Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat nya saya dapat
menyelesaikan penulisan ilmah yang berjudul “TEKNIK PERBAIKAN JALAN
PADA SETIAP KERUSAKAN”. Semoga dengan penulisan ilmiah ini dapat di
gunakan sebagai acuan untuk bahan pembelajaran, petunjuk maupun pedoman
bagi para pembaca dalam profesi bidang teknik sipil.
Harapan saya penulisan ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki kesalahan dalam bentuk
maupun isi dari penulisan ilmiah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, saya berharap bagi para pembaca
untuk memberi masukkan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
penulisan ilmiah ini
Serta tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang sudah
berpartisipasi untuk membantu menyelesaika penulisan ilmiah ini.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................................ii
BAB I. Pendahuluan...........................................................................................................1
BAB IV Pembahasan.........................................................................................................7
BAB V Penutup...................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................12
5.2 Saran.....................................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu prasarana yang sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan hidup
masyarakat adalah Jalan, karena di era modern ini semua dituntut untuk bekerja
cepat dan efisien, jika terjadi kerusakan jalan maka dapat berdampak pada kondisi
sosial dan ekonomi terutama prasarana transportasi darat. Dampak yang terjadi
pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan permukaan jalan berupa
lubang (potholes), bergelombang (rutting), retak-retak dan pelepasan butiran
(ravelling) yang menyebabkan fungsi jalan menjadi menurun. Perencanaan
prasarana jalan di suatu wilayah mulai dari tahapan prasurvey, perencanaan dan
perancangan teknis, pelaksanaan pembangunan fisiknya hingga pemeliharaan
harus tidak terpisahkan sesuai kebutuhan saat ini dan prediksi umur pelayanannya
di masa mendatang agar tetap terjaga ketahanan fungsionalnya.
Selama ini, dalam pembangunan jalan ada hal yang harus diperhatikan lebih
mendetail dan teliti baik itu dari perencanaan jalan itu sendiri maupun
pelaksanaan tentunya. Kita sebagai pengguna jalan pastinya menginginkan jalan
yang kita pakai itu aman, nyaman, bersih. Maka dari itu kerusakan yang terjadi
dijalan tersebut harus ditanggulangi dan diperbaiki dengan sungguh-sungguh.
1
1.2. Rumusan masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkerasan jalan adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah
dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana
transportasi, diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi kerusakan yang
berarti. Agregat yang dipakai adalah batuan pecah atau batu belah ataupun bahan
lainnya. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu
berkisar antara 90 - 95 % berdasarkan prosentase beratnya. Daya dukung dan
stabilitas lapisan permukaan jalan ditentukan dari sifat-sifat, bentuk butir, dan
gradasi agregatnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah
liat. Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan
memberikan variasi beban ringan, sedang sampai berat. Berdasarkan bahan
pengikat yang menyusunnya, konstruksi perkerasan jalan dibedakan atas beberapa
jenis antara lain:
a. Konstruksi perkerasan lentur
3
BAB III
METODOLOGI
MULAI
Persiapan
Pengambilan Data
Data Sekunder
- Berat Jenis Tanah - Daya dukung tanah, Qc - Gambar Kerja (trase dan potongan)
- Kuat Geser
Pengambilan Data
4
3.1 Tahapan Persiapan
1) Studi Pustaka terhadap materi tugas akhir untuk menentukan garis besar
permasalahan
Data – data yang mendukung ini secara keseluruhan didapat dari proyek
pembangunan sebagai data sekunder. Data sekunder merupakan data yang
diperoleh melalui pengumpulan data yang sudah ada hasil penelitian atau survey
konsultan. Adapun data yang dikumpulkan meliputi sebagai berikut:
1. Data Lapangan
Metode Literature, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
cara mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis dan metoda kerja
yang digunakan. Data tertulis bisa juga dari instansi.
5
3.3 Analisis Pengolahan Data
Pada tahapan ini dilakukan proses pengolahan data – data yang diperoleh baik
data primer atau data sekunder. Analisis data ini meliputi :
Data tanah berupa nilai – nilai properties tanah guna menentukan Daya
dukung tanah dasar, besar penurunan, tinggi timbunan kritis serta menentukan
metode perbaikan tanah dasarnya.
Mendisain perkerasan jalan yang data – datanya diperoleh dari instansi terkait
baik berupa geometri maupun desain perkerasan jalannya. Data tersebut akan
digunakan dalam menganalisis daya dukung tanah. Analisa pada struktur
perkerasan jalan meliputi :
6
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan
yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapisperkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan
jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu
yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR) Lapisan tanah
dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah
urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain
lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
7
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-
sifat dan dayadukung tanah dasar.Umumnya persoalan yang menyangkut tanah
dasar adalah sebagai berikut :
• Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat
tanah pada lokasiyang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan
misalnya kepadatan yang kurang baik.
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah
dasar dan dibawah lapis pondasi atas.Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya dayadukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis
pondasi bawah danlapis permukaan.Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :
• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban kelapisan di bawahnya.
8
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga
dapat menahanbeban-beban roda.Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain,kecukupan bahan setempat, harga,
volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda
kendaraan.Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri
atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa
juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton
sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan
aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Perkerasan beton
yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan
beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari
kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri
Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh
dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Karena yang
paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban,
9
maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton
semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar
dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural
perkerasannya. Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena
beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping,
kendali terhadap sistem drainase, Kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada
tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja(working platform) untuk pekerjaan
konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah:
· Menyediakan lantai kerja bagi alat –alat berat selama masa kostruksi
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas
tanahdasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi
drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6–7 inch. Dengan
bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari
bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama
sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping padaperkerasan. Oleh karena itu, untuk
selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk
diperhitungkan dalam perencanaan. Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat
pelat beton dengan penebalan di bagian ujung/ pinggir untuk mengatasi kondisi
tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yangsering lewat di bagian
pinggir perkerasan. Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada
10
kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi
pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 –10 inch. Guna mempelajari
hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di
Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari
Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara
beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 –9
inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki.
Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter ¾ inch dan berjarak
15 inch di bagian tengah.
Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh. Pada jalan uji AASHO,
tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja
perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang
dan5,0. Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku,
perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
11
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Apabila perkerasan jalan dipelihara dengan baik, maka perkerasan jalan tersebut
akan mempunyai umur lebih lama. Jadi tanpa adanya pemeliharaan dan perbaikan
jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan
fungsinya baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan jalan. Tetapi sekali
jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan , maka kerusakan
yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu sangat penting
untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti menutup
sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yangtimbul,
dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan
(inspeksi) secara rutin. Adapun penyebab -penyebab kerusakan perkerasan jalan
bias di simpulkan pula sebagai berikut :
5.2. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13