 1. Konversi perhitungan dosis antara jenis hewan (Laurence dan Barach, 1964)
Hewan Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera Anjing Manusia
Uji 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit
1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus
0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
200 g
Marmut
0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kera
0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing
0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia
0,0026 0,018 0,013 0,07 0,16 0,32 1,0
70 kg

Tabel 2. Volume maksimum larutan obat yang diberikan pada binatang.


Hewan Volume Maksimum dalam mL
Cara Pemberian
Uji
I.V I.M I.P S.C Per Oral
1. Mencit
0,5 0,05 1,0 0,5 – 1,0 1,0
(20-30 g)
2. Tikus
0,1 0,1 2,0 – 5,0 2,0 – 5,0 5,0
(100 g)
3. Hamster
- 0,1 1,0 – 5 2,5 2,5
(50 g)
4. Marmut
- 0,25 2,0 – 5,0 5,0 10,0
(250 g)
5. Merpati
2,0 0,5 2,0 2,0 10,0
(300 g)
6. Kelinci
5-10 0,5 10,0 – 20,0 5,0 – 10,0 20,0
(2,5 kg)
7. Kucing
- 10,0 10,0 – 20,0 5,0 – 10,0 50
(3 kg)
8. Anjing
10,0 – 20,0 5,0 20,0 – 50,0 10,0 100,0
(5 kg)

PERCOBAAN I : PERCOBAAN OBAT ANALGETIK


(METODE PLAT PANAS) (1)

 Bahan : Tablet Antalgin


Tablet Paracetamol
Natrium CMC 1%
 Alat : Plat Panas 550C
Alat suntik dan jarum oral
 Hewan Uji : Mencit dewasa
 Cara Kerja :
1. Mencit I (kontrol) hanya diberi suspensi Na. CMC 1% per oral, kemudian mencit
diletakkan di atas plat panas 550C, catat waktu mencit diletakkan sampai mencit
mengangkat kakinya. Pengamatan dilakukan pada menit ke-10, 20, 40, dan 80
setelah pemberian obat.
2. Mencit II, diberi suspensi Antalgin per oral, 15 menit kemudian mencit diletakkan
di atas plat panas 550C, catat waktu mencit diletakkan sampai mencit mengangkat
kakinya. Pengamatan dilakukan pada menit ke-10, 20, 40, dan 80 setelah pemberian
obat.
3. Mencit III, diberi suspensi Paracetamol per oral, 15 menit kemudian mencit
diletakkan di atas plat panas 550C, catat waktu mencit diletakkan sampai mencit
mengangkat kakinya. Pengamatan dilakukan pada menit ke-10, 20, 40, dan 80
setelah pemberian obat.
 Data Pengamatan
Tabel Data Frekuensi Pengangkatan Kaki Mencit Sebelum dan Sesudah Perlakuan
BB Volume Pengangkatan kaki mencit (kali)
Obat Hewan Pemberian Waktu 10 20 40 80
Uji (mL) menit menit menit menit
Na. CMC
1%
Antalgin
Paracetamol

PERCOBAAN I : PERCOBAAN OBAT ANALGETIK


METODE GELIAT (WRITHING TEST) (2)

 Bahan : Tablet Asam Mafenamat


Tablet Antalgin
Tablet Na/K Diklofenak
Tablet Meloxicam
Tablet Paracetamol
Natrium CMC 1%
Aquabidest
Asam Asetat 0,5 %
 Alat : Alat suntik dan jarum oral
 Hewan Uji : Mencit jantan, dewasa dengan berat badan 20 – 30 g. Hewan uji
dipuasakan selama satu malam dan tetap diberi minum dengan air ad libitum.
 Cara Kerja :
Metode yang digunakan adalah Metode Geliat (Writhing Test) yang dikemukakan oleh
Collier et al (1968).
1. Sebanyak 18 hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok (masing-masing kelompok
terdiri dari 3 ekor mencit)
2. Setiap hewan uji diberikan perlakuan secara per oral :
a. Kelompok 1 suspensi Na. CMC 1%
b. Kelompok 2 diberi suspensi Asam Mafenamat
c. Kelompok 3 diberi suspensi Antalgin
d. Kelompok 4 diberi suspensi Na/K Diklofenak
e. Kelompok 5 diberi suspensi Meloxicam
f. Kelompok 6 diberi suspensi Paracetamol
3. Setelah seluruh hewan uji mendapat masing-masing perlakuan, 5 menit kemudian
seluruh hewan uji diberi suntikan i.p. dengan larutan asam asetat 0,5 % v/v dosis 25
mg/kgBB.
4. Beberapa menit kemudian mencit mulai menggeliat (perutnya kejang dan kaki
ditarik ke belakang)
5. Catat jumlah geliat kumulatif yang timbul pada menit ke 15, 30, 60, 90, dan 120
pada tabel berikut :
Tabel Data Hasil Pengamatan
BB Jumlah Geliat Kumulatif Pada
Volume
Obat Hewan Menit ke- (kali)
Pemberian (mL)
Uji 15 30 60 90 120
Na. CMC 1%
Asam
Mafenamat
Antalgin
Na/K
Diklofenak
Meloxicam
Paracetamol

6. Buat kurva t (menit) vs jumlah geliat tiap perlakuan


7. Hitung luas daerah di bawah kurva (AUC) dari kurva tersebut (ingat rumus
menghitung luas persegi panjang, segi tiga dan jajaran genjang)
8. Hitung persen daya analgetika dengan rumus :

( AUC Perlakuan )
% Daya Analgetika = 1− x 100 %
( AUC Kontrol )

Obat % Daya Analgetika

Na. CMC 1%
Asam Mafenamat
Antalgin
Na/K Diklofenak
Meloxicam
Paracetamol

PERCOBAAN II :

PERCOBAAN OBAT ANTIPIRETIK


 Bahan : Tablet Ibuprofen
Tablet Bufect
Tablet Paracetamol
Tablet Sanmol
Tablet Antalgin
Pepton/Ragi
Vaksin DPT-H
Natrium CMC 1%
 Alat : Termometer Rektal
Alat suntik dan jarum oral
 Hewan Uji : Kelinci
 Cara Kerja :
1. Hewan I (kontrol), catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan penginduksi demam
secara intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi suspensi Na CMC 1%,
kemudian ukur temperatur melalui rektal pada menit ke 15, 30, dan 60.
2. Hewan 2, catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan penginduksi demam secara
intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi suspensi Ibuprofen, kemudian ukur
temperatur melalui rektal pada menit ke 15, 30, dan 60.
3. Hewan 3, catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan penginduksi demam secara
intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi suspensi Bufect, kemudian ukur
temperatur melalui rektal pada menit ke 15, 30, dan 60.
4. Hewan 4, catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan penginduksi demam secara
intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi suspensi Paracetamol, kemudian ukur
temperatur melalui rektal pada menit ke 15, 30, dan 60.
5. Hewan 5, catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan penginduksi demam secara
intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi suspensi Sanmol, kemudian ukur
temperatur melalui rektal pada menit ke 15, 30, dan 60.
6. Hewan 6, catat suhu rektal, kemudian disuntik larutan penginduksi demam secara
intraperitonial, catat suhu, selanjutnya diberi suspensi Antalgin, kemudian ukur
temperatur melalui rektal pada menit ke 15, 30, dan 60.
Tabel Data Hasil Pengamatan
Suhu Perlakuan Pada
BB Suhu Suhu Rata-rata
Dosis Menit ke-
Obat Hewan Awal Demam Penurunan
Obat 15 30 60
Uji (0C) (0C) Suhu
Na. CMC
1%
Ibuprofen
Bufect
Paracetamol
Sanmol
Antalgin

PERCOBAAN III :

PERCOBAAN OBAT DIURETIK

 Bahan : Tablet HCT


Tablet Spironolakton
Tablet Furosemid
Aquadest
Natrium CMC 1 %
 Alat : Kandang metabolisme
Alat suntik dan jarum oral
 Hewan Uji : Kelinci
 Cara Kerja :
1. Hewan 1, diberi suspensi Na. CMC pelan-pelan, 50 mL/kg BB, kemudian
diletakkan dalam kandang metabolisme, catat frekuensi buang air kecil/volume
urine selama 18-24 jam.
2. Hewan 2, diberi suspensi HCT pelan-pelan, dengan dosis yang sesuai BB, kemudian
diletakkan dalam kandang metabolisme, catat frekuensi buang air kecil/volume
urine selama 18-24 jam.
3. Hewan 3, diberi suspensi Spironolakton per oral pelan-pelan, dengan dosis sesuai
BB, kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat frekuensi buang air
kecil/volume urine selama 18-24 jam.
4. Hewan 4, diberi suspensi Furosemid per oral pelan-pelan, dengan dosis sesuai BB,
kemudian diletakkan dalam kandang metabolisme, catat frekuensi buang air
kecil/volume urine selama 18-24 jam.

Tabel Data Hasil Pengamatan


Perlakuan Frekuensi
Berat Badan Vol.Pemberian Volume Urin
buang air kecil
Na. CMC 1%
HCT
Spironolakton
Furosemida
PERCOBAAN IV :

PERCOBAAN OBAT ANTIDIABETIK

 Bahan : Glukosa
Tablet Glibenclamid
Tablet Renabetic
Tablet Metformin
Tablet Glucophage
Tablet Benofomin
Natrium CMC 1%
 Alat : Alat suntik dan jarum oral
Glukometer/strip
 Hewan Uji : Kelinci
 Cara Kerja :
1. Masing-masing hewan uji diukur kadar gula darah awal nya.
2. Masing-masing hewan uji diberi larutan glukosa 50 %, lalu diamkan selama 30
menit.
3. Diukur kadar gula darah setelah pemberian larutan Glukosa 50%.
4. Selanjutnya masing-masing hewan uji diberi perlakuan :
a. Kelinci 1 diberi suspensi Na. CMC 1%
b. Kelinci 2 diberi suspensi Glibenclamida
c. Kelinci 3 diberi suspensi Renabetic
d. Kelinci 4 diberi suspensi Metformin
e. Kelinci 5 diberi suspensi Glucophage
f. Kelinci 6 diberi suspensi Benofomin
5. Diukur kadar gula akhir setelah perlakuan pada menit ke 30, 60, 90 dan 120.

Tabel Data Hasil Pengamatan


Kadar Glukosa Kadar Glukosa Darah (mg/dL) pada
Kadar Kadar
BB Darah (mg/dL) menit ke-
Glukosa Glukosa
Obat Kelinci Setelah
Awal Darah
(Kg) Pemberian Lar. 30 60 90 120
(mg/dL) (mg/dL)
Glukosa 50%
Na. CMC 1%
Glibenclamid
Renabetic
Metformin
Gluchophage
Benofomin

PERCOBAAN V :

OBAT ANTIDIARE

 Bahan : Lodia (Loperamid)


Infusa/Sari/Ekstrak Daun Jambu Biji
Oleum Resini
Natrium CMC 1%
 Alat : Alat suntik dan jarum oral
 Hewan Uji : Mencit
 Cara Kerja :
1. Hewan uji yang sudah dipuasakan, ditimbang dan dikelompokkan sesuai perlakuan.
2. Masing-masing hewan uji diberi perlakuan, kemudian didiamkan selama 1 jam.
3. Semua hewan uji di atas diberi Oleum Risini dosis 0,75 mL (untuk mencit).
4. Pengamatan dilakukan dengan melihat konsistensi feses/frekuensi BAB dari hewan
coba, selang 30 menit selama 4 jam atau selang 1 jam selama 10 jam.

Tabel Data Hasil Pengamatan

Perlakuan BB Hewan Uji Vol. Pemberian Frek. BAB Konsistensi feses


Na. CMC 1%
Lodia
Daun Jambu
Biji

PERCOBAAN VI :

TEKNIK PENGAMBILAN DARAH dan PEMBUATAN

SERUM/PLASMA

Ringkasan Teori
o Cairan tubuh salah satunya adalah darah dan air.
o Darah terdiri dari :
- Sel darah putih (leukosit)
- Sel darah merah (eritrosit)
- Trombosit (platelet)
- Protein, plasma, elektrolit, serum
o Fungsi darah : membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh melalui
eritrosit dan membawa karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru.
o Jumlah darah sekitar 7 – 8 % dari bobot tubuh, pada orang dewasa sekitar 4 – 6 liter.
o Nilai normal :
- Eritrosit ( sel darah merah ) pada manusia 4,6 juta/ mm 3. Umur eritrosit rata-rata 110
– 120 hari.
- Leukosit ( sel darah putih ) : ± 7000 sel/ mm3 = 7000 / μL darah.
Jenis leukosit : basofil, eosinofil, metrofil batang, lymposit, monocyt.
- Trombosit ( keping-keping darah ) → anti pembekuan darah
Nilai normalnya : 160.000 – 300.000 / μL darah / mm3
o Serum : cairan bening yang diperoleh dengan memisahkan antara sel darah dan
cairannya setelah dibekukan tanpa menggunakan antikoagulans.
o Plasma : cairan bening yang diperoleh dengan memisahkan antara sel darah dan
cairan dengan menggunakan antikoagulans.

Tujuan :
- Untuk mengetahui cara pengambilan darah pada hewan coba dan pada manusia.
- Untuk mengetahui cara pembuatan serum atau plasma sebagai bahan pemeriksaan.

Alat :
- Spoit 3,5, 10 cc
- Kapas
- Karet pembendum
- Centrifuge
- Rak tabung
- Tabung reaksi
Bahan :
- EDTA 10 %
- Natrium citrat 3,8 %
- Amonium / kalium oxalat
- Alkohol 70 %

Cara Kerja :
1. Pengambilan darah pada manusia
Pengambilan darah dilakukan pada salah satu vena dalam fossa cubiti.
2. Pengambilan darah pada hewan coba
Pengambilan darah dilakukan di vena marginalis pada daun telinga kelinci atau pada ekor
binatang mencit kemudian ditampung dalam wadah yang sudah disiapkan.
3. Pembuatan serum darah hewan uji dan manusia
Darah sudah beku di dalam tabung reaksi kemudian di sentrifuge selama 15 – 30 menit
dengan kecepatan tertentu. Kemudian dipipet cairan jernih ke dalam wadah lain.
4. Pembuatan plasma darah hewan uji dan manusia
Darah yang sudah ditambahkan antikoagulans kemudian disentrifuge selama 15 – 30
menit dengan kecepatan tertentu. Kemudian dipipet bagian yang jernih dalam wadah yang
lain.

PERCOBAAN VII :

PENGARUH DOSIS PEMBERIAN TERHADAP EFEK

FARMAKOLOGI

 Bahan : Fenobarbital
Aquabidest
Ethanol
 Alat : Alat suntik dan jarum oral
 Hewan Uji : Mencit jantan, dewasa dengan berat badan 20 – 30 g. Hewan uji
dipuasakan selama satu malam dan tetap diberi minum dengan air ad libitum.
 Cara Kerja :
Metode yang digunakan adalah Pentobarbitone-Induced Sleeping Time (Waktu
tidur yang diinduksi oleh Pentobarbital). Hasil yang diperoleh dievaluasi menurut
metode Turner (1965).
1. Sebanyak 16 hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok (masing-masing kelompok
terdiri dari 4 ekor mencit).
2. Fenobarbital diberikan pada tiap kelompok dengan dosis :
a. Kelompok 1 diberi Fenobarbital 10 mg/kgBB i.p
b. Kelompok 2 diberi Fenobarbital 20 mg/kgBB i.p
c. Kelompok 3 diberi Fenobarbital 40 mg/kgBB i.p
d. Kelompok 4 diberi Fenobarbital 80 mg/kgBB i.p
3. Stopwatch dihidupkan setelah pemberian Fenobarbital (dihitung sebagai menit ke-0)
4. Dicatat mulai terjadinya Sleeping Time (ONSET)
5. Dicatat waktu bangun tidur yang ditandai dengan reflek balik badan (mulai
timbulnya onset dan kembali bangun) (DURASI/LAMA SLEEPING TIME)

PERCOBAAN VIII :

UJI IRITASI PRIMER

Selain menyebabkan efek lokal di tempat kontak, suatu toksikan akan menyebabkan
kerusakan jika ia diserap oleh organisme itu. Absorpsi bisa terjadi lewat kulit, paru-paru dan
beberapa jalur lain. Untuk sebagian besar efek pada kulit, hewan uji pilihan adalah kelinci
albino, meskipun marmot, mencit putih dan hewan lainnya juga digunakan. Berbagai jenis
efek dapat terjadi akibat pejanan kulit terhadap toksikan, salah satunya adalah Iritasi Primer
Kulit. Iritasi adalah suatu reaksi kulit terhadap zat kimia misalnya alkali kuat, asam kuat,
pelarut dan detergen. Iritasi primer terjadi di tempat kontak dan umumnya pada sentuhan
pertama.

 Alat : Alat cukur


Gunting rambut
Bejana kaca/toples tertutup untuk tempat pembiusan hewan uji
 Bahan : Berbagai sediaan pemutih kulit
Kassa steril
Leukoplas(R) dan plester untuk menutup luka yang telah diberi perlakuan
 Hewan Uji : Tikus / kelinci
 Cara Kerja :
1. Penetapan Dosis
Dosis yang digunakan berpatokan pada :
0,5 mL = untuk bahan yang berupa cairan
0,5 g = untuk bahan yang berbentuk padat untuk 1 x 1 inci kulit
Dosis yang diberikan : 0,25 g, 0,5 g, 1 g dan 2 g
2. Pengelompokkan Hewan Uji
Jumlah kelinci yang digunakan secara keseluruhan = 6 ekor
Jumlah tikus yang digunakan secara keseluruhan = 36 ekor
Jumlah tikus untuk masing-masing kelompok = 3 ekor

a. Kelompok Kulit Normal


Kelompok Perlakuan
I Zat Uji 0,25 g
II Zat Uji 0,5 g
III Zat Uji 1 g
IV Zat Uji 2 g
V Kontrol Negatif (aquadest 0,5 mL)
VI Kontrol Positif
b. Kelompok Kulit Lecet
Kelompok Perlakuan
I Zat Uji 0,25 g
II Zat Uji 0,5 g
III Zat Uji 1 g
IV Zat Uji 2 g
V Kontrol Negatif (aquadest 0,5 mL)
VI Kontrol Positif

3. Pencukuran
a. Tikus
1) Pencukuran pada tikus dilakukan pada saat tikus terbius. Untuk pembiusan
digunakan eter anastesi dan dilakukan dalam wadah tertutup. Bagian yang
telah dicukur diberi batas menggunakan Leukoplast(R).
2) Bagian yang dicukur adalah daerah punggung dengan ukuran 2 x 2 cm.
3) Pencukuran dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :
a) Gunting rambut sampai panjang rambut ± 0,5 cm.
b) Cukur rambut pendek tersebut dengan alat cukur, sehingga didapatkan
kulit yang halus dan bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak sampai melukai kulit hewan uji.
4) Setelah pencukuran dilakukan, 18 ekor tikus untuk Kelompok Kulit Lecet,
dibuat insisi minor yang tidak sampai menimbulkan perdarahan.

b. Kelinci
1) Buat 6 kotak berukuran 2 x 2 cm pada punggung kelinci. Cukur keenam
kotak tersebut.
2) Beri batas yang jelas pada kotak-kotak tersebut.
3) Pada tiap kelinci buat pola sebagai berikut :

Pada 3 ekor kelinci :


Kepala Kelinci
I I
II II Punggung Kelinci
III III
Pada 3 ekor kelinci lainnya :
Kepala Kelinci
IV IV
V V
VI VI Punggung Kelinci

Keterangan :
Bagian punggung kiri = Bagian kulit yang normal
Bagian punggung kanan = Bagian kulit yang lecet
I, II, III, IV, V dan VI = Perlakuan

4. Pemberian Zat Uji dan Pengamatan Gejala Toksik


a. Sebelum dioleskan zat uji, kulit hewan uji dibersihkan pelan-pelan dengan kapas
bersih yang dibasahi air.
b. Lalu kulit diolesi dengan zat uji sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
c. Setelah itu, kulit dilapisi dengan plastik tipis dan kasa steril, dibuat sedemikian
rupa sehingga dipastikan hewan uji tidak dapat menelan senyawa uji yang
diberikan.
d. Berikan zat uji 1x/hari dan juga lakukan pengamatan gejala toksik selama 3 hari.

5. Analisis Hasil
a. Data hasil pengamatan dianalisis secara kualitatif, yaitu pengamatan gejala toksik
berupa eritema dan edema pada kulit normal dan kulit yang dileceti. Lakukan
pengamatan setelah 24 jam dan 72 jam terakhir.

Evaluasi reaksi kulit


Eritema dan pembentukan kerak
Eritema dan Pembentukan Kerak Skor
Tanpa eritema 0
Eritema sangat sedikit (hampir tidak ada) 1
Eritema berbatas jelas 2
Eritema moderat sampai berat 3
Eritema berat (merah sampai sedikit membentuk 4
kerak/luka dalam)
Total skor eritema yang mungkin... 4

Pembentukan edema
Pembentukan Edema Skor
Tanpa edema 0
Edema sangat sedikit (hampir tidak jelas) 1
Edema sedikit (tepi daerah berbatas jelas) 2
Edema moderat (tepi naik kira-kira 1 mm) 3
Edema berat (naik > 1 mm dan meluas keluar daerah 4
pajanan)
Total skor edema yang mungkin... 4

b. Lanjutkan analisis secara kuantitatif berupa perhitungan indeks iritasi primer


menggunakan rumus berikut ini :

Rumus Perhitungan Indeks Iritasi Primer :


I. Rata-rata eritema normal =

Eritema Kulit Normal 24 jam+ Eritema Kulit Normal72 jam


2
II. Rata-rata edema normal =
Edema Kulit Normal 24 jam+ Edema Kulit Normal 72 jam
2
III. Rata-rata eritema lecet =
Eritema Kulit Lecet 24 jam+ Eritema Kulit Lecet 72 jam
2
IV. Rata-rata edema lecet =
Edema Kulit Lecet 24 jam+ Edema Kulit Lecet 72 jam
2
V. Indeks eritema primer =
Rata−Rata Eritema Normal+ Rata−Rata Eritema Lecet
2
VI. Indeks edema primer =
Rata−Rata Edema Normal+ Rata−Rata Edema Lecet
2

Indeks Iritasi Primer = Indeks eritema primer + Indeks edema primer

Nilai Indeks Iritasi Primer Evaluasi


≤2 Hanya sedikit mengiritasi
2–5 Merupakan iritan moderat
≥6 Merupakan iritan berat

Anda mungkin juga menyukai