Anda di halaman 1dari 10

Nama : Sintia Dewi

NPM : 17051028

Tugas 7 Babdar Udara

Rangkuman Materi

PENGETAHUAN DASAR BANDAR UDARA

Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

2. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia nomor Pm 39 Tahun 2019 Tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional

3. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : Skep/77/Vi/2005 Tentang Persyaratan


Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara

4. KP 326 Tahun 2019 Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139 (Manual Of Standard CASR Part 139) Volume I Bandar Udara (Aerodrome)

• 3 HAL YANG PERLU DI KETAHUI TENTANG BANDAR UDARA (Pm 39 Tahun 2019 Tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional) antara lain:

1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bandar Udara dan
kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus
lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau
antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.

2. Tatanan Kebandarudaraan Nasional adalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang


enggambarkan perencanaan Bandar Udara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi,
keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda
transportasi, kelestarian lingkungan,Keselamatan dan Keamanan Penerbangan, serta keterpaduan
dengan sektor pembangunan lainnya.

3. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar
muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas Keselamatan dan Keamanan Penerbangan,

Area Bandar Udara


• BANDAR UDARA dibagi menjadi dua bagian utama yaitu Sisi Udara (Air Side) dan Sisi Darat. (Land Side)

• Gedung-gedung terminal menjadi perantara antara kedua bagian tersebut.

A. Sisi Udara (Air Side)

Sisi Udara (Air Side) suatu Bandar Udara adalah bagian dari Bandar Udara dan segala fasilitas
penunjangnya yang merupakan daerah bukan publik tempat setiap orang, barang, dan kendaraaan yang
akan memasukinya wajib melalui pemeriksaan keamanan dan/atau memiliki izin khusus. Bagian bagian
dari Sisi Udara (Air Side) antara lai:

1. Landas Pacu (Runway) adalah faslitas yang berupa suatu perkerasan yang disiapkan untuk pesawat
melakukan kegiatan pendaratan (Landing) dan tinggal landas (Take Off).

2. Landas Hubung (Taxiway) adalah bagian dari fasilitas sisi udara bandar yang dibangun untuk jalan
keluar masuk pesawat dari landas pacu maupun sebagai sarana penghubung antara beberapa fasilitas
seperti aircraft parking position taxiline, apron taxiway, dan rapid exit taxiway.

3. Landas Parkir (Apron) adalah fasilitas sisi udara yang disediakan sebagai tempat bagi pesawat saat
melakukan kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang, muatan pos dan kargo dari pesawat,
pengisian bahan bakar, parkir dan perawatan pesawat.

B. Sisi Darat (Land Side)

• Sisi Darat (Land Side) Keputusan Menteri Perhubungan KM No 47 tahun 2002 menyebutkan bahwa
Sisi Darat suatu bandar udara adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan
kegiatan operasi penerbangan.

PENGETAHUAN DASAR BANDAR UDARA

SISTEM LAPANGAN TERBANG

Sistem Lapangan Terbang yang dimaksud adalah kese-luruhan dari segala sesuatu yang terdapat pada
lapangan terbang. Sistem lapangan terbang dibagi atas 2 kompo-nen utama, yakni : Air- Side” dan
“Land-Side” dimana antara keduanya dibatasi oleh Terminal Building.

- Air-Side meliputi Terminal Airspace, Runway, Taxiway, Apron, Holding Pad, Exit Taxiway.

- Air-Side dibagi atas :

a) Air-side bag, aircraft di darat

b) Air-side bag, aircraft take-off

Proses peralihan dari kedua Air-side tersebut pelayanan nya dilayani oleh menara pengawas lalu lintas
udara dengan menggunakan peralatan-peralatan khusus.
- Land-Side meliputi Terminal Building, Vehicular dan Parking.

Fasilitas keberangkatan

• Check in counter adalah fasilitas pengurusan tiket pesawat terkait dengan keberangkatan. Jumlahnya
dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut.

• Check in area adalah area yang dibutuhkan untuk menampung check in counter. Luasannya
dipengaruhi oleh jumlah penupang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut.

• Rambu/marka terminal bandar udara adalah pesan dan papan informasi yang digunakan sebagai
penunjuk arah dan pengaturan sirkulasi penumpang di dalam terminal. Pembuatannya mengikuti tata
aturan baku yang merupakan standar internasional.

• Fasilitas Custom Imigration Quarantina / CIQ (bandar udara Internasional), Ruang tunggu, Tempat
duduk, dan Fasilitas umum lainnya (toilet telepon dsb) adalah fasilitas yang harus tersedia pada terminal
keberangkatan. Jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah penupang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar
udara tersebut.

• Selain itu pada terminal keberangkatan juga terdapat fasilitas: Hall keberangkatan dimana hall ini
menampung semua kegiatan yang berhubungan dengan keberangkatan calon penumpang dan
dilengkapi dengan Kerb keberangkatan, Ruang tunggu penumpang, Tempat duduk dan fasilitas
umumToilet.

Fasilitas Kedatangan

• Ruang kedatangan adalah ruangan yang digunakan untuk menampung penumpang yang turun dari
pesawat setelah melakukan perjalanan. Luasannya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk
yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Fasilitas ini dilengkapi dengan kerb kedatangan dan baggage
claim area.

• Baggage Conveyor Belt adalah fasilitas yag digunakan untuk melayani pengambilan bagasi penumpang.
Panjang dan jenisnya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara
tersebut dan banyaknya bagasi penumpang yang diperkirakan harus dilayani.

• Rambu/marka terminal bandar udara (Sign Board), Fasilitas Custom Imigration Quarantine / CIQ
(bandar udara Internasional) dan Fasilitas umum lainnya (toilet telepon dsb) adalah kelengkapan
terminal kedatangan yang harus disediakan yang jumlah dan luasnya dipengaruhi oleh jumlah
penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut.

Fasilitas Bangunan Terminal Barang (Kargo)


• Fasilitas Bangunan Terminal Barang (Kargo) adalah bangunan terminal yang digunakan untuk kegiatan
bongkar muat barang (kargo) udara yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Luasannya dipengaruhi
oleh berat dan volume kargo waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Fasilitas ini meliputi
Gudang, Kantor Administrasi, Parkir pesawat, Gedung Operasi, Jalan Masuk dan Tempat parkir
kendaraan umum. Fasilitas–fasilitas tersebut diatas merupakan fasilitas standar yang dalam penyediaan
dan pengoperasiannya disesuaikan dengan klasifikasi kemampuan bandar udara bersangkutan.

Fasilitas Bangunan Operasi yang meliputi

• Gedung Operasional antara lain ; PKP-PK, menara kontrol, stasiun meteorologi, Gedung NDB, Gedung
VOR dan gedung DME.

• Bangunan Teknik Penunjang yang terdiri dari power house dan stasiun bahan bakar merupakan
fasilitas yang terkait dengan jaminan kelangsungan operasional bandar udara dari aspek kelistrikan dan
pergerakan pesawat.

• Bangunan Administrasi dan Umum terdiri Kantor Bandara, Kantor Keama Fasilitas tersebut diatas
dibutuhkan untuk mendukung pengopersian bandar udara baik secara aspek administrasi, personalia,
maupun lalu lintas kebandarudaraaan.

PENENTUAN TIPE LALU-LINTAS PENUMPANG

• TYPE PERGERAKAN DAN DEMAND PENUMPANG MENENTUKAN KEBUTUHAN RUANG SUATU FASILITAS
DI TERMINAL

• TYPE DAN DEMAND JUGA MEMPENGARUHI JAM-JAM PUNCAK PERGERAKAN PENUMPANG SEPERTI:
JENIS PENERBANGAN, TUJUAN PERJALANAN, JENIS PERGERAKAN DAN MODA AKSES

• IDEALNYA, MENGESTIMASI VOLUME PENUMPANG DIKATEGORIKAN KEDALAM JADWAL


PENERBANGAN DOMESTIK, INTERNASIONAL, CARTER, TRANSFER ATAU TRANSIT, BISNIS ATAU
PERJALANAN SANTAI

IDENTIFIKASI MASING-MASING PERHITUNGAN VOLUME DAN LUASAN FASILITAS

• DI SINI AKAN DIHITUNG BANYAKNYA PENUMPANG PADA MASING-MASING FASILITAS PADA JAM-JAM
PUNCAK (VOLUME DESAIN)

• DAN VOLUME DESAIN INI DIGUNAKAN UNTUK MENGHITUNG LUASAN FASILITAS PADA TINGKAT
PELAYANAN TERTENTU

PERENCANAAN BANDAR UDARA

Karakteristik dan Unsur


Perencanaan Lapangan Terbang.

Perencanaan Bandar Udara

Karakteristik dan Unsur Perencanaan Lapangan Terbang

1. Pengaruh Kemampuan Pesawat thd Panjang Runway Dalam penentuan panjang runway ada 3 kasus
yang perlu ditinjau, yaitu kasus landing, kasus take-off normal dan kasus take-off mesin pesawat gagal.
Untuk menjelaskan- nya dikenal beberapa istilah berikut :

a) Kecepatan Putusan (V1), kecepatan yang ditentukan :

- Bila mesin mengalami kegagalan pada saat kec. V1 belum tercapai, pilot harus menghentikan pesawat.

- Bila mesin gagal sesudah kec. V1 dicapai, pilot harus tetap take-off.

b) Kecepatan Awal untuk mendaki (V2), kecepatan min, pilot diperkenankan untuk mendaki sesudah
pesawat mencapai ketinggian 10,5 m diatas permukaan runway

c) Kecepatan Rotasi (Vr), kecepatan pada saat pilot mulai mengangkat hidung pesawat agar pesawat
mulai lepas landas.

d) Kecepatan Angkat (Vlof), kecepatan saat badan pesawat mulai terangkat dari landasan pacu.

e) Jarak Angkat (Lift off distance), jarak yang diperlukan oleh pesawat untuk mencapai kecepatan angkat.

f) Jarak Lepas Landas (Take off distance), jarak horisontal yang diperlukan :

- Untuk take off dengan mesin tidak bekerja, tetapi pesawat telah mencapai ketinggian 10,5 m diatas
runway

- 115 % untuk take off dengan mesin masih bekerja, pesawat telah mencapai ketinggian 10,5 m diatas
runway

g) Take off run, jarak dari awal take off ke suatu titik :

- Dimana dicapai Vlof + 1/2 jarak pesawat mencapai ketinggian 10,5 m dari Vlof pada keadaan mesin
gagal

- Dimana dicapai Vlof dikalikan 115 % + 1/2 jarak pesawat mencapai ketinggian 10,5 m dari Vlof dalam
keadaan mesin pesawat bekerja.

h) Accelerate stop distance, jarak yang diperlukan untuk mencapai kec. V1 + jarak yang diperlukan untuk
berhenti dari titik V1.

i) Stopway, perpanjangan landasan yang digunakan untuk menahan pesawat pada waktu gagal take off.
j) Clearway, area di luar akhir landasan yang lebarnya paling sedikit 500 feet dengan panjang tidak boleh
melebihi 1/2 panjang take off run.

KASUS LANDING, jarak pendaratan (landing distance) diperlukan oleh pesawat yang datang ke lapangan
terbang harus cukup panjang sehingga pesawat dapat mendarat & berhenti pada 60 % dari panjang
landasan.

Kasus Take off Normal, jarak lepas landas (take off distance) harus 115 % dari panjang sesungguhnya
untukmencapai ketinggian 10,5 m.

Kasus Take off Mesin Gagal, jarak yang diperlukan untuk berhenti ketika terjadi kegagalan terbang
(Accelerate stop distance) panjangnya harus cukup dicapai saat terjadi gagal terbang.

Komponen pada panjang runway meliputi :

- Take off run : diperkeras full strength pavement.

- Stopway : perkerasan tidak full strength.

- Clearway : tidak diperkeras.

- Take off distance : take off run + clearway.

Pada kasus landing dan take off yang perlu diperhatikan juga adalah masalah pendakian (climb) dan area
bebas halangan (obstacle clearance), terangkum pada Gbr. 1-9

yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Segment – I

Pada segment ini pesawat harus menempuh tanjakan tertentu : untuk pesawat 2 mesin, kemiringan
tanjakan sama mulai dari lepas landas. untuk pesawat 3 mesin, kemiringan tanjakan +0,3% untuk
pesawat 4 mesin, kemiringan tanjakan +0,5%

Segment – II

Pada segment ini roda pesawat mulai masuk dan tanjakan mulai tinggi ;

untuk pesawat 2 mesin, kemiringan tanjakan +2,4%

untuk pesawat 3 mesin, kemiringan tanjakan +2,7%

untuk pesawat 4 mesin, kemiringan tanjakan +3,0%

Segment – III

Pada segment ini pesawat mencapai ketinggian minimum 400 feet dari permukaan runway ;
untuk pesawat 2 mesin, kemiringan tanjakan +1,2%

untuk pesawat 3 mesin, kemiringan tanjakan +1,5%

untuk pesawat 4 mesin, kemiringan tanjakan +1,7%

2. Lingkungan Lapangan Terbang

Lingkungan lapangan terbang yang berpengaruh terhadap panjang runway adalah :

a) Temperature (Temperatur), pada temperatur yang lebih tinggi dibutuhkan runway yang lebih
panjang, sebab temperatur tinggi density udara rendah, menghasilkan output daya dorong yang rendah.
Sebagai pedoman panjang runway untuk temperatur 59º - 90º F, setiap kenaikan temperatur 1º F
diperlukan panjang runway antara 0,42% - 0,65% dari panjang runway standard. Panjang runway
standard adalah panjang suatu runway yang tinggi permukaannya sama dengan ketinggian muka air laut
temp. 59º F & tak ada angin.

ICAO merekomendasi faktor koreksi temperatur (Ft)sebesar :

Ft = 1 + 0,01 ( T – [ 15 – 0,0065 h ]) Metric

Ft = 1 + 0,0056 ( T – [ 59 – 0,0036 h ]) British

dimana : T = Temperatur di lapangan terbang

h = Ketinggian diatas permukaan air laut

b) Surface Wind (Angin permukaan landasan), panjang runway sangat ditentukan oleh angin, dimana
angin tersebut dapat dibedakan atas 3 keadaan, yaitu :

1. Tail wind, arah angin searah dengan arah pesawat, hal ini akan memperpanjang landasan (angin
buritan)

2. Head wind, arah angin berlawanan dengan arah pesawat, hal ini memperpendek landasan (angin
haluan)

3. Cross wind, arah angin tegak lurus arah pesawat, hal ini tidak mungkin dipakai sebagai data
perencanaan lapangan terbang. Untuk menentukan arah runway ditentukan oleh arah angin dgn
kecepatan angin terbesar. Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan knot (1 knot = 1,609
km/jam)Dalam perencanaan faktor angin harus didasarkan pada

1. Untuk perhitungan berat pada waktu take off diambil ketentuan bahwa besar head wind hanya boleh
dimasukkan separuhnya.

2. Tail wind yang diperhitungkan adalah 1,5 kali besar tail wind yang dilepaskan.
3. Besarnya Head wind terhadap panjang runway :

Bila besar angin = +5 knots, panjang runway = -3%

Bila besar angin = +10 knots, panjang runway = -5%

Bila besar angin = -5 knots, panjang runway = +7%

c) Runway Gradient (Kemiringan landasan), kemiringan keatas memerlukan landasan yang lebih panjang
dibandingkan dengan landasan yang datar / menurun.

1. Untuk tiap 1% kemiringan faktor koreksinya 7-10% pertambahan panjang runway.

2. Kemiringan yang dipakai adalah kemiringan rata-rata yang sama, yaitu dengan menghubungkan ujung
ujung runway.

3. Kriteria perencanaan lapangan terbang membatasi kemiringan landasan sebesar 1½ %.

4. Faktor koreksi kemiringan Fs = 1 + 0,1 S

S = kemiringan runway

d) Altitude of the airport (Ketinggian lapangan terbang), semakin tinggi letak lapter dari permukaan air
laut, maka udaranya lebih tipis dari udara laut sehingga dibutuhkan runway yang lebih panjang. Setiap
kenaikan 1.000 feet (300 m) dari permukaan air laut, akan bertambah panjang sebesar 7%. Faktor
koreksi ketinggian

Fe = 1 + 0,07 ( h / 300 ) Metric

Fe = 1 + 0,07 ( h / 1000 ) British

h = ketinggian dari permukaan air laut (MSL)

e) Condition of the runway surface (Kondisi permukaan landasan), genangan air tipis pada permukaan
runway dibatasi maksimum ½ inch (1,27 cm) tingginya, untuk itu drainase lapangan terbang harus baik
sehingga air dipermukaan runway cepat mengalir.

Berdasarkan keadaan lingkungan lapangan terbang tersebut, panjang runway dipakai standard ARFL
(Aeroplane Reference Field Length), dimana ARFL adalah runway minimum yang dibutuhkan untuk lepas
landas, pada max. sertificate take off weight, elevasi muka laut, kondisi standard atmosfir, keadaan
tanpa angin, tanpa kemiringan.

PERENCANAAN BANDAR UDARA

Desain Landasan Pacu dan Landasan Penghubung


Landasan pacu (runway) adalah bagian dari fasilitas utama pada lapangan terbang yang digunakan untuk
proses operasional pesawat terbang untuk lepas landas (take-off) dan pendaratan (landing). Faktor-
faktor yang mempengaruhi panjang landasan pacu adalah :

(i). persyaratan, tipe, dan spesifikasi pesawat terbang rencana yang telah ditetapkan,

(ii). Lingkungan di sekitar lapangan terbang, berpengaruh terhadap kemungkinan pengembangan


fasilitas-fasilitas utama pada lapangan terbang seperti landasan pacu dan landasan penghubung.

(iii). Hal-hal teknis dan non teknis yang menentukan kondisi pesawat terbang dalam melakukan proses
operasional yakni lepas landas dan pendaratan.

Hal-hal teknis dan non teknis tersebut adalah sebagai berikut :

a. Hal teknis pesawat terbang : jika kondisi pesawat terbang baik maka dalam proses operasional lepas
landas maupun pendaratan akan berjalan secara normal, sebaliknya jika pesawat terbang melakukan
proses operasional lepas landas ataupun pendaratan dengan kondisi kegagalan mesin maka harus
dipertimbangkan perencanaan landasan pacu yang memenuhi untuk dilakukan pendaratan darurat
(emergency landing).

b. Hal non teknis : hal non teknis dalam proses operasional pesawat terbang banyak dipengaruhi oleh
faktor manusia (human factor) seperti terjadinya kondisi poor approaches landing (pendekatan pada
proses pendaratan pesawat terbang yang kurang sempurna) yang menyebabkan overshoot landing
(pendaratan yang melebihi jarak yang ditentukan) maupun kondisi overshoot take off (lepas landas yang
dilakukan melampaui persyaratan jarak normal lepas landas pesawat terbang di landasan pacu atau
lepas landas yang terlambat).

Komponen-komponen pada landasan pacu yang diperlukan untuk mengakomodasi kebutuhan proses
operasional pesawat terbang secara aman adalah :

1. Take off Distance (TOD) merupakan jarak yang direncanakan bagi pesawat terbang untuk melakukan
lepas landas secara normal. Ukuran panjang take off distance adalah 115% dari jalur landasan pacu
dengan perincian 100% yaitu panjang jalur landasan pacu itu sendiri dan 15% berupa jarak tambahan
yang direncanakan untuk mengatasi kemungkinan overshoot take-off dari pesawat terbang.

2. Landing Distance (LD) merupakan jarak yang diperlukan pesawat terbang untuk melakukan
pendaratan secara sempurna dengan ‘fine approach landing’ yakni sepanjang 100% dari landasan pacu.

3. Stop Distance (SD) merupakan jarak yang direncanakan bagi pesawat terbang untuk berhenti setelah
melakukan pendaratan secara normal pada jalur landasan pacu. Ukuran panjang stop distance adalah
60% dari jarak pendaratan (landing distance / LD) dan stop distance direncanakan menggunakan
perkerasan dengan kekuatan penuh (full-strength hardening pavement).
4. Clearway (CW) merupakan daerah bebas yang terletak di ujung jalur landasan pacu dan simetris
terhadap perpanjangan garis tengah (centerline) jalur landasan pacu dan tidak boleh terdapat benda-
benda yang menyilang kecuali penempatan lampu-lampu dari landasan pacu pada sepanjang sisi
samping landasan pacu. Clearway ini berfungsi sebagai daerah aman yang diperlukan bagi pesawat
terbang untuk kondisi : overshoot take-off, dan overshoot landing.

5. Stopway (SW) merupakan daerah yang terletak di luar jalur landasan pacu termasuk pada bagian dari
clearway dan simetris terhadap perpanjangan garis tengah (centerline) jalur landasan pacu. Stopway ini
berfungsi sebagai jalur landasan untuk memperlambat laju pesawat terbang jika terjadi kegagalan dalam
lepas landas (take-off failure) dan untuk pendaratan darurat (emergency landing).

6.Take-Off Run (TOR) merupakan jarak yang diperlukan oleh pesawat terbang untuk melakukan lepas
landas secara normal maupun dengan kemungkinan kegagalan mesin. Ukuran panjang take-off run ini
adalah sepanjang jalur landasan pacu. Take-Off Run direncanakan menggunakan perkerasan dengan
kekuatan penuh (full-strength hardening pavement).

7. Lift-Off Distance (LOD) merupakan jarak yang diperlukan oleh pesawat terbang dengan karakteristik
tertentu untuk melakukan pengangkatan setelah kecepatan pesawat terbang terpenuhi dari titik awal
pergerakan.

Anda mungkin juga menyukai