KARAKTERISTIK AERODROME
4
hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai
fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik
merek ternama apalagi di bandara-bandara baru.
Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia /
penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar
udara yang berstatus bandar udara internasional ditempatkan petugas-petugas
bea cukai. Di Indonesia, bandar udara yang berstatus bandar udara internasional
antara lain adalah Kuala Namu (Deliserdang), Soekarno-Hatta (Cengkareng),
Djuanda (Surabaya), Sultan Aji Muhammad Sulaiman (Kota Balikpapan),
Hasanuddin (Makassar), dan masih banyak lagi.
5
e. IATA memberikan kode tidak hanya berdasarkan daerah lokasi atau
kota seperti Frankfurt (FRA), nama negara seperti pada Singapore
(SIN) atau nama dari bandar udara tersebut seperti John F. Kennedy
(JFK) untuk New York, tapi ada hal-hal lain yang juga menjadi
pertimbangan ketika menentukan kode suatu bandara atau tujuan
penerbangan seperti misalnya DXB untuk Dubai dan LAX untuk Los
Angeles.
2.2.2 Runway
Landasan pacu atau runway adalah suatu daerah persegi panjang yang
ditentukan pada bandar udara di daratan atau perairan yang dipergunakan untuk
pendaratan dan lepas landas pesawat udara.
a. Kebutuhan panjang landasan untuk perencanaan Lapangan Terbang
telah dibuat persyaratannya oleh FAA (Federal Aviation Administration).
FAA AC manual DOC 7920-AN/865 part 1 Air Craft Characteristic, untuk
menghitung panjang landasan bagi rutr-rute tertentu, untuk berbagai
6
macam pesawat. Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan
panjang landasan:
1. Menentukan “Operating Weight Empt” dari pesawat (ambil dari flight
manual).
2. Menentukan Pay Load.
3. Menentukan BBM cadangan.
4. Berat a, tambah berat b, tambah berat c adalah landing weight
pesawat di kota B. Berat landing tidak boleh melebihi maximum
structural landing weight pesawat.
5. Menghitung kebutuhan BBM untuk penerbangan dari kota A ke kota
B.
6. Take off weight pesawat didapat dengan menambahkan c ke d. Berat
take off pesawat tidak boleh melebihi maximum structural take off
weight pesawat.
7. Menentukan temperature angin permkaan, kemiringan landasan dan
ketinggian lapangan terbang tujuan.
8. Dengan data-data di atas dan menggunakan flight manual yang
sudah disyahkan FAA untuk pesawat-pesawat tertentu, bisa dihitung
panjang landasan.
9. Data yang diperlukan dalam perhitungan berupa ketinggian
penerbangan, angina haluan selama penerbangan, kecepatan,
ketinggian lapangan terbang, angin permukaan lapangan terbang,
kemiringan landas pacu, temperature lapangan terbang, operating
weight empty, pay load, cadangan BBM.
2. ̊ (59 F
Temperatur bandara ditentukan pada suhu standar 15 C ̊ )
7
3. Landas pacu rata searah longitudinal.
Panjang aktual landas pacu ditentukan dari panjang dasar landasan dan
angka-angka koreksi ketinggian, temperatur dan koreksi terhadap
gradien sebagai berikut:
1. Koreksi terhadap ketinggian
Semakin tinggi suatu tempat akan menyebabkan kerapatan udara
menjadi semakin rendah, hal ini akan mengakibatkan pesawat
memerlukan jarak yang lebih panjang unutk tinggal landas.
Fe = 1 + 0,07 × h/300
Dimana:
Fe = Angka koreksi elevasi
h = Elevasi bandara (m)
Tr = Ta + (Tm - T)
8
Dimana:
h = Elevasi bandara (m)
9
2.2.3 Taxiway
Taxiway adalah jalan penghubung antara landasan pacu dengan pelataran
pesawat (apron), kandang pesawat (hanggar), terminal, atau fasilitas lainnya di
sebuah bandar udara. Fungsi utama taxiway adalah sebagai jalan keluar masuk
pesawat dari landas pacu ke bangunan terminal dan sebaliknya atau dari landas
pacu ke hanggar pemeliharaan. Taxiway diatur sedemikian hingga pesawat yang
baru saja mendarat tidak mengganggu pesawat lain yang sedang taxi, siap menuju
ujung lepas landas.
Di pelabuhan udara yang sibuk dimana lalu lintas pesawat taxi diperkirakan
bergerak sama banyak dari dua arah, harus dibuat parallel taxiway terhadap
landasan untuk taxi satu arah. Rutenya dipilih jarak terpendek dari bangunan
terminal menuju ujung landasan yang dipakai untuk awal lepas landas. Dilihat dari
segi pendaratan, pembuatan taxiway harus bisa dipakai oleh pesawat secepatnya
ke luar ladasan, sehingga landasan bisa dipakai oleh pesawat secepatya ke luar
landasann, sehingga landasan bisa dipakai mendarat oleh pesawat lain, tanpa
menunggu lama, taxiway ini disebut Exit taxiway atau Turn off. Perbedaan antara
taxiway dengan runway adalah apabila runway ditandai dengan angka, maka
taxiway ditandai dengan huruf, berikut penjelasannya:
a. Tanda-tanda di Taxiway menurut SKEP 11 tahun 2001 sebagai berikut:
1. Normal Centreline.
Sebuah garis kuning tunggal yang berkesinambungan yang terletak
ditengah-tengah landasan, selebar 6 inci (15 cm) sampai 12 inci (30
cm).
2. Enhanced Centreline.
Garis tengah yang diperpanjang ini terdiri dari garis parallel berwarna
di kedua sisi garis tengah landasan. Garis tengah landasan bisa
diperpanjang hingga 150 kaki (45,7 m) sebelum sampai pada tanda
posisi siap-pacu.
3. Taxiway Edge Markings.
10
Digunakan untuk menunjukan ujung landasan pacu apabila ujung
landasan pacu tidak ditandai (sampai dengan) dengan ujung
perkerasan.
4. Continuous Markings
Tanda berkesinambungan terdiri dari garis kuning ganda, dengan
setiap garis setidaknya selebar 6 inci (15 cm) dan berjarak 6 inci (15
cm) saling terpisah dan menunjukan ujung landasan dari bahu
perkerasan atau dari permukaan beraspal lainnya yang tidak
dimaksudkan untuk digunakan oleh pesawat.
5. Taxi Shoulder Markings.
Taxiway, holding bays, dan apron terkadang diberikan
bahu perkerasan untuk mencegah tabrakan dan erosi air. Bahu
perkerasan ini tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh pesawat
terbang, dan mungkin tidak dapat memikul beban pesawat. Bahu
landasan ditandai dengan garis kuning yang tegak lurus terhadap tepi
landasan, dari ujung landasan ke tepi perkerasan, sekitar 10 meter.
6. Surface Painted Taxiway Direction Signs.
Latar belakang kuning dengan tulisan hitam, dan diberikan bila tidak
mungkin untuk memberikan tanda arah landasan pacu di
persimpangan, atau bila diperlukan untuk melengkapi tanda-tanda
seperti itu. Tanda-tanda ini terletak di kedua sisi tengah landasan.
7. Surface Painted Location Signs.
Latar belakang hitam dengan tulisan kuning. Bila diperlukan, tanda-
tanda ini melengkapi tanda lokasi yang berada di sepanjang landasan
pacu dan membantu pilot dalam menunjukan jalan menuju tempat
pesawat akan ditempatkan. Tanda-tanda ini terletak di sisi kanan garis
tengah.
8. Geographic Position Markings.
Tanda-tanda ini terletak pada titik-titik di sepanjang rute taxi dengan
visibilitas rendah (ketika RVR berada di bawah 1.200 kaki (360m)).
Mereka diposisikan di sebelah kiri garis tengah landasan ke arah taxi.
b. Lampu Taxiway
11
Untuk operasi malam, taxiway di banyak bandara dilengkapi dengan
lampu, meskipun beberapa bandara kecil yang tidak dilengkapi dengan
peralatan ini.
1. Taxiway Edge Lights
Digunakan untuk garis tepi taxiway selama periode kegelapan atau
kondisi visibilitas terbatas. Perlengkapan ini akan meningkat dan
memancarkan cahaya biru.
2. Taxiway centerline Lights
Peralatan ini tetap menyala dan memancarkan cahaya hijau yang
terletak di sepanjang landasan tengah
3. Clearance Bar Lights
Tiga lampu berwarna kuning di posisi siap pacu di taxiway
4. Runway Guard Lights
5. Stop Bar Lights
Lampu taxiway berjarak setiap 75 kaki. Di beberapa bandara, lampu -
lampu lebih berdekatan ketika di persimpangan.
c. Geometri Taxiway
Agar lebar taxiway dipengaruhi oleh Code Letter, dan untuk beberapa
jenis pesawat terbang tertentu dipengaruhi oleh Wheelbase dan lebar
Main Gear. Tujuan penentuan lebar minimum taxiway dengan
memperhatikan Wheelbase atau lebar Main Gear dimaksudkan roda
Main Gear tidak keluar dari perkerasan di tikungan.
12
Untuk pesawat terbang dengan outer main
18
gear wheelspan < 9 m
D
Untuk pesawat terbang dengan outer main
24 gear
wheelspan ≥ 9 m
Untuk pesawat terbang dengan outer main
18
gear wheelspan < 9 m
D
Untuk pesawat terbang dengan outer main
23 gear
wheelspan ≥ 9 m
E 23 -
Sumber : SKEP NO 77-VI-2005
13
E V 1,5
F VI 1,5
Sumber : SKEP NO 77-VI-2005
2. Exit Taxiway
Adalah taxiway yang berfungsi untuk memperpendek masa
penggunaan runway pada saat pendaratan pesawat di runway, sudut
beliknya sekitar 30˚ ─ 45˚. Penentuan letaknya tergantung pada
komposisi pesawat yang dilayani, jumlah, kecepatan dan perlambatan
pesawat, jumlah direncanakan mampu mengakomodasi lalu lintas
pergerakan pesawat pada jam puncak.
14
Gambar 2.2 Exit Taxiway
sumber: CEO 4674 Air Port Planning and Design
3. Parallel Taxiway
Adalah taxiway yang sejajar dengan runway dan menghubungkan
taxiway biasa dengan apron yang panjangnya sama maupun urang
dari panjang runway.
4. Apron Taxiway
Adalah taxiway yang terletak di dekat apron yang dibedakan atas dua
15
jenis yaitu yang terletak deat apron sebagai jalan pintas pesawat dari
apron ke tempat pesawat akan diparkir dan taxilane yaitu bagian dari
apron yang diperuntukkan bagi jalan hubung ke areal parkir.
5. Cross Taxiway
Adalah taxiway yang berfungsi untuk menghubungkan 2 runway yang
berdekatan sehingga pemanfaatan kedua runway dapat dilakukan
secara optimal. Jenis taxiway ini biasanya baru diadakan jika memang
ada dua runway sejajar.
16
Gambar 2.4 Apron Taxiway
17
Tabel 2.5 Jarak Minimum Antara Taxiway dengan Taxiway atau Objek
Antara Formula A B C D E
Garis tengah Wing span (Y) + 2 x 15 24 36 52 60
T/W dan garis maximum lateral
3 4,5 6 9 9
18
f. Ukuran Taxiway
Ukuran taxiway tergantung dari kode masing-masing pesawat seperti
yang terlihat pada tabel dibawah ini:
19
- - - 176 m 180 m
g. Kekuatan Taxiway
Kekuatan dari taxiway boleh lebih dari kekuatan runway, hal ini
dimungkinkan karena biasanya taxiway mendapatkan tekanan yang lebih
besar jika dibandingkan dengan runway. Hal ini karena biasanya terdapat
lebih dari satu pesawat yang melaluinya dengan kecepatan rendah dan
ada juga pesawat yang parkir, sehingga menimbulkan tekanan yang
besar pada taxiway
h. Permukaan Taxiway
Permukaan dari taxiway harus teratur (rata) agar tidak menyebabkan
kerusakan pada struktur pesawat. Permukaan dari proved taxiway harus
dibangun untuk menyediakan karakteristik gesekan yang bai ketika
taxiway dalam keadaan basah.
20
pesawat mendarat tanpa treshold dan proses pengereman berjalan
lancar.
Untuk tujuan dari desain exit taxiway, pesawat diasumsikan melalui
treshold rata-rata 1,3 kali dari stall speed pada konfigurasi pendaratan
dengan masa average gross landing sekitar 85% dari maksimum. Lebih
jauh pesawat dapat digolongkan berdasarkan kecepatan setelah
melewati treshold dengan acuan permukaan air laut:
1. A < 169 km/jam
2. B 169 – 222 km/jam
3. C antara 224 – 259 km/jam
4. D antara 261 – 306 km/jam
Dalam penentuan lokasi dari rapid exit taxiway, harus diperhatikan
beberapa hal, antara lain lokasi dari terminal ke apron, lokasi dari runway
ke tempat keluarnya, serta menghindari jarlur yang tidak perlu. Dalam
penentuan lokasi dari rapid exit taxiway, harus diperhatikan beberapa hal,
antara lain lokasi dari terminal ke apron, lokasi dari runway ke tempat
keluarnya, serta menghindari jalur yang tidak perlu.
21
k. Taxiway Shoulder
Sebuah taxiway adalah area yang bertujuan untuk melindungi pesawat
dari kerusakan yang lebih parah jika pesawat keluar dari taxiway, jadi
fungsinya hampir sama dengan runway shoulder. Permukaan taxiway
shoulder dirancang agar tahan terhadap erosi dan kerusakan akibat
adanya benturan dengan objek- objek yang keras.
Ketebalan dari runway shoulder, taxiway shoulder dan blast pads harus
dapat dilalui oleh pesawat. Berikut ini adalah beberapa kriteria yang harus
dipenuhi antara lain :
1. Ketebalan minimum untuk shoulder dan blast pads dapat diambil dari
setengah ketebalan yang dibutuhkan oleh pertemuan paved area.
2. Untuk menjaga kesetabilan dari shoulder dan blast pads, material
beton setebal 5 cm dapat digunakan.
3. Adalah keuntungan menggunakan semen konsentrasi dan granular
sub base dengan tebal 15 cm.
4. Kriteria konstruksi yang sama untuk sub grade dan pavement course
pada shoulder dan blast pads harus dapat digunakan secara optimum.
Direkomendasikan sekitar 2,5 cm drop off yang digunakan pada
pinggiran dari kekuatan penuh pavement, shoulder dan blast pads
untuk menyediakan demarkasi.
Kedua sisi dari taxiway dengan kode huruf C, D, atau E dapat diperlebar
secara simetris sehingga jumlah antar taxiway dan shoulder tidak boleh
kurang dari :
1. 44 m untuk pesawat dengan kode huruf E.
2. 38 m untuk pesawat dengan kode huruf D.
3. 25 m untuk pesawat dengan kode huruf C.
Jika taxiway dipersiapkan untuk pesawat yang menggunakan turbine
engine, permukaan dari taxiway shoulder harus dipersiapkan agar tahan
erosi dan ijeksi yang diakibatkan oleh mesin pesawat.
l. Taxiway Strip
Taxiway Strip adalah suatu daerah yang meliputi taxiway yang bertujuan
untuk menjaga operasi pesawat pada taxiway dan mengurangi resiko
22
kecelakaan pada pesawat jika pesawat keluar dari taxiway. Taxiway strip
dapat ditambahkan secara simetris pada kedua sisi dari garis tengan
taxiway. Menurut SKEP NO 77-VI-2005 pusat taxiway strip harus
mempunyai ruang kosong yang jarak minimalnya dari pusat taxiway
adalah:
1. 11 m untuk pesawat dengan kode huruf A.
2. 12,5 m untuk pesawat dengan kode huruf B atau C.
3. 19 m untuk pesawat dengan kode huruf D.
4. 22 m untuk pesawat dengan kode huruf E.
Sumber: Basuki, 1998
Pada ujung taxiway atau shoulder, permukaan dari strip tidak harus sama
rata, tetapi kemiringan transversalnya tidak boleh kurang dari :
1. 2,5% untuk strip dengan taxiway dengan kode huruf C, D atau E.
2. 3% untuk strip dengan taxiway dengan kode huruf A atau B.
Sumber: Basuki, 1998
Perubahan kemiringan yang ditetapkan untuk kemiringan transversal
berdasarkan kepada permukaan taxiway yang berhubungan tidak
berdasar pada posisi horisontal. Penurunan kemiringan transversalnya
tidak boleh kurang dari 5% jika garis horisontal dijadikan sebagai acuan.
2.2.4 Apron
Pelataran pesawat atau apron adalah bagian dari bandar udara yang
digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang. Selain untuk parkir,
pelataran pesawat digunakan untuk mengisi bahan bakar, menurunkan
penumpang, dan mengisi penumpang pesawat terbang. Pelataran pesawat
berada pada sisi udara (air side) yang langsung bersinggungan dengan
bangunan terminal, dan juga dihubungkan dengan jalan rayap (taxiway)
yang menuju ke landas pacu. Dalam perencanaan apron berikut data-data
yang diperlukan dalam perencanaan apron:
1. Panjang pesawat rencana
2. Lebar pesawat
3. Clearance
4. Safety factor
23
5. Area Kosong
Perhitungan Luas Apron:
Luas Gate = D x L
Dimana:
D = Clearance + Wingspan
L = SF x Panjang Pesawar
Maka:
Luas Apron = (Jumlah Gate x Luas Gate) + Area Kosong
Sumber : Basuki, 1998
24
pesawat dimana perawatan pesawat dapat dilakukan. Hanggar
Apron merupakan tempat penyimpanan pesawat.
5. General Aviation Apron. Pesawat general aviation digunakan
untuk keperluan bisnis atau untuk penerbangan pribadi
memerlukan beberapa fasilitas apron yang dapat mendukung
aktivitas penerbangan umum (general aviation) yang berbeda.
6. Itineran Apron. Pesawat pesawat penerbangan umum yang
singgah untuk sementara menggunakan Itenerant Apron
sebagai tempat parkir sementara pesawat, untuk pengisian
bahan bakar pesawat, perbaikan pesawat dan penurunan
angkutan. Untuk bandara yang hanya malayani penerbangan
umum. Intinerant apron selalu berdekatan atau merupakan
bagian dari fixed based operator. Umumnya pada terminal apron
25
banyak memerlukan waktu yang lebih lama untuk pelayanan
pesawat udara seperti cabin service dan pelayanan rutin lainnya,
preflight planning dan pengisian bahan bakar. Pesawat transfer
mungkin hanya memerlukan waktu 20 – 30 menit parkir karena
hanya memerlukan sedikit pelayanan atau malahan tidak sama
sekali. Di lain pihak, pesawat dengan turnaround flight
memerlukan pelayanan atau service keseluruhan sehingga
memerlukan waktu parkir selama 40 menit sampai lebih dari 1
jam.
Pada umumnya faktor pemakaian gate/gate utilization factor
rata- rata di suatu bandar udara bervariasi antara 0,5 dan 0,8
karena hampir tidak mungkin suatu gate dipergunakan selama
100% waktu karena gerak manuver pesawat masuk/keluar gate
akan menghalangi pesawat lainnya untuk masuk/keluar apron
gate di sekitarnya. Di pihak lain, jadwal kedatangan/
keberangkatan pesawat sering mengakibatkan jarak waktu yang
kosong antara kedatangan pesawat yang satu dengan
keberangkatan pesawat lainnya pada gate yang sama. Faktor
lain yang mempengaruhi gate utilization factor adalah strategi
penggunaan gate yang digunakan. Pada bandar udara dimana
apron gate dipergunakan oleh berbagai perusahaan
penerbangan, gate utilization factor berkisar antara 0,6 dan 0,8,
sedangkan bila apron gate digunakan khusus untuk satu badan
penerbangan tertentu saja faktor ini berkurang menjadi sekitar
0,5 atau 0,6. Perkiraan jumlah aircraft gate yang dibutuhkan
suatu bandar udara harus memperhatikan langkah-langkah
berikut ini :
Identifikasi jenis pesawat dalam presentase
Identifikasi gate occupancy time untuk tiap jenis pesawat
Tentukan gate occupancy time rata-rata
Tentukan total hourly design volume dan presentase
kedatangan atau keberangkatan pesawat
26
Setelah itu akan didapatkan hourly design volume untuk
kedatangan dan keberangkatan, yaitu berupa perkalian antara
presentase kedatangan/keberangkatan dengan total hourly
design volume. Dari beberapa hasil yang didapat diambil nilai
yang terbesar (arrival hourly design volume atau departure
hourly design volume)
sendiri.
27
Gambar 2.5 Nose-In
Keuntungan:
28
Keuntungan tipe parkir ini adalah pesawat dapat masuk dan
keluar posisi parkir menggunakan tenaganya sendiri, tetapi
memerlukan luas areal yang lebih luas dibandingkan tipe
nose-in dan menimbulkan kebisingan yang lebih besar.
29
Gambar 2.7 Angled Nose-Out
Keuntungan :
d. Parallel Parking
Ditinjau dari sudut manuver pesawat, konfigurasi parkir ini
adalah yang paling mudah dilakukan. Walaupun tipe parkir
ini memerlukan areal parkir yang lebih besar, kebisingan
dan efek jet blast dapat diminimalkan dan juga memudahkan
penanganan penumpang karena posisi pintu depan dan
belakang pesawat berdekatan dengan gedung terminal. Dari
30
uraian diatas dapat dilihat bahwa tidak ada konfigurasi parkir
yang ideal. Dalam proses perencanaan, semua keuntungan
dan kerugian tiap tipe harus dievaluasi dengan
mempertimbangkan juga masukan dari perusahaan
penerbangan yang akan menggunakan Bandar udara
tersebut. Belakangan ini perencana cenderung
menggunakan konfigurasi tipe nose- in karena memerlukan
luas yang minimal dan menimbulkan kebisingan dan efek jet
blast yang minimal pada gedung terminal.
31
Sistem parkir pesawat di Bandar udara ini juga tergantung pada
konsep penanganan penumpang di terminal yang digunakan.
Sistem parkir ini misalnya sistem frontal/linier, finger/pier,
satellite, dan sistem apron terbuka/transporter system.
32
menghindari tundaan yang tak perlu (ketepatan jadwal
penerbangan).
Menyediakan area yang cukup untuk ekspansi dan
perkembangan teknologi.
Mencapai efisiensi maksimum, keselamatan operasional dan
kenyamanan pengguna dari tiap komplek apron dan bandara
sebagai sebuah sistem keseluruhan.
Kerugian yang sekecil mungkin diakibatkan oleh semburan
mesin, bising dan polusi udara. Contohnya pada apron sendiri
dan lingkungan sekelilingnya.
33
Percabangan ini biasa disebut dengan dermaga. Apabila ada
dua atau lebih dermaga, maka harus disediakan ruang yang
cukup bagi pesawat-pesawat itu. Jika salah satu dermaga
melayani lalu lintas yang besar, maka penyediaan taxiway
rangkap akan menghindarkan adanya masalah antara pesawat
yang menuju atau meninggalkan parkir. Letak parkir pesawat
bervariasi, biasanya diatur mengelilingi sumbu terminal dalam
suatu pengaturan sejajar atau bagian depan pesawat
mengarah ke terminal.
d. Satellite Concept
Konsep ini terdiri dari sebuah gedung, dikelilingi oleh pesawat
yang terpisah dari terminal. Akses dari terminal menuju apron
bisa berupa jalur bawah tanah atau melalui elevator. Cara parkir
pesawat dengan radial atau melingkar. Konsep ini
membutuhkan area yang cukup besar.
2.2.5 Clearway
Clearway adalah suatu bidang persegi panjang yang membentang dari ujung
landasan pacu dan simetris terhadap perpanjangan garis tengah landasan,
bebas dari rintangan tetap dan berada dibawah pengawasan orita Bandar
udara.
2.2.6 Stopway
Stopway dipersiapkan untuk dapat menampung pesawat apabila pesawat
gagal melaksanakan take-off dan tidak dapat berhenti di runway (keluar dari
landasan), sehingga tidak dapat mengakibatkan kerusakan yang berat.
Stopway (SW)
35
1. Rute penerbangan dalam negeri atau Domestik
2. Rute penerbangan luar negeri atau Internasional
Jaringan penerbangan dalam negeri dan luar negeri merupakan satu
kesatuan dan terintegrasi dengan jaringan transportasi darat dan laut.
Jaringan pelayanan transportasi udara dengan jadwal frekuensi yang sudah
tertentu.
Berdasarkan hirarki pelayanannya, rute penerbangan sendiri dibagi atas:
1. Rute Utama , yaitu rute penerbangan yang menghubungkan antar
Bandar udara yang berfungsi sebagai pusat penyebaran.
2. Rute Pengumpan, yaitu rute penerbangan yang merupakan penunjang
rute utama. Rute Pengumpan menghubungkan antara Bandar udara
yang berfungsi sebagai pusat penyebaran dengan Bandar udara bukan
sebagai pusat penyebaran.
3. Rute Perintis, yaitu rute penerbanga yang menghubungkan daerah atau
lokasi yang terpencil, perbatasan atau daerah yang belum berkembang
dan sukar terhubungi oleh moda transportasi lain. Dalam
pelaksanaannya pada rute penerbangan perintis memperoleh subsidi.
36
A. Fungsi Operasional
Yaitu kegiatan pelayanan penumpang dan barang dari dari dan
ke moda transportasi dan udara yang termasuk dalam fungsi
operasional antara lain:
1. Pertukaran Moda
Perjalanan udara merupakan perjalanan kelanjutan dari
berbagai moda, mencakup akses perjalanan darat dan
perjalanan udara. Sehingga dalam rangka pertukaran moda
tersebut penumpang melakukan pergerakan di kawasan
terminal penumpang
2. Pelayanan Penumpang
Yaitu proses pelayanan penumpang pesawat udara antara
lain layanan tiket, pendaftaran penumpang dan bagasi,
memisahkan bagasi dari penumpang dan kemudian
mempertemukannya kembali. Fungsi ini terjadi dalam
kawasan terminal penumpang.
3. Pertukaran Tipe Pergerakan
Yaitu proses perpindahan penumpang dan atau barang/
bagasi dari dan ke pesawat.
B. Fungsi Komersial
Bagian atau ruang tertentu di dalam terminal penumpang yang
dapat disewakan, antara lain untuk restoran, toko, ruang
pamer, iklan, pos giro, telepon, ban dan asuransi, biro wisata
dan lain – lain.
C. Fungsi Administrasi
Bagian atau ruang tertentu di dalam terminal penumpang yang
diperuntukkan bagi kegiatan manajemen terminal
37
informasi berupa audio maupun video kepada pengguna yang ada
di bandar udara ataupun petugas yang terkait langsung dalam
kegiatan kegiatan operasional kantor bandar udara. Beberapa
peralatan yang termasuk Peralatan Pelayanan Bandara, adalah:
1. PABX (Public Address Branch X-Change)
Public Address Branch Extension (PABX) adalah perangkat
peralatan telepon yang terdiri dari central unit atau main unit,
pesawat cabang, Kabel-kabel penghubung dan Terminal Box.
Central unit adalah perangkat peralatan utama pengontrol
semua sistem operasi PABX yang berfungsi untuk
menghubungkan antar pesawat cabang dan dengan telephone
line PT. TELKOM serta mengatur, membatasi dan memantau
pemakaian masing- masing pesawat cabang dengan telephone
line. Pesawat cabang adalah pesawat telepon yang dapat
berhubungan antara satu pesawat dengan pesawat-pesawat
lain maupun berhubungan melalui telephone line dalam satu
jaringan central unit.
2. FIDS (Flight Information Display System)
Peralatan Flight Information Display System (FIDS) merupakan
integrasi produk teknologi informasi system sebagai perangkat
software dan perangkat hardware yang dapat menyajikan
informasi tentang aktivitas angkutan udara, seperti
pemberitahuan jadwal keberangkatan, kedatangan pesawat,
keterlambatan dan pembatalan penerbangan dan lain-lain.
3. Public address system ( PAS)
Peralatan Public Address System (PAS) bandara adalah salah
satu peralatan system audio yang fungsinya untuk
menyampaikan informasi-informasi yang berkaitan semua
kegiatan di terminal bandar udara. Informasi ini dapat berupa
kegiatan angkutan udara seperti pemberitahuan jadwal
keberangkatan, kedatangan pesawat, keterlambatan termasuk
pembatalan penerbangan dan sebagai pelengkap hiburan
audio. IGCS (Integrated Ground Communication)
38