Anda di halaman 1dari 8

Sinopsis Praktik Keterampilan

TEKNIK PEMELIHARAAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis


Jaeg) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) KEBUN PULAU
MANDI KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

OLEH :
JILAN VIDA RANA NASUTION
1705101050005

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk tanaman tahunan yang
merupakan tumbuhan tropis tergolongan dalam famili palmae yang beriklim tropis dan
wilayahnya merupakan potensi besar sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Tanaman ini berasal dari dataran Afrika dan mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1848.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman industri yang mulai diusahakan secara
komersial sejak 1911 di Indonesia.
Kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan
yang memiliki peranan sebagai sumber penghasilan devisa Negara, selain tanaman
perkebunan lainnya seperti kopi, karet, kakao dan lainnya. Tanaman perkebunan ini selain
sebagai sumber devisa negara juga menjadi faktor penting dalam perekonomian rakyat,
penyerapan tenaga kerja. Menurut Balai Informasi Pertanian (1990), tanaman kelapa sawit
juga mampu menghasilkan minyak nabati yang sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar
dalam produk-produk industri. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat menghasilkan minyak nabati
terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai, zaitun, kelapa,
dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha,
sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan minyak nabati sebanyak 4-4,5
ton/ha (Sunarko, 2007).
Produk dari kelapa sawit tidak hanya menyuplai kebutuhan industri di dalam
negeri, tetapi juga menyuplai pasar diluar negeri karena permintaan pasar ekspor yang
semakin meningkat. Selain itu juga dikarenakan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan
dapat menjaga ketahanan pangan maupun ketahanan energi. Hal inilah yang menjadi
peluang usaha yang sangat menjanjikan dimasa mendatang yang dapat dilihat dari
keunggulan kelapa sawit ini sendiri yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari serta
permintaan pasar yang semakin meningkat (Maruli, 2012).
Perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang cepat serta mencerminkan adanya
revolusi perkebunan sawit. Perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang di 22 provinsi
dari 33 provinsi di Indonesia. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia,
luas areal perkebunan kelapa sawit semakin mengalami perkembangan yang pesat. Di
tengah krisis global yang sedang terjadi di dunia, industri kelapa sawit masih tetap
bertahan dan dapat membantu negara dengan sumbangan perekonomian yang besar. Dalam
kurun 1990–2015, terjadi revolusi pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia,
yang ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya perkebunan rakyat dengan cepat. Pada
2015 luas perkebunan sawit Indonesia yaitu 11,3 juta ha (Kementerian Pertanian, 2015),
dan pada 2017 mencapai 16 juta ha.
Naibaho (1998) menjelaskan hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah
sawit adalah minyak sawit yang terdapat dalam buah (mesokrap) dan minyak inti sawit
yang terdapat pada kernel. Produk yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit sangat
beragam, salah satunya adalah sebagai penghasil minyak nabati atau sering disebut palm
oil. Siahaan (1998) menjelaskan bahwa mutu buah kelapa sawit sangat dipengaruhi
beberapa faktor seperti jenis tanah dan umur tanaman. Panen kelapa sawit harus dilakukan
tepat waktu untuk memperoleh kadar minyak yang tinggi dan kadar asam lemak bebas
yang rendah. Panen buah kelapa sawit masih dilakukan secara manual serta masih
mengandalkan tenaga manusia. Setelah proses pemanenan buah kelapa sawit diangkut ke
tempat pabrik untuk segera dilakukan proses pengolahan secara baik.
Dengan perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit, produksi yang dapat
diambil dalam wujud minyak sawit (CPO) yang juga cenderung meningkat. Pada tahun
2016, Indonesia berhasil mengungguli Malaysia, produksi CPO Indonesia telah mencapai
53,4% dari total CPO dunia sedangkan Malaysia hanya memiliki pangsa sebesar 32%
(United States Department of Agriculture, 2016). Pada 2017, produksi CPO Indonesia
diprediksi mencapai 42 juta ton dengan luas perkebunannya 16 juta ha. Menurut Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian (2013), peningkatan produksi minyak kelapa sawit
terutama terjadi pada PBS (Perkebunan Besar Swasta) dan pada PR (Perkebunan Rayat),
sedangkan minyak kelapa sawit yang diproduksi oleh PBN (Perkebunan Besar Nasional)
masih relatif konstan, bahkan lebih cenderung menurun. Pada tahun 2011 produksi minyak
kelapa sawit dari PBS mencapai 11,94 juta ton, sedangkan PBN dan PR mencapai 8,63 juta
ton dan 1,94 juta ton.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam yaitu CPO (Crude Palm Oil)
atau minyak kasar yang berasal dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan
pemerasan dan PKO (Palm Kernel Oil) atau minyak inti sawit yang berasal dari inti sawit
(Lubis 2008).
Kualitas minyak kelapa sawit atau CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
kadar Asam Lemak Bebas (ALB), kadar air, dan kadar kotoran. Kadar ALB terbentuk
akibat adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Kelapa sawit pada saat pasca panen
mengalami penurunan kadar trigliserida sebagai akibat dari proses hidrolisa lemak oleh
enzim lipase menjadi gliserol dan ALB. Pada saat menunggu proses pengolahan menjadi
CPO, kandungan minyak pada buah sawit mengalami penurunan rendemen yang
signifikan. Faktor-faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan dipotong
dan sebelum direbus yaitu banyak buah yang rusak, banyak buah yang lepas
(memberondol), lamanya pengangkutan, tingkat kematangan buah, dan pengumpulan buah
yang tertunda. Pembentukan ALB juga dapat terjadi oleh adanya mikroorganisme pada
keadaan lembab dan kotor (Dewi et al, 2015).
Industri pangan dan non pangan sangat menghendaki minyak sawit dalam mutu
yang terbaik atau minyak sawit dalam keadaan segar, asli, murni dan tidak tercampur
dengan bahan tambahan lainnya yang dapat menurunkan mutu minyak sawit sehingga
berdampak pada harga jualnya. Standar kualitas dari minyak sawit menjadi hal yang sangat
penting untuk menentukan minyak yang berkualitas dan bermutu. Untuk mengetahui
kualitas hasil produksi maka perlu ditetapkan standar kualitas dari minyak sawit dan
minyak inti sawit. Sehingga dengan adanya standar kualitas dapat diketahui nilai
efektivitas dan efisiensi dari suatu PKS (Pabrik Kelapa Sawit) (Mangoensoekarjo, 2003).

1.2 Tujuan Praktik Keterampilan


Adapun tujuan dari praktik keterampilan ini yaitu:
a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja yang terdapat diperkebunan khususnya
pemeliharaan pasca panen tanaman Kelapa Sawit.
b. Mahasiswa dapat membandingkan antara teori yang diperoleh diperkuliahan dan
praktik langsung dilapangan.
c. Mahasiswa dapat memahami tata cara penggunaan alat-alat, bahan dan sarana yang
terdapat dilapangan.
d. Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui proses produksi pabrik kelapa sawit
sampai menjadi bahan olahan.

1.3 Manfaat Praktik Keterampilan


Adapun manfat dari praktik keterampilan ini yaitu:
a. Membekali mahasiswa sebelum terjun ke dunia kerja.
b. Mahasiswa dapat mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh perkebunan.
c. Mahasiswa nantinya dapat menjadi tenaga kerja yang terlatih.
d. Menjadikan mahasiswa dapat terampil dan mempunyai kedisiplinan dalam
melakukan pekerjaan.
BAB II. METODOLOGI PELAKSANAAN

2.1 Tempat dan Waktu


Praktik Keterampilan ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)
Kebun Pulau Mandi Kabupaten Asahan Sumatera Utara pada Tanggal 5 Agustus 2020
sampai dengan 5 September 2020 pukul 07.00 s/d selesai.

2.2 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan praktek kerja merupakan metode deskriptif yang artinya
mahasiswa melakukan survei dan pengamatan dilapangan yang meliputi seluruh kegiatan
menyangkut aspek teknis pabrik dan aspek manajerial. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
menyesuaikan keadaan yang terdapat dipabrik.

2.3 Teknik Pengumpulan Data


Dalam kegiatan praktek kerja ini dilakukan pengambilan data di kantor dan di
pabrik yang dapat diperoleh dari karyawan PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO)
Kebun Pulau Mandi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
a. Data Primer : Pada teknik ini dilakukan dengan menggunakan observasi langsung,
dokumentasi, sampling, serta melakukan wawancara kepada narasumber baik secara umum
maupun secara khusus.
1. Metode Observasi : merupakan teknik pengumpulan data yang dapat dikerjakan
dengan cara melakukan peninjauan secara langsung, seperti pengamatan lokasi,
pengenalan personalia, dan pengenalan gambaran umum lokasi atau perusahaan.
2. Metode Wawancara : merupakan teknik pengumpulan data yang dapat
dikerjakan dengan cara melakukan proses tanya jawab mengenai teknik pemeliharaan
pasca panen dengan pihak-pihak atau karyawan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara
III (PERSERO) Kebun Pulau Mandi.
3. Metode Dokumentasi : merupakan teknik pengumpulan data yang dikerjakan
dengan cara melakukan pengambilan gambar atau foto yang berkaitan dengan keperluan
untuk data laporan

b. Data Sekunder : Pada teknik ini data didapatkan melalui informasi media elektronik,
buku-buku pustaka serta ilmu dasar kuliah yang berkaitan dengan topik atau judul yang
bersangkutan. Hal ini dilakukan sebagai referensi yang dapat mendukung serta
pembanding dari informasi data primer yang telah didapatkan dari lokasi pelaksanaan
praktek kerja ini.
1. Metode Studi Pustaka : merupakan teknik pengumpulan data yang bisa
didapatkan dari media elektronik dan buku-buku yang berkaitan dengan judul untuk dapat
mendukung laporan praktek kerja yang telah dilaksanakan.

2.4 Analisis Data


Analisis data yang telah didapatkan dari kegiatan praktek kerja ini dilakukan
dengan cara membandingkan hal-hal yang bersifat teoritis mengenai teknik pemeliharaan
pasca panen kelapa sawit yang telah didapatkan dalam perkuliahan atau dari sumber lain
seperti buku dan media elektronik dengan data, informasi serta praktik langsung yang
dilakukan di lapangan dan bagaimana teknik pemeliharaan pasca panen yan baik untuk
kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Kebun Pulau Mandi.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Informasi Pertanian. 1990. Pedoman Budidaya Kelapa Sawit. Departemen Pertanian,
Medan.

Dewi, L.C., W. H. Susanto, dan J. M. Maligan. 2015. Penanganan Pasca Panen Kelapa
Sawit (Penyemprotan Dengan Natrium Benzoat dan Kalium Sorbat Terhadap Mutu
CPO). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2): 489-498.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Statistik perkebunan kelapa sawit


Indonesia 2013–2015. Kementerian Pertanian, Jakarta.

Lubis, AU. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian
Perkebunan Marihat. Bandar Kuala, Sumatera Utara (ID). 435 hlmn.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM Press, Yogyakarta.

Maruli. 2012. Paduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia,
Jakarta.

Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.,
Medan.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Informasi Ringkas Komoditi
Perkebunan. Jakarta. http:/pusdatin.setjen.deptan.go.id. [Diakses, 30 Januari 2020].

Siahaan, A. S. 1998. Pengaruh Tinggi Tempat Penanaman dan Umur Tanaman Terhadap
Pembentukan Komponen Minyak Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Thesis
Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara, Medan. (Tidak dipublikasikan).

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

United States Department of Agriculture (USDA). 2016. Indeks mundi, agricultural


statistic. Washington D.C., USDA.

Anda mungkin juga menyukai