Anda di halaman 1dari 12

Konfigurasi Bandar Udara • Lapangan Terbang

dan • Bandar Udara (Bandara)


Desain Geometrik Area Pendaratan • Aerodrome
• Airport
• Airfield
ELLEN TANGKUDUNG
DTS FTUI • Pelabuhan Udara
• Pangkalan Udara

Definisi & Pengertian Definisi & Pengertian


• Aerodrome. A defined area on land or water (including any • Airport = Bandar Udara adalah kawasan di daratan
buildings, installations and equipment) intended to be used dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
either wholly or in part for the arrival, departure and surface digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan
movement of aircraft (ICAO Annex 14 – Aerodrome, 15th edition, Jul lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang,
2009) dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi,
• Aerodrome adalah kawasan di daratan dan/atau perairan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
dengan batas-batas tertentu yang hanya digunakan sebagai penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas (UU No. 1 lainnya (UU No 1 Thn 2009 – Penerbangan)
Thn 2009 – Penerbangan)
Pangkalan Udara adalah kawasan di
• Airfield (lapangan terbang) : Area daratan atau air yang daratan dan/atau di perairan dengan
dapat dipergunakan untuk kegiatan take-off and landing batas-batas tertentu dalam wilayah
pesawat udara, parkir pesawat, perbaikan pesawat dan Republik Indonesia yang digunakan
tempat naik turun penumpang dan bongkar-muat barang untuk kegiatan lepas landas dan
pendaratan pesawat udara guna
keperluan pertahanan negara oleh TNI
(UU No 1 Thn 2009 – Penerbangan)

Fasilitas Bandar Udara Fasilitas Bandar Udara


• Fasilitas keselamatan dan keamanan, antara lain • Fasilitas sisi darat (landside facility) antara lain:
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan – Pemadam – terminal penumpang; terminal kargo;
Kebakaran (PKP-PK), (Airfield Lighting System), sistem – menara pengatur lalu lintas penerbangan (tower);
catu daya kelistrikan, dan pagar – bangunan operasional penerbangan;
– jalan masuk (access road); parkir kendaraan bermotor;
• Fasilitas sisi udara (airside facility), antara lain:
– pengisian bahan bakar pesawat udara;
– landas pacu (runway);
– bangunan hanggar; bangunan administrasi/perkantoran;
– runway strip, Runway End Safety Area (RESA),
– marka dan rambu; fasilitas pengolahan limbah.
stopway, clearway;
– landas hubung (taxiway); • Fasilitas penunjang merupakan fasilitas yang secara
– landas parkir (apron); langsung dan tidak langsung menunjang kegiatan bandar
– marka dan rambu; dan udara dan memberikan nilai tambah secara ekonomis
– fasilitas dan peralatan pengamatan cuaca. pada penyelenggaraan bandar udara, antara lain fasilitas
perbengkelan pesawat udara, fasilitas pergudangan,
penginapan/hotel, toko, restoran, dan lapangan golf
Bandar Udara Internasional Hartsfield–Jackson Atlanta
Typical Airport Area

Runway Length (m) Runway Length (m) Statistik (2010)


8L/26R 2.743 9R/27L 2.743 Operasi pesawat 970.235
8R/26L 3.048 9L/27R 3.624 Penumpang 89.331.622

10/28 2.743 Helipad Length (m) Elevation 313 m


H1 16

Bandara di Indonesia Bandara di Indonesia


Bandar udara memiliki peran sebagai: • Penggunaan bandar udara terdiri atas bandar udara
a. simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan internasional dan bandar udara domestik
hierarkinya; • Berdasarkan Permen Hub KM 11/2010 terdapat 204
b. pintu gerbang kegiatan perekonomian; bandara domestik dan 31 bandara Internasional
c. tempat kegiatan alih moda transportasi; • Pengelolaan :
d. pendorong dan penunjang kegiatan industri dan/atau – PT. Angkasa Pura I (13 bandara + BIL)
perdagangan;
– PT. Angkasa Pura II (12 bandara)
e. pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah
– UPT Ditjen Hubud (207 bandara)
perbatasan, dan penanganan bencana; serta
– UPT Daerah/Pemda (Bandara Abdurahman Saleh, malang)
f. prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan
• Data termasuk Bandara Kualanamu dan Bandara Internasional Lombok
kedaulatan negara. (BIL), tidak termasuk Heliport dan bandara non UPT

Peraturan tentang kebandarudaraan


• Internasional : • Sebelum dilanjut……
– ICAO Annex 14 – Aerodrome
– ICAO Doc 9157 – Aerodrome Design Manual
ada pertanyaan ????
– ICAO Doc 9184 – Airport Planning Manual
– ICAO Doc 9137 – Airport Services Manual

• Nasional
– UU No 1 Tahun 2009 – Penerbangan
– PP No 70 Tahun 2001 – Kebandarudaraan
– CASR/PKPS 139 – Aerodrome (Bandar Udara)
– Keputusan/Peraturan Menteri terkait bandar udara
– SK Dirjen Perhubungan Udara terkait bandar udara
Klasifikasi Bandar Udara Wing Span
• Mengacu pada Annex 14, dan Kep Menteri Perhubungan No KM
11 Thn 2010 tentang Tatanan kebandarudaraan Nasional,
bandar udara dapat dikelompokkan berdasarkan kelas runway
• Kode klasifikasi runway terdiri dari angka dan huruf, angka (1 –
4) menunjukkan panjang runway, dan huruf (A – F) menunjukkan Wing Span
karakteristik pesawat

Code Element I Code Element II


Number ARFL (m) Letter Wing Span (m) OMGWS (m)
1 RFL < 800 A < 15 OMG < 4.5
2 800 ≤ RFL < 1200 B 15 ≤ WS < 24 4.5 ≤ OMG < 6
3 1200 ≤ RFL < 1800 C 24 ≤ WS < 36 6 ≤ OMG < 9
4 RFL > 1800 D 36 ≤ WS < 52 9 ≤ OMG < 14
E 52 ≤ WS < 65 9 ≤ OMG < 14 OMGWS
F 65 ≤ WS < 80 14 ≤ OMG < 16

OMGWS = outer main gear wheel span Code F muncul setelah tahun 1999
 ARFL = aeroplane reference field length

Sumber : ICAO Doc 9157 Aerodrome Sumber : ICAO Doc 9157 Aerodrome
Contoh Design Manual Part 1 - Runway Contoh Design Manual Part 1 - Runway

WS OMGWS WS OMGWS
Aircraft Make & Model ARFL (m) Ref Code Aircraft Make & Model ARFL (m) Ref Code
(m) (m) (m) (m)
Cessna 172 S 381 11.0 2.7 1A Embraer EMB-145 LR 2269 20.0 4.1 4B
DHC6 Twin Otter 695 19.8 4.1 1B Airbus A320-200 2480 33.9 8.7 4C
DHC7 (Dash-7) 689 28.4 7.8 1C Boeing B737-800/900 2090 / 2240 34.3 7.0 4C
Lerjet 24 1005 10.9 2.5 2A Fokker F100 1840 28.1 6.0 4C
Shorts SD3-30 1106 22.8 4.6 2B MD80 Series 2260 - 2470 32.9 6.2 4C
Dassault Falcon 10 1615 13.1 3.0 3A Airbus A300-600 2332 44.8 10.9 4D
Dassault Falcon 900EX 1590 19.3 4.6 3B Airbus A310 1845 44.8 10.9 4D
Embraer EMB-135 LR 1745 20.0 4.1 3B Boeing B767-300ER 2540 47.6 10.9 4D
Boeing B737-700 1598 34.3 7.0 3C Lockheed L1011-1 2426 47.3 12.8 4D
Embraer EMB-120 ER 1481 19.8 6.6 3C DC10-10 3200 47.4 12.6 4D
Fokker F28-4000 1640 25.1 5.8 3C Boeing B747-400 2890 64.9 12.6 4E
Fokker F50 1355 29.0 8.0 3C Boeing B777-300ER 3120 64.8 12.9 4E
MD90 1798 32.9 6.2 3C MD11 3130 52.0 12.6 4E
Airbus A300 B2 1676 44.8 10.9 3D Airbus A380 3350 79.8 14.3 4F

Kodefikasi di Indonesia Wind Coverage


• Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
• Menurut Peraturan Dirjen Hubud NOMOR :
perencanaan dan perancangan bandar udara adalah
SKEP/77/VI/2005 tentang Persyaratan Teknnis
Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara, kode penentuan arah landas pacu yang memungkinkan
referensi bandar udara adalah sebagai berikut : berdasarkan hasil analisis arah dan kecepatan angin.
• Data arah angin merupakan pendekatan terbaik untuk
mengetahui karakteristik dan pola arah angin di rencana
lokasi bandar udara.
• Kecepatan angin dominan akan mempengaruhi
penetapan jenis pesawat yang dapat dioperasikan di
bandar udara tersebut.
• Data arah dan kecepatan angin dapat diperoleh dari
Sama dengan ICAO tetapi tidak menggunakan referensi OMGWS
stasiun meteorologi (Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika = BMKG).
windrose analysis Developing windrose analysis
Kecepatan Angin (knot)
• Windrose analysis dibuat berdasarkan arah angin Arah (o) 0-5 6-11 12-17 18-23 24-29 30-35 Jumlah

dengan interval dengan interval 10o, 22,5o , atau 45o


0
45
63
47
18
6
0
0
0
0
0
0
0
0
81
53
• Kecepatan dicatat
90 129 54 4 0 0 0 187 sesuai dengan arah
• Kecepatan untuk tiap Arah angin didata dalam suatu 135 93 47 7 0 0 0 147
180 99 8 0 0 0 0 107 angin
tabel 225 53 1 0 0 0 0 54 • Masing-masing
270 56 2 0 0 0 0 58
315 34 0 0 0 0 0 34 kecepatan dibuat
574 136 11 0 0 0 721
dalam bentuk
ProsentaseArah Angin (%) prosentase
Kecepatan Angin (knot)
Contoh windrose dengan interval 10o Arah (o) 0-5 6-11 12-17 18-23 24-29 30-35 Jumlah • Masing-masing
0 8.7% 2.5% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 11.2%
45 6.5% 0.8% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 7.4%
tingkat kecepatan
90 17.9% 7.5% 0.6% 0.0% 0.0% 0.0% 25.9% diplot pada diagram
135 12.9% 6.5% 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 20.4%
180 13.7% 1.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 14.8% windrose sesuai
TL = Timur Laut
UTL = Utara Timur laut
225
270
7.4%
7.8%
0.1% 0.0% 0.0% 0.0%
0.3% 0.0% 0.0% 0.0%
0.0%
0.0%
7.5%
8.0%
dengan arah angin
TTL = Timur Timur Laut 315 4.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 4.7% (next slide)
100%

Analisis Windrose dengan software

• Windrose dapat dianalisis dengan software, diantaranya


adalah WRPlot buatan Lakes Environment Software
• Data kecepatan dan arah angin dapat dibuat dalam
program Microsoft excel, dan diimport dalam WRPlot

Plotting arah dan kecepatan angin pada windrose

Hasil import data kecepatan angin dari MS Excel Frequency Distribution (dalam %)
Crosswind
• Cross wind = angin yang bertiup dari arah samping
mendekati sudut 90o terhadap arah pergerakan pesawat
(Crosswind component means the surface wind component
at right angles to the runway centre line)
Crosswind harus dikurangi (dihindari)
• Besarnya cross wind maksimum yang diperbolehkan
bergantung pada jenis dan ukuran pesawat yang beroperasi,
susunan sayap dan kondisi permukaan landasan pacu.
• Penentuan arah landas pacu harus diorientasikan sehingga
pesawat udara dapat mendarat dan lepas landas paling
sedikit usability factor = 95% (ref ICAO ANNEX 14)
• Usability factor. The percentage of time during which the use of
a runway or system of runways is not restricted because of the
crosswind component.

Airport Layout
• Choice of maximum permissible crosswind components: • Runway : A defined rectangular area on a land aerodrome
prepared for the landing and take-off of aircraft (ICAO Annex 14)
• Taxiway. A defined path on a land aerodrome established for
reference field crosswind the taxiing of aircraft and intended to provide a link between
remark
length (m) component one part of the aerodrome and another (ICAO Annex 14)
1500 or over 37 km/h (20 knot) • Apron. A defined area, on a land aerodrome, intended to
1500 or over 24 km/h (13 knot) Runway wet accommodate aircraft for purposes of loading or unloading
passengers, mail or cargo, fuelling, parking or maintenance
1200 – 1500 24 km/h (13 knot) (ICAO Annex 14)
less than 1200 m 19 km/h (10 knot)
(ref ICAO ANNEX 14)

Runway Designation
• Runway merupakan area persegi empat yang digunakan
oleh pesawat untuk melakukan take off dan pendaratan.
• Untuk konfigurasi runway tertentu, juga digunakan
sebagai taxiway
• Runway diberi kode berupa dua digit angka
• Kode runway menunjukkan dua angka depan dari arah
(azimuth) dari runway (pembulatan ke 10o terdekat)
• Arah 0o merupakan arah utara
• Jika satu runway mempunyai 28, maka pada ujung
satunya akan mempunyai kode 10 Contoh : runway dengan arah
• Untuk bandara yang mempunyai lebih dari satu runway 278o maka akan dibulatkan
dengan konfigurasi paralel, maka penunjukkan runway menjadi 280o , sehingga penulisan
akan diberi kode L (= left), R (=right), C (=center) dsb kode runway adalah 28
Vancouver International Airport Airport Area
08L • Land area requirement depends on :
– Number, orientation and geometry of runway, including
length, separation between parallel runways, airport
12
26R reference code selected, etc…
– The location of the landside facilities relative to the
airside facilities
– The additional land area
– Environment effect, pollution, noise, etc.

08R
Karena terkendala ketersediaan lahan,
bandara Kansai international Osaka
26L dibangun dengan cara reklamasi laut
30

Contoh luas lahan bandara di Indonesia


Bandara Kota – Propinsi Luas • Runway dan Taxiway harus diatur sedemikian rupa
Sorong Daratan Sorong - Papua 212,7 Ha sehingga :
Juanda Surabaya – Jawa Timur 762,2 Ha
– Memberikan pemisahan yang cukup dalam pola
Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru – Riau 350, 2 Ha
pergerakan pesawat
Samarinda Baru Samarinda - Kalimantan Timur 301,4 Ha
– Meminimalisir keterlambatan dan gangguan dalam
Sultan hasanudin Makasar – Sulawesi Selatan 793,5 Ha
pergerakan pesawat
Budiarto, Curug Tangerang – Banten 412,7 Ha
Kualanamu Medan – Sumatera Utara 1365 Ha – Memberikan jarak sependek mungkin dari apron
Bandara Kertajati Majalengka – Jawa barat 1800 menuju runway
Supadio Pontianak – Kalimantan Barat 366,2 Ha – Memberikan taxiway yang cukup, sehingga pesawat
Bandara Int Lombok Lombok Tengah – NTB 609,3 Ha dapat meninggalkan runway secepatnya
Babo Babo – Papua barat 141 Ha
Soekarno Hatta Tangerang – Banten 1740 Ha

Sumber : Kepmenhub tentang Rencana Induk masing-masing bandara

Konfigurasi Runway Single Runway


• Konfigurasi bandar udara seringkali dilihat dari • Merupakan standard configuration (konfigurasi paling
konfigurasi runway sederhana)
• Pada dasarnya terdapat Konfigurasi dasar runway yaitu : • Kapasitas :
– Single runway (runway tunggal) – VFR : 50 - 100 operasi per jam
– Multi runway (runway lebih dari satu) – IFR : 50 - 70 operasi per jam, tergantung pada
• Paralel (sejajar) komposisi campuran pesawat terbang dan
• Cross (bersilangan) alat-alat bantu navigasi yang tersedia
• Konfigurasi Open V runway
Umumnya pada bandara kecil dan tingkat kesibukannya
sampai dengan sedang
Contoh single runway Parallel Runway
• Merupakan 2 buah runway yang sejajar, dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas runway
• Terdapat beberapa tipe :
– Closed – jarak antar center line < 2500 ft (760 m)
– Medium spaced – jarak antar center line 2500 – 3400 ft
(760 – 1035 m)
– Independent – jarak antar center line lebih dari
3400/4300/5000 ft (1035/1310/1525 m)
Closed Medium Independent Remark
VFR 100 – 200 100 – 200 100 – 200 tergantung pada
komposisi
IFR 50 – 70 60 – 75 100 – 125 campuran pesawat
terbang
Madeira International Airport – Portugal

Contoh Runway Paralel (Independent )


Bandara Soekarno Hatta – Cengkareng
Runway Terminal 1 : 07R – 25L
Terminal 2 : 07L – 25R

Runway bersilangan (Intersecting runway)

• Independent parallel runway offer suficient space • Kapasitas runway yang bersilangan sangat tergantung
between them. pada letak persilangannya dan pada cara
• Advantages : pengoperasian runway (lepas landas atau mendarat).
– Efficient utilization • Makin jauh letak titik silang dari ujung lepas landas
– Reasonable proximity of passenger and cargo runway dan ambang (threshold) pendaratan,
building kapasitasnya makin rendah.
– Better airfield traffic circulation • Kapasitas tertinggi dicapai apabila titik silang terletak
dekat dengan ujung lepas landas dan ambang
– Ability to isolate the airport landside from surrounding pendaratan.

• Disadvantages : need multi lane access road that


provide ground connection

Dunsfold aerodrome
Landing Kapasitas Model Intersecting runway
Open V runway
• Konfigurasi Open V runway merupakan bentuk runway
Model Runway VFR IFR
divergen tetapi tidak saling berpotongan
Model A 60 - 100 45 - 60
Model A • Kapasitas
Model B 50 - 100 40 - 60 Model Runway VFR IFR
Model C 70 - 175 60 - 70 Model D 50 - 100 50 - 60
Model E 60 - 180 50 - 80

Take off Model E

Model C Model D
Model B

Landing
Landing Take off Take off
Take off Landing Take off Landing

Runway Length Declare Distance


• Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan • TORA = Takeoff Run Available – The length of runway
panjang runway, diantaranya : declared available and suitable for the ground run of an
– Berat pesawat (Take off weight dan Landing weight) airplane taking off.[
– Karakteristik pesawat • TODA = Takeoff Distance Available – The length of the
– Lokasi airport, elevasi, obstacle takeoff run available plus the length of the clearway, if
clearway is provided.
– Karakteristik runway, slope, surface condition
• ASDA = Accelerate-Stop Distance Available – The
– Arah angin length of the takeoff run available plus the length of the
stopway, if stopway is provided.
• LDA = Landing Distance Available – The length of
runway which is declared available and suitable for the
ground run of an airplane landing
• EDA = Emergency Distance Available – LDA (or
TORA) plus a stopway.
Istilah pada runway • Bahu landasan ( shoulder) adalah suatu bidang tertentu
sepanjang tepi kiri dan kanan landasan yang berbatasan
• Daerah Bebas ( Clearway) adalah suatu bidang persegi dengan perkerasan struktural yang dipergunakan sebagai
panjang yang membentang dari ujung landas pacu dan penahan erosi akibat air dan semburan jet, serta melayani
simetris terhadap perpanjangan garis tengah landasan, bebas peralatan perawatan landasan, dan juga memperkecil resiko
dari rintangan tetap. (berfungsi juga sebagai blast pad) kerusakan pada pesawat terbang bila pesawat tersebut harus
keluar landasan.
• Daerah Henti ( Stopway) adalah bidang persegi panjang
yang terletak pada ujung landasan yang disediakan sebagai • Strip Landasan Pacu (Runway Strip) adalah suatu bidang
tempat yang aman untuk berhenti bagi pesawat yang gagal persegi panjang yang diratakan bersih tanpa benda benda
lepas landas. (berfungsi juga sebagai blast pad) yang mengganggu, diberi drainasi dan mencakup landas
pacu, daerah henti dan dipergunakan untuk mendukung
• Daerah RESA (Runway End Safety Area) adalah suatu peralatan pemeliharaan serta dalam keadaan darurat harus
bidang persegi panjang yang diratakan, bebas dari rintangan mampu mendukung pesawat bila keluar dari landas pacu
yang membentang dari ujung strip landasan dan simetris
terhadap perpanjangan garis tengah landasan, dan Blast pad Threshold
Touchdown
zone
dipersiapkan guna mengurangi bahaya kerusakan pesawat
yang tergelincir keluar dari landasan serta untuk pergerakan
kendaraan pemadam kebakaran

• Turning circle = Area di ujung runway yang


dipergunakan untuk pergerakan pesawat memutar arah

Runway Length
• Menurut CASR 121.185 dan 121.195, pesawat boleh
mendarat pada suatu runway dengan jarak pendaratan
tidak lebih dari 60% panjang runway effective
• Typical panjang runway berdasar jarak penerbangan

Panjang runway Kategori penerbangan Jarak terbang


< 2000 Regional jet, short range Up to 2000 km
flight
2000 – 2300 Short to medium flight Up to 3000 km
2300 – 2700 Medium range flight Up to 4500 km
2700 – 3200 Many longer range flight Up to 9000 km
3500 – 4000 All flight
Taxiway
• Taxiway adalah bagian dari fasilitas sisi udara bandar yang
dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu
maupun sebagai sarana penghubung antara beberapa
fasilitas seperti aircraft parking position taxiline, apron
taxiway, dan rapid exit taxiway
• Taxiway harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
meminimalkan jarak antara terminal dan bagian ujung runway
• Exit end taxiway atau turnoff adalah jenis taxiway yang
diletakkan menyudut pada beberapa bagian dari landas pacu
sebagai sarana bagi pesawat untuk dengan segera
meninggalkan runway.
• Rapid exit taxiway yang terletak di bagian ujung landas pacu
dirancang dengan sudut kemiringan 250 hingga 450 dari sudut
landas pacu untuk digunakan oleh pesawat keluar
meninggalkan runway dalam kecepatan tinggi.

Apron
• Apron adalah fasilitas sisi udara yang disediakan
sebagai tempat bagi pesawat saat melakukan kegiatan
menaikkan dan menurunkan penumpang, muatan pos
dan kargo dari pesawat, pengisian bahan bakar, parkir
dan perawatan pesawat.
• Apron merupakan bagian bandar udara yang melayani
terminal sehingga harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteritik terminal bandara tsb.
• Konfigurasi apron berkaitan dengan konfigurasi terminal

Dimensi/geometri Menentukan lebar runway


Lebar Taxiway minimum berdasarkan klasifikasi adalah sebagai
Wr = Tm + 2C
berikut: Dimana :
Code Code Letter • Tm = Outer main gear wheel span
Number A B C D E F • C = Clearance between Outer main wheel and runway
1 18 m 18 m 23 m - - - edge
2 23 m 23 m 30 m - - -
3 30 m 30 m 30 m 45 m - -
4 - - 45 m 45 m 45 m 60 m
Koreksi ARFL Lebar Runway Shoulder

• Akibat adanya perubahan altitude/elevation, maka


panjang ARFL harus dikoreksi

Minimum daerah bebas rintangan diantara roda


dan tepi dari putaran adalah

Runway slope / Kemiringan landas pacu Taxiway

Apron
Perencanaan Bandar Udara Tata Cara Pengelompokan Bandar Udara

Tingkat Fasilitas dan Kegiatan Operasi Bandar Udara


• Persyaratan fasilitas bandar udara dikelompokkan PLLU Landasan Faslektrik Security PKP-PK
sesuai dengan kelas bandar udara 1
A
• Pengelompokan Fasilitas bandar udara meliputi : A
1 I 2
Un-Attended
– Landasan Berdasarkan Kode Referensi Bandar B
3
Udara 4
II C
– Tingkat Pelayanan Lalu Lintas Udara B
2 5
AFIS
– Fasilitas Elektronika dan Listrik Penerbangan III D
6
– Fasilitas Keamanan IV 7
3 E
– Fasilitas PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Pesawat 8
V
C
– Pemadam Kebakaran) 9
ADC 4 F
VI
10

Ref : KM 44 Than 2002 – Tatanan Kebandarudaraan Nasional


Rincian per kelompok sesuai dengan KM 44 Than 2002 – Tatanan
Kebandarudaraan Nasional

Anda mungkin juga menyukai